Anda di halaman 1dari 19

PERJANJIAN KERJASAMA

PENGADAAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Nomor: … / … /PK-JK/2014
ANTARA
PT BLASOSEM PUTRA
DAN
PT LANCARJAYA MITRA ABADI

Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (selanjutnya disebut
sebagai “Perjanjian”) ini dibuat di Jakarta, pada hari Jum’at tanggal lima belas bulan Agustus
tahun dua ribu empat belas (15/08/2014), oleh dan antara:

PT BLASOSEM PUTRA, berkedudukan di Taman Pulo Indah Blok U.1 No 15, Penggilingan
Cakung, Jakarta Timur 13940, yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No 38/07/11/1997,
tertanggal 7 November 1997, dalam hal ini diwakili oleh Slamet, SH dalam kedudukannya
sebagai Direktur Utama PT Blasosem Putra. Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut, dengan demikian sah bertindak untuk dan atas nama perseroan PT BLASOSEM
PUTRA; selanjutnya disebut sebagai “ PIHAK PERTAMA”.

PT LANCARJAYA MITRA ABADI, berkedudukan di ..............................................................,


yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No ........................., tertanggal ....................., dalam
hal ini diwakili oleh .......................... dalam kedudukannya sebagai ........................ PT
Lancarjaya Mitra Abadi. Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, dengan demikian
sah bertindak untuk dan atas nama perseroan PT LANCARJAYA MITRA ABADI; selanjutnya
disebut “ PIHAK KEDUA”.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut “PARA
PIHAK”, dan secara tidak bersama-sama disebut sebagai “MASING-MASING PIHAK”.

PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian dengan ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal berikut:

Pasal 1
DASAR DAN TUJUAN KERJASAMA

1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah sebuah perusahaan jasa yang salah satu jasanya
bergerak di bidang Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
Kontraktor Tambang, Agro, dan Infrastruktur yang membutuhkan rekanan kerja yang
bergerak di bidang Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

Halaman 1 dari 19
3. Bahwa PIHAK KEDUA untuk menunjang kegiatan usahanya diantaranya memerlukan
Sumber Daya Manusia yang dipenuhi dan dikelola oleh PIHAK PERTAMA, oleh
karenanya PIHAK KEDUA memberikan Pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA untuk
melaksanakan kegiatan pengerjaan pekerjaan”Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya
Manusia, selanjutnya PIHAK PERTAMA menerima Pekerjaan tersebut dari PIHAK
KEDUA.

4. Bahwa PARA PIHAK bersepakat melakukan kerjasama dengan tujuan untuk mencapai dan
meningkatkan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan aspek-aspek Mesin
(Machine), Manusia (Man), Metoda (Method), Material (Material), dan Lingkungan
(Environment).

Pasal 2
DEFINISI

1. Perjanjian: adalah Perjanjian Pengelolaan Sumber Daya Manusia ini yang dibuat dan
ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat yang
disebutkan pada bagian awal Perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan yang telah
dimengerti, disepakati dan disetujui, baik oleh PIHAK PERTAMA maupun oleh PIHAK
KEDUA, termasuk setiap terdapat perubahan-perubahan, penambahan-penambahannya,
lampiran-lampirannya (jika ada) dari waktu kewaktu yang disepakati secara tertulis oleh
PARA PIHAK.

2. Jangka Waktu Perjanjian: adalah suatu periode yang mengatur masa efektif berlaku dan
mengikatnya Perjanjian ini antara PARA PIHAK dan/atau disebutkan dalam Pasal 4
Perjanjian ini.

3. Tenaga Kerja: adalah Pekerja yang bekerja pada PIHAK PERTAMA baik pada saat
sebelum adanya Perjanjian ini, pada saat Perjanjian ini efektif berlaku maupun sesudah
Perjanjian ini berakhir, yang dalam menjalankan pekerjaannya oleh PIHAK PERTAMA
ditempatkan di PIHAK KEDUA untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu selama Jangka
Waktu Perjanjian dengan menerima Upah tertentu sesuai jabatannya yang disepakati bersama
oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

4. Status Tenaga Kerja: adalah status hubungan kerja antara PIHAK PERTAMA dengan
Pekerja dengan sistem Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) sesuai dengan
undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku.

5. Pekerjaan: adalah kegiatan yang wajib dilakukan oleh Pekerja berdasarkan penugasan yang
ditentukan oleh PIHAK KEDUA dan disepakati oleh PIHAK PERTAMA selama Jangka
Waktu Perjanjian ini dengan menerima Upah tertentu.

6. Perwakilan PIHAK KEDUA: adalah satu atau lebih dari satu orang yang ditunjuk oleh
Direksi PIHAK KEDUA untuk bertugas dan berhak sebagai pengawas langsung dalam
setiap hal-hal yang berkaitan dengan performa Tenaga Kerja dan pelaksanaan Pekerjaan
dengan hak yang termasuk tetapi tidak terbatas hanya untuk melakukan koordinasi dengan
Perwakilan PIHAK PERTAMA.
Halaman 2 dari 19
7. Perwakilan PIHAK PERTAMA: adalah satu atau lebih dari satu orang yang ditunjuk oleh
Direksi PIHAK PERTAMA yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan Tenaga
Kerja (Kepersonaliaan/HRD) yang mewakili PIHAK PERTAMA dalam pelaksanaan tugas
di lokasi kerja PIHAK KEDUA yang dalam menjalankan tugasnya berhak melakukan
koordinasi dengan Perwakilan PIHAK KEDUA dan berkewajiban membuat laporan
Pekerjaan secara berkala kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

8. Rapat Koordinasi: adalah pertemuan yang dilaksanakan dan dihadiri oleh Perwakilan
PIHAK KEDUA dan Perwakilan PIHAK PERTAMA atau seperti diatur dalam Pasal 15
Perjanjian ini.

9. Invoice: adalah suatu dokumen penagihan yang berisi nilai dalam mata uang rupiah yang
memuat tentang total biaya yang termasuk di dalamnya Upah (Take Home Pay), Benefits,
dan Professional Fee, yang disertai materai sesuai dengan regulasi pemerintah, yang
tercantum dalam Pasal 17 Perjanjian ini, yang wajib dibayarkan oleh PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA setiap bulannya.

10. Professional Fee: adalah suatu nilai dalam mata uang rupiah yang disepakati oleh PARA
PIHAK yang akan dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA atas
segala aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA dalam mengelola
Tenaga Kerja di lokasi kerja yang ditentukan oleh PIHAK KEDUA, dengan PPn sebesar
10%, yang tercantum dalam Pasal 16 Perjanjian ini.

11. Pengangkatan Tenaga Kerja Massal: adalah pengangkatan Tenaga Kerja PIHAK
PERTAMA oleh PIHAK KEDUA yang berjumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih Tenaga
Kerja dari status hukum Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA menjadi Tenaga Kerja PIHAK
KEDUA, yang tercantum dalam Pasal 13 Perjanjian ini.

12. Pengangkatan Tenaga Kerja Tidak Massal: adalah pengangkatan Tenaga Kerja PIHAK
PERTAMA oleh PIHAK KEDUA kurang dari 10 (sepuluh) orang Tenaga Kerja dari status
hokum Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA menjadi Tenaga Kerja PIHAK KEDUA, yang
tercantum dalam Pasal 13 Perjanjian ini

13. Pemutusan Hubungan Kerja Tenaga Kerja: adalah pengakhiran hubungan kerja oleh
PIHAK KEDUA terhadap Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA yang ditempatkan di PIHAK
KEDUA atau sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 Perjanjian ini.

14. Pemutusan Hubungan Kerja Antar-Perusahaan: adalah pengakhiran hubungan kerja antara
PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA dengan mengakhiri Perjanjian antar PARA
PIHAK dimana ketentuannya diatur dalam Pasal 24 Perjanjian.

15. Komponen Biaya: adalah nilai dalam mata uang rupiah yang terdiri dari;
a. Upah: adalah sejumlah nilai yang diterima Tenaga Kerja yang merupakan penghasilan
(Take Home Pay = THP), yang komponennya terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan
Kehadiran atau Tunjangan Lapangan, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Lembur,
Tunjangan Insentif yang diterima oleh Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA dari PIHAK
KEDUA setiap bulannya.
Halaman 3 dari 19
b. Benefits: adalah fasilitas-fasilitas yang dinikmati oleh Tenaga Kerja sebagai bentuk kesejahteraan
sesuai undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku yang dalam
Perjanjian ini berupa makan di waktu kerja dan di mess, transportasi lokal dari mess menuju
lokasi kerja (site), Pakaian dan Perlengkapan Kerja, biaya pengobatan dan perawatan, BPJS
Ketenagakerjaan (Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua), BPJS
Kesehatan, cuti periodik dan cuti tahunan, Tunjangan Hari Raya (THR), Pesangon, uang masa
kerja, dan uang penggantian hak yang akan diberikan oleh PIHAK KEDUA melalui PIHAK
PERTAMA.

Pasal 3
BENTUK DAN LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan”Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia” yang disepakati PIHAK


PERTAMA dan PIHAK KEDUA adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.1. Lingkup 1 – Pengadaan Sumber Daya Manusia: Pada lingkup ini PIHAK
PERTAMA bertugas memberikan jasa dalam perekrutan, seleksi wawancara, dan
pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia kepada PIHAK KEDUA, yang tediri dari:
a. Merekrut, menyeleksi, dan memenuhi kebutuhan Tenaga Kerja untuk posisi-posisi
yang dibutuhkan PIHAK KEDUA yang pengelolaannya diserahkan oleh PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA;
b. Melakukan seleksi test psikologi (psycho-test) bila dipandang perlu dan disepakati
PARA PIHAK dan melakukan tes kesehatan (medical test) kepada calon Tenaga
Kerja;
c. Untuk jabatan-jabatan yang memerlukan dilakukannya seleksi test keterampilan
teknis (technical test/ground test) oleh PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA
melakukan koordinasi dengan PIHAK KEDUA untuk kelancaran pelaksanaannya.
1.2. Lingkup 2 – Pengelolaan Sumber Daya Manusia: Pada lingkup ini PIHAK
PERTAMA bertugas mengelola keseluruhan Sumber Daya Manusia (Human
Resources Management) Tenaga Kerja yang dibutuhkan dan dipekerjakan di PIHAK
KEDUA yang didasarkan atas ketentuan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau
regulasi pemerintah yang berlaku di antaranya namun tidak terbatas pada aktivitas
pembuatan kontrak kerja, administrasi data Tenaga Kerja, teknis penempatan,
pembelian dan penyediaan pakaian kerja maupun alat pelindung diri (APD) untuk
keselamatan kerja, penggajian, cuti, pengelolaan tempat tinggal (mess), memberikan
bimbingan, penegakan disiplin, sampai dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

2. Uraian lebih rinci beserta kaitannya dengan kewajiban dan tanggung jawab PARA PIHAK
terkait dengan pekerjaan ”Pengadaan dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia” diuraikan
lebih lanjut dalam pasal-pasal pada “Perjanjian” ini.

Pasal 4
JANGKA WAKTU PERJANJIAN

Halaman 4 dari 19
1. “Perjanjian” PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dibuat untuk jangka waktu selama
dua (2) tahun, yang berlaku efektif sejak tanggal 15 Agustus 2014 sampai dengan tanggal 14
Agustus 2016.

2. PARA PIHAK sama-sama memiliki hak untuk melakukan evaluasi atas sikap kerja dan
performansi masing-masing PIHAK secara berkala untuk melakukan perbaikan-perbaikan
dalam pelaksanaan lingkup pekerjaan pada Pasal 3 dan Kewajiban dan Tanggung Jawab
PARA PIHAK pada Pasal 6 “Perjanjian” ini.

3. Pengaturan tentang berakhirnya Perjanjian ini diatur lebih lanjut pada Pasal 24.

Pasal 5
HARI, WAKTU, DISIPLIN, DAN PRODUKTIVITAS KERJA

1. Pada dasarnya Hari, Waktu, dan Jam kerja PIHAK PERTAMA dan Tenaga Kerja yang
dikelolanya adalah mengikuti kegiatan operasional PIHAK KEDUA dan ditetapkan oleh
PIHAK KEDUA.

2. Terkait disiplin kehadiran dan optimalisasi waktu kerja, PIHAK PERTAMA berkewajiban
mengatur disiplin kehadiran Tenaga Kerja di tempat kerja pada Hari dan Waktu kerja yang
ditetapkan, sedangkan utilisasi Tenaga Kerja agar tercapai produktivitas kerja yang optimal
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban PIHAK KEDUA.

3. Bila atas perintah PIHAK KEDUA Tenaga Kerja bekerja melebihi waktu kerja yang diatur
dalam undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku, maka
Tenaga Kerja dihitung sebagai bekerja lembur dan PIHAK PERTAMA diharuskan untuk
membayar upah kelebihan jam kerjanya (lembur) yang kemudian ditagihkan kepada PIHAK
KEDUA sebagai pemberi perintah kerja.

Pasal 6
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK

1. PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk melaksanakan seluruh Pekerjaan seperti yang


disebutkan dalam Pasal 3 “Perjanjian” ini dan memberikan Laporan secara berkala satu (1)
bulan sekali terkait data dan kehadiran Tenaga Kerja yang diketahui/disetujui PIHAK
KEDUA.

2. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh PIHAK
PERTAMA dan/atau Tenaga Kerjanya serta memberikan dukungan sarana dan prasarana
(sepeti namun tidak terbatas pada pakaian kerja, alat pelindung diri, transportasi menuju
lokasi kerja dan kembali ke mess, pelatihan keselamatan dan kerja teknis pekerjaan) agar
Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar, selamat, dan produktif.

3. Kewajiban dan tanggung jawab lebih rinci PIHAK PERTAMA kepada Tenaga Kerja dan
kepada PIHAK KEDUA adalah sebagai berikut:

Halaman 5 dari 19
3.1. Kewajiban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA Kepada TENAGA KERJA

1. Mengikuti dan memenuhi undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah


yang berlaku dalam mempekerjakan Tenaga Kerja.
2. Memberikan dan/atau menyediakan kepada Tenaga Kerja yang ditempatkan di PIHAK
KEDUA, hak-hak dan perlengkapan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya, yaitu
seperti tetapi tidak terbatas pada berikut ini:
a. Upah yang besarnya tidak kurang dari undang-undang ketenagakerjaan dan/atau
regulasi pemerintah yang berlaku sebagaimana terlampir pada Pasal/Lampiran…….;
b. Benefits yang jenis dan besarnya disepakati oleh PARA PIHAK dengan
berpedoman pada undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang
berlaku, seperti tercantum pada Pasal/Lampiran …
3. Menyimpan dan menjaga kerahasian dokumen personal file Tenaga Kerja, termasuk
tetapi tidak terbatas pada biodata Tenaga Kerja dan Perjanjian Kerja.
4. Mengurus proses administrasi upah dan benefits yang menjadi hak Tenaga Kerja.
5. Memberikan bimbingan mengenai tata tertib disiplin kerja secara umum terhadap Tenaga
Kerja, serta mengharuskan Tenaga Kerja untuk mengikuti tata tertib disiplin kerja yang
berlaku di PIHAK KEDUA.
6. Memberikan sanksi dengan mengikuti aturan pemberian sanksi yang berlaku sesuai
dengan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku bagi
Tenaga Kerja yang melanggar Peraturan di lokasi kerja PIHAK KEDUA, dan
menginformasikan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.
7. Mengatasi setiap permasalahan hubungan industrial yang terjadi antara Tenaga Kerja
PIHAK PERTAMA dengan pihak PIHAK KEDUA sebagai perusahaan, sesuai dengan
undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku.

3.2. Kewajiban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA Kepada PIHAK KEDUA

1. Melaksanakan pekerjaan yang telah diserahkan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana


yang ditentukan dalam Pasal 3 “Perjanjian” ini dengan sebaik-baiknya dan penuh
tanggung jawab, serta tidak menyerahkan kegiatan pengelolaan Tenaga Kerja kepada
pihak ketiga lainnya tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK KEDUA.
2. Melaksanakan pengelolaan Tenaga Kerja yang dimaksud pada ayat 1 Pasal ini dengan
waktu kerja yang telah disepakati PARA PIHAK.
3. Memberikan daftar Tenaga Kerja yang ditempatkan pada PIHAK KEDUA yang berisi
informasi Nama, NRP (Nomor Registrasi Pegawai), Jabatan, Tanggal Masuk, Tanggal
Keluar (bila Tenaga Kerja telah tidak bekerja lagi), Pendidikan terakhir, Status Keluarga,
Status Penerimaan, Status Pekerja, Upah Pokok/Bulan, Tempat Lahir, Tanggal Lahir,
Agama, dan Alamat; bila sebelumnya telah terjadi penggantian Tenaga Kerja yang
dilaksanakan sesuai dengan Pasal terkait pada “Perjanjian” ini maka daftar tersebut harus
telah diserahkan sebelum tanggal sepuluh (10) bulan berikutnya kepada PIHAK
KEDUA.

Halaman 6 dari 19
4. Memberikan validasi daftar kehadiran Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA beserta
penghitungan dasar pembayaran upah.
5. Menempatkan Perwakilan PIHAK PERTAMA pada lokasi kerja PIHAK KEDUA
yang bertugas sebagai pengelola ketenagakerjaan dan kepersonaliaan, administrasi
ketenagakerjaan dan kepersonaliaan seperti Lampiran 8 Perjanjian ini.
6. Melaksanakan ketentuan perpajakan yang dibebankan atasnya, seperti tetapi tidak
terbatas pada ketentuan PPH 23 yang akan dipungut oleh PIHAK KEDUA.
7. Tidak mempekerjakan kembali Tenaga Kerja yang pernah melakukan tindakan
pelanggaran atas disiplin dan/atau etika kerja ketika dipekerjakan kepada PIHAK
KEDUA.

4. Kewajiban dan tanggung jawab lebih rinci PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
dan/atau Tenaga Kerja kepada adalah sebagai berikut:

1. Membayarkan upah yang menjadi hak tenaga kerja sesuai jadual yang disepakati melalui
PIHAK PERTAMA.
2. Membayar benefits yang menjadi hak Tenaga Kerja melalui PIHAK PERTAMA, yang
ditagihkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sesuai jadual yang
disepakati, yang terdiri dari namun tidak terbatas pada:
a. BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan;
b. Pengobatan dan Perawatan
c. Cuti Periodik dan cuti Tahunan
d. Tunjangan Hari Raya
e. Pesangon, Uang Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak
f. Seragam dan Alat Pelindung Diri. PINDAH KE PASAL 16

3. Memberikan dan menyediakan kepada Tenaga Kerja yang ditempatkan oleh PIHAK
PERTAMA, antara lain:
a. Perlengkapan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya, seperti Kartu kehadiran
(sekaligus sebagai kartu identitas), alat keselamatan kerja, fasilitas P3K/First Aid
(Pertolongan pertama dan/atau Pengobatan yang dilakukan terhadap Pekerja yang
mengalami suatu musibah/kecelakaan dan/atau sakit pada saat Tenaga Kerja sedang
melaksanakan tugasnya di lokasi site).
b. Fasilitas transportasi dari titik penjemputan sampai dengan lokasi kerja;
c. Makan dan ekstra berupa puding; makan sebanyak tiga (3) kali bagi yang masuk siang
dan empat (4) kali bagi yang masuk malam serta ekstra puding setiap malam.
d. Alat Pelindung Diri (APD) selain yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA juga
diberikan PIHAK KEDUA seperti: ear plug, masker moncong, sarung tangan, dan
lain-lain.
4. Membayar Professional Fee sebesar yang disepakati dengan PIHAK PERTAMA,
seperti tercantum pada Pasal 16.
5. Memungut pajak sebatas pada Pajak Penghasilan (PPh 23) dari Professional Fee.

Halaman 7 dari 19
6. Membayar kompensasi kepada Tenaga Kerja bila terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK) sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang
berlaku, yang akan diajukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA secara
tersendiri dan terpisah dari Tagihan Upah Tenaga Kerja.
7. Wajib mengasuransikan semua peralatan yang dioperasikan oleh Tenaga Kerja PIHAK
PERTAMA, dengan demikian melepaskan PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga
Kerjanya dari risiko kerusakan alat bila terjadi kecelakaan.
8. Memberikan informasi secara tertulis disertai data pendukung tentang pelanggaran
Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA.
9. Menjalankan fungsi dan kegiatan CSR&CD (Corporate Social Responsibility dan
Community Development) sehingga Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik dan aman.
5. Bila dipandang perlu, tanggungjawab masing-masing PIHAK akan dituangkan secara lebih
detail dalam bentuk Addendum, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
“Perjanjian” ini.

Pasal 7
PEREKRUTAN TENAGA KERJA

1. Perekrutan Tenaga Kerja untuk ditempatkan di PIHAK KEDUA dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA dengan memenuhi standarisasi prosedur perekrutan yang diterapkan dan berlaku
di PIHAK KEDUA.
2. Permintaan perekrutan Tenaga Kerja oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
harus diajukan secara tertulis dengan mengisi Form Permintan Pekerja (contoh form terlampir
dalam Lampiran 8). PIHAK PERTAMA harus memberikan konfirmasi atas permintaan
tersebut selambat-lambatnya pada 5 (lima) hari kerja setelah tanggal surat permintaan dari
PIHAK KEDUA, dan harus menyediakan Tenaga Kerja yang diperlukan selambat-
lambatnya pada 10 (sepuluh) hari kerja setelah konfirmasi diberikan.
3. Tes akhir (Ground Test) calon Tenaga Kerja yang berkaitan dengan keterampilan dalam
mengoperasikan alat berat maupun dump truck dilakukan dan menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA.
4. PIHAK KEDUA menanggung biaya perekrutan Tenaga Kerja yang dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA dengan rincian terlampir pada Lampiran …..

Pasal 8
STATUS PEKERJA

1. PARA PIHAK dengan ini menyatakan bahwa Tenaga Kerja yang ditempatkan di PIHAK
KEDUA secara hukum adalah merupakan Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA dengan status
tenaga kerja yang terikat dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
2. PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk memberitahukan kepada Tenaga Kerjanya yang
ditempatkan di PIHAK KEDUA bahwa mereka adalah pekerja PIHAK PERTAMA
sehingga segala tuntutan-tuntutan dari Tenaga Kerja hanya dapat disampaikan oleh yang
Halaman 8 dari 19
bersangkutan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA akan bertanggung
jawab atas penyelesaian tuntutan dan/atau masalah status pekerja tersebut.

Pasal 9
STATUS PENERIMAAN TENAGA KERJA/POINT OF HIRE (POH)

1. Status lokasi penerimaan Tenaga Kerja/Point of Hire dalam hal ini untuk selanjutnya disebut
“POH” ditentukan berdasar kesepakatan awal pada waktu Tenaga Kerja akan ditempatkan di
PIHAK KEDUA.
2. Bagi Tenaga Kerja dengan POH tidak sama dengan lokasi kerja yang dituju (misal: POH
Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat/Jakarta dengan lokasi kerja Melak) maka Tenaga Kerja
tersebut berhak mendapatkan fasilitas biaya perjalanan ke POH pada saat cuti lapangan, yang
ketentuannya diatur lebih rinci seperti terlampir pada Lampiran …..

Pasal 10
PENGEMBANGAN TENAGA KERJA

1. PIHAK PERTAMA bertanggung jawab terhadap pembinaan sikap dan perilaku kerja para
Tenaga Kerjanya.
2. PIHAK KEDUA berdasarkan atas kebutuhannya sendiri akan memberikan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan teknis Tenaga Kerja. Kegiatan tersebut diberitahukan secara
tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
3. Biaya pengembangan pengetahuan dan keterampilan teknis atas permintaan PIHAK KEDUA
pada Tenaga Kerja akan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA secara keseluruhan,
dimana tanggung jawab tersebut meliputi biaya pelatihan, uang transportasi, uang makan, dan
akomodasi selama Tenaga Kerja mengikuti pelatihan tersebut.

Pasal 11
MUTASI TENAGA KERJA

1. PIHAK KEDUA berhak untuk meminta


mutasi terhadap Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 10
(sepulu) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaan mutasi dilakukan oleh PIHAK PERTAMA.
2. Tenaga Kerja yang dimutasi akan tetap mendapatkan upah pokok dan/atau hak lainnya
minimal sama dengan upah pokok dan/atau hak lain sebelum Tenaga Kerja dimutasikan.
3. Bila mutasi dilakukan ke lokasi kerja PIHAK KEDUA lainnya dan UMP/UMSP/UMSK
lokasi kerja yang baru tersebut ternyata lebih tinggi dari lokasi kerja sebelumnya, maka
PIHAK PERTAMA harus menyesuaikan minimal sama dengan UMP/UMSP/UMSK lokasi
kerja yang baru tersebut.
4. Surat keputusan mutasi Tenaga Kerja hanya dapat dikeluarkan oleh Head Office PIHAK
KEDUA kepada Head Office PIHAK PERTAMA yang mengacu kepada kompetensi
Tenaga Kerja yang akan dimutasikan tersebut.
Halaman 9 dari 19
Pasal 12
PENGGANTIAN DAN ATAU PHK TENAGA KERJA

1. PIHAK KEDUA berhak meminta penggantian Tenaga Kerja dari PIHAK PERTAMA dan
PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk memberikan pengganti Tenaga Kerja jika diminta
oleh PIHAK KEDUA jika dalam kondisi sebagai berikut:
a. Berperilaku yang tidak patut yang dilakukan di lingkungan pekerjaannya atau melakukan
tindakan yang bertentangan dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di PIHAK
KEDUA dan bertentangan dengan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi
pemerintah yang berlaku;
b. Menurut penilaian PIHAK KEDUA selama menjalankan tugasnya telah melakukan
pelanggaran-pelanggaran dan sudah diberi peringatan baik secara lisan ataupun tertulis
melalui Surat Peringatan tetapi masih melakukan pelanggaran.
2. Penggantian Tenaga Kerja tersebut dapat dipenuhi oleh PIHAK PERTAMA bila secara sah
terbukti Tenaga Kerja bersangkutan melakukan tindakan yang dimaksud pada ketentuan yang
diatur pada ayat 1 poin a dan b Pasal ini. Prosedur permintaan penggantiannya dilakukan
dengan cara mengajukan secara tertulis dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang cukup.
3. PIHAK PERTAMA bertanggung jawab memberikan Tenaga Kerja pengganti selambat-
lambatnya pada 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima permintaan penggantian tenaga
kerja dari PIHAK KEDUA.
4. PIHAK PERTAMA harus menyediakan Tenaga Kerja pengganti sebelum Tenaga Kerja
yang diganti dikembalikan ke PIHAK PERTAMA.
5. Bila PIHAK PERTAMA bermaksud untuk mengganti Tenaga Kerja yang ditempatkan di
PIHAK KEDUA maka paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kalender sebelum tanggal
pelaksanaan penggantian jatuh tempo, sudah memberitahukan secara tertulis pada PIHAK
KEDUA tentang rencana penggantian Tenaga Kerja, PIHAK KEDUA akan memberikan
tanggapan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA tentang persetujuan atau penolakan
penggantian Tenaga Kerja dimaksud selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
menerima surat pemberitahuan dari PIHAK PERTAMA tentang rencana penggantian
Tenaga Kerja yang ditempatkan di PIHAK KEDUA.
6. Tanpa mengurangi ketentuan yang diatur pada ayat-ayat di atas, bila menurut pendapat
PIHAK KEDUA terjadi penurunan aktivitas kerja di perusahaannya sehingga dibutuhkan
pengurangan jumlah Tenaga Kerja, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan
sebelumnya secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum waktu efektif penarikan Tenaga Kerja tersebut dilakukan tanpa kewajiban
memberikan kompensasi dalam bentuk apapun kepada PIHAK PERTAMA, namun dalam
hal PIHAK KEDUA melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Tenaga Kerja
akan diberikan biaya sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi
pemerintah yang berlaku.

Halaman 10 dari 19
Pasal 13
PEREKRUTAN TENAGA KERJA PIHAK PERTAMA
MENJADI TENAGA KERJA PIHAK KEDUA

1. Jika PIHAK KEDUA bermaksud untuk melakukan perekrutan dengan melakukan


pengangkatan Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA (tidak massal) untuk menjadi Tenaga Kerja
PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan hal tersebut secara tertulis
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal pelaksanaan pengangkatan, selanjutnya dalam
waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima surat pemberitahuan tersebut, PIHAK
PERTAMA harus memberikan tanggapan tertulis kepada PIHAK KEDUA yang
menyatakan persetujuan atau penolakan PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga Kerja yang
bersangkutan atas pengangkatan tersebut.
2. Untuk perekrutan dengan tujuan melakukan pengangkatanTenaga Kerja massal, maka
PIHAK KEDUA harus memberitahukan hal tersebut secara tertulis paling lambat 3 (tiga)
bulan sebelum tanggal pelaksanaan pengangkatan, selanjutnya dalam waktu 7 (tujuh) hari
kerja setelah menerima surat pemberitahuan tersebut, PIHAK PERTAMA harus
memberikan tanggapan tertulis kepada PIHAK KEDUA yang menyatakan persetujuan atau
penolakan PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga Kerja yang bersangkutan atas pengangkatan
tersebut.
3. Untuk perekrutan dengan tujuan melakukan pengangkatan Tenaga Kerja massal maupun
tidak missal, dalam pengurusan penyelesaian hak-hak Tenaga Kerja PIHAK KEDUA akan
dikenakan fee sebesar 3% (tiga persen) dari nilai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang
akan digunakan untuk biaya komunikasi dan koordinasi pemindahan status Tenaga Kerja dari
PIHAK PERTAMA ke PIHAK KEDUA.
4. Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA yang dapat diangkat menjadi Tenaga Kerja PIHAK
KEDUA harus sudah memilik masa kerja minimal 2 (dua) tahun dan telah dilakukan evaluasi
dan uji kompetensi.
5. Bila PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga Kerja menyetujui maksud pengangkatan tersebut,
maka PIHAK KEDUA harus memberikan kesempatan kepada Tenaga Kerja untuk
menyelesaikan seluruh administrasinya pada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari kerja.
6. Bila PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga Kerja yang bersangkutan menolak atas
pengangkatan tersebut, maka Tenaga Kerja bisa tetap bekerja kembali pada posisinya semula.
7. Bila penolakan pengangkatan dari PIHAK PERTAMA dan/atau Tenaga Kerja tersebut
mengakibatkan adanya permintaan penggantian Tenaga Kerja dari PIHAK KEDUA, maka
PIHAK KEDUA wajib menyelesaikan hak-hak Tenaga Kerja yang akan dimintakan
penggantiannya tersebut dengan prosedur penggantian Tenaga Kerja seperti diatur dalam
Pasal 12 “Perjanjian” dan Peraturan Perundang-undangan.
8. Tenaga Kerja yang akan diangkat oleh PIHAK KEDUA harus diselesaikan hak-haknya
terlebih dahulu oleh PIHAK KEDUA, baik yang berstatus Tenaga Kerja kontrak maupun
Tenaga Kerja tetap, dengan pembayaran hak-hak Tenaga Kerja tersebut dilaksanakan melalui
PIHAK PERTAMA.
9. Sebagai akibat dari pengangkatan Tenaga Kerja seperti disebutkan dalam ayat-ayat di atas,
PIHAK PERTAMA berhak atas kompensasi (jasa pembinaan) sebesar 10% (sepuluh persen)

Halaman 11 dari 19
kali upah setahun yang diterima oleh Tenaga Kerja bersangkutan, kompensasi harus
dibayarkan bersamaan dengan pembayaran tagihan yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA.
10. Bila Tenaga Kerja bersedia untuk diangkat oleh PIHAK KEDUA namun gagal dalam test
yang diselenggarakan oleh PIHAK KEDUA, maka Tenaga Kerja tersebut dapat kembali
bekerja di PIHAK KEDUA dengan status sebagai Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA seperti
semula.
11. PIHAK KEDUA wajib memberikan upah dan benefits kepada Tenaga Kerja PIHAK
PERTAMA yang diangkat PIHAK KEDUA minimal sama dengan upah dan benefit pada
saat Tenaga Kerja masih berstatus Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA.
12. Dalam hal menentukan upah, benefits dan jabatan untuk Tenaga Kerja yang akan diangkat,
PIHAK KEDUA wajib memperhitungkan masa kerja Tenaga Kerja selama Tenaga Kerja
berstatus Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA.
13. Permintaan pengangkatan Tenaga Kerja hanya dapat diajukan secara tertulis oleh Kantor
Pusat (Head Office) PIHAK KEDUA kepada Kantor Pusat (Head Office) PIHAK
PERTAMA.
14. Dalam hal pengangkatan Tenaga Kerja, PIHAK KEDUA wajib memberikan jadwal/tahapan
pengangkatan yang di dalamnya juga tercantum tentang nama Tenaga Kerja yang akan
diangkat, jumlah Tenaga Kerja yang akan diangkat, jabatan dan posisi yang akan diberikan
kepada Tenaga Kerja, tanggal pengangkatan dan tahapan test yang akan dijalani oleh Tenaga
Kerja.
15. Terhadap Tenaga Kerja yang mengundurkan diri dari PIHAK PERTAMA, PIHAK
KEDUA baru dapat merekrut Tenaga Kerja tersebut setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak
Tenaga Kerja tersebut terakhir bekerja di PIHAK PERTAMA.
16. Bila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan ketentuan dalam ayat 15 Pasal ini maka PIHAK
PERTAMA akan mengacu kepada ayat 9 Pasal ini.
17. Bila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan ketentuan yang diatur dalam ayat 2 Pasal ini,
maka PIHAK PERTAMA akan tetap berpedoman untuk menjalankan ketentuan yang diatur
dalam ayat 2 tersebut.

Pasal 14
PEMOGOKAN TENAGA KERJA

1. Terhadap pemogokan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja, bila dalam pelaksanaannya telah
sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau regulasi pemerintah yang berlaku,
maka PIHAK KEDUA tidak dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap
Tenaga Kerja yang melakukan pemogokan tersebut.
2. Bila pemogokan yang dilakukan Tenaga Kerja bertentangan dengan hal yang telah disebutkan
dalam ayat 1 Pasal ini, maka PIHAK KEDUA berhak melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) dan meminta penggantian Tenaga Kerja kepada PIHAK PERTAMA, dengan
mengikuti prosedur Penggantian Tenaga Kerja dan PHK seperti yang telah diatur dalam Pasal
12 “Perjanjian” ini.

Halaman 12 dari 19
Pasal 15
RAPAT KOORDINASI

1. PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA akan melakukan pertemuan secara berkala
minimal 1 (satu) kali sebulan, baik rapat koordinasi yang dilakukan oleh Perwakilan PARA
PIHAK di site maupun rapat koordinasi yang dilakukan di Kantor Pusat (Head Office) dan
hasilnya wajib disosialisasikan kepada Pihak yang terkait dan/atau di Site PARA PIHAK.
2. Terhadap Hasil rapat koordinasi yang dilakukan oleh Perwakilan PARA PIHAK di site wajib
dilaporkan secara tertulis oleh perwakilan PARA PIHAK kepada pejabat Kantor Pusat
(Head Office) PARA PIHAK, demikian juga hasil rapat koordinasi yang dilakukan oleh
pejabat Kantor Pusat (Head Office) PARA PIHAK wajib disosialisasikan secara tertulis
kepada Perwakilan PARA PIHAK di site.

Pasal 16
UPAH DAN BENEFITS TENAGA KERJA

Pasal 17
PROFESSIONAL FEE

1. Atas pemakaian jasa PIHAK PERTAMA oleh PIHAK KEDUA maka PIHAK KEDUA
membayar Professional Fee kepada PIHAK PERTAMA yang terdiri atas Management Fee
dan Administration Handling Fee per bulan yang dibayarkan setiap bulan serta Coordination
& Communication Fee yang dibayarkan bila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

2. Management Fee adalah biaya atas pemakaian jasa pengelolaan Sumber Daya Manusia
PIHAK PERTAMA oleh PIHAK KEDUA dengan jumlah Tenaga Kerja sekurang-
kurangnya 100 (seratus) orang. Administration Handling Fee adalah biaya administrasi yang
dikeluarkan PIHAK PERTAMA dalam mengelola sarana dan prasarana Tenaga Kerja.
Coordination & Communication Fee adalah biaya yang dikeluarkan PIHAK PERTAMA
untuk proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Tenaga Kerja.

3. Besar Management Fee yang dibayar PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA adalah
25% (dua puluh lima persen) dari Upah (Take Home Pay), BPJS Ketenagakerjaan, dan BPJS
Kesehatan sesuai dengan Lampiran …..

4. Besar Administration Handling Fee yang dibayar PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA adalah 3% (tiga persen) dari nilai Benefits yang dibayarkan.

5. Besar Coordination & Communication Fee yang dibayar PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA adalah 3% (tiga persen) dari nilai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang
dibayarkan.

6. PIHAK KEDUA wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas setiap Professional
Fee yang dibayarkan kepada PIHAK PERTAMA yang dibayarkan selambat-lambatnya satu

Halaman 13 dari 19
(1) bulan setelah Fatur Pajak Asli diterbitkan, yang teknis pelaksanaannya disepakati PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

7. Professional Fee tersebut di atas Pasal ini dibayarkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA dengan cara melalui transfer ke rekening bank ke:

Bank :
Nomor Rekening :
Atas Nama :

8. Atas pembayaran Professional Fee tersebut di atas Pasal ini PIHAK KEDUA wajib
mengirimkan bukti pembayaran kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA wajib
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA atas pembayaran yang diterimanya
selambat-lambatnya satu (1) minggu setelah pembayaran dilakukan.

Pasal 17
SISTEM PEMBAYARAN UPAH, BENEFIT DAN PERLENGKAPAN KERJA

1. Tenggat waktu (cut of date) untuk pembayaran Upah, Benefits, dan Perlengkapan Kerja
disepakati PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sebagai berikut: closing document setiap
tanggal 15, penyerahan dokumen BAST dari PT Blasosem Putra ke PT Lancarjaya Mitra
Abadi tanggal 18, persetujuan (approve) dokumen BAST oleh PT Lancarjaya Mitra Abadi
tanggal 20, pengiriman dokumen ke HO PT Blasosem Putra tanggal 26, invoicing ke PT
Lancarjaya Mitra Abadi tanggal 1. Proses pembuatan AP invoice di PT Lancarjaya Mitra
Abadi tanggal 2, pembayaran transfer ke rekening PT Blasosem Putra tanggal 8.

2. Perwakilan PIHAK PERTAMA akan mengajukan Berita Acara (BA) kepada Perwakilan
PIHAK KEDUA pada tanggal 18 (delapan belas) setiap bulannya dan Perwakilan PIHAK
KEDUA selambat-lambatnya tanggal 20 (dua puluh) setiap bulannya akan menyerahkan
Berita Acara(BA) yang sudah disetujui ke perwakilan PIHAK PERTAMA.

3. PIHAK PERTAMA akan mengajukan kepada PIHAK KEDUA tagihan biaya atas
pengadaan dan penempatan Tenaga Kerja di PIHAK KEDUA selambat-lambatnya tanggal 1
(satu) setiap bulannya dengan melampirkan:
a) Berita Acara Jumlah Tenaga Kerja
b) Berita Acara Absensi
c) Berita Acara Lembur dan Hour Meter kerja

4. PIHAK KEDUA akan melaksanakan pembayaran atas tagihan PIHAK PERTAMA N7(Tujuh
hari) setelah invoice diterima.(tanya finance).

5. Tagihan yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA terdiri dari
Tagihan yang bersifat Management Fee dan Tagihan yang terkait tentang pembayaran hak –
hak Tenaga Kerja, baik yang bersifat hak – hak Tenaga Kerja secara langsung yaitu Take
Home Pay (THP) maupun Benefit, Seragam kerja dan Perlengkapan Kerja, serta cuti yang
diberikan kepada Tenaga Kerja.

Halaman 14 dari 19
6. Tagihan yang sah yang akan dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
adalah tagihan yang sudah ditandatangani dari masing-masing Pihak yang berwenang dengan
mengacu kepada berita acara yang telah ditandatangani para perwakilan di Site.

7. PIHAK KEDUA wajib memberikan penggantian biaya pengadaan pakaian dan perlengkapan
kerja untuk pekerja PIHAK PERTAMA yang ditempatkan di PIHAK KEDUA, jenis
perlengkapan, jumlah, serta besarnya biaya penggantian terlampir dalam lampiran
5(LAMPIRAN BELUM ADA.

8. PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk menyediakan perlengkapan kerja selain yang
disebutkan dalam lampiran 5 di atas, apabila diperlukan sesuai dengan kondisi atau aturan
yang berlaku.

9. Perlengkapan dan pakaian Tenaga Kerja akan dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA bersamaan dengan pembayaran upah Tenaga Kerja.

10. PIHAK KEDUA berhak untuk menolak tagihan yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA
apabila tagihan tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian ini dan/atau kesepakatan pada saat
dilakukan penempatan tenaga PIHAK PERTAMA di PIHAK KEDUA.

11. Upah yang diberikan kepada setiap Tenaga Kerja akan dibayarkan kepada PIHAK
PERTAMA sesuai dengan jumlah tagihan dan Tenaga Kerja aktual PIHAK PERTAMA
yang ditempatkan di PIHAK KEDUA sebagaimana yang telah disepakati PARA PIHAK.

12. Upah minimum Tenaga Kerja adalah sesuai dengan daftar upah terlampir (pada lampiran 2
s/d lampiran 4)(lampiran Belum ada)

13. Format standar yang dipergunakan sebagai Daftar Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA adalah
sebagaimana terlampir pada lampiran 9 Perjanjian ini.(Lampiran belum ada).

14. Format standar yang dipergunakan sebagai Daftar absensi Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA
adalah sebagaimana terlampir pada lampiran 10 Perjanjian ini.

15. Format standar yang dipergunakan sebagai Daftar lembur dan Hour Meter Tenaga Kerja
PIHAK PERTAMA adalah sebagaimana terlampir pada lampiran 11 Perjanjian ini.
(Lampiran Belum ADA).

16. Dalam hal terjadi perubahan biaya pengelolaan Tenaga Kerja, Upah Minimum dan
kesejahteraan lainnya yang harus dengan kesepakatan PARA PIHAK, maka PIHAK
PERTAMA harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada PIHAK KEDUA paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum perubahan tersebut berlaku efektif.

17. Jika terjadi penerimaan dan/atau pemutusan hubungan kerja terhadap Tenaga Kerja PIHAK
PERTAMA dan hari kerja Tenaga Kerja tersebut tidak mencapai 30 hari (1 periode
pengupahan), maka upah hanya boleh ditagihakan ke PIHAK KEDUA sesuai dengan jumlah
hari kerja aktual Tenaga Kerja bersangkutan (propotional), tata cara perhitungannya
dilakukan sebagai berikut:

Upah Pokok 1 bulan x Hari Kerja Aktual = Upah yang ditagih ke


Halaman 15 dari 19
30 PIHAK KEDUA

18. Upah minimum Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA yang ditempatkan di PIHAK KEDUA
adalah sama dengan upah minimum Sektor Tambang yang berlaku di daerah dimana Tenaga
Kerja ditempatkan, setiap terjadi perubahan Upah Minimum Sektor tambang (UMSK) maka
PIHAK PERTAMA akan menginformasikan dan mengajukan perubahan upah Tenaga Kerja
kepada PIHAK KEDUA untuk dapat disesuaikan, sehingga nilainya minimal sama dengan
Upah Minimum Sektor Tambang bagi karyawan yg mempunyai masa kerja maximum satu
tahun dan bagi karyawan yang sudah mempunyai masa kerja diatas satu tahun akan
mempunyai upah sundulan dalam hal ini untuk karyawan non skill.(perlu penjelasan tentang
upah kenaikan sesuai masa kerja).

19. Apabila pemerintah menaikkan Upah Minimum Propinsi/ Kabupaten (UMP/K) maka PIHAK
KEDUA wajib mengikuti atas kenaikkan Upah Minimum Propinsi/ Kabupaten tersebut.
Dimana karyawan yang sudah mempunyai Gaji Pokok di atas UMP secara otomatis akan
dilakukan penyesuaian.

20. Dalam hal karyawan yang mempunyai skill (operator) akan mempunyai upah minimum
sektor tambang setempat ditambah 10% (sepuluh persen) untuk tahun pertama.

Pasal 18
BANTUAN BIAYA PENGOBATAN DAN PREMI JAMSOSTEK

PIHAK KEDUA memberikan bantuan pengobatan dan premi Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) yang menjadi beban perusahaan sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku
kepada semua Tenaga Kerja PIHAK PERTAMA yang ditempatkan di PIHAK KEDUA, yang
besarnya diatur sebagai berikut:

PROSENTASE / BESARAN PENANGGUNG


JENIS PROGRAM
TARIF PER BULAN BIAYA
Jaminan Kecelakaan Kerja 1,74 % PIHAK KEDUA
Jaminan Kematian 0,3 % PIHAK KEDUA
3,7 % PIHAK KEDUA
Jaminan Hari Tua (5,7%)
2% Tenaga Kerja
Bantuan Pengobatan LAMPIRAN PLAFON

Pasal 19
KOMUNIKASI

(1) Komunikas ilisan antar aPIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat dilakukan setiap
saat atas kesepakatan.

(2) Komunikasi tertulis antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA ditujukan ke alamat
masing-masing sebagai berikut:

PIHAK PERTAMA:
Halaman 16 dari 19
PT Blasosem Putra
Kompleks Taman Pulo Indah Blok …
Jalan Raya Penggilingan …
Cakung, Jakarta Timur ….
Telepon: +6221 ………, Fax: +6221 …………….

PIHAK KEDUA:
PT Lancarjaya Mitra Abadi

Telepon: +6221 …. , Fax: +6221 ………..

Pasal 20
KERAHASIAAN

1. PARA PIHAK wajib menjaga kerahasiaan semua data dan informasi masing-masing
PIHAK yang diketahui dan dipercayakan (PIHAK PERTAMAkepada PIHAK KEDUA dan
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA) baik selama kerjasama “Perjanjian” ini
berlangsung atau pun sesudahnya tanpa batas waktu.

2. PARA PIHAK tidak diperbolehkan dengan alas an apa pun dan tujuan apapun
menyampaikan data dan informasi rahasia milik PARA PIHAK kepada PIHAK KETIGA
manapun.

Pasal 21
TUNTUTAN/KLAIM

Kecuali ditentukan lain dalam “Perjanjian” ini, PIHAK PERTAMA akan membebaskan
PIHAK KEDUA dari segala macam tuntutan baik dari pihak Tenaga Kerja maupun pihak
manapun yang timbul dari “Perjanjian” ini, bila masing-masing PIHAK telah menjalankan
kewajibannya sesuai dengan isi “Perjanjian”ini dan undang-undang ketenagakerjaan dan/atau
regulasi pemerintah yang berlaku.

Pasal 22
EVALUASI HAK KARYAWAN

Dalam hal terjadi perubahan regulasi pemerintah, perubahan pasar atau pun perubahan bisnis
berikut ini, PARA PIHAK dapat melakukan evaluasi terhadap hak-hak karyawan, yaitu:
1. Kenaikan inflasi dan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) pada sektor tambang.
2. Perubahan terhadap kondisi Pekerjaan atau adanya tuntutan Pekerjaan di lapangan.
3. Untuk memperbaiki hak dan kewajiban PARA PIHAK dan/atau antara Tenaga Kerja dengan
PIHAK KEDUA.

Halaman 17 dari 19
Pasal 23
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

1. Yang dimaksud dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure) dalam “Perjanjian” ini adalah
akibat kejadian-kejadian di luar kekuasaan PARA PIHAK, antara lain bencana alam,
kebakaran, peperangan, kerusuhan/pergolakan di masyarakat yang tidak disebabkan oleh
kelalaian PARA PIHAK, blokade, tindakan dari penguasa sipil atau militer atau kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi dan moneter dan tindakan peraturan pelaksanaannya, dan
tindakan lainnya PIHAK KETIGA, yang erat hubungannya dengan atau dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan.
2. Bila terjadi Keadaan Memaksa (Force Majeure) maka masing-masing PIHAK yang
mengalami harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya dengan memberikan
perincian secara lengkap dan bila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak memberikan
jawaban maka pihak tersebut dianggap menyetujui Keadaan Memaksa yang dimaksud.
3. Bila Keadaan Memaksa (Force Majeure) lebih dari 60 (enam puluh) hari, maka PARA
PIHAK sepakat untuk menghentikan kerjasama ini. Kerugian yang timbul akibat Keadaan
Memaksa akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah.

Pasal 24
BERAKHIRNYA PERJANJIAN

1. Perjanjian ini dinyatakan berakhir secara otomatis dengan berakhirnya jangka waktu
Perjanjian, kecuali bila ditentukan lain oleh PARA PIHAK.
2. Tanpa mengurangi ketentuan yang diatur dalam Pasal 22 Ayat 1 di atas, “Perjanjian” ini dapat
diakhiri sewaktu-waktu berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.
(i) Bila dalam jangka waktu berlakunya “Perjanjian” salah satu pihak ingin menarik diri dari
dan/atau membatalkan Perjanjian ini secara sepihak, maka:
Pihak yang membatalkan harus memberitahukan secara tertulis perihal rencana
pembatalan/penarikan diri dari “Perjanjian” beserta alasan pembatalan tersebut kepada
Pihak lainnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender sebelum pembatalan
tersebut berlaku efektif;
(ii) Segala keharusan dan tanggungjawab, baik yang bersifat unjuk kerja ataupun bersifat
financial, harus diperhitungkan terlebih dahulu oleh PARA PIHAK dengan berpatokan
pada unjuk kerja dan keharusan financial yang harus dilaksanakan oleh masing-masing
pihak berdasarkan perjanjian ini, hingga tanggal efektif berakhirnya “Perjanjian” ini
sebagaimana di atur dalam angka (i) di atas.
3. Perihal lain termasuk masalah-masalah yang mungkin timbul serta perlu diselesaikan oleh
PARA PIHAK, baik sebagai akibat dari berakhirnya “Perjanjian” karena berakhirnya jangka
waktu, kesepakatan PARA PIHAK, ataupun karena pembatalan secara sepihak, harus
diselesaikan secara musyawarah dengan dasar itikad baik.
4. PARA PIHAK sepakat untuk mengenyampingkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sepanjang mengenai
pengakhiran “Perjanjian” harus dengan keputusan Pengadilan, sehingga pengakhiran atas
“Perjanjian” ini cukup dilakukan dengan pemberitahuan.

Halaman 18 dari 19
Pasal 25
PERSELISIHAN

1. PARA PIHAK sepakat akan melaksanakan segala konsekwensi atas dibuatnya Perjanjian ini
dengan niat tulus dan itikad baik.
2. Perselisihan yang mungkin timbul antar IHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA oleh
sebab apa pun, akan diselesaikan dengan mengutamakan musyawarah dan mufakat untuk
mencari jalan keluar dan mencapai kesepakatan.. Penyelesaian yang dicapai kedua belah
pihak dinyatakan secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk Addendum yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari “Perjanjian” ini.
3. Bila penyelesaian secara musyawarah dan mufakat tidak tercapai, PARA PIHAK bila
memandang perlu dan sepakat untuk terpaksa menyelesaikannya melalui Pengadilan. Untuk
Perjanjian ini dan segala akibatnya PARA PIHAK memiliki domisili hukum yang umum dan
tidak berubah di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Pasal 26
PENUTUP

1. “Perjanjian” ini diatur dan tunduk kepada hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
2. Segala sesuatu yang belum diatur atau yang sudah diatur namun belum mencukupi dalam
“Perjanjian” ini termasuk segala perubahan dan atau penambahan yang dipandang perlu oleh
PARA PIHAK maka untuk itu akan diadakan Ammandemen dan/atau Addendum yang
dibuat secara tertulis dan disepakati bersama serta ditandatangani oleh atau atas nama PARA
PIHAK dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini.
Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK di Jakarta, pada tanggal dan tahun
sebagaimana dinyatakan di awal Perjanjian, dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing -masing
bermaterai cukup dan masing-masing memiliki kekuatan hukum yang sama.

PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN KESEPAKATAN


PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
PT BLASOSEM PUTRA PT LANCARJAYA MITRA ABADI

Slamet, SH PRAJOGO
Executive Director Direktur

Halaman 19 dari 19

Anda mungkin juga menyukai