Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN DEMAK

❖ Sejarah Kerajaan Demak


Adalah para mubalig Wali Songo yang berjasa dalam berdirinya Kerajaan Demak.
Selama menyiarkan dan mengembangkan agama Islam, mereka berupaya
memusatkannya di satu lokasi dan Demak adalah sentral yang kemudian dipilih di
pesisir utara Jawa bagian tengah. Lantas, atas dukungan Wali Songo, khususnya
Sunan Ampel, Raden Patah pun ditunjuk sebagai penyiar agama Islam di kawasan
Demak. Tak hanya itu, Raden Patah juga membuka pesantren yang berlokasi di Desa
Glagah Wangi.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga Desa Glagah Wangi mengundang minat
masyarakat. Peran desa tersebut perlahan berubah dari sekadar pusat ilmu
pengetahuan jadi pusat perdagangan. Ketika keberadaannya semakin dikenal dan
besar, Desa Glagah Wangi pun berkembang menjadi Kerajaan Demak, kerajaan Islam
pertama yang berdiri di Pulau Jawa.

Kerajaan Demak resmi berdiri beberapa saat setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit,
yakni sekitar 1481 M atau 1403 tahun Saka. Majapahit sendiri kali terakhir dikuasai
oleh Prabu Brawijaya V (Kertabumi) dan Demak merupakan kadipaten di bawah
naungan kerajaan Hindu-Budha tersebut.
❖ Letak Kerajaan Demak

Berdasarkan studi IAIN Walisongo, Jawa Tengah, pada 1974, ada tiga wilayah yang
diprediksi menjadi letak Kerajaan Demak, antara lain:
1. Bukti kesatu menyatakan tak ada bekas Kesultanan/Kerajaan Demak. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bila kepentingan Raden Patah selama di Demak
hanya menyiarkan agama Islam. Sementara tempat tinggalnya adalah rumah
biasa alih-alih istana megah seperti yang dikatakan banyak pihak. Masjid yang
dibangun Wali Songo pun hanya dianggap sebagai lambang kesultanan;
2. Bukti kedua menyebutkan masjid persembahan Wali Songo terletak tak jauh dari
istana. Keraton atau Kerajaan Demak diperkirakan ada di tempat yang kini jadi
lokasi Lembaga Permasyarakatan (sebelah timur Alun-alun). Disebut-sebut
pihak Belanda menghilangkan kesan keraton di tempat tadi. Anggapan tersebut
didasarkan pada penemuan nama sitihingkil (setinggi), sampangan, pungkuran,
betengan, dan jogoloyo;
3. Bukti ketiga mengungkapkan letak istana/keraton berhadapan dengan Masjid
Agung Demak; menyeberangi sungai dengan keberadaan dua pohon pinang.
Banyak masyarakat yang masih percaya bila di antara kedua pohon tersebut
terdapat makam Kiai Gunduk.

❖ Silsilah Raja-raja Kerajaan Demak


Setidaknya ada tiga raja besar yang dikenal dari Kerajaan Demak, di antaranya:
1. Raden Patah (1500-1518)
Dikenal juga sebagai Pangeran Jimbun, Raden Patah diberi gelar Sultan Alam
Akbar al-Fatah saat menjadi pemimpin Kerajaan Demak. Di bawah masa
pemerintahannya Masjid Agung Demak didirikan di tengah Alun-alun Demak.
Selain itu, posisi kerajaan ini semakin penting kala Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Meski demikian, Raden Patah tidak ingin mengambil risiko besar dan
mengutus putranya Pati Unus beserta armadanya pada 1513 untuk menyerang
Portugis di Malaka. Sayangnya, serangan tadi tidak berbuah manis karena
kualitas persenjataan yang tak imbang.
2. Pati Unus (1518-1521)
Pati Unus serta-merta memegang pemerintahan Kerajaan Demak saat Raden
Patah wafat pada 1518. Kendati penyerangannya terhadap Portugis di Malaka
gagal, Pati Unus tetap dianggap sebagai panglima perang gagah nan berani,
sekaligus disegani masyarakatnya. Bahkan dia mendapat julukan Pangeran
Sabrang Lor. Selepas perjalanan ke Malaka, Pati Unus merancang penyerangan
selanjutnya ke Katir. Hal ini dilakukan untuk mengadakan blokade terhadap
Portugis dan kali ini strateginya berhasil membuat para pendatang tersebut
kekurangan stok makanan.
3. Sultan Trenggono (1521-1546)
Karena Pati Unus tidak memiliki keturunan, maka tampuk kekuasaan jatuh ke
tangan adiknya, Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahannya pula Kerajaan
Demak mengalami masa kejayaan. Selain dikenal sebagai pemimpin bijaksana,
Sultan Treggono mampu memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Jawa
Barat dan Jawa Timur. Pada 1522, dia mengirimkan tentara kerajaan di bawah
pimpinan Fatahillah ke Sunda Kelapa untuk mengusir Portugis. Tak lama setelah
itu, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta dan dikenal dengan nama
Jakarta beberapa abad kemudian.
❖ Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan terkuat di Jawa pada awal abad ke-16.
Seperti yang telah disebutkan, Sultan Trenggono adalah sosok yang membawa
kerajaan ini ke masa kejayaan. Bukan cuma Sunda Kelapa, wilayah-wilayah lain
seperti Tuban, Madiun, Surabaya, Pasuruan, Malang, dan kerajaan Hindu terakhir di
Jawa, Blambangan, berhasil dikuasai.

Sultan Trenggono juga melakukan pernikahan politik lewat perjodohan Pangeran


Hadiri dengan puterinya; Pangeran Paserahan dengan putrinya (lalu memerintah di
Cirebon); Fatahillah dengan adiknya; Joko Tingkir dengan adiknya. Sultan
Trenggono gugur selepas pertempuran menaklukkan Pasuruan pada 1946 dan
posisinya lantas digantikan Sunan Prawoto.

❖ Masa Keruntuhan Kerajaan Demak


Kekacauan di Kerajaan Demak mulai terjadi selepas wafatnya Sultan Trenggono.
Sejumlah calon raja bertikai, di antaranya putra Sultan Trenggono, Sunan Prawoto,
dan Arya Penangsang (putra Pangeran Sekar Ing Seda Lepen). Sunan Prawoto
membunuh adik tiri Sultan Trenggono, sementara itu Arya Penangsang mendapatkan
dukungan Sunan Kudus selaku gurunya untuk merebut takhta Demak. Dia juga
mengirimkan Rangkud, anak buahnya, untuk membalas dendam atas kematian sang
ayah.

Ada dua versi cerita seputar pembunuhan Sunan Prawoto berdasarkan Babad Tanah
Jawi. Kesatu, dia dibunuh setelah mengakui kesalahannya pada Rangkud. Kedua,
Rangkud sempat berkelahi dengan Sunan Prawoto setelah tak sengaja menikam istri
sang sunan. Tak berbeda jauh, Arya Penangsangan juga menghabisi adipati Jepara
beserta istri. Ratu Kalinyamat, dibantu Joko Tingkir/Hadiwijaya beserta menantu
Sultan Trenggono, mengangkat senjata untuk melawan Arya Penangsang. Ketika
Arya Penangsang berhasil dihabisi, Kerajaan Demak pada akhirnya jatuh ke tangan
Pajang pada 1586.

❖ Peninggalan Kerajaan Demak

Sejumlah peninggalan sejarah menjadi bukti dari keberadaan Kerajaan Demak.


Sebagian di antaranya masih berdiri dan disimpan sampai sekarang, antara lain:
• Masjid Agung Demak. Bangunan ini adalah peninggalan yang paling terkenal
dan menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Demak. Masjid Agung Demak sempat
mengalami beberapa kali renovasi dan dikenal akan keunikan gaya arsitekturnya
yang sarat nilai filosofi;
• Pintu Bledek. Kata bledek yang berarti petir membuat peninggalan ini kerap
disebut sebagai Pintu Petir. Adalah Ki Ageng Solo yang membuatnya pada 1466
sebagai pintu utama dari Masjid Agung Demak. Meski sudah tak digunakan lagi,
Pintu Bledek masih dapat dilihat pengunjung;
• Soko Tatal atau Soko Guru. Soko Guru merupakan tiang berdiameter 1 meter
yang berperan sebagai penyangga masjid. Ada empat Soko Guru yang menurut
kepercayaan dibuat Kanjeng Sunan Kalijaga untuk Masjid Agung Demak;
• Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan singgasana para raja/sultan yang
pernah memimpin Kerajaan Demak. Peninggalan sejarah ini sempat dijadikan
sebagai mimbar khotbah sebelum disimpan di Masjid Agung Demak.

Anda mungkin juga menyukai