Artikel terkait:
Demak juga membantu Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis sebab kepentingan
Kerajaan Demak juga terganggu oleh kehadiran Portugis di Malaka tersebut, akan tetapi
sayangnya serangan yang dilakukan Demak tersebut tidak membuahkan hasil. Raden Patah
lalu diganti oleh Adipati Unus dengan masa pemerintahan mulai tahun 1518 sampai dengan
1521 dan Adipati Unus meninggal tanpa meninggalkan keturunan sehingga digantikan oleh
sang adik Pangeran Sekar Seda Lepen.
Pangeran Sekar Seda Lepen lalu dibunuh oleh utusan dari kemenakan lain yakni Raden
Mukmin, anak dari Pangeran Trenggana yang kemudian naik tahta serta mendapatkan gelar
Sultan Trenggana dimana Demak mencapai masa kejayaan dan mencakup wilayah yang luas
yakni Jawa Barat yaitu Banten, Cirebon dan Jayakarta, Jawa Tengah dan juga sebagian
wilayah Jawa Timur.
Sesudah Sultan Trenggana maka Demak mulai menunjukkan kemunduran dan terjadi
perebutan kekuasaan Arya Panangsang, anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan
Prawoto, putra tertua dari Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kalah oleh Arya Penangsang,
namun Arya Penangsang juga akhirnya dibunuh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana
yang kemudian menjadi Adipati Pajang. Joko Tingkir yang kemudian diberi gelar Sultan
Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang.
Artikel terkait:
1. Pintu Bledek
Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian
sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan
panjang keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang
dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama,
sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi
berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material
kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga
memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.
Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan
juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan
dari Kerajaan Demak.
Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan
kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh
pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.
7. Maksurah
Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding
Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang
merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan
Allah.
8. Dampar Kencana
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana
merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar
khotbah pada Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan
disimpan pada museum Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.
9. Piring Campa
Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang pada
interior dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari
putri Campa yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
11. Mihrab
Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak
yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro
Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479
Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab
atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan
juga Jawa.
13. Pawestren
Artikel terkait:
Raden Patah
Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari
Kerajaan Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama
Pangeran Jimbun. Sesudah mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam
Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun Masjid Agung Demak yang berada di pusat
kota alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni Pati Unus beserta
armadanya menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan
dari Palembang dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa
mengalahkan Portugis.
Pati Unus
Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup
usia. Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin
perang melawan Portugis di Malaka. Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar
Sabrang Lor dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade Portugis di Malaka dan
menyebabkan Portugis mengalami krisis pangan.
Sultan Trenggono
Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati
Unus, sebab Pati Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan
Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai
raja bijaksana serta berani sampai ia akhirnya berhasil memperluas kekuasaan mencapai
wilayah Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus
tentaranya menuju Sunda Kelapa dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan
Portugis keluar dari Sunda Kelapa sehingga Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan
arti kemenangan sempurna sehingga saat ini dinamai dengan Jakarta.
Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa
berada di bawah kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan
hal tersebut yakni menyerang Pasuruan di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang
yang dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan sebab Sultan Trenggono
wafat. Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin
Fatahillah. Ia juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan
dengan putrinya yakni adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara
Pangeran Pasarehan dijodohnkan dengan putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon
dan Joko Tingkir dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang.
Artikel terkait:
Trenggana lalu wafat pada tahun 1546 saat menaklukan Pasuruan yang lalu diganti oleh
Sunan Prawoto. Panglima perang Kerajaan Demak saat itu yang bernama Fatahillah yang
merupakan seorang lelaki asal Pasai, Sumatera menjadimenantu Sultan Trenggana.
Sedangkan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati diutus Trenggana untuk
menaklukan Banten Girang yang kemduian berhasil menaklukan Banten Girang tersebut.
Sementara Sunan Judus adalah seorang imam masjid Demak yang juga memimpin dala
mengalahkan Majaphit sebelum akhirnya ia pindah ke daerah Kudus.
Artikel terkait:
Posted by Teguh at 06.00
Kerajaan Aceh adalah sebuah kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar akhir abad
ke 14 Masehi di wilayah yang secara administratif kini masuk dalam Provinsi Aceh.
Kerajaan yang sultan pertamanya bernama Sultan Ali Muhayat Syah ini memegang
peranan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia dan Malaysia pada masa
silam. Bukti pentingnya peranan kerajaan Aceh tersebut membekas pada
beberapa peninggalan Kerajaan Aceh seperti yang akan kita bahas pada artikel
berikut ini.
Advertisement
Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Aceh yang menjadi bukti bahwa
kerajaan tersebut pernah ada dan memiliki peranan penting dalam jalur
perdagangan dan penyebaran agama Islam di Indonesia.
1. Masjid Raya Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama dan yang paling dikenal adalah Masjid
Raya Baiturrahman. Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun
1612 Masehi ini berada di pusat Kota Banda Aceh. Saat agresi militer Belanda II,
masjid ini sempat dibakar. Namun pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda
membangunnya kembali untuk meredam amarah rakyat Aceh yang hendak
berperang merebut syahid.
Advertisement
Saat bencana Tsunami melanda Aceh pada 2004 lalu, masjid peninggalan sejarah
Islam di Indonesia satu ini menjadi pelindung bagi sebagian masyarakat Aceh.
Kekokohan bangunannya tak bisa digentarkan oleh sapuan ombak laut yang kala itu
meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
2. Benteng Indrapatra
Advertisement
Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng yang masih kokoh berdiri.
Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan tinggi 4 meter dan tebal
sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan bersejarah, benteng Indrapatra kini juga
dikenal sebagai objek wisata unggulan Kab. Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta
keunikan konstruksinya yang hanya terbuat dari susunan batu gunung ini membuat
banyak orang penasaran dan tertarik untuk mengunjunginya.
3. Gunongan
Gunongan adalah peninggalan Kerajaan Aceh yang berupa sebuah taman lengkap
dengan bangunan keratonnya. Taman ini berdasarkan sejarahnya merupakan bukti
cinta Sultan Aceh pada permaisurinya yang sangat cantik. Permaisuri yang tak
diketahui namanya ini merupakan putri raja Kerajaan Pahang yang ditawan karena
kerajaannya kalah perang. Sang Sultan jatuh cinta dan mempersuntingnya, hingga
kemudian si permaisuri tersebut meminta dibuatkan sebuah taman yang sama
persis dengan istana kerajaannya yang terdahulu untuk mengobati rasa rindunya.
Gunongan saat ini terletak tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Tepatnya berada
di Desa Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Jika berkunjung ke
Banda Aceh, jangan lupa sempatkan diri Anda singgah di taman asmara ini.
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah Makam dari Raja Kerajaan
Aceh yang paling ternama, Sultan Iskandar Muda. Makam yang terletak di
Kelurahan Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini sangat kental dengan
nuansa Islami. Ukiran dan pahatan kaligrafi pada batu nisannya sangat indah dan
menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam di Indonesia.
Kesultanan Aceh telah mampu membuat sarana persenjataannya sendiri. Hal ini
dibuktikan dengan keberadaan meriam-meriam tua yang kini berjajar di benteng
Indraparta dan musium Aceh. Awalnya meriam-meriam tersebut dianggap berasal
dari pembelian ke Kerajaan Turki, namun setelah diteliti ulang, ternyata bukan.
Teknisi-teknisi kerajaan Aceh-lah yang membuatnya berbekal ilmu yang mereka
pelajari dari kerajaan Turki Ustmani. Peranan meriam-meriam ini sangat penting
dalam perlawan dan perang terhadap para penjajah dan kapal-kapal perang musuh
yang hendak menyandar ke dermaga tanah rencong.
6. Uang Emas Kerajaan Aceh
Aceh berada di jalur perdagangan dan pelayaran yang sangat strategis. Berbagai
komoditas yang berasal dari penjuru Asia berkumpul di sana pada masa itu. Hal ini
membuat kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam
yang terbuat dari 70% emas murni kemudian dicetak lengkap dengan nama-nama
raja yang memerintah Aceh. Koin ini masih sering ditemukan dan menjadi harta
karun yang sangat diburu oleh sebagian orang. Koin ini juga bisa dianggap sebagai
salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang sempat berjaya pada masanya.
Advertisement
Masjid Agung Banten adalah salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten
yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10
km utara Kota Serang. Dibangun pada tahun 1652 tepat di masa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanudin, putera pertama Sunan Gunung Jati, masjid ini memiliki
beberapa keunikan corak. Keunikan corak masjid Agung Banten di antaranya
menaranya berbentuk mirip mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas
gaya arsitektur China, ada serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks
pemakaman sultan Banten beserta keluarganya di sekitar kompleks masjid.
Advertisement
2. Istana Keraton Kaibon Banten
Peninggalan Kerajaan Banten selanjutnya adalah bangunan istana Kaibon. Istana ini
dulunya adalah tempat tinggal ibunda Sultan Syaifudin, yakni Bunda Ratu Aisyah.
Akan tetapi, saat ini bangunan istana tersebut sudah hancur dan hanya dapat dilihat
reruntuhannya saja. Pada saat kerajaan Banten bentrok dengan pemerintah kolonial
Belanda pada 1832, Daendels –Gubernur Hindia Belanda, meruntuhkan bangunan
bersejarah ini.
Selain istana Keraton Kaibon, Kerajaan Banten di masa silam juga meninggalkan
bangunan istana lainnya, yaitu istana Keraton Surosawan. Istana ini adalah tempat
tinggal dari Sultan Banten dan menjadi kantor pusat kepemerintahan. Nasib istana
Keraton Surosawan juga sama dengan Keraton Banten, hancur luluh. Saat ini
tinggal kepingan-kepingan reruntuhannya saja yang dapat kita lihat bersama
bangunan kolam pemandiaan para putri.
Advertisement
4. Benteng Speelwijk
Sebagai poros utama maritim nusantara di masa silam, kerajaan Banten juga
meninggalkan bangunan berupa benteng dan mercusuar. Benteng dengan tembok
setinggi 3 meter ini bernama Benteng Speelwijk. Dibangun tahun 1585, benteng
peninggalan Kerajaan Banten ini berfungsi selain sebagai pertahanan kerajaan dari
serangan laut juga berfungsi untuk mengawasi aktifitas pelayaran di sekitar Selat
Sunda. Di dalam benteng ini terdapat beberapa meriam kuni dan sebuah
terowongan yang menghubungkan antara benteng dan keraton Surosowan. [BACA
JUGA : Peninggalan Kerajaan Kediri]
5. Danau Tasikardi
Di sekirar istana Kaibon, kita juga dapat menemukan sebuah danau buatan. Danau
tersebut bernama Tasikardi. Danau ini dibuat saat masa pemerintahan Sultan
Maulana Yusuf, yakni antara tahun 1570 sd 1580. Dahulunya, dasar danau seluas 5
hektar ini dilapisi dengan ubin dan batu bata. Kendati begitu, sekarang luas danau
tersebut telah menyusut dan lapisan batu bata di dasarnya telah tertimbuh tanah
sedimen yang terbawa arus sungai. Danau Tasikardi pada masa silam berfungsi
sebagai sumber utama pasokan air bagi keluarga kerajaan yang tinggal di istana
Kaibon serta sebagai saluran irigasi untuk persawahan di sekitar Banten.
6. Vihara Avalokitesvara
Meski Kesultanan Banten berazaskan atas Islam, toleransi dari penduduk dan
pemimpinnya dalam beragama terbilang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peninggalan sejarah yang berupa bangunan Vihara, tempat ibadah umat
Budha. Vihara peninggalan Kerajaan Banten tersebut bernama Avalokitesvara.
Hingga kini, kita masih dapat melihatnya. Yang unik, di dinding vihara ini kita juga
dapat melihat relief kisah legenda siluman ular putih yang melegenda itu.
7. Meriam Ki Amuk
8. Peninggalan Lainnya
INDONESIA
ASEAN
ASIA
DUNIA
TIPS & TRIK
Keluyuran / Maluku Utara
Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore merupakan kerajaan Islam yang berada di kawasan Maluku. Keduanya sama-
sama merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan-kerajaan ini terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara). Di masa penjajahan, kedua kerajaan ini memiliki perang penting dalam menghadapi kekuatan asing
yang coba menguasai Maluku.
Setelah ratusan tahun berlalu, Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore tak lagi eksis. Namun, masyarakat di sana masih
menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya kerajaan tersebut. Jejak Kerajaan Ternate dan Tidore juga masih bisa dilihat
melalui bangunan atau benda bersejarah peninggalan kedua kerajaan tersebut.
Jika kamu ingin mengenal lebih dalam mengenai jejak peninggalan Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore, simak
informasi khusus dari Keluyuran berikut ini.
Kerajaan Ternate
Kesultanan Ternate didirikan pada tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo. Sebagai
salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia tentu saja banyak yang ditinggalkan
oleh kerajaan ini. Peninggalan bersejarah ini terus dilestarikan oleh masyarakat
setempat. Bahkan, peninggalan Kerajaan Ternate kerap kali disambangi oleh
masyarakat dari berbagai kalangan.
Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Ternate yang bisa dilihat sampai
saat ini:
* sumber: mapio.net
Salah satu peninggalan Kerajaan Ternate yang masih bisa dikunjungi hingga saat ini
adalah Keraton Kesultanan Ternate. Bangunan bersejarah ini berada di tengah Kota
Ternate dan menghadap ke arah laut. Menurut para ahli, bangunan keraton
kesultanan ini mengadaptasi arsitektur Tiongkok yang teralkuturasi dengan
kebudayaan lokal.
Saat ini, bangunan bersejarah ini dikelola menjadi cagar budaya untuk melestarikan
sejarah yang ada. Oleh pemerintah setempat, bangunan ini dipugar, dipelihara, dan
dilestarikan hingga bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar atau wisatawan dari luar
daerah yang berkunjung kemari.
Bukti kejayaan Kerajaan Ternate bisa dilihat dari interior bangunan yang dipenuhi
dengan emas. Salah satu ruang tidur memajang pakaian dan sulaman benang emas
yang terlihat sangat mewah. Tak hanya itu saja, ada sejumlah peninggalan
perhiasan emas yang biasa dipakai oleh sultan dan permaisurinya pada zaman
dahulu, mulai dari mahkota, kalung raksasa, kelad bahu, giwang, cincin, dan gelang.
Sejarah peradaban Ternate juga bisa disaksikan melalui Masjid Sultan Ternate.
Masjid yang sangat bersejarah ini pembangunannya telah dirintis sejak Kerajaan
Ternate dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin, raja ke-18. Sampai saat ini belum ada
angka valid yang memastikan kapan pembangunan masjid ini. Pasalnya, ada juga
sejarah yang menuliskan bahwa masjid baru dibangun pada abad ke-17.
Di masa kini, Masjid Sultan Ternate masih difungsikan sebagai tempat ibadah bagi
masyarakat di Maluku Utara. Bahkan, masih ada tradisi-tradisi budaya yang kerap
kali dilakukan di masjid ini.
Ada satu tradisi yang tetap dilakukan oleh umat Islam di Ternate, yakni Malam
Qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan oleh
sultan dengan bantuan Bobato Akhirat (dewan keagamaan kesultanan) akan
melaksanakan ritual Kolano Uci Sabea, yang artinya sultan turun ke masjid untuk
salat dan berdoa.
Suasana di Makam Sultan Babullah begitu tenang dan sejuk. Hingga saat ini, masih
banyak masyarakat yang datang kemari untuk ziarah.
4. Benteng Tolukko
* sumber: ulinulin.com
Mendapat julukan sebagai “kota seribu benteng”, di Ternate memang masih terdapat
benteng-benteng peninggalan sejarah. Namun, salah satu benteng yang terkenal di
sana adalah Benteng Tolukko. Benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis ini
merupakan pertahanannya untuk menguasai cengkeh dan dominasinya di antara
bangsa Eropa lain.
Benteng Tolukko masih dirawat dengan sangat baik. Di sekitar benteng banyak
ditumbuhi tanaman yang membuat suasananya menjadi sangat asri. Lokasi benteng
ini sendiri berada di tepi laut dan di atas ketinggian. Kamu pasti tak akan menyesal
pernah berkunjung ke benteng yang cantik ini.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Islam lain yang terdapat di Maluku Utara adalah Kerajaan Tidore. Di masa
kejayaannya, kerajaan ini menguasai sebagian besar wilayah di Pulau Halmahera
Selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan sejumlah pulau lain di pesisir Papua Barat.
* sumber: sejarahlengkap.com
Kadato Kie adalah istana peristirahatan sultan dari Kerajaan Tidore. Bangunan ini
berdiri di Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Di awal
abad ke-20, bangunan istana sempat hancur tetapi dibangun kembali pada tahun
1997 atas dorongan dari Sultan Djafar Syah, penguasa Kerajaan Tidore yang ke-36.
Sama seperti Kesultanan Ternate, Kadato Kie bisa dikunjungi oleh umum. Di bagian
dalam bangunan terdapat interior yang menggambarkan kejayaan kerajaan ini pada
masanya. Selain itu, ada juga singgasana sang sultan yang memang dipajang di
Kadato Kie.
Tak jauh dari Benteng Torre, ada Benteng Tahula yang dibangun oleh bangsa
Spanyol pada tahun 1610. Benteng Tahila dibangun di atas batu karang yang
merupakan titik tertinggi di Tidore. Fungsi benteng ini untuk mengamati wilayah
perairan dan dataran Tidore.
Mengingat kedua benteng ini dibangun di atas dan tepi laut, tentu saja
pemandangan di benteng ini sangat mengagumkan. Tak heran jika sampai dengan
saat ini Benteng Torre dan Benteng Tahula tetap ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada abad ke-13 M di Lhoksumawe, Aceh Utara.
Kerajaan ini sudah berhasil membangun peradaban yang sangat gemilang di bumi
nusantara, lebih tepatnya di tanah berjuluk “Serambi Mekkah” itu.
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai peninggalan-
peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai ini. Yuk, simak dengan seksama.
Dirham
wikipedia.org
Zaman dulu Dirham nggak pake kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di
Kerajaan Samudera Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran
kimia kertas. Koin ini berukuran mungil, berdiameter 10 mm dengan 0,6 gram setiap
koinnya.
Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada
satu sisi dirham atau mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir.
Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak
digunakan sebagai alat transaski, terutama tanah.
Dirham ini tetap berlaku hingga bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh
Besar pada tahun 1942. Namun ternyata sampai hari ini pun di daerah Sumatera
Barat masih bisa dijumpai pemakaian satuan mas dirham ini (1 mas = 2,5 gram).
atjehliterature.blogspot.com
Cakra Donya adalah sebuah lonceng yang bisa dibilang keramat. Cakra Donya ini
merupakan lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan Cina tahun
1409 M. Lonceng ini memilik tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra sendiri memiliki
arti poros kereta, lambang-lambang Wishnu, matahari atau cakrawala. Sementara
Donya berarti dunia.
Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol-simbol berbentuk
aksara Arab dan Cina. Aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus.
Sedangkan aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan
Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5).
Intinya, Cakra Donya ini adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya sendiri
merupakan hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Kemudian
hadiah lonceng ini dipindahkan ke Banda Aceh sejak portugis berhasil dikalahkan
oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
hermankhan.blogspot.com
Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat yang ditulis oleh Sultan Zainal
Abidin sebelum meninggal pada tahun 1518 Masehi atau 923 Hijriah. Surat ini
ditujukan kepada Kapitan Moran yang bertindak atas nama wakil Raja Portugis di
India.
Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan
Samudera pasai juga tertulis di dalamnya. Sehingga bisa diketahui pengejaan
serta dan nama-nama kerajaan atau negeri tersebut. Adapun kerajaan atau negeri
yang tertera dalam surat tersebut antara lain Negeri Mulaqat (Malaka)
dan Fariyaman (Pariaman).
Stempel Kerajaan
flickr.com
Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan terbuat dari bahan sejenis
tanduk hewan. Adapun kondisi stempel ketika ditemukan sudah patah pada bagian
gagangnya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa stempel ini sudah digunakan
hingga masa pemerintahan pemimpin terakhir Kerajaan Samudera Pasai, yakni
Sultan Zainal Abidin.