Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

“Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. USMAN NOER, M. Ag

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD IRSAN (17.1100.0850)
ASRULLAH (18.1100.074)
ARSY.M (2020203886208032)
ASRUNI RIANTINI (2020203886208033)
M. GUNAWAN (2020203886208034)
A. RIFALDI TEGAR (2020203886208035)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas berkat limpahan
Rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kita masih diberi kesehatan serta umur yang panjang. Tak
lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai suri tauladan ummat manusia sepanjang zaman hingga hari Kiamat.
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal atas izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Strategi Contextual Teaching and Learning”. Makalah ini di susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca serta penulis mengenai Strategi Pembelajaran Ekspositori.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. Usman, S.Ag, M.Ag selaku
dosen pengampuh mata kuliah Strategi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat membantu kami dalam proses
penyusunan makalah ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga masih membutuhkan banyak perbaikan, maka dari itu saran dan masukan yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan dalam penyusunan makalah berikutnya.

Pinrang, 12 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian CTL (contextual teaching and learning)........................................................3
2.2 Ciri-Ciri Pembelajaran CTL..............................................................................................5
2.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Contextual Teaching Learning...........................................7
2.4 Komponen utama pembelajaran CsTL (menurut depdiknas)........................................7
2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran CTL.............................................................................9
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL..............................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
3.2 Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka
belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu
akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan motivasi diri belum
tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk
memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi),
karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada
metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat
berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di
tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi
jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah
penedekatan kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL).

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu


proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan CTL (contextual teaching & learning)?
2. Apa saja ciri-ciri pembelajaran CTL?
3. Bagaimana prinsip-prinsip CTL?
4. Apa komponen utama dalam pembelajaran CTL?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran CTL?
6. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran CTL?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertianCTL (contextual teaching & learning).
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran CTL.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip CTL.
4. Untuk mengetahui komponen utama dalam pembelajaran CTL.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran CTL.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran CTL

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan CTL (contextual teaching and learning)


Pengertian CTL menurut para ahli:
1. Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. 
2. Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. 
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa CTL adalah konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah "konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

3
komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)".
Menurut teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta
didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap
kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang
ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari
makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan
pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja,
sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih
serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik
konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide
abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui
menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari
tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan
mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau
terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan
mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.
Tujuan CTL:
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan
yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya. 
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa. 

4
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan
terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain 
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
6. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari 
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat
menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan
informasi itu miliknya sendiri. 

2.2 Ciri-Ciri Pembelajaran CTL


a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman. Siswa kritis guru kreatif.
i. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain.
j. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Karakteristik pembelajaran menurut johnson :


a. Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningful Connections)  
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan
makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan
kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari
CTL.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works)

5
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan
di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan siswa.
c. Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri,
melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan
cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi
kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri
d. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka
memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Berpikir kritis dan kreatif (Critical dan Creative Thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap
tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-
kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas
pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam
pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan
yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
g. Mencapai standar yang tinggi (Reaching High Standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai
keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh
gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
h. Menggunakan Penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan
akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan

6
antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka
pelajari.

2.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Contextual Teaching Learning


1. Keterkaitan, relevansi (relation). Proses belajar hendaknya dikaitkan dengan bekal
pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa.
2. Pengalaman Langsung (experiencing). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui
kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian dan
sebagainya.
3. Aplikasi (Applying). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari
dengan guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan mengerjakan
tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
4. Alih Pengetahuan (transferring). Pendekatan kontekstual menekankan pada kemampuan
siswa untuk mentransfer situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat
tinggi, lebih dari sekedar hafal.
5. Kerja sama (cooperating). Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan
dan menjawab pertanyaan dan komunikasi interaktif antar siswa.
6. Pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.

Berdasarkan uraian diatas, prinsip-prinsip tersebut merupakan bahan acuan untuk


menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran. Implementasi kontekstual lebih
mengutamakan strategi pembelajaran dari pada hasil belajar, yakni proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.
2.4 Komponen utama pembelajaran CTL (menurut depdiknas)
Pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu:
a) Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL,
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

7
b) Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari:
1. observasi (observation)
2. Bertanya (questioning)
3. Mengajukan dugaan (hiphotesis)
4. Pengumpulan data (data gathering)
5. Penyimpulan (conclusion).
c) Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk:
1. Menggali informasi
2. Menggali pemahaman siswa
3. Membangkitkan respon kepada siswa
4. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6. Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru
7. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah
dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau.
Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e) Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan
apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.

8
f) Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang
baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan
refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Penialaian adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan
belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang
benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran CTL


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
 Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
 Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
 Ciptakan masyarakat belajar.
 Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
 Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
 Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL


A. Kelebihan
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.
2. Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah.
3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
9
4. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
5. Membantu siswa bekerja lebih efektif dalam kelompok.
6. Terbentuk sikap kerjasama yang baik antar individu maupun kelompok.
B. Kelemahan
1. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya,
karena siswa yang tekun merasa harus bekerja sendiri. 
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
3. Dalam pembelajaran akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah, yang kemudian akan
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini akan terus tertinggal dan
sulit untuk mengejar ketinggalannya, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri. Jadi siswa yang
mengikuti setiap pembelajaran dengan baik tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan model pembelajaran CTL ini.
6. Lebih mengembangkan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya,
sehingga siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan dalam belajar.
7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
8. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi, karena dalam pembelajaran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing serta lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya denagan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan kehidupan sehari-hari,dengan melibatkan
tujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL yaitu kontruktivisme, inquiri, bertanya,
modeling,dll. Pembelajaran kontektual bertujuan membekali siswa denganpengetahuan yang
lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan kepermasalahan lain
dan dari satu kontek ke kontek lainnya.

3.2 Saran
Guru harus dapat menyajikan dunia nyata atau benda-benda konkret saat pembelajaran
sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang diperolehnya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran . Bandung: ALFABETA

Budiningsih, C.Asri., DR. 2005 Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Pustaka


Depdiknas

Hobri, 2004. Model-model Pembelajaran Inovatif . Surabaya: Unesa University Press

Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning, what it is and why it’s here stay.
California: Corrwin Prees

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru

12

Anda mungkin juga menyukai