Anda di halaman 1dari 2

HASIL REVIEW

Pada jurnal yang berjudul “Strukturalisme Leuvi-Strauss Untuk Arkeologi Semiotik”,


yang ditulis oleh Henddy Shri Ahimsa-Putra, pada tulisan jurnalnya ini sang penulis
memfokuskan pembahasannya terhadap salah satu pandangan atau paradigma Arkeologi baru
yang berkembang di Arkeolog barat dan mencoba menggunakannya di Indonesia. Paradigma
yang dibahas pada jurnal ini adalah paradigma Struktural Leuvi Strauss. Secara garis besar
jurnal ini terbentuk karena sang penulis beranggapan bahwa Arkeologi Indonesia masih
sangat sulit mengaplikasikan suatu paradigma Arkeologi barat dalam meneliti temuan di
Indonesia sendiri, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan Arkeolog Indonesia akan
paradigma dan teori serta metode yang ada dalam Ilmu Arkeologi yang memang terus
berkembang setiap tahunnya. Dengan keterlambatan arkeologi Indonesia dalam memahami
suatu paradigma barat yang baru mmebuat banyak dari hasil penelitian Arkeologi mereka
yang tidak jelas akan kerangka teori apa yang mereka gunakan sehingga membuat metode
yang mereka gunakan juga tidak memiliki kejelasan didalam penelitian mereka. Dengan
adanya masalah ini sang penulis membuat tulisan ini bertujuan untuk mengenalkan kepada
para pembaca bahwa arkeologi barat memiliki sebuah pandangan yang dapat membantu
arkeologi Indonesia dalam melakukan penelitian mereka terutama dalam mejawab penelitian
akan pola-pola pemukiman kuno di nusantara.

Paradigma yang dibahas di junal ini adalah Sruktural Leuvi-Strauss, pada paradgma
ini sang penulis mengatakan ada berbagai macam asumsi yang mendasari pendekatan
struktural dari leuvi-strauss. Dimana salah satunya adalah fenomena kebudayaan dapat
ditanggapi sebagai system atau rangkaian tanda dimana hal ini di anggap oleh penulis sebagai
salah satu hal penting dan relevan dengan kajian-kajian arkeologis. Pada pandangan ini
mengatakan bahwa makna tanda dalam suatu temuan arkeologi berbeda dengan symbol.
Dimana jika suatu symbol di suatu benda tinggalan memiliki makna yang sudah ada
acuannya sebelumnya, sedangkan makna tanda merupakan suatu arti kebudayaan yang dapat
dilihat dari tanda yang di ukir manusia dulu di suatu benda dengan makna yang terletak pada
relasinya dengan tanda-tanda yang lain. Analisis arkeologis secara struktural terhadap
kebudayaan materi paling tidak harus mengikuti alur analisis sintagmatis-paradigmatis di
atas. Dengan metode ana-lisis semacam ini, makna-makna yang da-pat ditampilkan dari
benda-benda atau ar-tefak-artefak yang dianalisis akan menjadi lebih kaya dan utuh. Analisis
arkeologis atas benda-benda budaya kemudian tidak ha-nya diarahkan pada upaya mengung-
kap-kan maknamakna simbolis dari benda-benda tersebut, tetapi -lebih dari itu- adalah juga
untuk dapat mengungkapkan “tata ba-hasa” yang ada dalam proses penciptaan bendabenda
simbolis itu sendiri, atau “hu-kum-hukum” yang mengatur proses peng-ga-bungan berbagai
macam tanda dan ciri sim-bolis yang bersifat tidak disadari, namun bekerja dalam proses
penyampaian pesan-pesan yang abstrak ke dalam bentuk ber-bagai macam tanda dan simbol
yang lebih kongkret sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai