Anda di halaman 1dari 3

REVIEW

STRUKTURALISME LEÚVI-STRAUSS UNTUK

ARKEOLOGI SEMIOTIK

Penulis:

Heddy Shri Ahimsa-Putra

Disusun Oleh:

M. Rahmat Dani. S

I1C120050

Dosen Pengampu:

Wulan Resiyani, S.S., M.A.

PRODI ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
HASIL REVIEW

Pada jurnal yang berjudul “Strukturalisme Leuvi-Strauss Untuk Arkeologi Semiotik”, yang
ditulis oleh Henddy Shri Ahimsa-Putra, sang penulis membuat suatu jurnal yang membahas
tentang suatu paradigma atau pandangan suatu Arkeolog terhadap cara mereka menjawab
pertanyaan Arkeologi yang dihasilkan dari temuan sautu benda kuno yang merupakan salah
satu hasi dari suatu kebudayaan material suatu masyarakat masa lampau. Pada perkembangan
paradigma sendiri di Arkeologi barat sudah sangat berkembang pesat dan beragam, salah satu
paradigma yang berkembang di barat adalah new arkeologi, atau arkeologi perbaruan, yang
merupakan suatu paradigma yang sangat sadar akan teori, metode, dan tujuan penelitian yang
berupaya menjelaskan dengan seksama berbagai perubahan yang telah terjadi dalam
kehidupan masyarakat-masyarakat dimasa lampau, dan mencoba merumuskan hukum-hukum
yang ada dibalik berbagai perubahan tersebut. Di Indonesia sendiri perkembangan
penggunaan paradigma barat masih sangat sulit untuk diaplikasikan dalam kegiatan penelitian
arkeologi di Indonesia. Sehingga banyak hasil penelitian arkeologi terdahulu menghasilkan
karya ilmiah yang tidak menggunakan kerangka teori yang tepat dan jelas sehingga
mengakibatkan penggunaan metode penelitian yang juga sama tidak jelasnya. Hal ini
dikatakan oleh penulis disebabkan oleh minimnya pengetahuan peneliti arkeologi Indonesia
akan pemahaman teori-teori dan metode arkeologi yang ada dan dapat diaplikasikan dalam
penelitian mereka. Dengan adanya isu ini membuat sang penulis berinisiatip membuat jurnal
ini yang dimana penulis ingin memberikan suatu paradigma lain yang dapat digunakan oleh
peneliti Indonesia dalam melakukan penelitian mereka. Paradigma yang di berikan oleh sang
penulis adalah paradigma Strukturalisme Leuvi-Strauss yang dimana sang penulis
beranggapan bahwa paradigma satu ini sangat cocok diaplikasikan ke peninggalan arkeologi
yang ada di Indonesia dan dapat menutup kekurangan yang dimiliki oleh ilmu Arkeologi
Indonesia.

Sang penulis menyarankan paradigma Strulturalisme milik Leuvi-Strauss ini dikarenakan


pada paradigma ini dalam menganalisis data temuan arkeologi harus juga merupakan benda-
benda yang bermakna bagi para pembuat atau pemiliknya dimasa lampau dimana dalam
paradigma ini beranggapan bahwa analisis suatu data harus menjadikan benda juga sebagai
data yang menghasilkan suatu symbol-simbol kebudayaan masyarakat dulu kala. Dalam
paradigma satu ini menganalisis data temuannya secara simbolik dan semiotis, sehingga hasil
kajian sangat eksplisit kerangka teori sehingga mampu menciptakan ketajaman berbagai
konsep Arkeologi. Terakhir dalam paradigma yang diusulkan oleh penulis ini dalam analisis
struktural ala levi strauss ini sangat cocok dengan situasi dan kondisi dunia penelitian
arkeologis di Indonesia, yang biasanya jarang didukung oleh dana yang luar biasa besar.
Dengan ini paradigma struktural milik leuvi ini dapat digunakan untuk menfsirkan atau
memahami Kembali berbagai artefak, situs dan data arkeologi yang telah dikumpulkan tanpa
harus didukung oleh dana yang besar, tenaga ahli yang banyak, dan serta dikerjakan dalam
waktu yang lama pula. Bisa dikatakan paradigma satu ini sangat cocok bagi suatu negara
yang tidak memiliki bantuan dana, tenaga ahli yang banyak dan pengerjaan waktu penelitian
yang banyak.

Paradigma yang dibahas di junal ini adalah Sruktural Leuvi-Strauss, pada paradgma ini sang
penulis mengatakan ada berbagai macam asumsi yang mendasari pendekatan struktural dari
leuvi-strauss. Dimana salah satunya adalah fenomena kebudayaan dapat ditanggapi sebagai
system atau rangkaian tanda dimana hal ini di anggap oleh penulis sebagai salah satu hal
penting dan relevan dengan kajian-kajian arkeologis. Pada pandangan ini mengatakan bahwa
makna tanda dalam suatu temuan arkeologi berbeda dengan symbol. Dimana jika suatu
symbol di suatu benda tinggalan memiliki makna yang sudah ada acuannya sebelumnya,
sedangkan makna tanda merupakan suatu arti kebudayaan yang dapat dilihat dari tanda yang
di ukir manusia dulu di suatu benda dengan makna yang terletak pada relasinya dengan
tanda-tanda yang lain. Analisis arkeologis secara struktural terhadap kebudayaan materi
paling tidak harus mengikuti alur analisis sintagmatis-paradigmatis di atas. Dengan metode
ana-lisis semacam ini, makna-makna yang da-pat ditampilkan dari benda-benda atau ar-tefak-
artefak yang dianalisis akan menjadi lebih kaya dan utuh. Analisis arkeologis atas benda-
benda budaya kemudian tidak ha-nya diarahkan pada upaya mengung-kap-kan maknamakna
simbolis dari benda-benda tersebut, tetapi -lebih dari itu- adalah juga untuk dapat
mengungkapkan “tata ba-hasa” yang ada dalam proses penciptaan bendabenda simbolis itu
sendiri, atau “hu-kum-hukum” yang mengatur proses peng-ga-bungan berbagai macam tanda
dan ciri sim-bolis yang bersifat tidak disadari, namun bekerja dalam proses penyampaian
pesan-pesan yang abstrak ke dalam bentuk ber-bagai macam tanda dan simbol yang lebih
kongkret sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai