Anda di halaman 1dari 5

1

Kesultanan Demak
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Kerajaan Demak
Kesultanan Demak
1475–1554

Bendera
Bintara, Demak
Ibu kota
Prawata, Pati
Jipang Cepu
Jawa Kuno (selanjutnya
Bahasa berkembang menjadi bahasa Jawa
modern seperti sekarang)
Agama Islam
Bentuk
Kesultanan
pemerintahan
Sultan
 - 
1475 -1518 ¹ Raden Fatah
 - 1518-1521 Pati Unus
 - 1521-1546 Trenggana
 - 1546-1547 Sunan Prawata (Rd. Mukmin)
 - 1547-1554 Arya Penangsang
Sejarah
Berdirinya kota
 - 
pelabuhan Demak 1475
Demak menjadi
 - 
vazal Pajang 1554
Pendahulu Pengganti
Majapahit Kerajaan Pajang
¹ (1475-1478 sebagai bawahan Majapahit)

Bagian dari seri artikel mengenai

Sejarah Indonesia
2

Garis waktu

Prasejarah[tampilkan]

Kerajaan Hindu-Buddha[tampilkan]

Kerajaan Islam[tampilkan]

Kerajaan Kristen[tampilkan]

Kolonialisme Eropa[tampilkan]

Kemunculan Indonesia[tampilkan]

Kemerdekaan[tampilkan]

Menurut topik[tampilkan]

Portal Indonesia

 l
 b
 s

Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar
di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan
kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit.[1]

Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan
Indonesia pada umumnya, Walaupun tidak berumur panjang dan segera mengalami
kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun
3

1560, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka
Tingkir/Hadiwijaya. Salah satu peninggalan bersejarah Demak ialah Mesjid Agung
Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Wali Songo.

Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung
Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi bagian kota Demak
di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribu kota di sana dikenal sebagai
Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 (Sunan Prawoto), keraton dipindahkan ke Prawata
(dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata. Sepeninggal
Sunan Prawoto, Arya Penangsang memerintah kesultanan yang sudah lemah ini dari
Jipang-Panolan (sekarang dekat Cepu). Kotaraja Demak dipindahkan ke Jipang dan untuk
priode ini dikenal dengan sebutan Demak Jipang.

Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis
beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang
tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta
Majapahit.

Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan
yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti
langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra
Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa
Muslim bernama Cek Ko-po.[2] Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh
Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan
"Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik
Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari
tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja
Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527
ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukan Majapahit.

Kemunduran
Suksesi raja Demak ketiga tidak berlangsung mulus, terjadi persaingan panas antara P.
Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P.
Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di tepi sungai
saat Surowiyoto pulang dari Masjid sehabis sholat Jum'at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto
(Sekar) dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya sekar gugur di sungai.
Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto,
anak Trenggono, sebagai raja Demak keempat, akan tetapi pada tahun 1549 Sunan
Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putera Pangeran
Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak
sebagai raja Demak kelima. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri,
Adipati Jepara. Hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi P. Arya
Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
4

Pada tahun 1554 terjadilah pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir
(Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam peristiwa ini Arya
Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya
Arya Penangsang sebagai raja Demak kelima, maka berakhirlah era Kerajaan Demak.
Joko Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang dan mendirikan
Kerajaan Pajang

Masa keemasan

Peta Masa Kerajaan Demak

Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa,
tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam
memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan
pedalaman di nusantara.

Di bawah Pati Unus

Artikel utama: Invasi Kerajaan Demak ke Malaka

Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya
adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa
kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka.
Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di
Malaka.[3]

Kerajaan Kesultanan Demak

Deskripsi

Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di
pantai utara Jawa. Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari
5

kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari
kebesaran Majapahit. Wikipedia
Ibu kota: Bintoro
Didirikan: 1475
Pemerintah: Monarki
Tanggal dibubarkan: 1548
Orang lain juga menelusuri
Lihat 15+ lainnya

Kesultanan Mataram

Kesultanan Samudera Pasai

Kerajaan Kutai

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Pajang

Masukan
Lihat hasil tentang

Trenggana (Raja)
Lahir: 1483, Majapahit
Meninggal: 1546, Kabupaten Situbondo

Monarki (Bentuk pemerintah)


Monarki berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu, dan archein yang ...

Link Footer
Indonesia
Sukajaya, Kota Palembang, Sumatera Selatan - Dari Histori Lokasi Anda - Gunakan
`lokasi yang akurat - Pelajari lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai