Laksamana (Tit .) Dr. Johannes Leimena (6 Maret 1905 – 29 Maret 1977) adalah seorang
dokt er, polit isi, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia t erc at at sebagai ment eri yang menjabat
paling lama selama pemerint ahan presiden Soekarno, dengan t ot al masa jabat an hampir 20
t ahun. Leimena duduk dalam 18 kabinet yang berbeda, dimulai dari Kabinet Sjahrir II (1946)
sampai Kabinet Dwikora III (1966), baik sebagai Ment eri Kesehat an, Wakil Perdana Ment eri,
Menko Dist ribusi, Wakil Ment eri Pert ama maupun Ment eri Sosial. Di luar it u, ia juga menjabat
sebagai anggot a Dewan Perwakilan Rakyat dan Konst it uant e, dan menget uai Part ai Krist en
Indonesia (Parkindo) ant ara 1950 hingga 1961.
Laksamana (Tit.) Dr.
Johannes Leimena
Presiden Soekarno
Pendahulu Pengganti
Mohamad Roem Tidak ada, jabatan
dihapuskan
Menteri Koordinator Kompartemen Distribusi
Indonesia
Masa jabatan
6 Maret 1962 – 27 Agustus 1964
Presiden Soekarno
Pendahulu Pengganti
Tidak ada Hartarto
Sastrosoenarto (1993)
Presiden Soekarno
Pendahulu Pengganti
Lie Kiat Teng Hadrianus Sinaga
Masa jabatan
3 Juli 1947 – 30 Juli 1953[a]
Presiden Soekarno
Perdana Menteri Amir Sjarifuddin
Mohammad Hatta
Mohammad Natsir
Sukiman Wirjosandjojo
Wilopo
Pendahulu Pengganti
Darma Setiawan Ferdinand Lumban
Tobing
Presiden Soekarno
Pendahulu Pengganti
Syarief Thayeb Mashuri Saleh
Informasi pribadi
Kebangsaan Indonesia
Tanda tangan
Leimena berasal dari Ambon, Maluku, dari sebuah keluarga Krist en dengan orang t ua yang
berprofesi sebagai guru. Pada usia dini, ia pindah ke Cimahi t ahun 1914 dan t ak lama
kemudian Bat avia unt uk melanjut kan sekolahnya. Ia t urut sert a dalam pergerakan
kebangkit an nasional, sebagai anggot a Jong Ambon dan sebagai panit ia Kongres Pemuda
Pert ama dan Kedua. Dalam perihal keagamaan, Leimena juga akt if dalam gerakan oikumene.
Selulusnya dari STOVIA t ahun 1930, ia bekerja di berbagai rumah sakit , mulai di Bat avia
sebelum pindah ke Bandung. Selama pendudukan Jepang, ia menjabat sebagai direkt ur
rumah sakit di Purwakart a dan Tangerang.
Selama Revolusi Nasional Indonesia, Leimena memulai karirnya dalam pemerint ah sebagai
wakil ment eri kesehat an, lalu sebagai ment eri kesehat an. Ia juga merupakan seorang
diplomat yang diut us ke perundingan-perundingan sepert i Linggarjat i, Renville, Roem-Roijen,
dan Konferensi Meja Bundar. Leimena membant u pendirian Parkindo selama masa ini, dan
mulai menjadi ket ua umum sejak 1950. Dalam karirnya sebagai Menkes, Leimena
mempriorit askan penc egahan penyakit di wilayah pedesaan dan melandasi sist em
Puskesmas yang kini ada. Leimena juga sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Ment eri
dan Ment eri Dist ribusi, sebagai salah sat u ment eri yang paling dekat ke Presiden Soekarno.
Leimena sangat t erdampak oleh perist iwa-perist iwa Gerakan 30 Sept ember 1965 mengingat
rumahnya sempat diserang. Dalam pert emuan-pert emuan yang berlangsung seusai perist iwa
t ersebut , Leimena dianggap t elah memberikan nasihat yang menc egah pec ahnya perang
saudara kepada Soekarno. Ia juga menyaksikan penandat anganan Supersemar pada 1966.
Selama masa Orde Baru, Leimena t idak lagi menjabat ment eri, t et api ia masih akt if dalam
polit ik sebagai anggot a Dewan Pert imbangan Agung sement ara banyak koleganya yang
dipenjarakan. Ia wafat pada t ahun 1977 dan dit et apkan sebagai pahlawan nasional Indonesia
oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada t ahun 2010.
Masa muda
Leimena dilahirkan di kot a Ambon, Maluku pada t anggal 6 Maret 1905. Ayahnya, Dominggus
Leimena, merupakan guru yang diperbant ukan ke sekolah dasar di Ambon, dan ibunya
Eliz abet h Sulilat u juga merupakan seorang guru. Selama kanak-kanak, Leimena biasa t inggal
di kot a Ambon it u sendiri at au di kampung-kampung asal orangt uanya di Ema at au Lat eri. [4]
Dominggus Leimena merupakan ket urunan dari raja Ema, dan keluarga Leimena merupakan
pemeluk agama Krist en. [5] Dominggus meninggal saat Leimena berusia lima t ahun dan
Eliz abet h menikah lagi, sehingga Leimena pindah ke rumah paman dan bibinya sement ara
ket iga saudaranya t inggal bersama ayah t iri. [6] Selama di Ambon, Leimena bersekolah di
Ambonsc he Burgersc hool yang berbahasa Belanda. [7]
Pada t ahun 1914, Leimena pindah ke Cimahi, Jawa Barat , karena pamannya diangkat menjadi
kepala sekolah di sana. Set elah sembilan bulan, pamannya dipindahkan lagi ke Bat avia,
sehingga Leimena t urut kesana. [8] Di Bat avia, Leimena sempat belajar di Europeesc he Lagere
Sc hool (ELS, set ara sekolah dasar), t et api kemudian pindah ke Paul Krugersc hool. Leimena
melanjut kan st udinya ke salah sat u Meer Uit gebreid Lager Onderwijs (MULO, set ara SMP)
yang dikhususkan unt uk murid Krist en. Selulusnya dari MULO, Leimena berniat unt uk lanjut ke
Hogereburgersc hool (HBS, set ara SMA) at au sekolah t eknik Koningin Wilhelmina Sc hool
(KWS), t et api bibinya melarang masuk HBS dan ia gagal seleksi KWS. Ia juga dit olak saat
melamar kerja ke kant or pos dan kant or keret a api, sampai akhirnya ia dit erima di sekolah
kedokt eran STOVIA. [9]
Selama st udinya di STOVIA, Leimena akt if dalam organisasi pemuda sepert i Jong Ambon dan
Christ en St udent en Vereniging (Perkumpulan Pelajar Krist en). [10] Ia menjadi t okoh yang
berpengaruh dalam organisasi Jong Ambon, pada masa ket ika banyak organisasi Ambon
yang t erbelah ant ara mendukung gerakan kebangkit an nasional Indonesia at au mendukung
pemerint ah Hindia Belanda (di bawah Leimena, Jong Ambon awalnya mengambil sikap
net ral). [11] Karena pergaulannya dengan t okoh-t okoh Sumat ra sepert i Amir Sjarifuddin dan
Mohammad Yamin, Leimena bergabung dengan Perhimpunan Teosofi. [12] Pergeseran
pandangan Leimena ke arah mendukung kemerdekaan Indonesia berlangsung selama
pert engahan 1920-an, didorong oleh dibent uknya Part ai Nasional Indonesia oleh Soekarno
dan berkembangnya Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Leimena menjadi salah seorang
anggot a panit ia dalam Kongres Pemuda Pert ama t ahun 1926, dan juga Kongres Pemuda
Kedua t ahun 1928. [13] Gerakan oikumene yang pada masa it u baru mulai masuk Indonesia
juga menarik perhat ian Leimena. [14] Ia lulus dari STOVIA t ahun 1930. [15]
Karier
Selagi menjadi dokt er, ia juga melanjut kan st udinya dan pada t ahun 1939 ia lulus dari
Geneeskundige Hoogesc hool t e Bat avia sebagai seorang dokt er spesialis penyakit hat i. [20]
Pada t ahun 1941, ia dit unjuk menjadi kepala RS Banyu Asin di Purwakart a. Seusai invasi
Jepang, RS Banyu Asin sempat diduduki pasukan Jepang unt uk sement ara sebelum Leimena
diperbolehkan kembali bekerja. Leimena dit ahan oleh t ent ara pendudukan Jepang pada
t ahun 1943, kemungkinan karena perkawanannya dengan Amir Sjarifuddin at au karena ia
merawat t ent ara Belanda yang t erluka dalam Pert empuran Kalijat i. Selama enam bulan di
dalam t ahanan, Leimena dipukuli oleh t ent ara Jepang. [21][22] Ia dilepaskan set elah merawat
perwira Kenpeit ai yang t erjangkit malaria sampai sembuh, t et api t empat kerjanya dipindahkan
dari Purwakart a ke Tangerang. [23]
Revolusi dan RMS
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Leimana sedang bert ugas di Tangerang.
Seusai t ewasnya 30 orang kadet TKR dalam perist iwa Lengkong, Leimena merawat sejumlah
korban luka dan selama menjalankan t ugas ini Leimena bert emu Soekarno yang menjenguk
korban. [24] Dua bulan set elah perist iwa ini ia diundang unt uk menjadi Ment eri Muda
Kesehat an dalam Kabinet Sjahrir II. Awalnya ia menolak karena t ugasnya sebagai dokt er,
t et api kawannya Amir Sjarifuddin mendorongnya unt uk menerima t awaran t ersebut . [24][25]
Leimena dit unjuk sebagai Ment eri Kesehat an dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I yang dibent uk
t anggal 3 Juli 1947, dan t erus menjabat sebagai Menkes sampai jat uhnya Kabinet Wilopo
pada t ahun 1953. [26] Selama periode revolusi, Leimena juga berperan dalam pendirian
Parkindo t ahun 1947 dan menjadi anggot a pimpinan part ai. [27][28] Belakangan Leimena
dit unjuk menjadi Ket ua Umum Parkindo seusai Kongres III Parkindo April 1950. [29]
Di luar jabat annya sebagai ment eri Leimena juga menjabat Ket ua Umum organisasi Pemuda
Indonesia Maluku (PIM), sebuah organisasi yang didirikan oleh Johannes Lat uharhary yang
beranggot akan pemuda Ambon yang mendukung kemerdekaan Indonesia. [30] Meskipun
kedua t okoh t ersebut dihormat i oleh anggot a-anggot a PIM, pengaruh mereka at as kegiat an
PIM sehari-hari t erbat as karena kurangnya koordinasi PIM (yang bergerak di Indonesia Timur)
dengan t okoh-t okoh di pulau Jawa. [31] Selama menjabat ment eri, Leimena awalnya t inggal di
Jakart a, t et api pada t ahun 1946 ia pindah ke Yogyakart a karena t ent ara Belanda yang
kelamaan semakin banyak di Jakart a. [30] Leimena dikirim sebagai anggot a t im perundingan
dalam berbagai perjanjian [32] – Perundingan Linggarjat i t ahun 1946,[33] Perjanjian Renville dan
Perjanjian Roem-Roijen t ahun 1948, dan Konferensi Meja Bundar t ahun 1949 (sebagai
anggot a delegasi milit er). [34][35] Leimena merupakan salah seorang ment eri RI yang t idak
t ert angkap selama Agresi Milit er Belanda II, dan pada bulan Januari 1949 ia t urut berunding
dengan perwakilan negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat di Jakart a. [36]
Sebagai Menkes
Ket ika perang kemerdekaan sudah usai, kondisi pelayanan kesehat an masyarakat di
Indonesia berada di bawah harapan para pemimpin Republik, karena pemerint ah kolonial yang
kurang peduli, malnut risi dan pengambilalihan rumah sakit selama pendudukan milit er Jepang.
Dit ambah lagi oleh keribut an selama masa perang kemerdekaan. [40] Sebagai Ment eri
Kesehat an, Leimena memandang kesehat an masyarakat sebagai komponen pent ing unt uk
pembangunan Indonesia dan unt uk memajukan sosioekonomi masyarakat , karena it u ia
berfokus unt uk mengembangkan sist em profilaksis (penc egahan) dan kebersihan di wilayah-
wilayah pedesaan. [41] Kebijakan ini bert olakbelakang dengan kebijakan z aman kolonial, yang
memfokuskan pelayanan kesehat an di wilayah perkot aan. [42]
Pada t ahun 1950, pemerint ah daerah Bandung merint is proyek kesehat an yang berdasarkan
jaringan rumah sakit misionaris sepert i t empat Leimena sempat bekerja, dengan sejumlah
klinik di pedesaan yang mendukung jalannya pelayanan dari rumah sakit pusat di kot a. Sist em
ini dijalankan dengan sist emnya sendiri dan diarahkan oleh dokt er kepala di t ingkat an
kabupat en. Sist em ini, yang dikenal dengan ist ilah "Bandung Plan" (alias "Leimena Plan" [43] ),
didukung oleh Leimena,[41][44] dan berdasarkan hasil kerjanya di RS Zending Imanuel. [19][45]
Bandung Plan ini awalnya direnc anakan akan diimplement asikan di seluruh Indonesia pada
t ahun 1954, t et api renc ana ini bat al karena masalah administ rat if dan ket ersediaan
anggaran. [41] Di luar kedua masalah t ersebut , ket ersediaan dokt er menjadi fakt or lainnya.
Banyak dokt er warga Indonesia yang menjadi perwira milit er at au polit ikus sedangkan dokt er
ket urunan Eropa banyak yang meninggalkan Indonesia set elah perang kemerdekaan. [46]
Walaupun t erhalang oleh rint angan-rint angan t ersebut , Bandung Plan menjadi landasan dari
sist em Puskesmas yang mulai dilunc urkan pada akhir t ahun 1960-an. [47]
Selain it u, masalah angka kemat ian ibu dan anak yang c ukup t inggi juga menjadi perhat ian
Leimena. Pada t ahun 1951, st at ist ik di rumah sakit besar menunjukkan angka kemat ian ibu
melahirkan menc apai 12-16% , yang art inya ada 12-16 kemat ian per 1000 ibu melahirkan. Angka
kemat ian bayi menc apai 115-300% , yang art inya ada 115-300 kemat ian per 1000 bayi yang
dilahirkan. Angka mort alit as ibu dan bayi selain di rumah sakit besar diperkirakan lebih t inggi
lagi. [48] Sebagai ment eri kesehat an, Leimena menginisiasi pendirian Balai Kesehat an Ibu dan
Anak (BKIA) pada 1951. [49]
Pada t ahun 1953, Leimena melakukan kunjungan kerja ke Eropa dengan pendanaan
Organisasi Kesehat an Dunia (WHO). Di Eropa, ia mengamat i sist em kesehat an publik di
Norwegia, Brit ania Raya (Nat ional Healt h Servic e), dan Yugoslavia. Dalam perjalanan pulang, ia
juga berkunjung ke Mesir, India, dan Singapura unt uk berpart isipasi dalam kuliah dan diskusi
publik selain juga mempelajari sist em kesehat an di sana. Leimena t erkesan khususnya oleh
sist em kesehat an di Norwegia yang mengait kan pent ingnya asupan giz i dan kondisi kerja
dalam kesehat an publik. [53] Dalam hal urusan luar negeri, Leimena khawat ir akan
kemungkinan bant uan kesehat an yang digunakan negara maju unt uk mempengaruhi
kebijakan luar negeri dan polit ik int ernal Indonesia, sehingga ia menyerukan agar bant uan
kesehat an diberikan t anpa syarat . [54] Periode pert amanya sebagai Menkes berakhir t anggal
30 Juli 1953. Leimena kemudian kembali menjabat sebagai Menkes dalam Kabinet
Burhanuddin Harahap pada 12 Agust us 1955. [55]
Dalam bulan-bulan t erakhir Kabinet Burhanuddin Harahap, Leimena diut us ke Jenewa unt uk
merundingkan masalah Irian Barat dengan Belanda. Meskipun delegasinya berhasil
mendapat kan perset ujuan delegasi Belanda t erhadap penghapusan Uni Belanda-Indonesia
dan sejumlah konsesi ekonomisi lainnya, pergolakan polit ik di Indonesia mengakibat kan
delegasi t ersebut dipanggil kembali. Leimena t inggal di Jenewa selama beberapa wakt u dan
merasa frust asi, sampai ia sempat mempert imbangkan unt uk mundur dari jabat annya karena
merasa "sepert i nelayan yang sudah menangkap ikan, disuruh dilempar kembali". [56] Set elah
jat uhnya Kabinet Burhanuddin Harahap, Ali Sast roamidjojo dengan sengaja t idak
mengundang ment eri-ment eri dalam kabinet t ersebut unt uk kembali menjadi ment eri,
sehingga Leimena t idak lagi menjabat sebagai ment eri kesehat an. [57] Sekit ar wakt u it u,
Leimena sudah t erpilih menjadi anggot a Dewan Perwakilan Rakyat dari dapil Maluku dan
fraksi Parkindo seusai Pemilu 1955. [58][59] Set elah DPR hasil pemilihan umum t ersebut
dibubarkan pada t ahun 1959, Leimena dit unjuk kembali sebagai anggot a DPR t ransisional
oleh Soekarno. Namun, ia t idak hadir dalam pengambilan sumpah jabat an DPR pada t anggal
23 Juli 1959 dan ia pun mengundurkan diri dari DPR beberapa minggu kemudian. [60] Leimena
juga t erpilih sebagai anggot a Konst it uant e dari dapil Maluku [61] dan menjadi wakil ket ua
lembaga t ersebut , namun mengundurkan diri set ahun kemudian karena dit unjuk sebagai
ment eri. [62]
Di luar jabat an ment erinya, Leimena t urut sert a dalam organisasi Dewan Gereja Indonesia
(sekarang menjadi Persekut uan Gereja-Gereja di Indonesia, PGI) dan t erpilih sebagai wakil
ket uanya pada t ahun 1950. Jabat an ini dipegang Leimena sampai t ahun 1964 dan sejak
t ahun it u hingga ia wafat , ia memegang jabat an ket ua kehormat an. [63] Pada t ahun 1950 juga,
Leimena mendirikan Gerakan Mahasiswa Krist en Indonesia. [64]
Demokrasi Terpimpin
Set elah Kabinet Ali Sast roamidjojo II jat uh, Leimena menyat akan bahwa kabinet -kabinet
kedepannya harus bersifat lebih inklusif dan menc akup part ai-part ai yang sebelumnya t idak
masuk dalam pemerint ahan. [65] Leimena sendiri diikut sert akan dalam Kabinet Djuanda,
awalnya sebagai Ment eri Sosial ket ika kabinet t ersebut diumumkan t anggal 9 April 1957,
t et api ia dit unjuk sebagai Wakil Perdana Ment eri (Waperdam) t ahun it u juga. [55] Sejak bulan
Mei 1957, Leimena menjadi anggot a Dewan Nasional dan masih di t ahun it u ia dit unjuk
sebagai anggot a Panit ia 7 orang yang bert ugas unt uk menangani permasalahan dalam TNI
Angkat an Darat besert a Presiden dan Wapres Soekarno dan Mohammad Hat t a, Perdana
Ment eri Djuanda Kart awidjaja, Kasad TNI AD Abdul Haris Nasut ion, Sult an Hamengkubuwono
IX, dan Menkes Abdul Az is Saleh. [66] Leimena dianggap seorang loyalis Soekarno yang masih
mendukung Soekarno seusai Dekret Presiden 5 Juli 1959. Dikarenakan kesibukan Leimena
dalam pemerint ahan, jabat an ket ua umum Parkindo didelegasikan ke Albert Mangarat ua
Tambunan. [67]
Seusai Dekret 1959, Leimena dit unjuk menjadi Ment eri Dist ribusi, lalu kembali menjadi
Waperdam. [55] Dalam kapasit asnya sebagai Ment eri Dist ribusi, Leimena memandang
pent ingnya memperbaiki asupan giz i unt uk meningkat kan produkt ivit as pekerja, sehingga ia
bert ekad unt uk menc apai swasembada beras. Unt uk menc apai t arget ini, ia mendorong
memajukan pert anian int ensif di pulau Jawa, dan memperluas lahan pert anian di luar Jawa.
Meskipun renc ana Leimena dianggap ambisius, implement asinya menghadapi masalah
karena perlunya koordinasi dengan kement erian-kement erian lainnya. [68]
Selama Operasi Trikora, Leimena menjadi anggot a Komando Operasi Tert inggi. Dalam
kapasit as ini, ia diberikan pangkat t it uler sebagai Laksamana Madya pada t ahun 1962 dan
Laksamana (bint ang empat ) pada t ahun 1964. [69][70] Djuanda mendadak wafat pada bulan
November 1963, sehingga presiden Soekarno membent uk presidium beranggot akan t iga
orang yang t erdiri dari Leimena, Subandrio dan Chaerul Saleh unt uk memimpin kabinet . [71]
Selama masa demokrasi t erpimpin ini, Leimena yang dikenal berpihak ke Soekarno dinilai
berbakat dalam menangani kalangan polit ikus dan elit e lainnya, meskipun ia t idak begit u
sukses dalam menggalang dukungan masyarakat umum. [72] Ia sempat t ujuh kali menjabat
sebagai penjabat Presiden selama masa ini. [17]
Biarlah saya t erus saja disini, saya t idak akan lari, kalau mereka masuk pint u ini... biarkan
saya mat i, karena anak saya Karel Sadsuit ubun t elah meninggal dalam rangka t ugas
pengawalan t erhadap diri saya.
— Leimena ke ist rinya set elah mendengar berit a kemat ian Sadsuit ubun, 1 Okt ober 1965[73]
Pada saat kejadian Gerakan 30 Sept ember (G30S) pada 1965, Leimena bert empat t inggal
dekat rumah jenderal Abdul Haris Nasut ion yang menjadi salah sat u sasaran ut ama pihak
G30S. Pada dini hari it u, ada sekit ar serat us orang yang t erlibat upaya penc ulikan Nasut ion,
dan karena Leimena dijaga sec ara pribadi oleh t iga orang pengawal, para penc ulik bermaksud
unt uk memast ikan ket iga orang t ersebut t idak mengganggu. Baku t embak pun t erjadi dan
seorang pengawal Leimena Karel Sadsuit ubun gugur. Seusai kejadian t ersebut , rumah
Leimana t idak diusik lagi, dan Leimena sendiri t idak disent uh. [74][75] Begit u Leimena t ahu
bahwa pengawalnya t erbunuh, ia menolak unt uk melarikan diri dan berkeras unt uk t inggal di
rumah. [76] Sebelum perist iwa-perist iwa yang berlangsung menjadi jelas, Leimena awalnya
dianggap sebagai sasaran ut ama para penc ulik dan laporan berit a awalnya lebih berfokus ke
kejadian di rumah Leimena. [75] Bahkan, awalnya Soehart o (saat it u panglima Kost rad)
diberit ahu oleh Umar Wirahadikusumah bahwa Leimena t elah ikut dic ulik. [77]
Beberapa jam set elah perist iwa t ersebut , masih di t anggal 1 Okt ober, Leimena dipanggil oleh
Soekarno ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, t empat Soekarno sedang berunding
dengan beberapa pimpinan G30S. [78][79] Sebelum berangkat ke Halim, Leimena berdiskusi
dengan Soehart o dan membawakan pesan dari Soehart o yang memint a Soekarno
meninggalkan Halim sebelum pukul 16.30. Soehart o sebelumnya t elah mengult imat um pihak
G30S unt uk melet akkan senjat a sebelum pukul 16:30 dan menganc am akan menyerbu Halim
apabila mereka t idak menyerah. [79] Set elah t iba di Halim, Leimena t erus berada di dekat
Soekarno sepanjang sore it u. [80] Set elah pembic araan disana dan perset ujuan Soekarno
unt uk menggant ikan Ahmad Yani yang baru dibunuh dengan Pranot o Reksosamudro sebagai
Kepala St af TNI Angkat an Darat , mereka diberit ahukan bahwa Soehart o sedang
mempersiapkan penyerbuan ke Halim. Tokoh-t okoh G30S sepert i Omar Dhani menc oba
meyakinkan Soekarno unt uk mengikut i mereka ke Madiun, ke Jawa Timur at au ke Bali, t et api
Leimena berhasil memast ikan bahwa Soekarno t idak dibawa pergi. Leimena menganggap
bahwa apabila Soekarno mengikut i saran Dhani dkk, perang saudara dapat saja pec ah. [80][81]
Karena Leimena, renc ana pihak G30S yang ingin membawa Soekarno ke lokasi yang
dikendalikan mereka digagalkan, dan Soekarno sendiri memut uskan unt uk kembali ke Ist ana
Bogor sehingga ia t idak dapat dilibat kan dalam renc ana-renc ana kudet a. [82][83][80] Sore it u,
pihak G30S di bawah Kolonel Unt ung Syamsuri mengumumkan "Dewan Revolusi Indonesia"
yang t ermasuk Leimena, besert a banyak ment eri dan pet inggi negara lainnya. [84][85]
Leimena kemudian dit unjuk sebagai Ment eri Perguruan Tinggi dan Ilmu Penget ahuan ad
int erim dan pada t anggal 3 Maret 1966 ia memerint ahkan universit as-universit as dit ut up.
Perint ahnya diabaikan oleh kesat uan-kesat uan TNI yang mengawal akt ivit as di kampus-
kampus. [86] Pada t anggal 11 Maret , Leimena ikut dalam suat u rapat kabinet di Jakart a, ket ika
sejumlah t ent ara memosisikan diri di depan Ist ana Presiden. Sore it u, Soekarno besert a
ket iga Waperdam (Leimena, Subandrio, dan Chaerul Saleh) bert emu sejumlah jenderal TNI
(Amirmac hmud, M. Jusuf dan Basuki Rac hmat ) di Ist ana Bogor. Hasil dari pert emuan t ersebut
merupakan Surat Perint ah Sebelas Maret yang pada dasarnya menyerahkan sejumlah besar
kekuasaan darurat ke Soehart o. [87] Tak lama kemudian, pada t anggal 16 Maret , pert emuan
lain yang diikut i Leimena berlangsung, dan dalam pert emuan it u Soekarno menolak
permint aan unt uk merombak kabinet nya. [88] Akan t et api, pada t anggal 18 Maret 1966, 15
orang ment eri Soekarno dit angkap. [b] Meskipun demikian, Leimena t et ap menjabat sebagai
ment eri dan dit unjuk sebagai anggot a bagian kabinet beranggot akan lima orang: Leimena,
Hamengkubuwono IX, Idham Chalid, Adam Malik, dan Ruslan Abdulgani. [90][91] Ia pada wakt u
it u sudah menjabat sebagai ment eri dalam berbagai kabinet selama hampir dua puluh
t ahun. [92]
Orde Baru
Awalnya Soehart o berniat unt uk menjadikan Leimena ment eri juga dalam pemerint ahannya,
t et api Leimena sendiri menolak sec ara t idak langsung melalui Hamengkubuwono IX. [92] Maka
it u, Leimena dit unjuk sebagai c aret aker (pejabat sement ara) Wakil Ket ua Dewan
Pert imbangan Agung (DPA) ant ara 1966 dan 1968. Seusai masa jabat annya habis, ia t et ap
menjadi anggot a DPA sampai t ahun 1973. Dalam ranah ini ia meluruskan isu-isu int ernal DPA,
khususnya dalam perihal perpajakan, pendidikan, dan suksesi presiden. [82] Ia juga dit unjuk
sebagai direkt ur di Rumah Sakit Cikini pada t ahun 1968. [93] Selama masa Orde Baru, Leimena
menjadi salah sat u dari segelint ir polit isi yang t idak menjauhkan diri dari Soekarno. [94]
Dalam pemilihan umum 1971, Leimena t erpilih menjadi anggot a Dewan Perwakilan Rakyat ,
t et api ia t idak dilant ik. [95] Seusai fusi ant ara Parkindo dan Part ai Demokrasi Indonesia (PDI)
pada t ahun 1973, Leimena dit unjuk sebagai wakil ket ua dewan pert imbangan pusat PDI. [96]
Pandangan politik
Tugas seorang Krist en Indonesia adalah memperlihat kan bahwa menjadi Krist en t idak ada
sangkut paut nya dengan kolonialisme. Menjadi Krist en berart i hidup dalam dua dunia,
sebagai anggot a yang hidup dari bangsa sendiri dan juga sebagai anggot a persekut uan
orang-orang kudus di dalam Krist us.
Sebelum Indonesia merdeka, Leimena beberapa kali berbic ara mengenai perbedaan ant ara
gerakan Krist iani di skala int ernasional dan gerakan kemerdekaan Indonesia di skala
nasional. [98] Dalam pidat o-pidat o yang disampaikan dalam pert emuan DGI, Leimena
mendorong pandangannya bahwa ada kesamaan kepent ingan ant ara pihak gereja dan pihak
negara. [99]
Leimena merupakan seorang t okoh yang sec ara vokal menolak Darul Islam, separat isme, dan
komunisme sehingga ia dinilai sehaluan dengan posisi polit ik Soekarno yang mendorong
negara berdasarkan Panc asila sert a dengan sejumlah t okoh Islam yang c enderung sosialis
sepert i Mohammad Nat sir dan Syafruddin Prawiranegara. Menurut Soekarno, Leimena
"berjiwa dominee, t et api ia t ak pernah berhent i melawan imperialisme-kolonialisme". [98][100][101]
Soekarno sendiri sering menyebut Leimena dengan julukan "mijn dominee" (pendet aku). [92]
Kehidupan pribadi
Istri Leimena,
Wijarsih
Prawirad ilag a.
Selama bersekolah di STOVIA, Leimena akt if bermain sepakbola dan sering kali ikut dalam t im
sepakbola STOVIA dan sejumlah klub lokal pada masanya. [102] Ia bert emu dengan ist rinya
Wijarsih Prawiradilaga selama bert ugas sebagai dokt er di Bandung. [103] Pasangan ini memiliki
delapan anak yait u empat anak laki-laki dan empat anak perempuan. [104] Salah seorang
put rinya, Melani Leimena Suharli, menjadi Wakil Ket ua Majelis Permusyawarat an Rakyat
periode 2009–2014. [105]
Leimena dikenang keluarganya sebagai sosok sederhana, khususnya dalam hal pakaian. Ia
t erbiasa memakai kemeja put ih dengan gaya yang sama t iap kali. [106] Menurut Soekarno
dalam aut obiografinya, Leimena t idak memiliki pakaian formal selama jalannya revolusi,
sehingga saat ia dikirim dalam kapasit as diplomasi ia harus meminjam jas dan dasi dari
koleganya. [64]
Wafat
M akam DR. Jo hannes Leimena d i
Taman M akam Pahlawan Nasio nal
Utama Kalib ata
Leimena meninggal di Jakart a pada t anggal 29 Maret 1977, sekit ar pukul 7.30 pagi. Ia sempat
mengeluh sakit seusai pulang dari Eropa sebelumnya dan saat kembali ke Indonesia, ia
menggunakan kursi roda. Seusai ac ara pemakamannya, Leimena dikuburkan sec ara milit er di
Taman Makam Pahlawan Kalibat a. [107]
Penghargaan
Ia mendapat kan t anda kehormat an, diant aranya;[108]
Dalam Negeri
Indonesia :
Bintang Mahaputera Adipradana
(1973)[109]
Bintang Gerilya (1959)
Satyalancana Pembangunan
(1961)
Satyalancana Peringatan
Perjuangan Kemerdekaan
Satyalancana Karya Satya
Luar negeri
Bolivia :
Grand Cross of the Order of the
Condor of the Andes
Ekuador :
Grand Cross of the National
Order of Merit
Filipina :
Commander of the Order of
Sikatuna, Rank of Lakan (CS)
Romania:
Order of 23 August 2nd Class
Yugoslavia :
Order of the Yugoslav Flag with
Sash
Peninggalan
Menurut Soekarno dan Mohammad Roem, Leimena merupakan seorang polit isi yang jujur dan
diplomat yang berbakat . [64][97] Menurut Sut an Sjahrir, hubungan ant ara Leimena dan
Soekarno berjalan dengan Leimena menyampaikan pikirannya "sec ara t ulus kepada Bung
Karno, t et api dia t ak akan pernah melepaskan Bung Karno sendirian." [97] Ia dianggap sebagai
t okoh senior oleh sejawat nya, sehingga ia t idak dijuluki "Bung" sebagaimana biasa, t et api
lebih umum dijuluki "Om Jo". [24]
Pada t ahun 2010, 33 t ahun set elah wafat , Leimena dianugerahi gelar Pahlawan Nasional
Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. [110] Di Ambon, RSUP Johannes Leimena
mengambil namanya. [111] Di Universit as Pat t imura, t erdapat pat ung Leimena yang diresmikan
t ahun 2012. [105][112] Inst it ut Leimena milik Persekut uan Gereja-Gereja di Indonesia diresmikan
pada t ahun 2004, dan sebelumnya dikenal sebagai Akademi Leimena sejak t ahun
1984. [113][114]
Catatan kaki
Referensi
Daftar pustaka
Menteri
Didahului Koordinator
Diteruskan oleh:
oleh: Distribusi
Ali Sadikin
Tidak Ada Indonesia
1962–1964
Menteri
Didahului
Kesehatan Diteruskan oleh:
oleh:
Indonesia Sutopo
Surono
1949–1950
Didahului Menteri
Diteruskan oleh:
oleh: Kesehatan
Mananti
Darma Indonesia
Sitompul
Setiawan 1947–1949