Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

"KERAJAAN DEMAK"

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. ALZAHRA AIDILIA FITRI

2. JOY KYRIE ELEISON

3. IRGI RIANDI

4. NAILA SAFITRI

5. LAUZA NURFAIKAH

6. M. FIREL MAREZA
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat.

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besamya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul :
"SEJARAH KERAJAAN DEMAK"

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari


kekurangan dan kesalahan
namun selalu ada yang kurang.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang


membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................

Kata pengantar..................................................................

Daftar isi............................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................

1.1 Latar belakang...........................................................

1.2 Rumusan masalah.......................................................

1.3 Tujuan.........................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................

2.1 Sejarah berdirinya kerajaan demak.............................

2.2 Bukti bukti sejarah yang menjelaskan tentang kerajaan


demak.................................................................

2.3 kehidupan pemerintahan, politik, sosial, ekonomi dan


budaya kerajaan demak.....................................................

2.4 Penyebab keruntuhan kerajaan demak........................


BAB III PENUTUP...............................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau
jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun
1478, Raden Patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang
menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak.

Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri


atas sembilan orang ulama besar, pendakwah islam paling awal
di pulau jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah
oleh
Prabu Kertabumi.

Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah


menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama.

Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu


menganut
islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai
adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit
saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang
sangat lemah.
Dengan proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian
Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Kerajaan ini sering dikunjungi pedagang-pedagang Islam dan
pedagang asing untuk membeli beras, madu,lilin dan lain-lain.

Sampai abad ke 15, Demak di bawah kekuasaan Majapahit.

Akan tetapi setelah Majapahit mundur, Demak berkembang


pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan tempat
perdagangan yang ramai.

Sebagai penguasa pertama adalah Raden Fatah.


Selain menjadi penguasa (bupati), Raden Fatah juga sebagai
penyiar agama Islam.

Raden Fatah memisahkan diri dari Majapahit sekitar tahun 1500.

Dengan bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan


Islam yang pertama di Pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.

Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi


yaitu
pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam.

Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan


kerajaan-kerajaan pesisirPulau Jawa, seperti Lasem, Tuban,
Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten

Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan


dan lalu
lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil
masjid Agung Demak.

Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak


mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan
dakwah islam ke seluruh Jawa.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam
adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara.

Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu.


Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang
soal-soal keagamaan.

Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin


Sultan Trenggana (1521 - 1546). Sultan Trenggana naik takhta
setelah Pati Unus.

Letak Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Pada


periode Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Demak meluas ke
Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam
gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas
perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda
Kelapa.

Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti


kemenangan yang sempurna. Jayakarta kelak berganti nama
menjadi Batavia, lalu Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.

Sultan Trenggana wafat pada 1546. Insiden saat


menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai
Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) membuat Sultan Trenggana
terbunuh.
Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan
Kerajaan Demak diperebutkan.

Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk


menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata,putra Sultan
Trenggana.

Sunan Prawata lalu membunuh Surowiyoto dan menduduki


kekuasaan.

Kejadian tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap


kekuasaan Sunan Prawata. Ia lalu memindahkan pusat
kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah.
Ia hanya berkuasa selama satu tahun karena dibunuh Arya
Penangsang, putra Surowiyoto pada 1547.

Arya Penangsang menduduki takhta Kerajaan Demak setelah


membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran
Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, penguasa Jepara karena
dianggap berbahaya bagi kekuasaannya.

Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan


Adipati Hadiwijaya, penguasa Pajang pada 1556. Hadiwijaya
semula sangat setia pada Demak. Pemberontakan Hadiwijaya
disebabkan oleh Arya Penangsang yang membunuh Sunan
Prawata dan Pangeran Kalinyamat.

Pemberontakan Adipati Hadiwijaya menyebabkan runtuhnya


Kerajaan Demak menjadi vazal atau wilayah kekuasaan
Kesultanan Pajang.
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak berdiri pada awal abad
ke 16 yang didirikan oleh Raden Patah. Pusat Kerajaan Demak
berada di Demak, Jawa Tengah. Dalam hal penyebaran agama
Islam, Kerajaan Demak dibantu oleh Wali Songo.

RAJA-RAJA DEMAK

1. Raden Patah (1500-1518 M)


Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, salah satu putra
dari raja Majapahit dari istri raja yang berasal dari Cina yang
telah masuk Islam. Raden Patah memimpin sejak 1500 M.
Dibawah kepemimpinan Raden patah, Demak mampu
berkembang menjadi pusat agama Islam uyang dikembangkan
melalui peran Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah
merupakan periode awal berkembangnya Islam di Jawa.

2. Adipati Unus (1518-1521 M)


Pasca meninggalnya Raden Patah pada tahun 1518 M,
Kesultanan Demak diambil alih oleh putranya Adipati Unus
(1488-1521 M).
Keberaniannya dalam perang membuat Adipati Unus
mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521,
Adipati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka yang dikuasai
Portugis. Dalam pertempuran tersebut, Adipati Unus gugur dan
digantikan oleh Sultan Trenggana, merupakan raja ketiga
Kesultanan Demak.

3. Sultan Trenggana (1521-1546)


Kesultanan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Trenggana. Wilayah Demak meluas hingga
ke Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada tahun 1527, dibawah pimpinan Fatahillah, Demak bersama
Cirebon mampu mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama
Sunda Kelapa diganti menjadi “Jayakarta” yang berarti
kemenangan yang sempurna. Pada tahun 1546 Demak
melakukan penyerangan ke Penarukan Situbondo, yang dikuasai
Kerajaan Blambangan, Sultan Trenggana tewas terbunuh dalam
pertempuran ini.

4. Sunan Prawata (1546-1549 M)


Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggana. Pasca
terbunuhnya Sultan Trenggana, perpindahan kekuasaan ke
anaknya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto atau
Pangeran Sekar berusaha untuk menduduki kekuasan
Kesultanan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata, putra
Sultan Trenggana. Sunan Prawata membunuh Pangeran
Surowiyoto yang menyebabkan surutnya dukungan kepada
Sunan Prawata. Akibatnya, Sunan Prawata memilih
memindahkan pusat kerajaan ke Pati. Masa kekuasaan Sunan
Prawata tidak berlangsung lama setelah Arya Penangsang, putra
dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Sunan
Prawata pada tahun 1549 M.

5. Arya Penangsang (1549-1554 M)


Arya Penangsang menduduki tahta Kerajaan Demak setelah
melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata. Selain itu, ia
juga menyingkirkan Pangeran Hadiri / Kalinyamat sebagai
penguasa Jepara yang dianggapnya berbahaya bagi
kekuasaannya. Hal ini membuat para adipati Demak tidak
senang, salah satu diantaranya adalah Hadiwijaya dari Pajang.
Kekusaan Demakpun dipindah dari Demak ke Jipang, wilayah
kekuasaan Arya Penangsang. Masa pemerintahan Arya
Penangsang berakhir pada tahun 1554 setelah Hadiwijaya yang
dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan anaknya
Sutawijaya melakukan pemberontakan. Arya Penangsang tewas
dan kedudukan Sultan Demak diduduki oleh Hadiwijaya yang
memindahkan kekuasannya ke Pajang, menandai berakhirnya
Kerajaan Demak.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak.

Letak strategis di pesisir pantai Jawa membuat Demak menjadi


bandar perdagangan yang maju bersama Surabaya, Madura,
Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon dan Sunda Kelapa. Selain
perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor
seperti beras dari pedalaman yang dihasilkan dari kadipaten –
kadipaten seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati dan Pajang.
Komoditas ini diekspor melalui jalur perdagangan internasional
di Nusantara.

Kehidupan Politik kerajaan Demak.

Kerajaan Demak mampu mengakhiri kedigdayaan Kerajaan


Majapahit dan Kerajaan Sunda. Setelah berdiri sendiri, Kerajaan
Demak menempatkan adipati – adipati di daerah – daerah
sebagai perpanjangan tangan Sultan. Daerah tersebut seperti
Surabaya, Tuban, dan Madiun yang memiliki adipati yang sangat
berpengaruh. Selama Kerajaan Demak berdiri, kerajaan ini sering
bersinggungan dengan bangsa barat. Salah satu diantaranya
ketika terjadi perebutan Sunda Kelapa pada tahun 1527 dengan
Portugis.

Kehidupan Sosial Kerajaan Demak.


Berbeda dengan kerajaan Hindu maupun Buddha, di agama
Islam tidak terdapat kasta dalam kehidupan sosialnya. Pada
agama Islam juga tidak terdapat ritual – ritual yang
mengeluarkan biaya layaknya yang dilakukan di agama Hindu.
Sistem sosial Kerajaan Demak bersifat egaliter, artinya terdapat
kesetaraan antara rakyat dan pemimpin yang dapat dilihat ketika
pelaksanaan sholat Jumat.
PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK

Soko Tatal.

Soko Tatal berbentuk tiang penyangga dari Masjid Agung Demak.


Selain Soko Tatal juga ada Soko Guru. Soko Guru merupakan tiga
buah tiang berdiameter sakitar satu meter untuk menyangga
Masjid Agung Demak. Sedangkan Soko Tatal sendiri terbuat dari
potongan kayu yang berasal dari kayu siswa pembuatan dari
Soko Guru.

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan


Demak Kota. Diperkirakan masjid ini didirikan pada tahun 1479
M. Hingga kini Masjid Demak masih kokoh berdiri di pusat kota
Demak setelah beberapa renovasi.

Pawastren

Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah


perempuan. Pawastren memiliki dinding yang sangat indah
dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan
maksurah.
Makam Kalijaga

Makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Kecamatan


Demak. Makam Sunan Kalijaga menjadi situs yang sering
didatangi peziarah dari berbagai wilayah tanah air dan menjadi
peninggalan Kerajaan Demak.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas
maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan demak?

2. Jelaskan bukti-bukti sejarah yang menjelaskan tentang


kerajaan demak

3. Bagaimana kehidupan pemerintahan, politik, sosial,


ekonomi dan budaya kerajaan demak?

4. Jelaskanlah penyebab keruntuhan kerajaan demak.


1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka
tujuan Penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:

1. Menjelaskan bagaimana sejarah berdirinya kerajaan


demak tersebut

2. Menjelaskan tentang bukti bukti peninggalan sejarah


yang menjelaskan tentang kerajaan demak

3. Menjelaskan kehidupan pemerintahan, politik, sosial,


ekonomi dan budaya dari kerajaan demak

4. Menjelaskan penyebab runtuhnya kerajaan demak


1.4 MANFAAT PENELITIAN [ BAGI PENULIS ] :

1.) Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi


penulis/peneliti

untuk menjelaskan tentang peristiwa apa saja yang terjadi pada


sejarah kerajaan demak tersebut.

2.) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumber informasi dan


bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih
dikembangkan dalam materi-materi yang lainnya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

3.) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan sang penulis,


mengenai sejarah kerajaan demak tersebut.

MANFAAT PENELITIAN [ BAGI PEMBACA ] :


1.) Dapat menambah sumber pengetahuan tambahan bagi
pembaca Untuk mempermudah pembaca memahami apa yg
disampaikan pada penelitian ini.

2.) penelitian in bermanfaat bagi pembaca untuk pengembangan


pengetahuan teori mengenai sejarah kerajaan demak tersebut.

3.) Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca karena mengandung


informasi lebih lanjut mengenai sejarah kerajaan demak, seperti
menjelaskan lokasi, dan asal mula dari sejarah kerajaan demak
tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

Demak sebelumnya adalah sebuah daerah bernama Bintoro atau


Gelagahwangi, yang merupakan daerah kadipaten di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Suatu ketika, Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan
Ampel dari Surabaya, untuk merantau ke barat dan bermukim di
sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi.
Raden Patah adalah putra dari Raja Brawijaya dari istrinya yang
disebut Putri Cina.
Dalam perantauannya itu, Raden Patah menemukan tempat
yang dimaksud Sunan Ampel kemudian menamainya sebagai
Demak.

Berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa lepas dari kemunduran


Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-15.
Pada saat itu, wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri dan
saling serang karena merasa sebagai pewaris takhta Majapahit
yang sah.

Raden Patah yang mendapat dukungan dari wali sanga dan Ki


Ageng Pengging, kemudian diangkat sebagai bupati Demak oleh
Prabu Brawijaya dengan ibu kota di Bintara.
Setelah merasa kuat karena memiliki daerah yang strategis dan
mempunyai dukungan dari wali sanga, para wali menyarankan
agar Raden Patah menjadikan Demak sebagai kerajaan Islam dan
sepenuhnya memisahkan diri dari Kerajaan Majapahit.
Raden Patah kemudian mengumpulkan para pengikutnya untuk
melawan Kerajaan Majapahit
2.2 BUKTI BUKTI PENINGGALAN SEJARAH YANG MENJELASKAN
TENTANG KERAJAAN DEMAK

Berikut ini merupakan 10 peninggalan Kerajaan Demak yang


menjelaskan tentang kerajaan demak :

1. Makam Sunan Kalijaga

Perlu diingat, Wali Songo termasuk Sunan Kalijaga menjadi tokoh


yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di
Kerajaan Demak. Sunan Kalijaga telah wafat pada 1520 silam dan
dikebumikan di Desa Kadilangu.
Makam Sunan Kalijaga menjadi salah satu peninggalan Kerajaan
Demak yang masih lestari.
Wisatawan kota Demak tak pernah lupa menyambangi situs ini
untuk berziarah dan melantunkan doa.

2. Masjid Agung Demak


Peninggalan Kerajaan Demak yang sangat populer di kalangan
wisatawan adalah Masjid Agung Demak. Rumah ibadah satu ini
sudah berdiri sejak tahun 1479 Masehi di Desa Kauman.

3. Lawang Bledeg

Lawang Bledeg atau Pintu Petir diyakini sebagai gambar dari


petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo. Sesuai dengan perintah
Raden Fatah, Ki Ageng Selo diminta untuk menggambarkan
bagaimana bentuk bledeg yang dia tangkap.
Baru saja menggambar bagian kepala, bledeg itu hilang. Kini,
pintu tersebut dijadikan sebagai candra sengkala dari sejarah
berdirinya Masjid Agung Demak

4. Soko Guru

Jika mendatangi Masjid Agung Demak, kamu akan melihat


empat tiang utama di tengah. Itu merupakan Soko guru yang
terbuat dari kayu jati.
Fungsi dari Soko Guru sendiri adalah sebagai penyangga
kerangka masjid. Tiang tersebut dibuat oleh Wali Songo sebagai
lambang empat penjuru.
Ada Sunan Bonang membuat soko barat laut, soko guru barat
daya oleh Sunan Gurung Jati, ada pula soko guru tenggara yang
dibuat Sunan Ampel, dan juga Sunan Kalijaga membuat soko
guru timur laut.
Uniknya, soko guru Sunan Kalijaga memiliki tinggi 17 meter atau
sama jumlahnya dengan total rakaat shalat.

5.Surya Majapahit
Surya Majapahit memiliki bentuk segi delapan yang mana ini
merupakan lambar Kerajaan Majapahit. Letak Surya Majapahit
ada di atas persujudan imam, Masjid Agung Demak.
Peninggalan Kerajaan Demak yang masih lestari satu ini punya
makna tersendiri yakni Hasta Brata atau delapan sifat
kepemimpinan, meliputi Matahari, Bulan, Bumi, Samudera,
Angin, Api, Air, dan Bintang.

6. Dampar Kencana

Dahulu, Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi dari Kerajaan


Majapahit pernah memberikan hadiah kepada Raden Patah.
Hadiah itu berupa Dampar Kencana yakni singgasana raja yang
dipergunakan sebagai mimbar khotbah Masjid Agung Demak.
Prabu Brawijaya V menyerahkan Dampar Kencana

Kepada Raden Patah saat ketika beliau dinobatkan sebagai raja


Kesultanan Demak Bintoro.

7. Situs Kolam Wudu

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya yang masih lestari ada


situs Kolam Wudu.
Pada zaman dahulu, lokasi ini pernah jadi tempat para Wali
Songo berwudhu.
Seperti diketahui, Kerajaan Demak begitu erat dengan Wali
Songo.

8. Piring Campa

Masjid Demak memang kaya akan peninggalan Kerajaan Demak


yang masih lestari. Misalnya saja Piring Campa berjumlah 65
buah.
Piring porselen ini adalah hadiah dari Ibu Raden Patah Siu Ban
Ci.

9. Maksurah

Jika melihat dari catatan prasasti, peninggalan Kerajaan Demak


berupa maksurah ini sudah dibuat pada 1866 di masa
pemerintahan Adipati Demak. Adapun Maksurah sendiri
berbentuk ruangan persegi panjang berisikan ukiran kaligrafi
untuk para raja dan ulama.

10. Mihrab

Kerajaan Demak meninggalkan sebuah mihrab atau tempat


pengimaman. Dipercaya, di dalam mihrab terdapat hewan bulus
dari prasasti Candra Sengkala.

2.3 KEHIDUPAN PEMERINTAHAN POLITIK, SOSIAL, EKONOMI,


BUDAYA, DARI KERAJAAN DEMAK

 KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah
kepemimpinan Raden Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai
utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan
Demak.

Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan


Selatan), Palembang, dan Jambi.

Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang


bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung
dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari
kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka.

Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar


Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke
utara)
Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran
Kerajaan Demak.

Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra


Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar
Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)).

Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh


Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu
Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon pertolongan kepada
Adiwijaya di Pajang.

Dalam pertempuran itu, Adi wijaya berhasil membunuh Aria


Panangsang.

Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke


Pajang pada tahun 1568.

Peristiwa ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

 KEHIDUPAN EKONOMI
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan
maritim dan agraria.

Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan


dengan upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun
upaya ini ternyata tidak berhasil.
Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan pelabuhan lain di
Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan
transit (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan
mempunyai sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.

Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting sebab


mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai
penghasil bahan makanan, terutama beras
Selain itu, perdagangannya juga maju.

Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.

Barang itu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara.


Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang
lebih baik.

Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai


penghubung atau transit antara daerah penghasil rempah-
rempah di bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka lalu
dibawa para pedagang menuju kawasan Barat.

Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia


kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.

Posisi kerajaan Demak sangat strategis dalam perdagangan laut,


pelabuhannya sering digunakan transit kapal-kapal dagang dari
wilayah Barat yang hendak ke Selat Malaka, begitu pun
sebaliknya

Usaha ini gagal, meskipun demikian tidak meruntuhkan


perekonomian Demak sebab didukung oleh hasil pertanian dan
mendapat keuntungan ekonomi yang besar.
Kesadaran pentingnya memanfaatkan ekonomi pertanian,
Demak melaksanakan perluasan wilayah ke daerah-daerah di
sekitarnya termasuk ke Jawa Barat.

 KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah berjalan
teratur.

Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-


norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.

Keadaan sosial di Demak tidak jauh berbeda dengan masa


berkuasanya Majapahit.

Perbedaan yang mencolok terdapat pada penggunaan


aturan-aturan dan hukum yang cocok dengan ajaran Islam,
sehingga terasa lebih tertib dan teratur.

Demak adalah pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.


Lahirnya wali-wali di Demak membuat lebih cepat proses
penyebaran agama Islam bahkan sampai ke pelosok.

Mendirikan pesantren adalah cara penyebaran agama Islam yang


efektif.

Hitu yang berasal dari Ternate, pernah belajar di pesantren yang


didirikan oleh Sunan Giri. Setelah selesai belajar, dia
menyebarkan agama Islam di Ternate.

Hasil kebudayaan Kerajaan Demak adalah kebudayaan yang


berkaitan dengan Islam.
Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang
masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan


Islam juga mempunyai keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya
dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid
itu sendiri yang disatukan (tatal).

Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari


Wali Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada
masa Kerajaan Demak.
Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat
masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini lalu menjadi tradisi
atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.
2.4 PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN DEMAK
ada dua faktor yang menyebabkan Kerajaan Demak runtuh.

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang hadir pertama


kali di tanah Jawa pada 1475 hingga 1568.

Pendiri kerajaan ini ialah Raden Patah dengan sejumlah bantuan


ulama di Jawa pada saat itu.

Meski begitu, kerajaan Demak tak berlangsung lama, karena


pada abad ke-16 Masehi, kerajaan ini mengalami sejumlah krisis
yang berdampak runtuhnya kerajaan Demak.

Kerajaan Demak runtuh terjadi setelah Sultan Trenggana


meninggal pada 1546 Masehi.

1. Adanya Dendam Arya Penangsang


Setelah meninggalnya Sultan Trenggana, Kerajaan Demak
mengalami krisis politik yang disebabkan perebutan kekuasaan
tertinggi antara Arya Penangsang dan Sunan Prawoto.

Saat itu, Sunan Prawoto diangkat menjadi raja Demak untuk


menggantikan Sultan Trenggana pada 1546.
Hal tersebut tak berjalan mulus, karena pengangkatan Sunan
Prawoto diprotes oleh Arya Penangsang atau sepupu Sunan
Prawoto.

Saat itu, Arya Penangsang berpandangan bahwa yang berhak


didapuk menjadi raja Demak adalah dirinya.

Selain itu, Arya Penangsang sangat dendam pada Sunan

Prawoto yang sudah mengakhiri nyawa ayahnya yaitu pangeran


Surowiyoto.

Saat itu, Sunan Prawoto mengakhiri nyawa pangeran Surowiyoto


agar Sultan Trenggana menjadi raja Demak.

Oleh sebab itu, Arya Penangsang membalaskan dendam sang


ayah beberapa waktu sebelumnya.

2.Runtuhnya kerajaan Demak

Akibat perbuatan Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang


memperoleh kecaman dari Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya
sekaligus menantu Sultan Trenggana.
Joko Tingkir beserta Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi
melakukan sejumlah upaya agar merebut kekuasaan Kerajaan
Demak dari Arya Penangsang.

Hingga pada akhirnya, Joko Tingkir, Ki Gede Pamanahan dan Ki


Panjawi berhasil melumpuhkan Arya Penangsang di Jipang
Panolan.

Pada 1568, Joko Tingkir menjadi Sultan Demak dan


memindahkan ibu kota Demak ke wilayah yang bernama Pajang.

Dengan adanya pemindahan ibu kota tersebut menjadi titik


keruntuhan kerajaan Demak.

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Kerajaan Demak berdiri tahun 1500. Raja pertama Kerajaan


Demak adalah Raden Fatah,yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-
Fatah. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Demak
berkembang dengan pesat.

Dapat berkembang dengan pesat karena memiliki daerah


pertanianyang luas sebagai penghasilan bahan makanan,
terutama beras.

Selain itu, Kemajuan yangdialami Demak ini dipengaruhi oleh


jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Kerajaan Demaktumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga
tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam.Para wali
adalah penyebar agama Islam di Demak.

Mereka memanfaatkan posisinya untuk lebihmenyebarkan Islam


kepada penduduk Jawa.Wafatnya Sultan Trenggana (1546)
menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak.

Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra


Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang(keturunan Sekar
Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)).

Dalam perebutan kekuasaan itu, AriaPanangsang membunuh


Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri.

Ratu Kalinyamat danAria Pangiri memohon bantuan kepada


Adiwijaya di Pajang.

Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria


Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota
KerajaanDemak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini
menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

 Saran

Dari keberadaanya Kerajaan Demak di nusantara pada masa


yang lalu.
Maka kita wajibmensyukurinya.
Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan
perilaku dengan hatiyang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya
nenek moyang kita.

Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya


berartikita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa.

Oleh karena itu marilah kita bersama


Samamenjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai