Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

“Prinsip pengukuran kinerja dan pengawasan koperasi indonesia,


serta pembangunan koperasi di indonesia”

DOSEN PENGAMPU : Halida Bahri SE M.SM

Oleh :

KELOMPOK 2

Geo Hendra Pratama (220410209) absen 9

Saqila Mafrudha (220410119) absen 3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
berikan rahmatnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Prinsip pengukuran kinerja dan pengawasan
koperasi indonesia, serta pembangunan koperasi di indonesia”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Manajemen koperasi dan UMKM yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami tau bahwa kami jauh dari kata sempurna dan oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun yang senantiasa kami harapkan.
semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya serta pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.

Lhoksomawe, 17 November 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan penulisan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Kinerja dan Prinsip pengukuran kinerja koperasi.......................................2
B. Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset dan SHU
Koperasi...........................................................................................................3
C. Metode Pengawasan koperasi....................................................................10
D. Pembangunan koperasi dan perundang-undangan....................................11
E. Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi..................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manajemen koperasi dan UMKM meliputi pemahaman mengenai koperasi


dan UMKM sebagai entitas bisnis, tantangan yang dihadapi, strategi manajemen
yang efektif, dan pentingnya koperasi dan UMKM dalam perekonomian. Koperasi
adalah bentuk organisasi ekonomi di mana orang-orang berkumpul secara
sukarela untuk mencapai kepentingan ekonomi bersama. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota dengan menerapkan prinsip-prinsip
demokratis dalam operasinya. Sedangkan UMKM merupakan bisnis dengan skala
kecil hingga menengah yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan distribusi pendapatan.

Pada kesempatan kali ini. Kelompok kami akan memaparkan materi tentang
“Prinsip pengukuran kinerja dan pengawasan koperasi indonesia, serta
pembangunan koperasi di indonesia”. Bahan kajian/pokok pembahasan materi
akan kami paparkan berada pada rumusan masalah yang akan kami jelaskan.

B. Rumusan masalah

1) Bagaimana Kinerja dan Prinsip pengukuran kinerja koperasi?

2) Apa itu kelembagaan, keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset dan


SHU Koperasi?

3) Bagaimana Metode pengawasan koperasi

4) Bagaimana Pembangunan koperasi dan perundang-undangannya?

5) apa itu Arahan, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan koperasi?

C. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui, menjelaskan, dan menjawab Bahan kajian/Pokok


pembahasan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kinerja dan Prinsip pengukuran kinerja koperasi

1.1. Pengertia kinerja


Kinerja merupakan hasil fungsi kerja atau aktivitas seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. Menurut
Mangkunegara (2006:67), istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau
Actual Performance yang berarti kinerja aktual atau prestasi yang dicapai
seseorang.
Pengertian kinerja sendiri adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Kinerja berkaitan dengan sinergi kerja yang dimiliki
setiap individu dalam satu unit organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
swasta. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang berdasarkan
tingkat pencapaian fungsi dan indikator kerja yang telah ditentukan.
Dalam organisasi terdapat hubungan antara kinerja individu dengan kinerja
organisasi serta kinerja proses yang saling berhubungan. Agar suatu organisasi
pemerintah atau swasta, baik besar maupun kecil, dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, maka harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh
orang-orang atau sekelompok orang yang berperan aktif sebagai aktor, dengan
kata lain pencapaian tujuan organisasi hanya mungkin terjadi karena adanya
tindakan orang-orang dalam organisasi.

1.2. Pengertian Pengukuran Kinerja


Menurut Moeheriono (2014:96), pengukuran kinerja berarti suatu proses
menilai kemajuan bekerja menuju tujuan dan sasaran dalam manajemen sumber
daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi dan
efisiensi juga efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

2
Tujuan dasar dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja.
sedangkan tujuan utama dari pengukuran kinerja koperasi adalah untuk
memastikan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam operasi
koperasi.

1.3. Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi


Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip seperti
o Semua aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
o Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena tidak
ada informasi yang objektif untuk menentukan nilainya, sehingga harus
diminimalkan atau bahkan dihilangkan.
o Output kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk semua pekerjaan
yang diukur.
o Hasil keluaran memberikan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil,
bukan sekadar mengetahui tingkat upaya yang dilakukan.
o Mendefinisikan kinerja dalam arti hasil kerja seperti apa yang diinginkan
merupakan cara bagi manajer dan supervisor untuk membuat penugasan
kerja operasional.
o Pelaporan kinerja dan analisis varians harus dilakukan secara berkala.
o Pelaporan rutin yang memungkinkan dilakukannya tindakan perbaikan
harus segera dan tepat waktu.
o Tindakan perbaikan yang tepat waktu diperlukan untuk manajemen
pengendalian yang efektif.

B. Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset dan


SHU Koperasi

2.1. Kelembagaan

Menurut Prof. Muhammad Syukri, seorang pakar koperasi Indonesia,


kelembagaan koperasi adalah suatu struktur yang mengatur bagaimana koperasi
beroperasi dan diatur. Kelembagaan koperasi mencakup pengaturan tentang

3
struktur organisasi, anggaran dasar, manajemen, pengambilan keputusan, dan
aspek-aspek lain yang berkaitan dengan operasional koperasi.

Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Kelembagaan Koperasi mempunyai


fungsi :

 Menyiapkan program pembinaan, kebijakan teknis pembinaan, menyiapkan


bahan dan menyusun bahan Akta Pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Koperasi.

 Pelaksanaan pembubaran Koperasi baik atas permintaan Anggota maupun


pembubara noleh Pemerintah.

 Penyiapan bahan teknis perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan pengurusan


administrasi Badan Hukum Koperasi.

 Melaksanakan evaluasi dan pendampingan serta pemberian bantuan kepada


koperasi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan

 Penyiapan bahan koordinasi dengan bidang-bidang lain dalam rangka


penyusunan program pembinaan terpadu dan kerjasama dengan Notaris
Pembuat Akta Koperasi(NPAK).

 Menyiapkan materi pelatihan perangkat organisasi koperasi (anggota,


pengurus, pengawas) untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan kinerja
koperasi.

 Menyusun rencana pengendalian teknis pelaksanaan pengurusan organisasi,


tata usaha, tata usaha dan pengelolaan koperasi serta melaksanakan
inventarisasi koperasi yang memerlukan pedoman akuntansi.

 Penyiapan data dan laporan perkembangan kelembagaan koperasi untuk


Kepala Departemen baik diminta maupun tidak.

 Menyelenggarakan rapat staf dalam rangka pembinaan dan penerimaan


masukan dari staf. Dan

 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4
2.2. Keanggotaan
Sebagai sebuah perkumpulan, koperasi tidak akan terbentuk tanpa adanya
anggota sebagai tulang punggung. Semakin banyak anggotanya maka semakin
kuat kedudukan koperasi tersebut. Sebab badan usaha koperasi dikelola dan
dibiayai oleh anggotanya., hal ini terlihat dari pemasukan modal koperasi yang
bersumber dari simpanan - simpanan para anggota, yang di kelompokkan sebagai
modal sendiri atau modal equity. Disamping itu menurut ketentuan Pasal 17 ayat
( 1 ) UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa anggota koperasi Indonesia adalah
pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesadaran dan kehendak bebas.


Dalam koperasi prinsip kesetaraan dijunjung tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
keanggotaan koperasi dikenal dengan sifatnya yang bebas, sukarela dan terbuka..
Didalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa
keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam
lingkup usaha koperasi.

Kewajiban setiap anggota koperasi sebagaimana tercantum dalam ketentuan


Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Mematuhi Anggaran Dasar Koperasi.

2. Mematuhi Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

3. Mematuhi hasil keputusan– keputusan Rapat Anggota Koperasi.

4. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.

5. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas


kekeluargaan.

6. Dan masih banyak lainnya.

5
Sedangkan hak-hak setiap anggota koperasi sebagaimana tercantum dalam
pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Hadir di dalam Rapat Anggota.

2. Menyatakan pendapat di dalam Rapat Anggota.

3. Memberikan suara di dalam Rapat Anggota.

4. Memilih atau dipilih menjadi pengurus (sebagai Pengurus atau sebagai


pengawas).

5. Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan – ketentuan


menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

2.3. Volume Usaha


Volume usaha adalah total nilai penjualan atau pendapatan barang dan jasa
pada tahun buku yang bersangkutan (Atmadji, 2007:224). Keberlangsungan usaha
yang dilakukan oleh koperasi dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang
diperoleh koperasi setiap tahunnya. Volume usaha dilihat dari hasil jumlah unit
usaha yang dijalankan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) yang dinyatakan dalam
rupiah (Rp). Usaha ini meliputi jasa pembayaran tagihan listrik dan telepon,
penggilingan padi, pengadaan pupuk untuk petani, warung serba ada (waserda),
unit simpan pinjam (USP), dan pengadaan pangan.

Koperasi harus berusaha meningkatkan volume usaha dan mencari


keuntungan, yaitu melalui perolehan pendapatan sebesar-besarnya untuk proses
kegiatan usaha selanjutnya. Dengan pengelolaan yang baik maka akan diperoleh
hasil yang memuaskan, sehingga akan menambah modal dalam koperasi.

6
2.4. Modal

Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan untuk


menjalankan suatu usaha, modal berupa uang tunai, barang dagangan bangunan
dan sebagainya. Modal koperasi yang tercantum dalam Pasal 41 Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1992 terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.

Modal milik Koperasi sendiri mula-mula dikumpulkan dari simpanan anggota


(simpanan pokok dan simpanan wajib), setelah Koperasi berjalan dan menerima
sisa hasil usaha, sebagian sisa usaha dapat dimasukkan ke dalam dana cadangan
untuk memperkuat modal sendiri.

Modal Pinjaman Modal pinjaman Koperasi dapat berasal dari :

1. Anggota

2. Koperasi atau Badan Usaha Lain

3.Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya

4.Penelitian Obligasi atau Surat Hutang Lainnya

5.Sumber Lain Yang Sah

6.Modal Penyertaan

Selain modal sendiri dan pinjaman, koperasi dapat mengembangkan usahanya


dengan dibiayai dengan modal penyertaan pemerintah dan/atau masyarakat. Pada
hakikatnya modal penyertaan merupakam modal pinjaman yang ada dalam hal
untuk menanggung resiko diperlukan sebagian modal sendiri (ekuity).

2.5. Aset
Menurut Pernyataan Stadand Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Revisi
Tahun 2011, aset adalah “semua kekayaan yang dipunyai ataupun kelompok yang
berwujud maupun tidak berwujud, yang memiliki nilai akan memiliki manfaat
bagi setiap orang atau perusahaan.” Komponen Aset yaitu :

7
A. Aset lancar adalah aset yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun.
Klasifikasi aset lancar meliputi:

1. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau


digunakan, dalam siklus operasi normal entitas.

2. Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan).

3. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah


akhir periode pelaporan.

Aset lancar meliputi kompenen perkiraan;

1. Uang tunai adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah
maupun mata uang asing sebagai alat pembayaran yang sah.

2. Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang bersifat likuid,
seperti: tabungan, giro dan deposito berjangka serta simpanan lainnya.

3. Surat Berharga adalah penanaman modal dalam berbagai bentuk surat


berharga, yang sewaktu-waktu dapat dilikuidasi dan diperdagangkan secara
tunai;

4. Piutang Usaha adalah piutang koperasi hasil penyerahan barang/jasa


kepada pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.

5. Piutang Pinjaman Anggota adalah piutang koperasi akibat transaksi


pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada anggota.

6. Piutang pinjaman non anggota adalah piutang koperasi akibat transaksi


pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada non anggota.

7. Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan dalam jumlah tertentu,


sebagai “pengurang nilai nominal” piutang pinjaman atas kemungkinan
risiko tidak tertagihnya piutang yang dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian akibat piutang pinjaman.

8
8. Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang ditanamkan dalam bentuk
persediaan, baik persediaan berupa bahan baku, bahan setengah jadi, maupun
barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka memberikan pelayanan
kepada anggota dan melakukan transaksi dengan bukan anggota.

9. Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada
pihak lain untuk memperoleh manfaat atas suatu barang/jasa tertentu.

10. Pendapatan yang masih harus diterima adalah berbagai jenis pendapatan
koperasi yang dapat diakui sebagai pendapatan namun belum dapat diterima
oleh koperasi.

B. Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa jenis aset, mempunyai
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki dan digunakan dalam
kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya penyusutan.
Aset tetap termasuk perkiraan:

1. Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan


Peralatan Kantor.

2. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan"


suatu aset tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan
berlalunya waktu.Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis pada
awal penggunaan sampai dengan masa manfaatnya.

3. Aset Tak Berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi
namun tidak mempunyai bentuk fisik. Dimiliki untuk digunakan dalam
kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak lain atau untuk keperluan
administratif. Contoh aset tidak berwujud antara lain: hak paten, hak cipta,
hak pengusahaan hutan, kuota impor/ekspor, waralaba.

4. Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud, adalah “berkurangnya nilai


perolehan” suatu aset tidak berwujud yang dimiliki suatu koperasi, sebagai
akibat dari penggunaan dan berjalannya waktu.

9
2.6. Sisa Hasil Usaha Koperasi (SHU)

Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, Sisa Hasil Usaha Koperasi
adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun anggaran dikurangi
biaya-biaya, penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk pajak pada
tahun anggaran yang bersangkutan. , penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU (Surplus Hasil Usaha) atau juga
dikenal sebagai "sisa hasil usaha" yaitu bagian dari keuntungan atau surplus yang
dihasilkan oleh koperasi setelah mempertimbangkan semua pengeluaran,
termasuk biaya operasional, pembayaran pinjaman, cadangan, dan lain-lain. SHU
ini akan diperhitungkan dan kemudian dibagikan kembali kepada anggota
koperasi sesuai dengan kontribusi atau aktivitas ekonomi mereka dengan koperasi.

Dalam Pasal 41 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang sisa hasil


usaha Koperasi, adalah penghasilan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
anggaran dipotong biaya-biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak
pada tahun anggaran yang bersangkutan.

SHU setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sesuai


dengan pelayanan usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dalam
koperasi, dan digunakan untuk pendidikan koperasi dan keperluan koperasi,
sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

C. Metode Pengawasan koperasi

Menurut Carunia Mulya Pirdausy (2019: 102) “koperasi memerlukan


pengawasan, pengawasan yang sistematik dapat mencegah terjadinya
penyimpangan dan penyelewengan dalam menjalankan usha koperasi.

Pengawasan koperasi adalah suatu proses yang penting untuk memastikan


bahwa koperasi beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, hukum yang
berlaku, dan tujuan yang telah ditetapkan. Ini membantu dalam memastikan
transparansi, akuntabilitas, dan kinerja yang baik dari koperasi.

1
Di Indonesia, pengawasan terhadap koperasi diatur oleh Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) atau instansi terkait
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode
pengawasan kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif .pengawasan kualitatif
dilakukan oleh manajer untuk menjaga performance organisasi secara keseluruhan,
sikap serta perormance karyawan. Metode pengawasan kuantitatif biasanya
dilakukan dengan menggunakan data, dan biasanya digunakan untuk mengawasi
kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk
melakukan pengawasan kuantitatif, antara lain: menggunakan anggaran,
melakukan audit, analisis titik impas, analisis rasio dan lain sebagainya.

D. Pembangunan koperasi dan perundang-undangan

Dalam pembangunan koperasi di Indonesia,pemerintah mempunyai peranan


penting dalam memajukan koperasi.Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang berbunyi,
“Perekonomian disusun secara bersama-sama berdasarkan asas kekeluargaan.”
Makna yang terkandung dalam ayat tersebut sangat dalam,yaitu sistem
perekonomian yang dikembangkan tidak boleh didasarkan pada persaingan dan
harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang sangat individualistis. mereka
berupaya menempatkan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional.

koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikut sertakan
dalam upaya pembangunan, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata,
tumbuh dari bawah, berakar di masyarakat dan mendapat dukungan luas dari
rakyat. Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama
(PJP 1) telah menunjukkan berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik
ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi, maupun nilai usaha
koperasi.

1
Koperasi juga telah berperan aktif dalam kegiatan perekonomian masyarakat
dan juga mulai meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Keadaan tersebut antara
lain tercermin pada bertambahnya jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan ragam
sektor koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, dan total nilai
usaha koperasi. Kemajuan perkembangan koperasi cukup menggembirakan
karena menunjukkan bahwa koperasi sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan
badan usaha semakin berperan aktif dan semakin luas terlibat dalam berbagai
kegiatan perekonomian.serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya yang pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya.

Sesuai dengan tahapan pembangunan nasional dalam PJP 1, peranan


pemerintah dalam pembangunan koperasi pada masa itu masih besar, terutama ada
kegiatan yang bersifat perintis dan kegiatan perekonomian lainnya yang belum
sepenuhnya mampu dilaksanakan sendiri oleh gerakan koperasi. Kebijakan
pengembangan usaha koperasi sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama
diprioritaskan untuk mendukung keberhasilan program pengadaan pangan
nasional melalui Koperasi Unit Desa (KUD), didukung dengan pemberian kredit
pengadaan pangan dan pemberian kredit pengadaan pangan. penjaminan kredit
yang kemudian memberikan kontribusi besar dalam mencapai swasembada beras
sejak tahun 1984.

Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional yang ditandai dengan


kemajuan pesat di berbagai sektor di luar sektor pertanian, maka sektor usaha
koperasi juga ikut berkembang. Saat ini ruang lingkup usaha koperasi meliputi
usaha pertanian dan non pertanian, seperti industri pangan, distribusi pupuk,
pemasaran kopra, pemasaran cengkeh. pemasaran susu, pemasaran hasil perikanan,
peternakan, pertambangan rakyat, kerajinan rakyat, distribusi bahan bakar.
distribusi semen, usaha pakaian jadi, usaha industri kecil logam dan pertambangan,
pemasaran jasa telekomunikasi, pemasaran jasa listrik pedesaan, penyaluran
Kredit Candak Kulak (KCK) dan lain sebagainya. Kontribusi koperasi secara
nasional dalam pengadaan dan pendistribusian beberapa komoditas penting cukup
besar. Gerakan koperasi Indonesia juga mempunyai satu organisasi yaitu Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan

1
penyalur aspirasi untuk kepentingan gerakan koperasi. Selain itu, pada masa PJP I
juga dibangun infrastruktur pendukung PJP II. Prasarana pendukungnya antara
lain Lembaga Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi Koperasi
(Akop) sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan dan kader
pengembangan koperasi yang ahli di bidang manajemen koperasi. Pada saat itu
juga dibentuk Koperasi Jasa Audit (KJA) yang tersebar di 20 provinsi dan
berfungsi sebagai pusat layanan audit.. Di bidang asuransi, gerakan Koperasi juga
telah memiliki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI). Di bidang keuangan, telah
dibentuk Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK)
yang merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK)
dan berfungsi memberikan jaminan atas kredit

Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) dan berfungsi memberikan


jaminan atas kredit kepada koperasi yang diberikan oleh bank. Selain itu, juga
dibentuk Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) dan lembaga keuangan
lainnya, seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi Bank
Perkreditan Rakyat (KBPR), dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP).

Modal penting lainnya dalam pengembangan koperasi pada PJP II adalah UU


Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang memberikan landasan hukum
yang kuat bagi pembangunan koperasi yang maju dan mandiri. Pada prinsipnya.
UU perkoperasian yang baru memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada
gerakan koperasi untuk menentukan arah pengembangan usaha agar sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan para anggota. Disamping itu, pemerintah tetap
memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan dalam rangka mendirikan
koperasi.

E. Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi

5.1 Arahan pembangunan koperasi

Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat perlu


diarahkan agar semakin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien,

1
menjadi gerakan rakyat yang tangguh, dan berakar dalam masyarakat sehingga
mampu memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

Pembangunan koperasi juga perlu diarahkan menjadi gerakan ekonomi


rakyat yang didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan
hal tersebut, khususnya koperasi di pedesaan perlu dikembangkan mutu dan
kemampuannya serta ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi di
pedesaan.Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi dapat ditingkatkan melalui
upaya peningkatan semangat kebersamaan, meningkatkan peran aktif masyarakat
dalam menumbuhkan dan mengembangkan koperasi, meningkatkan kesadaran,
kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat.

5.2 Sasaran Pembangunan Koperasi


Pelaksanaan pembangunan koperasi dalam era PJP II lebih banyak bertumpu
pada peningkatan produktivitas dan kreativitas sumberdaya manusia, dan pada
penciptaan iklim usaha yang sehat bagi perkembangan koperasi di pihak yang lain.
Agar dapat bersifat proaktif, koperasi dituntut untuk memilki rumusan strategi
yang jelas. Artinya, selain harus memiliki tujuan dan sasaran usaha yang
berorientasi ke depan, koperasi juga dituntut untuk merumuskan strategi yang
tepat dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.Sehubungan dengan hal tersebut
maka beberapa sasaran utama pengembangan koperasi yang hendak ditempuh
pemerintah dalam era PJP II ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan usaha.

Pengembangan usaha koperasi lebih ditekankan pada upaya peningkatan


kemampuan koperasi dalam menciptakan lapangan uasaha dan memanfaatkan
peluang usaha yang ada.

2. Pengembangan sumber daya manusia.

Pengembangan sumber daya manusia koperasi, dalam kaitannya dengan


tantangan yang dihadapi oleh koperasi dimasa depan adalah masalah utama.

1
Karena itu koperasi harus mampu mengantisipasi pola pendidikan dan latihan
sumberdaya manusianya yang paling sesuai dengan kebutuhan
pengembangannya.

3. Peran pemerintah.

Pemerintah bekerjasama dengan gerakan koperasi selalu berupaya


memainkan peranan yang mendorong pengembangan koperasi. Peran
pemerintah diperlukan untuk menyelenggarakan pembinaan untuk
mengembangkan prakarsa dan kreativitas masyarakat.

4. Kerjasama internasional.

Kerjasama internasional dibidang perkoperasian perlu dilakukan, misalnya


dalam bentuk pertukaran tenaga ahli koperasi dengan negara-negara lain.

5.3 kebijakan pembangunan koperasi


Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama (PJP I)
pembangunan koperasi di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup
memuaskan. Walaupun demikian pembangunan koperai selama PJP I masih jauh
dari sempurna, berbagai kelemahan mendasar masih mewarnai koperasi.
Kelemahan mendasar itu misalnya: kelemahan manajerial, kelemahan sumber
daya manusia, kelemahan permodalan, dan kelemahan pemasaran.

Pelaksanaan pembangunan koperasi dalam PJP II diharapkan dapat lebih


ditingkatkan, sehingga selain koperasi tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan
kuat peranannya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dapat lebih ditingkatkan
pula. Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci
adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar


memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan
ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.

1
2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi yang ditingkatkan melalui
upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih
profesional.

3. Peningkatan koperasi yang di dukung melalui pemberian kesempatan


berusaha yang seluas luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, dan penciptaan iklim usaha yang mendukung
dengan kemudahan memperoleh permodalan.

4. Kerjasama antar koperasi dan koperasi lainnya dengan usaha negara dan
usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk
mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang
dijiwai semangat dan asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha,
dan kesetiakawanan.

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

memahami prinsip pengukuran kinerja dan pengawasan koperasi indonesia,


serta mengetahui pembangunan koperasi yang ada di indonesia menjadi hal yang
sangat penting untuk kita ketahui, dengan kita memahami materi hari ini, kita bisa
mengetahui apa itu kinerja dan prinsip pengukuran kinerja koperasi, tentang
kelembagaan, keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset dan SHU Koperasi,
tentang bagaimana metode pengawasan koperasi , pembangunan koperasi dan
perundang undangannya, serta arah, sasaran dan kebijaksanaan pembangunan
koperasi. Dengan adanya pemahaman kita tentang materi hari ini, diharapkan
dapat kita terapkan ilmu kita di masa depan kelak khususnya saat kita
berorganisasi di bagian koperasi nantinya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, D. F. (2017, December 25). Variabel Kerja Koperasi & Prinsip


Pengukuran Kinerja Koperasi, Pengertian SHU, Informasi Dasar SHU, Rumus
SHU, Pembagian SHU. variabel-kerja-koperasi-pengukuran.
https://repository.uin-suska.ac.id/22563/7/7.%20BAB%20II%20%281%29.pdf

Kusnadi, Hendar.1999.Ekonomi Koperasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI

hendar & $usnadi ,2009, Ekonomi Koperasi: Untuk Perguruan Tinggi (Edisi 2)

Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Koperasi. (2011, January 19).


LiaDhitya’s Blog. https://liasetianingsih.wordpress.com/2009/11/24/kebijakan-
pemerintah-dalam-pembangunan-koperasi/

MATERI 6, Pembangunan Koperasi dan Perundang-Undangan, Tantangan,


Kendala,. (n.d.). Scribd. https://id.scribd.com/document/514184836/MATERI-6-
Pembangunan-Koperasi-dan-Perundang-Undangan-Tantangan-Kendala

Pjp 1 https://pdfcoffee.com/1-pembangunan-koperasi-dan-perundang-undangan-
pdf-free.html

Modal koperasi Pasal 41 UU No.25 Tahun 1992


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/783.pdf
Pernyataan Stadand Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Revisi Tahun 2011
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-16.pdf
pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992 https://lms-
paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F94361%2Fmod_resource%2Fcont
ent%2F1%2FMODUL%20KULIAH%20ONLINE%2011- MNJ%20KOPERASI
%20DAN%20UKM.pdf
Firdausy Carunia Mulya. (2019). Koperasi Dalam Sistem Perekonomian
Indonesia.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Ayat 1
https://www.dpr.go.id/prolegnas/deskripsi- konsepsi3/id/155#:~:text=Pasal
%2033%20ayat%20(1)%20UUD,atas%20asas%2 0yang%20sangat
%20individualistik.
Pjp 2 https://www.coursehero.com/file/29995871/Kebijakan-pemerintah-dalam-
koperasidocx/

1
Atmadji. 2007. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Sisa Hasil Usaha
Koperasi dari Aspek Keuangan dan Non-keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen.
Vol. 7. No.2. Hal. 217-232.

Anda mungkin juga menyukai