Anda di halaman 1dari 15

Mohammad Natsir

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Mohammad Natsir (17 Juli 1908 – 6 Februari 1993) adalah seorang ulama, polit ikus, dan
pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin part ai polit ik
Masyumi, dan t okoh Islam t erkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat ment eri
dan Perdana Ment eri Indonesia, sedangkan di kancah int ernasional, ia pernah menjabat sebagai
presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ket ua Dewan Masjid se-Dunia.
Mohammad Nat sir

Perdana Menteri Indonesia ke-5

Masa jabatan
5 September 1950[1] – 26 April 1951[2]

Presiden Soekarno

Pendahulu Abdoel Halim

Pengganti Sukiman Wirjosandjojo

Menteri Penerangan Indonesia ke-2

Masa jabatan
12 Maret 1946 – 26 Juni 1947

Presiden Soekarno

Pendahulu Amir Sjarifuddin

Pengganti Setiadi Reksoprodjo

Masa jabatan
29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949

Presiden Soekarno

Pendahulu Sjahbudin Latif

Pengganti Syafruddin Prawiranegara


Informasi pribadi

Lahir 17 Juli 1908

Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok,


Sumatra Barat, Hindia Belanda

Meninggal 6 Februari 1993 (umur 84)

Jakarta, Indonesia

Kebangsaan Indonesia

Partai politik Masyumi

Suami/istri Nurnahar

​(m. 1934; wafat 1991)​

Anak Sitti Muchlisah

Abu Hanifah

Asma Farida

Hasnah Faizah

Aisyatul Asriyah

Ahmad Fauzi

Profesi Politikus

Nat sir lahir dan dibesarkan di Solok, sebelum akhirnya pindah ke Bandung unt uk melanjut kan
pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di perguruan
t inggi. Ia t erjun ke dunia polit ik pada pert engahan 1930-an dengan bergabung di part ai polit ik
berideologi Islam. Pada 5 Sept ember 1950, ia diangkat sebagai Perdana Ment eri Indonesia
kelima. Set elah mengundurkan diri dari jabat annya pada t anggal 26 April 1951 karena berselisih
paham dengan Presiden Soekarno, ia semakin vokal menyuarakan pent ingnya peranan Islam di
Indonesia. Nat sir kemudian t erlibat pemberont akan PRRI, yang membuat nya sempat dipenjara.
Set elah dibebaskan pada t ahun 1966, Nat sir t erus mengkrit isi pemerint ah yang saat it u t elah
dipimpin Soehart o hingga membuat nya dicekal.

Nat sir banyak menulis t ent ang pemikiran Islam. Ia akt if menulis di majalah-majalah Islam
set elah karya t ulis pert amanya dit erbit kan pada t ahun 1929; hingga akhir hayat nya ia t elah
menulis sekit ar 45 buku dan rat usan karya t ulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian t ak
t erpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerint ahan
Soekarno dan Soehart o t erhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi t iga gelar dokt or
honoris causa, sat u dari Lebanon dan dua dari Malaysia. Pada t anggal 10 November 2008,
Nat sir dinyat akan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Nat sir dikenal sebagai ment eri yang
"t ak punya baju bagus, jasnya bert ambal. Dia dikenang sebagai ment eri yang t ak punya rumah
dan menolak diberi hadiah mobil mewah."

Kehidupan

Rumah kelahiran Mohammad Natsir

Mohammad Nat sir dilahirkan di Alahan Panjang, Lembah Gumant i, Kabupat en Solok, Sumat ra
Barat pada 17 Juli 1908 dari pasangan Mohammad Idris Sut an Saripado dan Khadijah.[3][4][5]
Pada masa kecilnya, Nat sir sekeluarga hidup di rumah Sut an Rajo Ameh, seorang saudagar kopi
yang t erkenal di sana. Oleh pemiliknya, rumah it u dibelah menjadi kedua bagian: pemilik rumah
besert a keluarga t inggal di bagian kiri dan Mohammad Idris Sut an Saripado t inggal di sebelah
kanannya.[6] Ia memiliki 3 orang saudara kandung, masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan
Yohanusun. Jabat an t erakhir ayahnya adalah sebagai pegawai pemerint ahan di Alahan Panjang,
sedangkan kakeknya merupakan seorang ulama. Ia kelak menjadi pemangku adat unt uk
kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro nan
Panjang.[7]

Nat sir mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Maninjau selama dua t ahun hingga kelas
dua, kemudian pindah ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Adabiyah di Padang.[8][6] Set elah
beberapa bulan, ia pindah lagi ke Solok dan dit it ipkan di rumah saudagar yang bernama Haji
Musa.[9] Selain belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar ilmu agama Islam di
Madrasah Diniyah pada malam hari.[10][4][5] Tiga t ahun kemudian, ia kembali pindah ke HIS di
Padang bersama kakaknya. Pada t ahun 1923, ia melanjut kan pendidikannya di Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs (MULO) lalu ikut bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda sepert i
Pandu Nationale Islamietische Pavinderij dan Jong Islamieten Bond.[11][5][12] Set elah lulus dari
MULO, ia pindah ke Bandung unt uk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) hingga
t amat pada t ahun 1930.[5][12] Dari t ahun 1928 sampai 1932, ia menjadi ket ua Jong Islamieten
Bond (JIB) Bandung.[13] Ia juga menjadi pengajar set elah memperoleh pelat ihan guru selama
dua t ahun di perguruan t inggi. Ia yang t elah mendapat kan pendidikan Islam di Sumat ra Barat
sebelumnya juga memperdalam ilmu agamanya di Bandung, t ermasuk dalam bidang t afsir Al-
Qur'an, hukum Islam, dan dialekt ika.[14] Kemudian pada t ahun 1932, Nat sir berguru pada Ahmad
Hassan, yang kelak menjadi t okoh organisasi Persat uan Islam.[15][16]

Pada 20 Okt ober 1934, Nat sir menikah dengan Nurnahar di Bandung.[17][18] Dari pernikahan
t ersebut , Nat sir dikaruniai enam anak.[19][20] Nat sir juga diket ahui menguasai berbagai bahasa,
sepert i Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Arab, dan Esperant o.[20] Nat sir juga memiliki
kesamaan hobi dan memiliki kedekat an dengan Douwes Dekker, yakni bermain musik. Nat sir
suka memainkan biola dan Dekker suka bermain git ar. Mohammad Nat sir juga sering berbicara
dalam bahasa Belanda dengan Dekker dan sering membicarakan musik klasik Ludwig van
Beet hoven dan t ulisan karya Boris Leonidovich Past ernak, novelis kenamaan Rusia pada masa
it u. Kedekat annya dengan Dekker, menyebabkan Dekker mau masuk Masyumi. Ide-ide Nat sir
dengan Dekker t ent ang perjuangan, demokrasi, dan keadilan dinilai sehaluan dengan Nat sir.[21]

Ia meninggal pada 6 Februari 1993 di Jakart a dan dimakamkan sehari kemudian.[18]

Karier

Mohammad Natsir (1948)

Nat sir banyak bergaul dengan pemikir-pemikir Islam, sepert i Agus Salim; selama pert engahan
1930-an, ia dan Salim t erus bert ukar pikiran t ent ang hubungan Islam dan negara dalam
pemerint ahan Indonesia di masa depan yang dipimpin Soekarno.[22][23][24] Pada t ahun 1938, ia
bergabung dengan Part ai Islam Indonesia dan diangkat sebagai pimpinan unt uk cabang
Bandung dari t ahun 1940 sampai 1942.[24][13] Ia juga bekerja sebagai Kepala Biro Pendidikan
Bandung sampai t ahun 1945. Selama masa pendudukan Jepang, ia bergabung dengan Majelis
Islam A'la Indonesia (lalu berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia at au Masyumi) dan
diangkat sebagai salah sat u ket ua dari t ahun 1945 hingga dibubarkannya Masyumi dan Part ai
Sosialis Indonesia oleh Presiden Soekarno pada t ahun 1960.[13][24][25]

Menteri-menteri dari Kabinet Natsir dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta

Set elah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia menjadi anggot a Komit e Nasional Indonesia
Pusat . Sebelum menjadi Perdana Ment eri, ia menjabat sebagai ment eri penerangan.[26] Pada
t anggal 3 April 1950, ia mengajukan Mosi Int egral Nat sir dalam sidang pleno parlemen.[27]
Mohammad Hat t a sebagai Wakil Presiden Indonesia yang mendorong semua pihak unt uk
berjuang dengan t ert ib, merasa t erbant u denga adanya mosi ini.[28] Mosi ini memulihkan
keut uhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesat uan Republik Indonesia yang sebelumnya
berbent uk serikat , sehingga ia diangkat menjadi Perdana Ment eri oleh Presiden Soekarno pada
17 Agust us 1950.[29] Namun ia mengundurkan diri dari jabat annya pada t anggal 26 April 1951
karena perselisihan paham dengan Soekarno, Soekarno yang menganut paham nasionalisme
mengkrit ik Islam sebagai ideologi seraya memuji sekularisasi yang dilakukan Must afa Kemal
At at urk di Kesult anan Ut smaniyah, sedangkan Nat sir menyayangkan hancurnya Kesult anan
Ut smaniyah dengan menunjukkan akibat -akibat negat if sekularisasi.[30] Nat sir juga mengkrit ik
Soekarno bahwa dia kurang memperhat ikan kesejaht eraan di luar Pulau Jawa.[26] Menurut
Hat t a, sebelum pengunduran diri Nat sir, Soekarno selaku presiden sekaligus ket ua Part ai
Nasionalis Indonesia (PNI) t erus mendesak Manai Sophiaan sert a para ment eri dan anggot a
parlemen dari PNI unt uk menjat uhkan Kabinet Nat sir, dan t idak mendukung kebijakan-kebijakan
yang diusulkan oleh Nat sir dan Hat t a.
Hamka (duduk) bersama Natsir (kiri) dan Isa Anshary (kanan). Mereka sempat dijebloskan ke dalam penjara oleh rezim
Soekarno akibat adanya kaitan petinggi partai Masyumi dengan pemberontakan PRRI.

Selama era demokrasi t erpimpin di Indonesia, ia t erlibat dalam pert ent angan t erhadap
pemerint ah yang semakin ot orit er dan bergabung dengan Pemerint ah Revolusioner Republik
Indonesia set elah meninggalkan Pulau Jawa;[26] PRRI yang menunt ut adanya ot onomi daerah
yang lebih luas disalaht afsirkan oleh Soekarno sebagai pemberont akan. Akibat nya, ia dit angkap
dan dipenjarakan di Malang dari t ahun 1962 sampai 1964, dan dibebaskan pada masa Orde Baru
pada t anggal 26 Juli 1966.[31][26]

Set elah dibebaskan dari penjara, Nat sir kembali t erlibat dalam organisasi-organisasi Islam,
sepert i Majelis Ta'sisi Rabit ah Alam Islami dan Majelis Ala al-Alami lil Masjid yang berpusat di
Mekkah, Pusat St udi Islam Oxford (Oxford Centre for Islamic Studies) di Inggris, dan Liga
Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) di Karachi, Pakist an.[32]

Di era Orde Baru, ia membent uk Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Ia juga
mengkrit isi kebijakan pemerint ah, sepert i ket ika ia menandat angani Pet isi 50 pada 5 Mei 1980,
yang menyebabkan ia dilarang pergi ke luar negeri.[31] Pada masa-masa awal Orde Baru ini, ia
berjasa mengirim not a kepada Tunku Abdul Rahman dalam rangka mencairkan hubungan dengan
Malaysia. Selain it u pula, dialah yang mengont ak pemerint ah Kuwait agar menanam modal di
Indonesia dan meyakinkan pemerint ah Jepang t ent ang kesungguhan Orde Baru membangun
ekonomi.[7] Soehart o menganggap orang yang mengkrit ik dirinya sebagai penent ang Pancasila.
Ia ikut menandat angani Pet isi t ersebut bersama dengan Jenderal Hoegeng, Let jen Ali Sadikin,
Sanusi Hardjadinat a, SK Trimurt i, dan lain-lain.[7] Akibat dilarangnya ia pergi ke luar negeri,
banyak seminar yang t idak bisa diikut inya.[26] Nat sir menolak kecurigaan Soehart o t erhadap
part ai-part ai, t erut ama part ai Islam dan mengkrit ik Opsus (Operasi Khusus) yang berada di
bawah pimpinan langsung Soehart o.[33] Padahal, badan int el inilah yang memint a Nat sir dalam
memulai hubungan dengan Malaysia dan Timur Tengah set elah naiknya Soehart o.[34]

Penulis

Selama menjalani pendidikannya di AMS, Nat sir t elah t erlibat dalam dunia jurnalist ik. Pada
1929, dua art ikel yang dit ulisnya dimuat dalam majalah Algemeen Indische Dagblad, yait u
berjudul Qur'an en Evangelie (Al-Quran dan Injil)[35] dan Muhammad als Profeet (Muhammad
sebagai Nabi). Kemudian, ia bersama t okoh Islam lainnya mendirikan surat kabar Pembela Islam
yang t erbit dari t ahun 1929 sampai 1935.[36] Ia juga banyak menulis t ent ang pandangannya
t erhadap agama di berbagai majalah Islam sepert i Pandji Islam, Pedoman Masyarakat, dan Al-
Manar. Menurut nya, Islam merupakan bagian yang t ak t erpisahkan dari budaya Indonesia.

Nat sir t elah menulis sekit ar 45 buku at au monograf dan rat usan art ikel yang memuat
pandangannya t ent ang Islam. Ia akt if menulis di majalah-majalah Islam sejak karya t ulis
pert amanya dit erbit kan pada t ahun 1929. Karya t erawalnya umumnya berbahasa Belanda dan
Indonesia, yang banyak membahas t ent ang pemikiran Islam, budaya, hubungan ant ara Islam dan
polit ik, dan peran perempuan dalam Islam.[37][38] Karya-karya selanjut nya banyak yang dit ulis
dalam bahasa Inggris, dan lebih t erfokus pada polit ik, pemberit aan t ent ang Islam, dan
hubungan ant ara umat Krist iani dengan Muslim.[39][a] Ajip Rosidi dan Haji Abdul Malik Karim
Amrullah menyebut kan bahwa t ulisan-t ulisan Nat sir t elah menjadi cat at an sejarah yang dapat
menjadi panduan bagi umat Islam.[37] Selain menulis, Nat sir juga mendirikan sekolah Pendidikan
Islam pada t ahun 1930; sekolah t ersebut dit ut up set elah pendudukan Jepang di
Indonesia.[40][32]

Sekalipun Nat sir memiliki lat ar belakang pendidikan Belanda, Nat sir t idak t ergerak sama sekali
unt uk melakukan west ernisasi at au sekularisasi dalam dunia pendidikan Islam. Ia juga peduli
akan pengaruh pendidikan Barat t erhadap generasi muda.[41] Sebenarnya, langkahnya ini yang
peduli t erhadap dunia pendidikan disebabkan set elah dia membaca karangan Snouck Hurgronje
yang melawan Islam, sepert i Netherland en de Islam yang memaparkan st rat egi Hurgronje
dalam melawan Islam. Buku ini pada akhirnya kemudian membuat Nat sir bert ekad melawan
Belanda lewat jalur pendidikan.[42]

Penghormatan
Natsir dalam perangko Indonesia tahun 2011

Pemerint ah Indonesia saat it u, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soehart o, sama-sama
menuding Mohammad Nat sir sebagai pemberont ak dan pembangkang, bahkan t udingan
t ersebut membuat nya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Nat sir sangat
dihormat i dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.

Dunia Islam mengakui Mohammad Nat sir sebagai pahlawan yang melint asi bat as bangsa dan
negara. Bruce Lawrence menyebut kan bahwa Nat sir merupakan polit isi yang paling menonjol
mendukung pembaruan Islam.[43] Pada t ahun 1957, ia menerima bint ang Nichan Istikhar (Grand
Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey at as jasanya membant u perjuangan kemerdekaan rakyat
Afrika Ut ara. Penghargaan int ernasional lainnya yait u Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada
t ahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir t erkenal sepert i Syekh Abul
Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A'la Maududi.

Pada t ahun 1980, Nat sir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi
melalui Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia juga memperoleh gelar dokt or kehormat an
di bidang polit ik Islam dari Universit as Islam Libanon pada t ahun 1967. Pada t ahun 1991, ia
memperoleh dua gelar kehormat an, yait u dalam bidang sast ra dari Universit as Kebangsaan
Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universit as Sains Malaysia.[18] Pemerint ah
Indonesia baru menghormat inya set elah 15 t ahun kemat iannya, pada 10 November 2008 Nat sir
dinyat akan sebagai pahlawan nasional Indonesia.[44] Soehart o enggan memberikan gelar
pahlawan kepada salah sat u "bapak bangsa" ini.[26] Pada masa B.J. Habibie, dia diberi
penghargaan Bint ang Republik Indonesia Adipradana.[7]
Report er Ramadhian Fadillah melaporkan bahwasanya ia t okoh sederhana sepanjang zaman. Ia
juga melaporkan bahwa Nat sir "t ak punya baju bagus, jasnya bert ambal. Dia dikenang sebagai
ment eri yang t ak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."[26][b] George McTurnan
Kahin -pengajar di Universit as Cornell- mendapat info dari Agus Salim bahwa ada st af dari
Kement erian Penerangan yang hendak mengumpulkan uang unt uk Nat sir supaya berpakaian
lebih layak. Apalagi, kemejanya cuma dua set el dan sudah butut pula. Sewakt u dia mundur
sebagai Perdana Ment eri pada Maret 1951, sekret arisnya -Maria Ulfa, menyerahkan padanya
sisa dana t akt is dengan banyak saldo yang sebenarnya juga hak Perdana Ment eri. Nat sir
menolak, dan dana it u dilimpahkan ke koperasi karyawan t anpa sepeser dia ambil.[45] Nat sir
dikat akan menolak mobil Chevrolet Impala. Padahal, di rumahnya dia hanya memiliki mobil t ua,
De Sot o yang dia beli sendiri unt uk mengant ar-jemput anak-anaknya.[7] Sebelum dia pindah ke
Jalan Jawa, dia berpindah ke Jalan Pegangsaan Timur yang ada di Jakart a. Maka,
dikarenakannya ia ikut dalam PRRI, dia masuk penjara sat u ke penjara lain selama 1960-66, dan
keluarganya kehilangan rumah di Jalan Jawa dan Mobil De Sot o t ersebut . Hart anya diambil
pemerint ah.[45]

Keterangan

a. Mengenai hubungan antara umat Kristiani dan Muslim, pada tahun 1938, Mohammad Natsir
pernah mengeluarkan artikel Suara Azan dan Lonceng Azan yang mengomentari hasil Konferensi
Zending Kristen di Amsterdam. Ia memang banyak mengeluarkan artikel yang mengomentari
hubungan kedua agama ini (Adian 2012, Keteladanan Mohammad Natsir).

b. Dalam satu referensi, dikatakan bahwa mobil mewah tersebut oleh pengusaha (Adam 2009,
hlm. 72-76).

Referensi

Catatan kaki
1. Feith, Herbert. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. hal 150.

2. Feith, Herbert. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. hal 168.

3. Lukman Hakiem 2019, hlm. 6.

4. Ma'mur 1995, hlm. 29.

5. Luth 1999, hlm. 21 – 23

6. Shahab 2008, hlm. 9 – 15.

7. Adam 2009, hlm. 72-76.

8. Lukman Hakiem 2019, hlm. 7.


9. Lukman Hakiem 2019, hlm. 8.

10. Lukman Hakiem 2019, hlm. 9.

11. Lukman Hakiem 2019, hlm. 11 – 12.

12. Dzulfikriddin 2010, hlm. 19 – 20

13. Luth 1999, hlm. 23 – 24

14. Lukman Hakiem 2019, hlm. 13 – 14.

15. Lukman Hakiem 2019, hlm. 22 – 25.

16. Ma'mur 1995, hlm. 30 – 31.

17. Lukman Hakiem 2019, hlm. 49 – 50.

18. Luth 1999, hlm. 27

19. Lukman Hakiem 2019, hlm. 54 – 55.

20. Ma'mur 1995, hlm. 30.

21. Setiadi dkk. 2012, hlm. 150-151.

22. Lukman Hakiem 2019, hlm. 29 – 30.

23. Ma'mur 1995, hlm. 33.

24. Ma'mur 1995, hlm. 34.

25. Noer 2012, hlm. 155.

26. Fadillah 2013, Mengenang M Natsir.

27. Luth 1999, hlm. 24 – 25

28. Noer 2012, hlm. 124.

29. Noer 2012, hlm. 128.

30. Khouw 2008, In search of Mohammad.

31. Luth 1999, hlm. 25 – 26

32. Ma'mur 1995, hlm. 30 – 33.

33. Noer 2012, hlm. 169.

34. Noer 2012, hlm. 169, 171.

35. Lukman Hakiem 2019, hlm. 26.

36. Lukman Hakiem 2019, hlm. 32 – 35.

37. Ma'mur 1995, hlm. 37.

38. Ma'mur 1995, hlm. 38–41.


39. Ma'mur 1995, hlm. 42–46.

40. Lukman Hakiem 2019, hlm. 59.

41. Adian 2012, Keteladanan Mohammad Natsir.

42. Shahab 2008, hlm. 21.

43. Ma'mur 1995, hlm. 36.

44. Tempo 2008, Sumatra Barat Sambut.

45. Shahab 2008, hlm. 47-49.

Daftar pustaka
Hakiem, Lukman (2019). Biografi Mohammad Natsir: Kepribadian, Pemikiran dan Perjuangan (https://
books.google.co.id/books?id=oe3bDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=mohammad+natsir+biogr
afi&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjO_ rf5777uAhW6qksFHSmHD3gQ6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&q
=mohammad%20natsir%20biografi&f=false) . Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-
834-8.

Adam, Asvi Warman (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Perilaku dan Peristiwa (htt
ps://books.google.co.id/books?id=NGKSXCtKnh0C&printsec=frontcover&dq=Membongkar+Manipu
lasi+Sejarah,+Kontroversi+Perilaku+dan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjGv6afjLvuAhVvIbcAHanADfwQ
6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q&f=false) . Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-
404-1.

Dzulfikriddin, M. (2010). Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia: Peran dan Jasa
Mohammad Natsir dalam Dua Orde Indonesia (http://books.google.com/books?id=T1VoE-YgYD0
C) (dalam bahasa Indonesia). Bandung: Mizan. ISBN 978-979-433-578-9.

Effendy, Bahtiar (14 Juli 2008). "Mohammad Natsir" (http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2


008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127670.id.html) . Majalah Tempo Interaktif. Diarsipkan (https://w
ww.webcitation.org/62mdOoib6?url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/
mbm.20080714.LK127670.id.html) dari versi asli tanggal 2011-10-28. Diakses tanggal 27 Januari
2021.

Fadillah, Ramadhian (29 April 2013). "Mengenang M Natsir, ulama besar dan sebenar-benarnya
jihad" (http://www.merdeka.com/peristiwa/mengenang-m-natsir-ulama-besar-dan-sebenar-benarn
ya-jihad.html) . Merdeka. Diakses tanggal 27 Januari 2021.

Husaini, Adian (17 Oktober 2012). "Keteladanan Mohammad Natsir" (https://web.archive.org/web/


20131123095201/http://insistnet.com/keteladanan-mohammad-natsir/) . Insists. Diarsipkan dari
versi asli (http://insistnet.com/keteladanan-mohammad-natsir/) tanggal 2013-11-23. Diakses
tanggal 27 Januari 2021.

Khouw, Ida Indawati (3 Agustus 2008). "In search of Mohammad Natsir's spirit in Islamic
Revivalism" (http://www.thejakartapost.com/news/2008/08/03/in-search-mohammad-natsir039s-
spirit-islamic-revivalism.html) . The Jakarta Post. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
Luth, Thohir (1999). M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (http://books.google.com/books?id=22p8
BWSShmgC) . Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-979-561-551-4.

Ma'mur, Ilzamudin (1995). Abul Ala Mawdudi and Mohammad Natsir's Views on Statehood: A
Comparative Study (http://digitool.library.mcgill.ca/R/?func=dbin-jump-full&object_ id=23228&local_
base=GEN01-MCG02) (Masters in Art thesis). Montreal: McGill University.
http://digitool.library.mcgill.ca/R/?func=dbin-jump-full&object_ id=23228&local_ base=GEN01-
MCG02 . Diakses pada 27 Januari 2021.

Noer, Deliar (2012). Jaap Erkelens, ed. Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa (https://books.google.
co.id/books?id=uUhNMwEACAAJ&dq=Mohammad+Hatta:Hati+Nurani+Bangsa&hl=id&sa=X&ved=2
ahUKEwj5lNvMjLvuAhX07nMBHXYABvoQ6AEwAHoECAUQAQ) . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ISBN 978-979-709-633-5.

Setiadi, Purwanto; dkk. (2012). Douwes Dekker: Sang Inspirator Revolusi (https://books.google.co.id/
books?id=7ihIDwAAQBAJ&pg=PR4&dq=douwes+Dekker:Sang+Inspirator+Revolusi&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwjIqPPWjLvuAhXR4nMBHchCCjQQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=douwes%20Dekker%
3ASang%20Inspirator%20Revolusi&f=false) . KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bakarajo
samo jo Majalah Tempo. ISBN 978-979-91-0513-4.

Shahab, Idrus F.; dkk. (2008). Natsir: Politik Santun di antara Dua Rezim (https://books.google.co.id/b
ooks?id=GDJIDwAAQBAJ&pg=PR3&dq=Natsir:+Politik+Santun+di+antara+Dua+Rezim.&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwjr2YbpjLvuAhWL8XMBHf2YAjsQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=Natsir%3A%20P
olitik%20Santun%20di%20antara%20Dua%20Rezim.&f=false) . KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia) bakarajo samo jo Majalah Tempo. ISBN 978-979-91-0307-9.

"Sumatra Barat Sambut Gelar Pahlawan Nasional Natsir" (http://www.tempointeraktif.com/hg/nu


sa/2008/11/05/brk,20081105-144156,id.html) . Majalah Tempo Interaktif (dalam bahasa
Indonesia). 5 November 2008. Diarsipkan (https://www.webcitation.org/62melaITI?url=http://www.
tempointeraktif.com/hg/nusa/2008/11/05/brk,20081105-144156,id.html) dari versi asli tanggal
2011-10-29. Diakses tanggal 27 Januari 2021.

Pranala luar

"Bung Besar dan Ment eri Kesayangan" (ht t p://majalah.t empoint erakt if.com/id/arsip/2008/0
7/14/LK/mbm.20080714.LK127665.id.ht ml) . Majalah Tempo Interaktif. 2008-07-14.

"Nat sir: polit ik sant un di ant ara dua rezim" (ht t p://books.google.co.id/books?id=rMfGGAhnV
M8C&pg=PR3&lpg=PR3&dq=Nat sir:+polit ik+sant un+di+ant ara+dua+rezim+Nat sir:+polit ik+
sant un+di+ant ara+dua+rezim+Nat sir:+polit ik+sant un+di+ant ara+dua+rezim&source=bl&ot s
=z8UngdEsJF&sig=FXPraI7L2prnA3ZcImJvF6_ S25U&hl=id&sa=X&ei=ERCKUuTdK8vnrAe9h
4H4Bg&redir_ esc=y#v=onepage&q=Nat sir%3A%20polit ik%20sant un%20di%20ant ara%20du
a%20rezim%20Nat sir%3A%20polit ik%20sant un%20di%20ant ara%20dua%20rezim%20Nat si
r%3A%20polit ik%20sant un%20di%20ant ara%20dua%20rezim&f=false) Kepust akaan
Populer Gramedia bekerja sama dengan Majalah Tempo, 2011. Diakses 18 November 2013.
"100 t ahun Mohammad Nat sir: berdamai dengan sejarah" (ht t p://books.google.co.id/books?i
d=uMqeR4wz7AUC&pg=PR7&lpg=PR7&dq=100+t ahun+Mohammad+Nat sir:+berdamai+den
gan+sejarah+100+t ahun+Mohammad+Nat sir:+berdamai+dengan+sejarah+100+t ahun+Moh
ammad+Nat sir:+berdamai+dengan+sejarah&source=bl&ot s=t vZNfs2Bf8&sig=IrHsJMeGut
mFKwQzB9FZ_ c2b0TA&hl=id&sa=X&ei=t Q6KUpDJOoWYrAeE44HoBw&redir_ esc=y#v=one
page&q=100%20t ahun%20Mohammad%20Nat sir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%
20100%20t ahun%20Mohammad%20Nat sir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%2010
0%20t ahun%20Mohammad%20Nat sir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah&f=false)
Penerbit Republika, 2008. Diakses 18 November 2013.

Jabat an polit ik

Didahului oleh:
Perdana Ment eri Indonesia
Diteruskan oleh:

Abdul Halim 1950—1951 Sukiman Wirjosandjojo

Didahului oleh:
Ment eri Penerangan
Diteruskan oleh:

Amir Sjarifuddin 1946—1947 Set iadi Reksoprodjo

Didahului oleh:
Ment eri Penerangan
Diteruskan oleh:

Sjahbudin Lat if 1948—1949 Sjafruddin Prawiranegara

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Mohammad_Natsir&oldid=21259161"


Terakhir disunting 2 bulan yang lalu oleh RushingBot

Anda mungkin juga menyukai