Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN DEMAK

A. Pembahasan

Awal Kerajaan Demak

Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri padatahun 1478 M. Hal
ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yangdiberi tanda Candra Sengkala: Sirna
hilang Kertaning Bumi, yang berartitahun saka 1400 atau 1478 M.Kerajaan Demak itu
didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalumemajukan agama islam di bantu oleh para wali dan
saudagar Islam. RadenFatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia
adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatahdilahirkan di
Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka RadenFatah dididik secara Islam,
sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim
ke Jawa untukmemperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya
kawindengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak (Bintoro).Pada kira-
kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintahgurunya dengan jalan
membuka madrasah atau pondok pesantren di daerahtersebut. Rupanya tugas yang diberikan
kepada Raden Fatah dijalankandengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi
ramai dikunjungiorang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama,
tetapikemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusatkerajaan Islam
pertama di Jawa.

B. Nama-Nama Raja Demak

1. Raden Patah (berkuasa 1500-1518 M)

Raden Patah merupakan pendiri Kerajaan Demak. Dia adalah putra Raja Majapahit dari
istri seorang perempuan asal Cina, yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin Kerajaan
Demak pada 1500 hingga 1518 M. Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kesultanan Demak
menjadi pusat penyebaran agama Islam dengan peran sentral Wali Songo. Periode ini adalah
fase awal semakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.

2. Adi Pati Unus (berkuasa 1518-1521 M)

Setelah Raden Patah wafat pada 1518, takhta Demak dilanjutkan oleh putranya, Adipati
Unus (1488-1521). Sebelumnya menjadi sultan, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya
sebagai panglima perang hingga diberi julukan Pangeran Sabrang Lor.
Dikutip dari buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam
di Nusantara (2005) karya Slamet Muljana, pada 1521 Pati Unus memimpin penyerbuan
kedua ke Malaka melawan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran tersebut kemudian
digantikan Trenggana sebagai pemimpin ke-3 Kesultanan Demak.

3. Sultan Trenggono (berkuasa 1521-1546 M)

Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak mencapai periode kejayaannya. Wilayah


kekuasaan Demak meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam
gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta atau "kemenangan yang
sempurna". Kelak, Jayakarta berganti nama lagi menjadi Batavia lalu Jakarta, ibu kota
Republik Indonesia.

Saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan
(Banyuwangi), pada 1546, terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana terbunuh.

4. Sunan Prawata (berkuasa 1546-1549 M)

Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggono. Suksesi Sultan Trenggana yang
berlangsung mendadak akibat kematiannya ternyata tidak berlangsung mulus.

Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan


mengalahkan Sunan Prawata yang merupakan putra Trenggana. Sunan Prawata kemudian
membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan.

Akan tetapi, karena insiden tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap


kekuasaannya. Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati,
Jawa Tengah. Ia hanya berkuasa selama satu tahun, ketika Arya Penangsang putra dari
Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada 1547.

5. Arya Penangsang (berkuasa 1549-1554 M)

Arya PenaArya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata.
Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap
berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini menyebabkan tidak senangnya pada adipati Demak,
salah satunya Hadiwijaya dari Pajang.
Hal ini menyebabkan dipindahnya pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan
Arya Penangsang. Meski begitu, Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554
ketika Hadiwijaya dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya
memberontak melawan Demak.

C. Tahun Berdirinya dan Tahun Runtuhnya

1. Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak berdiri pada perkiraan tahun 1478 atau akhir
abad ke-15 sebelum Masehi. Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah. Raden Patah
merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Demak. Raden Patah merupakan
keturunan dari raja terakhir Kerajaan Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya V.

Raden Patah memiliki mata yang agak sipit, ini karena ia merupakan keturunan
Tionghoa. Lebih jelasnya Raden Patah mempunyai ibu bernama Siu Ban Ci yang merupakan
seorang wanita muslim keturunan Cina.

2. Runtuhnya kerajaan Demak

Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya,


penguasa Pajang pada 1556. Hadiwijaya semula sangat setia pada Demak. Pemberontakan
Hadiwijaya disebabkan oleh Arya Penangsang yang membunuh Sunan Prawata dan Pangeran
Kalinyamat.

Pemberontakan Adipati Hadiwijaya menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak menjadi


vazal atau wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang.

D. Sistem pemerintahan

Sistem pemerintahan kerajaan Demak yaitu sistem teokrasi. Maksudnya pemerintahan


yang dijalankan berlandaskan dengan dasar-dasar dan kaidah agama islam. Beberapa raja
yang pernah memimpin menerapkan sistem yang sama namun dengan hasil yang berbeda.

E. Peninggalan Kerajaan Demak

1. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak adalah masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari
Kerajaan Demak. Pembangunan masjid dibantu oleh Walisongo pada abad ke-15 Masehi.
Menurut cerita, masjid tertua di Indonesia ini adalah tempat berkumpulnya Walisongo
yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Masjid Demak menggunakan arsitektur tradisional Indonesia yang khas dan sarat makna.

2. Makam Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah salah satu dari sembilan Walisongo.

Makam Sunan Kalijaga terletak di Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.Makam


Sunan Kalijaga tidak pernah sepi pengunjung yang ingin ziarah. Mereka datang dari berbagai
kota bahkan luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Di makam ini setiap tahun digelar, acara adat Kabupaten Demak, yaitu penjamasan
pusaka Sunan Kalijaga, yang dikenal dengan Grebeg Besar.

3. Soko Guru

Soko Guru adalah empat buah tiang penyangga yang terbuat dari kayu utuh dengan
diameter satu meter.

Soko Guru merupakan hasil budaya yang diturunkan Kerajaan Demak yang terdapat di
Masjid Agung Demak.

Soko Guru untuk menyangga kerangka serta atap masjid.

4. Pintu Bledeg

Pintu Bledeg merupakan pintu yang terdapat di Masjid Agung Demak.

Pintu Bledeg atau lawang bledeg (bahasa Jawa) atau pintu petir merupakan pintu yang
dipahat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 Masehi.

5. Dampar Kencana (tempat duduk raja)

Dampar kencana merupakan singgasana para raja biasa digunakan untuk ceramah di
Masjid Agung Demak.

6. Surya Majapahit

Surya Majapahit merupakan dekorasi yang berbentuk segi delapan yang dahulu terkenal
di era Majapahit.

Menurut sejarawan, Surya Majaphit ditemukan ketika bangunan kerajaan itu runtuh.
Surya Majapahit dinyatakan sebagai peninggalan Kerajaan Demak yang terletak di
Masjid Agung Demak.

Surya Majapahit dibuat pada tahun 1479 Masehi.

7. Situs Kolam Wudhu

Situs Kolam Wudhu merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang digunakan
untuk berwudhu para Walisongo.

Kolam Wudhu itu pernah dijadikan sebagai tempat sayembara untuk menentukan sultan
ke 4 Kesultanan Demak Bintoro.

Saat ini, kolam tersebut masih ada namun tidak digunakan lagi.

F. Masa Kejayaannya

Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana (1521 -
1546). Sultan Trenggana naik takhta setelah Pati Unus.

Letak Kerajaan Demak berada di Demak, Jawa Tengah. Pada periode Sultan Trenggana,
wilayah kekuasaan Demak meluas ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam
gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang
sempurna. Jayakarta kelak berganti nama menjadi Batavia, lalu Jakarta, ibu kota Republik
Indonesia.

Sultan Trenggana wafat pada 1546. Insiden saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang
saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) membuat Sultan Trenggana terbunuh.

Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan Kerajaan Demak


diperebutkan. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki
kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata lalu
membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan.

Kejadian tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap kekuasaan Sunan Prawata.


Ia lalu memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah.
Ia hanya berkuasa selama satu tahun karena dibunuh Arya Penangsang, putra Surowiyoto
pada 1547.

Arya Penangsang menduduki takhta Kerajaan Demak setelah membunuh Sunan Prawata.
Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri atau Pangeran Kalinyamat, penguasa Jepara karena
dianggap berbahaya bagi kekuasaannya.

1.masjid agung Demak

Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari
Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Masjid ini masuk dalam
salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid Agung Demak terletak di
Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Berada tepat di
alun-alun dan pusat keramaian Demak, Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya adalah
tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa inilah yang
mendasari Demak mendapat sebutan kota wali. Raden Patah bersama dengan Walisongo
membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus yang merupakan candra
sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi. Secara filosofis bulus
menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka. Bulus yang
terdiri tas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan bulus yang bulat
bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1. Hewan bulus memang menjadi simbol Masjid
Agung Demak, dibuktikan dengan adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding
masjid.

Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia
yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan
sangat berkarismatik. Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran
akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut
Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut
oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan
Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.

Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg dianggap mampu
menahan petir. Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra
Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, maknanya tahun 1388 Saka atau 1466
Masehi.nBagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut
Saka Majapahit.

2.makam sunan Kalijaga

Umur Sunan Kalijaga yakni telah diperkirakan lebih dari 100 tahun. Maka ia telah
mengalami akhir dalam masa pemerintahan terhadap Majapahit (akhir 1478), Kesultanan
Cirebon, Kesultanan Demak, dan Banten. Bahkan Kerajaan Pajang, yakni telah lahir pada
tahun 1546, dan awal kehadiran Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Panembahan
Senopati. Dia juga membantu dalam merancang Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung
Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu), yang termasuk salah satu pilar utama masjid, ialah
penciptaan terhadap Sunan Kalijaga. Dua pendapat yang telah berkembang tentang asalnya.
Pendapat pertama adalah bahwa Sunan Kalijaga adalah penduduk asli Jawa. Pendapat
tersebut telah didasarkan dalam sebuah catatan sejarah terhadap Babad Tuban.

Kronik melaporkan bahwa Abdul Rahman dari Aria Teja alias berhasil mengubah Adipati
Tuban, Aria Dikara, dan menikahi putrinya. Dari pernikahan itu, Aria Teja kemudian
mempunyai seorang putra yang memiliki sebuah nama Aria Wilatikta. Kronik Tuban
didukung oleh catatan terkenal penulis dan bendahara Portugis Tome Pires (1468 hingga
1540). Menurut Tome Pires, penguasa Tuban merupakan seorang cucu penguasa Islam
pertama di Tuban pada tahun 1500, yaitu Aria Wilakita, dan Raden Mas Said dan Sunan
Kalijaga merupakan seorang putra dari Aria Wilatikta.

Kanjeng Sunan Kalijaga merupakan salah satu seorang Wali Songo yang mempunyai
sebuah kekuatan gaib. Dia juga berpartisipasi dalam pembangunan Masjid Agung Demak,
yang terkenal dengan pilar-pilar kayunya. Kanjeng Sunan Kalijaga tidak hanya dikenal
karena sihirnya, tetapi juga sebagai “Mandi Pangucape” (kata-katanya efektif). Segala
sesuatu yang keluar dari mulut Sunan Kalijaga dapat diwujudkan.

Tidak heran jika makamnya yakni telah dikunjungi dengan banyak orang yang penting
karena berkatnya. Banyak yang percaya bahwa mereka datang ke kuburan saya dan berdoa di
sana. Kemudian kekayaannya lega, posisinya dipromosikan, belahan jiwanya lega, dengan
cepat mencapai apa yang diinginkannya, menenangkan hati dan menjauh dari semua masalah
dalam hidup

3.soko guru
Wali Songo membangun Masjid Agung Demak dengan 4 tiang utama atau dikenal dengan
sebutan soko guru. Saat pulang kampung ke Demak, traveler pun bisa mampir ke masjid dan
melihat langsung soko guru yang bersejarah itu.
Soko guru di Masjid Agung Demak merupakan tiang utama dari kayu jati yang berfungsi
menyangga kerangka serta atap masjid. Soko guru dibuat oleh Wali Songo ketika mendirikan
masjid tersebut. Ada 4 soko guru dengan tinggi masing-masing sekitar 16 meter.

"Raden Patah bersama para Wali Songo membangun masjid ini. Mereka mungkin berbagi
tugas, yang keempat wali itu mencari tiang," ujar penjaga Museum Masjid Agung Demak,
Kiswoyo kepada awak media saat kunjungan ke Museum Masjid Agung Demak di Demak,
Jawa Tengah, atas undangan Sampoerna Kretek akhir pekan lalu.
Pria itu mengatakan bahwa keempat Wali Songo yang mencari tiang utama adalah Sunan
Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Tiang ini harus segera
ditemukan dengan tinggi yang pas dalam waktu singkat, karena konon pembangunan masjid
hanya berlangsung dalam semalam.

Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel sudah membuat tiang dengan tinggi
yang sesuai. Namun kabarnya tiang milik Sunan Kalijaga tingginya masih kurang. Sehingga
tiangnya disambung hingga mencapai tinggi yang sesuai dan dikenal dengan sebutan soko
tatal.

"Soko tatal artinya serpihan kayu disambung jadi satu. Waktu itu sudah hampir subuh. Tapi
tiang punya Sunan Kalijaga itu kurang. Jadi potongan kayu ditumpuk, dijadikan satu terus
diikat," kata Kiswoyo. Kiswoyo menjelaskan bahwa soko tatal dari kumpulan kayu itu juga
disebut sebagai lambang persatuan. "Ada artinya juga dari kecil kalau dikumpulkan jadi satu
kekuatan,"tuturnya.

Setelah jadi, keempat soko guru termasuk soko tatal diletakkan di bagian tengah masjid.
Tiang Sunan Bonang ditaruh di sebelah barat laut, di barat daya milik Sunan Gunung Jati, di
tenggara milik Sunan Ampel dan di sebelah timur laut diletakkan soko tatal Sunan Kalijaga.
Hingga kini, keempat soko guru yang ada di dalam masjid sudah tidak sepenuhnya asli.
Kayu-kayu yang mulai rapuh dipotong dan digantikan dengan yang baru. Jadi, beberapa
bagian yang masih asli memang ada di dalam masjid, tapi sebagian lainnya yang sudah rapuh
ditempatkan di Museum Masjid Agung Demak.
"Sekarang yang di masjid sebagian masih asli sebagian tidak asli. Dulu di sini rawa, jadi
kayunya keropos. Banyak atau sedikit sisanya tergantung dari jenis kayunya," kata Kiswoyo.

4.pintu bledeg

Pintu Bledeg di Masjid Agung Demak terbuat dari kayu jati dan dihiasi berbagai ukiran
cantik bergambar dua kepala naga. Pintu ini konon adalah gambar petir yang ditangkap dan
digambarolehKiAgengSelo.Konon, Ki Ageng Selo memiliki kesaktian bisa menangkap petir.
Pintu kayu jati buatannya ini diyakini dapat berfungsi sebagai penangkal petir. Oleh karena
itu pintu tersebut diberi nama pintu bledeg yang bermakna pintu petir.

Bledeg yang ditangkap Ki Ageng Selo lalu diperlihatkan kepada Raden Fatah dan sembilan
wali, kemudian setelah itu Raden Fatah memerintahkan Ki Ageng Selo untuk menggambar
bentuk bledeg tersebut. Pintu bledeg didominasi dengan warna merah dan dilengkapi dengan
berbagai ukiran termasuk dua kepala naga. Pintu ini juga merupakan prasasti Condro
Sengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani.

Tulisan itu berarti tahun 1388 saka atau 1466 Masehi. Tahun tersebut diprediksi sebagai
peletakan batu pertama dari pembangunan Masjid Agung Demak. Pintu bledeg ini memang
dulunya digunakan sebagai pintu di masjid tersebut. Saat ini pemandangan Pintu Bledeg bisa
dinikmati di Museum Masjid Agung Demak.

5.dampar kencana (tempat duduk raja)

Dampar Kencana merupakan sebuah singgasana atau tempat duduk raja/sultan, yang
pernah memimpin Demak, Dampar kencana ini sempat digunakan sebagai mimbar khutbah,
sebelum akhirnya disimpan di Masjid Agung Demak.

6.surya Majapahit

Pada zaman Majapahit, agama menjiwai segenap lapangan kehidupan, termasuk


kebudayaan. Semua cabang kebudayaan, seperti seni pahat, seni sastra, dan seni panggung
bernafaskan keagamaan. Namun, zaman Majapahit tidak menghasilkan bangunan-bangunan
semegah kelompok candi Borobudur dan Prambanan, yamg dibangun pada zaman Mataram
Kuno di Jawa Tengah.
Dan yang paling berkesan jika dihubungkan dengan Sinar Majapahit, Dalam Babad Tanah
Jawi dan Serat Kenda, raja Majapahit itu disebut Brawijaya. Sudah Pasti bahwa nama
Wijaya. Sebutan bhra/bhre sama dengan sebutan cri, artinya’’sinar’’.Baik bhra maupun cri,
artinya’’sinar’’. Baik bhra maupun cri banyak digunakan sebagai sebutan raja.Masa kejayaan
Majapahit berlangsung dalam era pemerintahan Hayam Wuruk, masa sebelumnya, Kejayaan
Majapahit baru mulai mendaki kearah puncaknya. dalam Pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk(1350-1389 M), masa pemerintahan Hayam Wuruk dianggap masa kejayaan
Majapahit karena tidak ada konflik internal ataupun eksternal dengan daerah-daerah lainnya.
Disinilah Hayam Wuruk : Rajasanegara menjadi tokoh utama pada masa kejayaan Majapahit.
Dalam Negarakertagama, Empu Prapanca begitu meng elu-elukan sosok
Rajasanegara(Hayam Wuruk) dalam kepiwiaiannya memimpin Majapahit. Namun terlepas
dari itu kejayaan Majapahit memang tidak terlepas dari beberapa sektor yang mendukungnya
mulai dari ekspansi sampai bermunculan sastrawan-sastrawan serta karya-karya dihasilkan.

Demikianlah banyak hal yang membuat Majapahit menjadi jaya dalam masa Pemerintahan
Hayam Wuruk. Beberapa hal penting yang dapat diamati melalui kajian sumber-sumber
sejarah dan bukti arkeologis dari masa itu adalah sebagai berikut :

1. Adanya sistem pemerintahan yang efektif


2. Adanya keajegkan (kestabilan) pemerintahan
3. Berlangsungnya kehidupan keagamaan yang baik
4. Terselenggaranya upacara kemegahan di Istana
5. Tumbuh kembangnya berbagai kesenian
6. Hidupnya perniagaan Nusantara dan Jawa( Majapahit)
7. Pelaksanaan politik Majapahit terhadap Nusantara
8. Adanya pengakuan internasional dari negara-negara lain di Asia Tenggara.

Karya-karya bermunculan pada masa Majapahit, seni relief dan patung banyak ditemukan
yang unik. Pencapaian peradaban dalam masa Majapahit terjadi pula dalam bidang seni arca
yang mempunyai bentuk dan gaya tersendiri. Jumlah arca yang dihasilkan dalam era
Majapahit cukup banyak. Arca- arca tersebut ada yang berasal dari periode awal, kejayaan,
kemunduran, dan keruntuhan Majapahit. Ciri khas bentuk arca Majapahit telah ditelaah oleh
para ahli. Salah satu cirinya yang kuat adalah terdapatnya garis-garis disekitar tubuh arca.
Garis ini sebagai garis sinar yang lazim disebut dengan’’Sinar Majapahit’’. Adapun bentuk
relief lingkaran yang dilengkapi garis-garis sinar seringkali didapatkan dibeberapa bagian
candiyang disebut dengan’’Surya Majapahit’’.

Munandar mengatakan bahwa N.J Krom pernah mengemukakan dalam artikelnya yang
berjudul’’De beelden van Tjandi Rimbi’’(1912) tentang ciri-ciri arca masa Majapahit namun
Justru ciri yang kerap kali di dapatkan pada arca-arca Majapahit, oleh Krom malah dilupakan,
yaitu adanya’’Sinar Majapahit’’ yang keluar dari sekeliling tubuh arca. Mungkin saja pada
masa Krom menyusun karyanya, temuan arca-arca Majapahitdengan’’Sinar Majapahit’’
belum banyak ditemukan oleh Krom sebagai salah satu ciri arca pada masa Majapahit

7.situs kolam wudhu

Kolam wudhu Masjid Agung Demak merupakan situs peninggalan sejarah masa
Kasultanan Demak. Ada banyak kisah sejarah di kolam tersebut.

Selain digunakan untuk berwudhu Walisongo, kolam wudhu tersebut pernah dijadikan
tempat sayembara untuk menentukan sultan ke 4 di Kasultanan Demak Bintoro.

"Kolam wudhu atau blumbang itu, pertama untuk wudhu para santri Raden Fatah, sebelum
menjadi sultan, yaitu sebagai pengasuh pondok pesantren Glagah Wangi. Termasuk
digunakan berwudhu untuk orang-orang berjamaah di masjid, Raden Fatah dan Walisongo.
Sejarahnya, termasuk juga mengantarkan seseorang menjadi sultan selanjutnya, pergantian
sultan, yaitu Jaka Tingkir atau Mas Karebet," jelas pengurus Takmir Masjid Agung Demak,
Wagiyo pada detikTravel di area masjid, Kamis (27/8/2020).

Wagiyo menjelaskan, Jaka Tingkir merupakan keturunan Brawijaya V dan menantu dari
Sultan Trenggono. Yaitu Jaka Tingkir merupakan putra dari Raden Kebo Kenongo, yakni
dari Putra Raden Buyut yang merupakan dzuriyah atau keluarga Brawijaya V.
Selain itu lanjutnya, Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan Trenggono, yaitu istri Jaka
Tingkir yaitu adik dari Ratu Kalinyamat.

"Jaka Tingkir juga menjadi tokoh senopati perang, atau kepala keamanan di Kasultanan
Demak Bintoro," jelas takmir Masjid Agung Demak yang telah bertugas sekitar 20 tahun
tersebut
Ia menerangkan, pada saat masa jeda atau kekosongan pemimpin di Kasultanan Demak
Bintoro, setelah Sultan Trenggono wafat, yang ditunjuk sebagai pemimpin yaitu Sunan
Prawoto atau Sunan Bagus Mukmin yang menjabat kurang lebih 3 tahun.

"Ketika dinobatkan secara resmi, beliau tidak mau. Beliau lebih memilih kesufiannya atau
kedekatannya dengan sang Kholik. Sehingga tabuk kepemimpinan itu diserahkan kepada
adiknya, namanya Kalinyamat. Yakni seorang istri Adipati Jepara, Pangeran Hadiri dari
Kasultanan Sumenep. Sehingga Ratu Kalinyamat lah sang memegang Kasultanan Demak
Bintoro saat itu," tuturnya.

"Sampai jeda selesai, Walisongo melihat supaya pemerintahan Kasultanan Demak Bintoro ini
tetap berjalan dengan baik, tidak terjadi perselisihan, maka perlu adanya seorang pemimpin
yang memang sah atau raja yang sah seperti dulu," sambungnya.

Lanjutnya, lalu Walisongo menimbang, kalau adu kekuatan atau perang dengan fisik, itu akan
menjadi bumerang atau pertumpahan darah di Kesultanan Demak Bintoro. Kemudian,
Walisongo mengambil hikmah dengan membuat sayembara atau lomba.
barang siapa yang bisa meloncati kolam wudhu ini dengan pegang tombak dan
membelakangi, atau mundur, maka semuanya harus lego legowo. Atau harus ikhlas, pada
siapapun atau pihak manapun akan dinobatkan menjadi sultan ke empat di Kasultanan Demak
Bintoro," terangnya.

"Itu bukan hanya diikuti oleh keluarga besar raja atau kasultanan, tidak, dari masyarakat
jelata pun boleh. Karena menurut Walisongo yang bisa tetap orang yang memiliki ilmu yang
tinggi. Ternyata sejarah menyampaikan, yang bisa hanya Jaka Tingkir. Melompat dengan
pegangan tombak dan mundur. Akhirnya beliaulah, Jaka Tingkir dinobatkan sebagai sultan
ke empat di Kasultanan Demak Bintoro dengan gelar Sultan Hadiwijoyo," jelas Wagiyo yang
juga purnawirawan TNI tersebut.

Wagiyo menjelaskan, kolam wudhu tersebut dulunya luas hingga ke area makam. Dia
memperkirakan kolam wudhu tersebut memiliki lebar sekitar 50 meter. Sementara kolam
wudhu yang saat ini berukuran 10 x 25 meter tersebut sudah dari peninggalan leluhur untuk
mengenang jasa para wali.

Anda mungkin juga menyukai