Anda di halaman 1dari 48

BAB II Pembahasan

11)      Kerajaan Demak


A.     Awal Berdirinya  Kerajaan Demak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada
tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang
diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti
tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden
Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali dan
saudagar Islam.  Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun.
Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa
Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar
sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi
pemuda yang taat beragama Islam.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk
memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya
kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak
(Bintoro).
 Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan
perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren
di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah
dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai
dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan
dan  agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya
menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa.  Desa Glagahwangi, dalam
perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota
negara dengan nama Bintoro Demak.
                        B.)Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di
daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu
membentuk suatu persekutuan  di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan
Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam
pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
adalah sebagai berikut :
1.        Raden Fatah ( 1500- 1518)
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas
Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena
memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan,
terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-
maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras,
lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera
Pasai.
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam
sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau
Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah
Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang
bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan Raden Fatah,
dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh
para wali atau sunan.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak.
Ia  menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda
upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara
lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.[6]
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M,
hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan
oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M
Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk
menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan
Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu
Adipati Unus mendapat julukanPangeran Sabrang Lor.
2.    Adipati Unus ( 1518- 1521)
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh
Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam
usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota.
Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap
untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis.
Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak
mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada
sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh
pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan
Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh
pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal
telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat
itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.
3.      Sultan Trenggana ( 1521- 1546)
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan.
Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke
daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim
pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah
yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan
antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan
oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan
penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di
peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur
berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi
ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur.
[8] Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya
dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan
Trenggana berkuasa selama 42 tahun.[9]
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung
Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada
raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
4. Sunan Prawata (1546- 1549)
Sunan Prawata adalah nama lahirnya ( Raden Mukmin) adalah seorang
raja keempat kesultanan demak, yang memerintah tahun 1546- 1549. Ia
lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik.
  C.)  Penyerangan Perang Saudara Di Demak
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden
Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi
perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat
anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya
kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh
anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan
akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa
kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak
keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa
timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng
bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak
tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri.
Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak
kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah
dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah
dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah
dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya
Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat
perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang
bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh.
Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak,
anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak.
Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang
kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan
mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa
hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini
tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa
dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya
Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada
seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka
Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah
Majapahit di daerah Surakarta. 
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan
Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan
kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat
saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia
akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata
dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir
menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan
Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng
Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai
hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng
Pamanahan mendapat tanah mataram.
D.)     Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI
Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit.
Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak
pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad
XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan Majapahit dan di bandar
bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya “kunjungan
menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga
bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan
melakukan “kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal
menyatakan kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin
hubungan dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih.
Waktu raja Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada
jalan lain baginya.  Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum
zaman Islam telah diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa
Tengah, terbukti jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa
pada abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan
juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di
kota-kota Islam di luar negeri. Peranan penting masjid Demak sebagai pusat
peribadatan kerajaan Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang
beriman pada abad XVI dan sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat
berpengaruh dan dapat berhubungan dengan pusat Islam Internasional di
luar negeri.
Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti
wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan
keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai
hasil penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam peradaban
Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu
abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir harus diganti
dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan gamelan itu
telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern”
juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang
dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang
berpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin
pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi
kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan
dengan meluasnya agama Islam.
E. )    Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik
yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak
sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta.
Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah
pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto
yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama
Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan
Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya
Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak
berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di
bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI
Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri.
Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan
pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.[12]
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah
berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran
melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah
Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat
menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra
angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai
dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada
tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya. Pada tahun 1582
Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat
menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya
Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta
Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan
dengan bantuan Sutawijaya.
 Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan
bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada
saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya
telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang
dipindahkan ke Mataram.
F. )    Kehidupan Perekonomian dan social budaya di Demak
berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi Kerajaan
Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut
Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil.
Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara
cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung)
daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan
pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor,
antara lain beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka
melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat
berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai
penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di
bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para
pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian Demak di
samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil
pertanian.

 Kehidupan Sosial-budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau
tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.

Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan


dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai
sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu
merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid
Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki
keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu
bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan.
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga
juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.
Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat
masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau
kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan

Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-


Kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan Perlak,
Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Goa-Tallo,
Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam berkembang pesat di Indonesia
dibuktikan dengan Agama Islam merupakan agama yang mendominasi
wilayah Indonesia. Selain itu sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia termasuk dalam sistem pemerintahan monarki, karena para
penguasa masih ada ikatan keturunan.

B.     Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan


mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan  C.)  Penyerangan Perang Saudara
Di Demak

Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung


Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya
terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah.
Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen
(Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana
dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran
Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua
di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546),
Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah
kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari
pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat
yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk
setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat
putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran
Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga
perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang
keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak
yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang
terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut
oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden
Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan.
Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai
Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada
tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak,
anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di
Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung
menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu
posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke
Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi
hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan
Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan
mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto
gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto,
belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi
yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka
Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit
di daerah Surakarta. 

Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh


Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka
Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran
kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya
Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku.
Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar
hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar
dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu
oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya
Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng
Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan
mendapat tanah mataram.

D.)     Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI

Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit.


Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan
memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa
sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan
Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan
adanya “kunjungan menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai
kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal yang beragama Islam,
mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan “kunjungan
menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan kesetiaannya
sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan
para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja
Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan
lain baginya.  Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum
zaman Islam telah diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa
Tengah, terbukti jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada zaman itu.

Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di


Jawa pada abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak,
disebabkan juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh
ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri. Peranan penting masjid
Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam pertama di Jawa dan
kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan sesudahnya.
Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat
berhubungan dengan pusat Islam Internasional di luar negeri.

Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang,


seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat
dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa
dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup sezaman
dengan kesultanan Demak. Kesenian tersebut telah mendapat
kedudukan penting dalam peradaban Jawa sebelum Islam,
kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu abad XV dan
XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir harus diganti dengan
upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan gamelan itu telah
kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.

Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan


“modern” juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-
karya sastra yang dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno.
Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai utara dan
pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-
mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII
dengan jelas menunjukkan hubungan dengan meluasnya agama Islam.

E. )    Keruntuhan Kerajaan Demak

Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan


politik yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten)
berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak.
Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling
berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan
Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia
dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta
kerajaan. Adipati Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-
laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia
merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan
beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang
berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama
karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh
Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka
tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah
menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat
pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.[12]

Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah


berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu
pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan
mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati.
Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.

Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi


putra angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia
pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan
wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama
Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul
pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan
Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan
bantuan Sutawijaya.

 Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu


mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan
bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang
kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu
itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat
kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.

F. )    Kehidupan Perekonomian dan social budaya di Demak

berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi


Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini
ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan
pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi
sebagai pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil rempah-
rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.

Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai


daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju.
Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin. Barang
tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan
demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.

Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai


penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di
bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para
pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian
Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan
hasil-hasil pertanian.

 Kehidupan Sosial-budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma
atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.

Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang


berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal
dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak.
Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan
Islam. Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan
Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat
dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri
yang disatukan.

Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali
Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa
Kerajaan Demak. Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk
menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian
menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad ke-7. Kerajaan-


Kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia antara lain: Kerajaan
Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak,
Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan
Cirebon, Kerajaan Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam
berkembang pesat di Indonesia dibuktikan dengan Agama Islam
merupakan agama yang mendominasi wilayah Indonesia. Selain itu
sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia termasuk
dalam sistem pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada
ikatan keturunan.

B.     Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi


pengetahuan mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat
masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam
makalah ini.
BAB III
PENUTUP
        Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Aceh merupakan
kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur pelayaran dan perdagangan
internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, sehingga Kerajaan ini
sangan maju terutama di bidang perekonomiannya. Perkembangannya sangat pesat terlebih saat
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh tumbuh
menjadi kerajaan yang besar dan berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah menjadi Bandar
transito yang dapat menghubungkan seluruh pedagang dunia barat.
         Saran
Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Edukatif HTS, Modul Sejarah IPS, Surakarta, CV Hayati Tumbuh Subur
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan kerajaan Aceh Darussalam
2.2.1 Komposisi dan Struktur Masyarakat Aceh
Komposisi masyarakat Kerajaan Aceh dalam bidang pemerintahan terdiri atas sultan1[5],
hulubalang2[6] besar (teuku) yang mengepalai setiap sagi yang memiliki kekuasaan yang otonom
diwilayah kekuasaannya. Uleebalang (datuk) mengepalai setiap distrik. Tiap distrik dibagi
dalam mukim-mukim yang dikepalai oleh imam (ulama). Tiap mukim terdiri atas gampong yang
dikepalai keuci’ ataupun yang disebut dengan datu’. Dalam gampong terdiri atas wijk yang
dikepalai teungku mandrasah atau teungku meunasah. Dalam gampong juga ada ulama dan leube

1[5] Sultan lebih berfungsi sebagai lambing pemersatu yang diakui oleh para hulubalang.

2[6] Diangkat oleh raja dengan surat ketetapan yang diubuhi materai kerajaan.
yang ahli hukum islam dan juga pejabat keagamaan seperti kali, imeum, hatib dan bileue.
(Kartodirjo, 1975: 35)
Sultan dibantu oleh mangkubumi yang membawahi mantra hari-hari sebagai penasehat
raja. Urusan keuangan diserahkan ke syah Bandar. Lalu lintas sungai oleh kapala kreung. Penarik
cukai adalah panglima lasot. Pejabat yang mengurusi buku dan surat menyurat adalah krani.
Pada abad ke 17 dan 18 jabatan diistana lebih lengkap yaitu hulubalang rama setia sebagai
kepala pengawal pribadi raja, raja udah na laila sebagai pembedaharaan istana, kerkun katib al-
muluk sebagai sekertaris kerajaan, sri maharaja laila sebagai kepala kepolisian, laksamana.
Panglima sagi XXII yang terkemuka berkedudukan sebagai patih. (Kartodirjo, 1975: 37-38)
Selain golongan pejabat juga terdapat golongan lain seperti nelayan yang lalu lalang di
teluk, diatas perahu bercadik dua untuk menangkap ikan. penangkapan ikan ada yang dilakukan
secara besar-besaran “industry”, ada juga yang mengail ikan dengan naik perahu kecil.
(Lombard, 2006: 79-80). Selain nelayan juga ada pengrajin logam, pandai besi andal yang
mengerjakan segala macam pekerjaan besi3[7] baik berat maupun yang berupa pisau, keris, mata
lembing dan senjata lain. Ada juga tukang-tukang meriam yang menuangkan berbagai macam
alat dari kuningan seperti kandil, lampu bokor4[8]. Golongan yang tak kalah menonjol adalah
golongan tukang kayu. Pekerjaan tukang kayu membangun rumah kediaman, kapal nelayan dan
kapal perang. Selain itu, juga ada pedagang dalam jumlah besar. Mereka terdiri dari orang-orang
Aceh sendiri dan pedagang-pedagang asing5[9]. Disamping pedagang besar, ada pula pedagang
perantara dan penukaran uang. Pertukaran uang ditangani oleh perempuan yang duduk dipasar
maupun dipojok jalan dengan uang timah yang dinamakan cash. Sebagian pula ada para pegawai
dan abdi untuk istana dan pemerintahan, para pengawal pribadi sultan dan budak. (Lombard,
2006: 80-82)
Dalam penduduk Aceh terdapat segolongan orang yang mempunyai hak-hak istemewa
bagi orang kaya.mereka mempunyai lumbung-lumbung cadangan beras dan lada yang dijual
dengan harga tinggi. Orang-orang kaya memiliki tanggung jawab atas keluasan tanah yang

3[7] Besi tidak ditemukan di Aceh tetapi didatangkan dari India

4[8] Terbukti bahwa meriam yang dipakai oleh Aceh tidak semua dari Negara Asing (hasil rampasan dari
Portugis maupun hadiah dari sultan Turki)

5[9] Pedagang asing yang melakukan perdagangan di Aceh adalah bangsa Cina, Jawa, Siam, India, Turki,
Prancis, Inggris, Belanda.
penduduknya tunduk kepada mereka dan juga pada peradilan mereka. Kekuasaan materi dan
ekonomi dirangkap dengan wibawa yang tidak boleh diremehkan. Wibawa orang kaya dimata
rakyat biasa seperti kekayaan. Pada rakyat Aceh antara yang kaya dan rakyat biasa dapat
dibedakan yaitu orang kaya membiarkan kuku ibu jari dan kelingking tumbuh panjang sebagai
tanda bahwa mereka tidak bekerja dengan tangan. Orang-orang kaya juga sangat berarati dimata
sultan. Sultan menghargai jasa mereka dalam pengangkatan tahta ‘Ala ad-Din Ri’ayat Syah
menjadi sultan. Karena itu,sultan banyak memberikan kepada orang kaya berbagai jabatan baik
militer maupun sipil. Kedudukan social penduduk lain yaitu nelayan, pengrajin, pemilik toko,
penukar uang dan budak6[10]. Mereka ini, tidak ikut langsung dalam keuntungan perniagaan
2.2.2 Silsilah Raja-raja Aceh
Kerajaan Aceh telah berdiri sejak akhir abad ke 15M – 20 M. Dalam kurun waktu empat
abad, Kerajaan Aceh telah diperintah oleh 38 sultan dan sultanah7[11]. Sultan maupun sultanah
dari kerajaan Aceh tidak hanya berasal dari Aceh. Tetapi berasal dari daerah di luar Aceh dan
dari dinasti-dinasti yang ada saat itu.
Sultan Aceh dari Dinasti Makota Alam
No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
1. Sultan Ali Mughayat Syah 1496-1528 / 7 Agustus 1530 Pendiri kerajaan, putera
dari Syamsu Syah
2. Sultan Salahuddin 1528 / 1530-1537 / 1539 putra dari No. 1. Wafat
tanggal 25 November
1548.
3. Sultan Alauddin al-Qahhar 1537-1568 / 28 September 1571 putra dari No. 1 dan
adik dari No. 2.
4. Sultan Husain Ali Riayat Syah 1568 / 1571-1575 / 8 Juni 1579 putra dari No. 3.
5. Sultan Muda 1575 / 1579 putra dari No. 4. Baru
berumur beberapa bulan
pada saat dijadikan
sultan.
6. Sultan Sri Alam 1575-1576 / berkuasa hanya putra dari No. 3. Juga
pada 1579 merupakan raja Priaman
7. Sultan Zainal Abidin 1576-1577 / berkuasa hanya cucu dari No. 3.
pada 1579

6[10]Yang status sosialnya sebagai tawanan perang ataupun orang yang berutang.

7[11] Sultan wanita


Sultan Aceh yang berasal dari luar Aceh
No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
8. Sultan Alauddin Mansur Syah 1577 / 1579-1589 / dibunuh kakak dari Sultan
bin Sultan Mansur Syah I sekitar 1586 Ahmad Tajuddin Syah,
(Sultan Perak 1549-1577) Sultan Perak
9. Sultan Buyong 1589 / 1586-1596 / 28 Juni anak seorang raja
1589 Indrapura

Sultan Aceh yang berasal dari Dinasti Darul-Kamal


No Nama Masa Pemerintahan Keterangan
.
10. Sultan Alauddin Riayat Syah 1596 / 1589-1604 cucu dari saudara
Sayyid al-Mukammil ayahnya No. 1. putra
dari Firman Syah,
11. Sultan Ali Riayat Syah 1604-1607 putra dari No. 10

Sultan Aceh peleburan dari Dinasti Makota Alam dan Dinasti Darul-Kamal
No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
12. cucu (melalui ibu) dari
Sultan Iskandar Muda Johan
1607-27 Desember 1636 No. 10 dan cicit dari
Pahlawan Meukuta Alam
No. 3 melalui ayah.

Sultan Aceh yang berasal dari luar Aceh


No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
13. Sultan Iskandar Tsani Alauddin 1636-15 Februari 1641 putra Sultan Pahang,
Mughayat Syah Ahmad Syah II.
Menantu dari No. 12
dan suami dari No. 14.

Sultanah Aceh
No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
14. Sri Ratu Safiatuddin Tajul 1641-1675 Putri dari No. 12 dan
Alam istri dari No. 13
15. Sri Ratu Naqiatuddin Nurul 1675-1678
Alam
16. Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat 1678-1688
Syah
17. Sri Ratu Zainatuddin Kamalat 1688-1699 Saudari angkat dari No.
Syah 16, istri dari No.
18,serta ibu dari No. 19
dan No. 20

Sultan Aceh
No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
18. Sultan Badrul Alam Syarif 1699-1702 Suami dari No. 17
Hasyim Jamaluddin
19. Sultan Perkasa Alam Syarif 1702-1703
Lamtui
20. Sultan Jamalul Alam Badrul 1703-1726
Munir
21. Sultan Jauharul Alam 1726
Aminuddin
22. Sultan Syamsul Alam 1726-1727

Sultan Aceh Keturunan Bugis


No. Nama Masa Pemerintahan Keterangan
23. Sultan Alauddin Ahmad Syah 1727-1735
24. Sultan Alauddin Johan Syah 1735-1760 putra dari No. 23
25. Sultan Mahmud Syah 1760-1764 putra dari No. 24,
26. Sultan Badruddin Johan Syah 1764-1765
27. Sultan Mahmud Syah 1765-1773
28. Sultan Sulaiman Syah 1773
29. Sultan Mahmud Syah 1773-1781
30. Alauddin Muhammad Syah 1781-1795 putra dari No. 25

31. Sultan Alauddin Jauhar al-Alam 1795-1823 putra dari No. 28.
32. Sultan Syarif Saif al-Alam 1815-1820
33. Sultan Alauddin Jauhar al-Alam 1795-1823 Dikembalikan
posisinya dengan
bantuan Raffles, Inggris
34. Sultan Muhammad Syah 1823-1838 putra dari No. 29
35. Sultan Sulaiman Syah 1838-1857 putra dari No. 31.
36. Sultan Mansur Syah 1857-1870 putra dari No. 29
37. Sultan Mahmud Syah 1870-1874 putra dari No. 32
38. Sultan Muhammad Daud Syah 1874-1903 cucu dari No. 33..
Menyerah kepada
Belanda dan turun
takhta pada 1903.
Table 1.2. Silsilah Raja Aceh
Pendiri kerajaaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan sultan
pertama kerajaan Aceh setelah berhasil menaklukan kerajaan Samudra Pasai pada tahun
1524,beliau bertahta dari tahun 1514 sampai meninggal tahun 1530. Sultan ini, berhasil
memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya. Pada tahun 1511
M, kerajaan kecil-kecil seperti Peuleak (Aceh timur), Pedir (Piddie), Daya (Aceh Barat Daya),
dan Aru (Sumatra utara) berada dibawah pengaruh Portugis. Pada mei 1524, beliau mengalahkan
armada Portugis yang dipimpin oleh Jorge de Brito dilaut lepas. (Lombard, 2006: 65). Sultan Ali
Mughayat Syah menguasai daerah-daerah yang telah dikuasai oleh Portugis sekaligus memukul
mundur pasukan Portugis hingga kembali ke Goa, India. Dari penyerangan terhadap portugis
tersebut, Aceh mendapatkan senjata dari portugis yang tidak sempat mereka bawa karena
kewalahan menghadapi serangan Aceh. Beliau berusaha mengusir Portugis dari seluruh bumi
Aceh8[12].

Gambar 2.9. Sultan Ali Mughayat Syah


Mencukupi kebutuhan sendiri sehingga tidak bergantung Sultan Ali Mughayat Syah
mempersatukan seluruh kekuatan untuk mengusir Portugis dari Piddie (1521) dan Pasai (1524).
(Muljana, 2007: 2). Pada tahun 1520, Ali Mughayat Syah berhasil merebut Daya yang terletak
dipantai barat Sumatra bagian utara yang menurut Tome Pires belum menganut Islam. (Ricklefs,
2005: 81). Karena telah menaklukan kerajaan-kerajaan kecil tersebut dan memasukkan dalam
wilayahnya maka kerajaan Aceh dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang

8[12] Bukti bahwa Sultan Ali Mughayat Syah benci terhadap Portugis. Dalam referensi lain disebutkan
bahwa adanya hubungan kerjasama antara Aceh dengan Portugis.
luas hamper mencakup separuh Pulau Sumatra, Semenanjung Malaya hingga Pattani 9[13].
Selanjutnya melebarkan sayap sampai ke pantai timur yang terkenal kaya akan rempah-rempah
dan emas. Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan militer laut didirikanlah
banyak pelabuhan. (Ricklefs, 2005: 81-82). Aceh melebarkan sayap kekuatannya ke Sumatra
timur. Untuk mengatur daerah Sumatra timur, beliau menempatkan panglima-panglima salah
satunya Gocah yang merupakan pahlawan yang telah menurunkan sultan Deli dan Serdang.
(Yatim, 2008: 209). Sultan Ali Mughayat Syah berhasil membangun Aceh menjadi besar dan
kokoh. Dalam masa pemerintahannya, dasar-dasar politik luar negeri kerajaan Aceh yang
dijalankan yaitu:
a.       Mencukupi kebutuhan sendiri sehingga tidak bergantung pada pihak luar.
b.      Menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan Islam di nusantara.
c.       Bersikap waspada terhadap colonial barat.
d.      Menerima bantuan tenaga ahli dari luar.
e.       Menjalankan dakwah islam keseluruh kawasan Nusantara.
Pada tahun 1530, beliau mangkat dan digantikan oleh putranya, Salahuddin.Sultan
Salahuddin adalah penguasa yang lemah. Pada tahun 1537, suatu serangan yang dilancarkan oleh
pihak Aceh terhadap Malaka mengalami kegagalan dan pada masa itulah Salahuddin diturunkan
dari tahta10[14] (Ricklefs, 2005: 82). Kemudian digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-
Kahar.

9[13] Setelah berhasil memukul mundur Portugis dari wilayah Aceh, Kerajaan Aceh melanjutkan
Ekspansinya dengan menaklukan Johor,Pahang dan Pattani.

10[14] Tidak jelas alasan Salahuddin turun dari tahtanya. Menurut Djadjaningrat, Salahuddin sudah
digulingkan oleh Saudaranya sendiri, Alauddin Riayat Syah Al-Kahar sebelum melakukan serangan ke
Malaka. Sedangkan Lombard berpendapat bahwa Salahuddinlah yang melakukan serangan itu dan ia
baru digulingkan saudaranya pada tahun 1539 (Ricklefs,2001 82)
Gambar 2.10. Sultan Alauddin Al-Kahhar
Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar memerintah dari tahun 153711[15] sampai 1571.
Ia merupakan anak lelaki kepada Sultan Alauddin al-Kahhar Sejak Alauddin berhasil
menyelamatkan kesultanan Aceh dari Salahuddin yang telah membawa kesultanan Aceh dalam
bayang kemerosotan, Sultan Alauddin Riayat syah Al-Kahhar tampil menyelamatkan kesultanan
Aceh menuju kejayaan. Dimana pada masa Alauddin, kerajaan Aceh berpusat dan beribukota di
Banda Aceh Darussalam. Sultan Alaudin Riayat Syah menyerang Malaka sampai dua kali yaitu
tahun 1547 dan 1568. Beliau juga menaklukkan Aru pada tahun 1562.(Lombard, 2006: 66).
Namun usahanya tersebut gagal. Pada tahun 1564/1565 beliau merampok Johor, membawa serta
Sultan Alauddin Riayat Syah I ke Aceh dan membunuhnya kemudian mengambil-alih kekuasaan
atas Aru Pada tahun 1570 Sultan mengirim lagi pasukan armada untuk menyerang Johor agar
tunduk.Karena putra dari raja yang telah dibunuh tadi memberontak.(Ricklefs, 2005: 82-83).
Pada tahun 1562 perutusan Aceh sampai di Istambul, Turki, untuk meminta bala bantuan
kepada kaisar Salim II, bantuan yang diberikan oleh Turki adalah meriam sebanyak 400 buah,
dan mengirim ahli senjata ke Aceh yang kemudian ditempakan di kampung Pande, Banda Aceh
Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahhar wafat pada 28 September 1571, ia dimakamkan di
Kandang XII ia meninggalkan beberapa anak dan cucu. Yang menimbulkan perselisihan
dikemudian hari (Lombard, 2006: 66). Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar dikenang dalam
tradisi Aceh bukan hanya sebagai seorang pejuang saja, melainkan juga sebagai penguasa yang
melembagakan pembagian masyarakat Aceh menjadi kelompok-kelompok garis keturunan
administrative12[16] Selanjutnya Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar digantikan oleh
puteranya Sultan Husein Ali Riayat Syah.
Sultan Husein ternyata tidak disukai oleh saudara-saudaranya yang telah menjadi sultan
dari Pariaman dan Aru13[17] juga oleh sultan Fansur dari Barus. Ketiga sultan tersebut
mengadakan perlawanan terhadap sultan Husain yang dibantu oleh dato-dato dari Batak. Dalam
pertempuran tersebut sultan Aru dan sultan Husein meninggal yang tertinggal adalah sultan

11[15] Menurut Lombard ia memerintah mulai tahun 1539 karena pada tahun tersebut ia mengulingkan
sultan Salahuddin.( Ricklefs,2001 82)

12[16] Garis yang didasarkan pada kaum atau sukee.(Ricklefs,2001,83)

13[17] Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, dua putranya diangkat menjadi sultan Aru
dan sultan Pariaman dengan nama resmi sultan Ghori dan sultan Munghal.
Munghal dari Pariaman. (Poesponegoro, 1984: 33). Dimasa kesultanannya, kembali terjadi
penyerangan terhadap Portugis di Malaka sebanyak dua kali pada 1573 dan 1575. sultan-sultan
penggantinya, masa pemerintahannya cukup singkat. Pada masa ini mulai kedatangan pedagang
dari eropa.Pada masa Sultan Alauddin Mansyur Syah terjadi ekspansi ke johor. Namun, beliau
wafat karena dibunuh oleh jenderalnya, bekas budak yang bernama “Mora Ratisa” (sekitar tahun
1586) ketika sedang mempersiapkan diri untuk menyerang Malaka dengan 300 kapal layar
(Lombard, 2006: 66-67). Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa Sultan Iskandar
Muda14[18].

Gambar 2.11. Sultan Iskandar Muda


Sultan berhasil membentuk Aceh menjadi Negara yang paling kuat di Nusantara bagian
barat dalam waktu singkat. Keberhasilan-keberhasilannya didasarkan pada kekuatan militer yang
kuat, termasuk angkatan laut yang memiliki kapal-kapal besar yang mampu mengangkut 600-
800 prajurit yang disebut “Espento Del Mundo”15[19]., pasukan kavaleri yang menggunakan
kuda-kuda Persia, pasukan Gajah, artileri banyak dan pasukan miliasi infantry dan juga meriam
besar terbuat dari perunggu16[20].(Ricklefs, 2001: 84, 125-132). Sultan juga membangun
ketatanegaraan dan perekonomian Aceh. Dalam 5 tahun ia berhasil merebut negara di pantai

14[18] Dalam tradisi aceh beliau disebut perkasa alam.Perkasa Alam adalah pemimpin Barisan Muda yang
mengepung kotaraja yang jarak 10 km terdapat gudang-gudang Portugia.kemudian merampas senjata-
senjata Portugis dan mengusir Portugis dari pantai Aceh. Tidak berselang lama, sultan Ali Rakyat Syah
mangkat. Dengan Barisan Muda tersebut, Perkasa Alam dilantik menjadi sultan pada tahun 1607 dengan
julukan sultan Iskandar Muda.(runtuhnya ,280)

15[19] Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi cakra dunia “terror dunia”

16[20] Tukang-tukang tuang Aceh pandai menuang sendiri namun sultan ingin memperoleh meriam dari
bangsa eropa dan tuki Osmani
timur Sumatera.Pada tahun 1612 , beliau berhasil merebut Deli ,Aru, Rohan, Siak, Kampar 17[21]
pada tahun 1613. Pada tahun 1613 sultan Iskandar muda mengalahkan Johor, membawa sultan
Johor Alauddin Riayat Syah II bersama anggota keluarga dan sekelompok pedagang VOC ke
Aceh. Pada tahun 1614 giliran Bintan yang diserang Aceh. Sultan juga menyerang Pahang tahun
1618, Kedah tahun 1619 Kedah yang merupakan saingan lada dan, Ni-s18[22] tahun 1624/25
(Kartodjirdjo, 1999: 81). Raja Indragiri dan Jambi dipaksa menjual lada kepada pedagang Aceh.
Selain itu, Iskandar Muda merusaka kebun lada di Pahang. Sedangkan Pattani menyerah tanpa
adanya penyerangan. Pada, pada 21 dan 22 juli 1621, sultan mengirimkan kapal-kapal perang ke
Perlak dan Langkawi untuk mencabut tanaman lada.Oleh karena itu, pasaran lada pindah ke
Aceh yang dikuasai oleh Iskandar Muda. Kemudian bandar Aceh ditingkatkan menjadi bandar
Internasional dan sultan memainkan monopoli atas lada.(Ricklefs,2001:86)
Iskandar Muda juga merusak kantor dagang Belanda dan tidak membiarkan portugis
menetap di puing-puing Batu Sawar. (Lombard, 2006: 135). Akhirnya, ia berhasil menguasai
daerah pesisir sebagian besar Sumatera, dibarat sampai Mokomoko (Bengkulu) dan disebelah
timur sampai keselatan Sungai Indragiri. Semua kerajaan Kedah, Perak, Pahang, dan Trengganu
di semenanjug Malaysia menjadi sebagian dari kerajaan Aceh. (Ismail Suny, 1980: 33). Selain
melakukan ekspansi politik, Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian besar pada agama. Hal ini
dibuktikan dengan pembangunan masjid besar Baitur-Rahman yang berdasar perkataan Bustan
dilakukan oleh Iskandar muda.

Gambar 2.12. Masjid Baiturahman


Selain itu, sultan juga membangun taman-taman yang terbentang disebelah selatan
istana, gegunungan menara Permata dan beberapa masjid di daerah lain. Sultan memerintahkan

17[21] Hal tersebut merupakan balasan terhadap sultan Johor yang tahun 1610 terang-terangan
memusuhi Aceh dan mengadakan perjanjian persahabatan dengan portugis.

18[22] Ni-s yang dimaksud adalah pulau nias yang merupakan pulau kecil.
kepada rakyatnya untuk sembahyang lima waktu, puasa sunah, puasa ramadhan serta menjauhi
diri dari minum arak dan bermain judi. Aceh pada masa sultan Iskandar Muda dijuluki sebagai
serambi mekkah. Seperti yang dirumuskan dalam hukum dana adat bahwa ulama dalam sejarah
Aceh menjadi perumus realitas dan pengesahan kekuasaan. (Yatim, 2008: 228).

PENDAHULUAN
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan
ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam
paling awal di pulau jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi.
Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Fatah menjadi Sultan Demak Bintoro
yang pertama.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti Jepara,
Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan
Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan
proklamasi itu, Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah
Alam Akbar.
            Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini sering
dikunjungi pedagang-pedagang  Islam dan pedagang asing untuk membeli beras, madu,lilin dan
lain-lain. Sampai abad ke 15, Demak di bawah kekuasaan Majapahit. Akan tetapi setelah
Majapahit mundur, Demak berkembang pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan
tempat perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa pertama adalah Raden Fatah. Selain menjadi
penguasa (bupati), Raden Fatah juga sebagai penyiar agama Islam. Raden Fatah memisahkan diri
dari Majapahit sekitar tahun 1500. Dengan bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan
Islam yang pertama di Pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.
            Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang
berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan
kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten
Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat
kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja
dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah
islam ke seluruh Jawa.
Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak
terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di
sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.

PEMBAHASAN
KERAJAAN DEMAK

A.    Awal Kerajaan Demak


Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal
ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang
Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam
di bantu oleh para wali dan saudagar Islam.
Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera
raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang.
Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi
pemuda yang taat beragama Islam.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di
bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah
menetap di Demak (Bintoro).
 Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya dengan
jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas yang
diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa
Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan 
agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan
Islam pertama di Jawa.[1]
Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya
menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak.

B.     Letak Kerajaan Demak


Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal
kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah
dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau
bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari
kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah
Pasai).[2]
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada
zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa.
Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang
dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuyk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak
abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Pada abad XVI agaknya Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di
tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada
sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih,
panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya merupakan peralawanan
terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal
di sebelah selatan Pegunungan Muria.
Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah
Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain), yang sekarang bermuara di Laut Jawa
antara Demak dan Jepara.
Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik.
Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk
kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak
tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan
Pajang.[3]
Letak kerajaan Demak dapat dilihat dari gambar berikut ini :[4]

C.    Kehidupan Politik


Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara
Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan  di bawah
pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai
kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
adalah sebagai berikut :

1.      Raden Fatah


Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang
putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang
cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat
tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam
istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki
permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu.
Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan
mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah
Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah
memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia
hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan
tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka
mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim
ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng
Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden
Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat).
Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di
Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan
kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat
kerajaan Islam di Jawa.[5]
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari
kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi
bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai
penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan
agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan
madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi
daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin
itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu,
Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama
islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa
maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh
Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak
yang bernama Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia  menaklukan kerajaan
Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak.
Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.[6]
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan
Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan.
Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan
Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan
Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukan Pangeran Sabrang Lor.

2.    Adipati Unus


Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu
lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera
mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang
bergelar Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang
Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak
mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju
Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani
meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah
raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau
Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan
kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin
kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938
H/1521 M.[7]

3.      Sultan Trenggana


Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha
memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan
Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang
berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap
daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti
kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di
peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin
sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik,
Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana
gugur.[8] Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan
kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
[9]
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu
sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.

D.    PERANG SAUDARA DI DEMAK


Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati
Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari
Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin).
Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu
Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan
kedua di Demak. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai
puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil
dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi
kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama
perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto,
anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat
perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah
dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang
telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau
Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya
Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada
tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto
naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung
menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong
armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya
Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng.
Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa
dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum
menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa
Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati
di wilayah Majapahit di daerah Surakarta. 
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan
Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda
dari pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya
Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata
dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau
juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki
Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan
sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan
mendapat tanah mataram.[10]

E.     Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI


Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja Demak
merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak
diragukan lagi bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan
Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya “kunjungan
menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal yang
beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan “kunjungan menghadap raja”
secara teratur itulah vasal menyatakan kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap
menjalin hubungan dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja
Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain baginya.
 Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah diambil alih oleh
Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali dari kesusastraan Jawa pada
zaman itu.
Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI,
selain karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi
kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya
dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.[12]
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama
kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai
Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati.
Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya
dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa
diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri,
putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat
digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan
pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu
Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke
Mataram.[13]

G.    Demak di Bawah Kekuasaan Raja-Raja Mataram


Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah sebelah selatan,
raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya sebagai sampun kareh (sudah dikuasai).
Sekitar 1589 mereka diperintah ikut dia bersama prajurit Mataram ke Jawa Timur, manaklukan
raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal, tampaknya terutama karena campur
tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati terpaksa kembali ke Mataram dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada 1589 telah bersikap
sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka yang telah mengakui Sultan Pajang, yang
sudah tua dan meninggal pada 1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran Kediri
di Demak, setelah mengalami penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata masih berhasil
memerintah tanah asalnya beberapa waktu.
Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai melancarkan
serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat
dipatahkan, tetapi panglima perang Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram
gugur dalam pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki Mas Sari
sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan yang sebelumnya tidak
memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya.
Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian agaknya juga tidak
bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan dengan kepantingan Mataram di Pedalaman.
Pada tahun 1627 ia terlibat dalam pertempuran antara penguasa di Pati, Pragola II dan Sultan
Agung. Ia di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah Sultan Agung.
Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang menjadi bupati di
Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia Susuhunan Mangkurat II di Kartasura yang
memerintah Jawa Tengah pada perempat terakhir abad XVII. Pada tahun 1678 disebutkan
adanya Tumenggung Suranata di Demak.[14]
Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada akhir abad XVI.
Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah Demak masih lama mempunyai
kedudukan penting dalam ekonomi kerajaan raja-raja Mataram. Sampai abad XIX di banyak
daerah tanah Jawa rasa hormat pada  masjid Demak dan makam-makam Kadilangu masih
bertahan di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah suci. Hal itulah yang
terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah Jawa tetap tidak terlupakan di samping nama
Majapahit.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Sekecake, Peta dan   Kerajaan Demak, http:// warungbaca9.blogspot.com, Senin  09 January
2012, Jam 20:00
Ahmad al-Usairy, 2003, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana
Habib Mustopo dkk, 2007,  Sejarah SMA Kelas XI, Jakarta : Yudhistira
H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Jakarta: PT. Pustaka Utama
Grafiti
Ignaz Kingkin Teja Angkasa dkk, 2007, Sejarah untuk SMA/SMA kelas XI IPS, Jakarta: Grasindo
I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:Erlangga
Nana Supriatna, 2007, Sejarah untuk kelas XI SMA, Bandung : Grafindo Media Pratama
Ridwanaz, Sejarah Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan Demak), http//ridwanaz.com, Minggu 08
January 2012, jam 14:00
Syafi’i dan Sabil Huda, 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk MTs kelas 3, Bandung: CV.
ARMICO

[1] Syafi’i dan Sabil Huda, Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk MTs kelas 3, (Bandung:
CV. ARMICO, 1987), hal 39-40
[2]  I Wayan Badrika, Sejarah untuk SMA kelas XI, (Jakarta:Erlangga, 2006), hal 51
[3]  H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, (Jakarta: PT.
Pustaka Utama Grafiti, 2003), hal38-39
[4] Adnan Sekecake, Peta Kerajaan Demak,http:// warungbaca9.blogspot.com, Senin  09
January 2012, Jam 20:00
[5] Ridwanaz, Sejarah Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan Demak),
http://ridwanaz.com, Minggu, tanggal 08 January 2012, jam 14:00
[6] Nana Supriatna, Sejarah untuk kelas XI SMA, (Bandung : Grafindo Media Pratama,
2007), hal 27
[7] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003), hal450
[8]  I Wayan Badrika, Sejarah untuk SMA kelas XI, (Jakarta:Erlangga, 2006), hal 51-52
[9] H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud,  Kerajaan Islam Pertama di Jawa, (Jakarta: PT.
Pustaka Utama Grafiti, 2003), hal 47
[10]  Adnan Sekecake, Kerajaan Demak,http:// warungbaca9.blogspot.com, Senin  09
January 2012, Jam 20:00

[11] H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, Op.Cit, hal  79-81


[12] Habib Mustopo dkk, Sejarah SMA Kelas XI, (Jakarta : Yudhistira, 2007), hal 65
[13] Ignaz Kingkin Teja Angkasa dkk, Sejarah untuk SMA/SMA kelas XI IPS, (Jakarta:
Grasindo, 2007), hal 35-36
[14] H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud,  Kerajaan Islam Pertama di Jawa, (Jakarta: PT.
Pustaka Utama Grafiti, 2003), hal 95-98

B.       Saran
Keterbatasan informasi dan ketelitian penulis dalam menyusun
makalah ini, menjadi sebab adanya keurangan-kekurangan yang
tidak dapat kami hindari. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran demi penambahan wawasan bagi para penulis
khususnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………........................................................
Daftar Isi………………………………………………………………………….

BAB I (PENDAHULUAN)…………………………………………………….. 1

1.      Latar Belakang ………………………………………………………… ………..1


2.      Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 1
3.      Tujuan ……………………………………………………………………………1

BAB II (PEMBAHASAN) …………………………………………………….. 2

A.    Sejarah dan perkembangan kerajaan aceh …………………………………......... 2


B. Kehidupan sosial Budaya, Politik, Ekonom……………………………………... 4
1.Kehidupan Sosial Budaya………………………………………………..4
2.Kehidupan Politik....……………………………………………………..5
3.Kehidupan Ekonomi……………………………………………………..6
C.    Runtuhnya Kerajaan Demak ...………………………………………….....……..7

PENDAHULUAN KERAJAAN DEMAK………………………………………………….9


1.      Latar Belakang ………………………………………………………… ………...9
2.      Rumusan Masalah …………………………………………………………….......9
3.      Tujuan …………………………………………………………………………….9
A. Awal kerajaan Demak…………………………………………………………….10
B. Letak Kerajaan Demak…………………………………………………………....11
C. Raja-raja Kerajaan Demak………………………………………………………...11
D. Peristiwa Penting Kerajaan Demak……………………………………………….13
E. Kehidupan Ekonomi………………………………………………………………14
F. Kehidupan Sosial Budaya…………………………………………………………14
G. Masa Keemasan Kerajaan Demak…………………………………………………15

BAB III (PENUTUP) ………………………………………………………….... 19


Kesimpulan ……………………………………………………………....……….19
Daftar Pustaka …………………………………………………………………....20

kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah
(1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang
menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak Pamor kesultanan ini didapatkan dari
Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di
pulau jawa. Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini
sering dikunjungi pedagang-pedagang  Islam dan pedagang asing untuk membeli beras,
madu,lilin, dan sebagainya.

b.     Rumusan Masalah


-         Kapan kerajaan Demak di dirikan?
-         Mengapa Kerajaan Demak runtuh?
c.      Tujuan Penulisan
-         Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Indonesia
-         Untuk memperluas pengetahuan bagi penyusun dan pembaca

 BAB
II
PEMBAHASAN
a.     Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan demak mulai berdiri sekitar tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat
jatuhnya Majapahit yang diperintahkan oleh Prabu Kertabumi. Para wali kemudian
sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama.
Raden Patah adalah putra prabu kertabumi. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka
Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama
Islam.Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu
agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan
akhirnya Raden Fatah menetap di Demak (Bintoro).
 Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya
dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya
tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama
kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat
ilmu pengetahuan dan  agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan
akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa.
Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya
menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak. Setelah tahta ayahnya jatuh ke
tangan Girindra Wardhana dari keling (daha) dan Demak menjadi terancam, maka
terjadilah perang antara Demak dan Majapahit yang dipimpin oleh Girindra Wardhana
dan keturunannya, Prabu Udara, hingga tahun 1518. Majapahit mengalami kekalahan dan
pusat kekuasaan bergeser ke Demak. Sejak itu Demak berkembang menjadi besar dan
menguasai jalur perdagangan di Nusanatara. Wilayah kekuasaan Demak cukup luas, yaitu
meliputi daerah sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sedangkan daerah pengaruhnya
sampai ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku.

Pada tahun 1518, Raden Patah digantikan oleh putranya yag bernama Pati Unus.
Sultan ini dikenal dengan sebutan Sabrang Lor karena pada tahun 1512 dan 1513
menyerang Malaka dan menjalankan politik ekspansi nya untuk menguasai perdagangan
di Selat Malaka dan Laut Jawa. Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan
oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Setelah naik tahta, Sultan Trenggono
melakukan usaha membendung masuknya Portugis ke Jawa Barat. Pada tahun 1522,
Gubernur Portugis di Malaka, Jorge Albuquerque telah mengirimkan Henrique d’Lame
kepada Raja Samiam di Sunda. Utusan itu diterima baik, bahkan Portugis diberi izin
untuk medirikan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Mendengar kabar itu Sultan
Trenggono mengutus Fatahillah beserta pasukanny untuk menguasai Jawa Barat agar
Portugis tidak dapat masuk kesana.
Fatahillah adalah seorang guru besar Islam dari Pasai dan seorang panglima militer
yang cakap. Dengan semangat juang yang tinggi, Banten dapat ditaklukan dan berhasil di
kuasai seluruhnya pada tahun1527, kemudian menyusul Sunda Kelapa yang jatuh pada
tangan Pasukan Demak. Tentara Portugis yang baru saja tiba dari Malaka dan akan
memberikan bantuan kepada pasukan Sunda dapat pula dihancurkan. Atas kemenangan
itu Sunda Kelapa diubah namanya menjadi Jayakarta. Setelah itu menyusul Cirebon dapat
dikuasai Demak pada tahun 1528. Akhirnya, seluruh pantai utara Jawa mulai dari Banten
Gresik dibawah kekuasaan Demak. Atsa jasanya yang beasar itu, Fatahilah dikawinkan
dengan adik Sultan Trenggono dan diangkat menjadi raja di Cirebon.
Pasukan Demak terus bergerak kedaerah perdalaman dan berhasil menundukkan
Pajang dan Mataram. Setelah itu Madura jatuh pula pada kekuasaan Demak. Untuk
memperkuat kedudukannya, putrid Sultan Trenggono dikawinkan dengan Langgar,
Bupati Madura. Kemudian Jaka Tingkir, putra bupati Pengging, diambil menantu oleh
Sultan Trenggono dan diangkat menjadi adipati di Pajang.

Sementara itu, kawasan Pasuruan di Jawa Timur sedang berkembang sebagai kota
pelabuhan dan pusat perdagangan yang mepunyai hubungan dagang dengan Bali, pulau
pulau di Indonesia bagian Tengah dan Timur serta dengan Bangsa Portugis. Hal itu
merupakan saingan bagi Demak sehingga pada tahun 1546 Demak menyerang Pasuruan
dengan dipimpin langsun dengan Sultan Trenggono dan Fatahilah. Terjadilah pertemuan
dahsyat hingga menewaskan Sultan Trenggono. Setelah rajanya gugur, pasukan Demak
patah semangat dan seluruh pasukannya di tarik mundur kembali ke Demak.
Wafatnya sultan Trenggono menimbulkan kekacauan politik yang hebat di
Kerajaan Demak. Negeri negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan diantara ahli
waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan
Trenggono adalah Pangeran Sekar Sedo ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang bernama Arya
Panangsang, anak laki laki Pangeran Sekar Sedo ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia
lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya
berhasil dibunuh dan Arya Panangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Panangsang
tidak berkuasa lama karena ia kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir. Pusat kerajaan
kemudian dipindahkan ke Pajang dan berakhirlah kekuasaan Kerajaan Demak pada tahun
1568.
b.     Kejayaan Kerajaan Demak
Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1526),
yakni raja ketiga setelah Pati Unus. Sultan Trenggono merupakan anak dari Raden Patah
yang tidak lain adik Pati Unus. Pada masa pemerintahannya, Demak menguasai Sunda
Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para tentara Portugis yang mendarat disana
(1527), Tuban (1527), Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529), Malang (1945),
dan dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546).
Kemudian pada tahun 1546 Sultan Trenggono meninggal dalam sebuah pertempuran
menaklukkan Pasuruan.

c.   Runtuhnya Kerajaan Demak

Wafatnya sultan Trenggono menimbulkan kekacauan politik yang hebat di


Kerajaan Demak. Negeri negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan diantara ahli
waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan
Trenggono adalah Pangeran Sekar Sedo ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang bernama Arya
Panangsang, anak laki laki Pangeran Sekar Sedo ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia
lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya
berhasil dibunuh dan Arya Panangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Panangsang
tidak berkuasa lama karena ia kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir. Pusat kerajaan
kemudian dipindahkan ke Pajang dan berakhirlah kekuasaan Kerajaan Demak pada tahun
1568. Pada akhirnya, tahun 1568 M tahta Kerajaan Demak jatuh ditangan Joko Tingkir.
Kemudian ibukota Demak dipindah ke Pajang.
d.     Peninggalan Kerajaan Demak

-         Masjid Agung Demak


-         Pintu Bledeg dibuat oleh Ki Ageng Selo
-         Bedug dan kentongan karya Wali Songo
-         Soko Tatal dan Soko Guru (tiang Masjid Agung Demak)
-         Piring Campa dari Putri Campa ( Ibu Raden Patah)
-         Situs Kolam Wudlu
-         Maksurah
-         Dampar Kencana

BAB III
PENUTUP
a.     Kesimpulan
Kerajaan ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-
pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil
menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu
anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan
wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang
pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling
terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang
mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke
daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M.

 DAFTAR PUSTAKA

Sejarah Indonesia Penulis M. Habib Mustopo dkk Penerbit Yudhistira

Indonesian History Penulis Nana Supriatna Penerbit Grafindo Media Pratama

http://www.kopi-ireng.com/2015/04/sejarah-kerajaan-demak.html

http://noviapingkanita.blogspot.co.id/
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-demak.html

Kerajaan Demak / Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di


Pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-15 M. Pendiri kerajaan ini adalah
Raden Patah, seorang putra Raja Majapahit Kertawijaya yang menikah dengan putri
Campa. Pada masa Kerajaan Majapahit, Demak merupakan salah satu wilayah
kekuasaannya. Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akibat perang
saudara tahun 1478, Demak bangkit menjadi kerajaan Islam yang pertama di Pulau
Jawa. Candrasangkala pada Masjid Demak menyatakan bahwa tahun 1403 Saka (1481)
sebagai tarikh berdirinya Kerajaan Demak. Secara geografis Demak terletak di Jawa
Tengah. Nah, pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan menghadirkan penjelasan
mengenai Sejarah Kerajaan Demak dari segi politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Kehidupan Politik

Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya
Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai
candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau tahun 1478
Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di
Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat Ki Wanapala dengan
gelar Mangkurat

Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden


Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam
mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana
(Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah
pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung
dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan
menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati
Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke
utara).

Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati
Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan
oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana (1521- 1546) melalui perebutan takhta
dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk memperluas daerah kekuasaannya, Sultan
Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri
dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Sultan Trenggana
berhasil meluaskan kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha
(Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi melawan Panarukan,
Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Kerajaan
Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah, dan
sebagian Jawa Timur.
Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak.
Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana)
dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)).
Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan
putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan
kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh
Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke
Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

Masjid Agung Demak ~ Salah satu peninggalan Kerajaan / Kesultanan Demak

B. Kehidupan Ekonomi

Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi


Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut
Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan
antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak
berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah
dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.

Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan
lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau
transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan
dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya
perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan
hasil-hasil pertanian.

C. Kehidupan Sosial-budaya

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan


diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak
ditinggalkan begitu saja.

Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan


Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap
berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak
sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan
Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-
sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).

Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga
meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam.
Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.

Terima kasih sudah berkenan berkunjung dan membaca artikel di atas tentang Sejarah
Kerajaan Demak, semoga bisa menambah pengetahuan sobat sekalian tentang
khasanah budaya dan sejarah yang ada di Indonesia. Apabila ada kesalahan baik berupa
penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. ^^ Maju Terus
Pendidikan Indonesia ^^

Anda mungkin juga menyukai