Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN MATERI FISIKA

PENGUKURAN DAN BESARAN


A. Pengukuran
Pengukuran  adalah membandingkan nilai suatu besaran yang diukur dengan
besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Untuk melakukan pengukuran suatu
besaran fisika, kita memerlukan suatu alat ukur.

1. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal dan Berulang


1. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali saja. Pada
pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adalah hasil pengukuran
itu sendiri. Sedangkan ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala terkecil
instrumen yang digunakan. Misalnya, Anda mengukur panjang sebuah benda
menggunakan mistar. Perhatikan Gambar berikut!
Pada Gambar tersebut diatas, ujung benda terlihat
pada tanda 15,6 cm lebih sedikit. Berapa nilai
lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1
mm. Telah Anda sepakati bahwa ketidakpastian
pada pengukuran tunggal merupakan setengah
skala terkecil alat. Jadi, ketidakpastian pada
Panjang suatu benda yang diukur  pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
dengan menggunakan mistar

Δx = 1/2 × 1 mm = 0,5 mm = 0,05 cm

Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil
pengukurannya pun harus Anda laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus Anda
laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan harus Anda taksir, tetapi
taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka
nilai taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat
Anda laporkan sebagai berikut.
Panjang benda = l 
= x0 ± Δx
= (15,6 ± 0,05) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda)
yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda
mendapatkan nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara
statistik ini berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada selang 15,60
cm sampai 15,7 cm atau (15,60 ≤ x ≤ 15,70) cm.

2. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang


Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, Anda dapat melakukan pengukuran
secara berulang. Lantas bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran berulang? Pada
pengukuran berulang Anda akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak N kali.
Berdasarkan analisis statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x0 adalah nilai
rata- rata dari data yang diperoleh (  ). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (Δx )
dapat digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-
rata sampel. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut.
Keterangan:
x0 : hasil pengukuran yang mendekati nilai benar
Δx : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengkuran yang dilakukan

Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya (Δx ) disebut ketidakpastian mutlak.


Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil
pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.
Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran berulang? Cara
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang adalah
dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian
relatif dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-
rata pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, Anda dapat menggunakan aturan yang
telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan
dalam laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat
dilaporkan dalam pengukuran berulang adalah sebagai berikut.
ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka
ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka

2. Alat-alat Ukur
a. Alat ukur besaran panjang
Pada alat ukur besaran panjang yang kita bahas adalah penggaris,
rollmeter atau meteran, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

 Penggaris atau mistar


Penggaris mempunyai skala terkecilnya 1 mm. Jadi ketelitian mistar adalah 0,05
mm. Ketelitian ini diperoleh dengan cara setengah dari nilai skala terkecilnya. Fungsi dari
penggaris ini sering kita gunakan untuk mengukur panjang benda dengan panjang kurang
dari 30 cm karena penggaris yang tersedia di pasaran hanya 30 cm. Kalau kita
menggunakan rollmeter untuk mengukur benda yang panjangnya 10 cm tentu akan susah.

 Rollmeter atau meteran


Panjang meteran sekitar 7 meter hingga 50 meter. Tergantung itu digunakan
untuk mengukur apa. Kalau untuk mengukur panjang jalan, biasanya petugas pengukur
jalan menggunakan rollmeter yang panjangnya mencapai 100 meter. Ketelitian meteran
sama seperti penggaris yakni 0,05 mm. Skala terkecilnya juga sama dengan penggaris 1
mm.

 Jangka sorong
Kita bisa melihat jangka sorong di tukang pembuat kunci atau ahli kunci dan di
bengkel mobil atau motor. Jangka sorong mempunyai skala terkecil 0,1 mm. Nilai
ketelitian jangka sorong itu berbeda-beda, tergantung dari nilai skala noniusnya. Tapi
rata-rata jangka sorong yang saat ini adalah 0,05 mm.

Fungsi jangka sorong adalah untuk mengukur diameter luar maupun diameter
dalam suatu benda yang bentuknya lingkaran. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk
mengukur kedalaman benda yang panjangnya tidak lebih dari 25cm. Pada mekanik yang
menggunakan jangka sorong untuk mengukur ukuran ring mesin atau bagian dalam
mesin mobil maupun motor yang rusak sehingga harus diganti yang sesuai dengan ukuran
yang baru.
 Mikrometer sekrup
Fungsi dari mikrometer sekrup adalah untuk mengukur ketebalan suatu benda yang
sangat tipis. Misalnya untuk mengukur ketebalan kertas maupun ketebalan suatu logam.
Skala terkecil mikrometer sekrup adalah 0,01 mm. Ketelitiannya adalah 0,005 mm. Kalau
di pabrik kertas, seorang mekanik selalu memantau hasil cetakan kertas agar hasil
kertasnya mempunyai ketebalan yang sama. Nah cara memantaunya bisa menggunakan
mikrometer sekrup.
b. Alat ukur besaran massa
 Neraca ohaus
Neraca ohaus ini biasa kita jumpai di lab fisika, lab kimia, dan lab biologi. Neraca ohaus
memiliki skala terkecil 0,5 gram dan bisa digunakan untuk mengukur beban maksimal 1
kg. Neraca ini digunakan untuk mengukur benda-benda yang kecil.

 Neraca pedagang
Nah kalau neraca pedagang ini biasa kita lihat di pasar tradisional. Kalau kita maup beli
kentang misalnya 2,5 kg, maka penjual kentang akan menimbang dengan neracanya.
Pedagang juga biasa menggunakan satuan ons atau 100 gram. Skala terkecil dari neraca
pedagang ini 500 gram atau 0,5 ons.

 Neraca digital
Neraca digital ini sangat mudah menggunakanannya, kita tinggal letakan benda saja di
atasnya dan angka yang tertera pada neraca akan terlihat dan itulah besar massa benda
yang kita timbang.

c. Alat ukur besaran waktu


 Jam
Ada banyak berbagai model jam, diantaranya jam dinding, jam tangan atau arloji, dan
jam gantung. Jaman yang sekarang ini ada jam tangan digital yang anti air. Pada jam
tersebut sudah ada kalender, alaram dan sebagainya. Ketelitian dari jam dinding ataupun
jam tangan yang analog itu 1 detik. Fungsi dari jam tangan, kita bisa menghargai waktu
agar bisa beraktivitas sesuai dengan waktu yang kita jadwalkan.
 Stopwatch
Kalau kalian lari, pak guru olahraga akan mengukur waktu tempuh kalian dengan
menggunakan stopwatch. Ketelitian dari stopwach adalah 0,1 detik.

d. Alat ukur besaran kuat arus listrik


Alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik adalah amperemeter. Cara
menggunakan amperemeter adalah dengan memasangnya secara seri. Ada juga yang
namanya voltmeter untuk mengukur tegangan listrik. Kalau dipasaran, ada yang
namanyaavometer multifungsi yang bisa digunakan untuk mengukur kuat arus, tegangan,
dan hambatan listrik.

e. Alat ukur besaran suhu


Jika pasien demam, seorang dokter akan mengecek suhu badan. Alat tersebut bisa di
pasangkan di ketiak, mulut dan selangkangan. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu
badan ini adalah termometer. Ada berbagai jenis thermometer :

 Termometer air raksa


Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan. Thermometer yang
terkenal dan sering kita lihat bahkan kita pakai adalah termometer raksa. Karena di
dalamnya ada air raksa. Mengapa pakai raksa? Karena raksa mudah sekali memuai
jika kena panas.

3. Aspek Pengukuran

I. Kesalahan dalam pengukuran


Digolongkan menjadi kesalahan umum, kesalahan sistematis, kesalahan acak dan
kesalahan serius. Berikut akan kita bahas macam-macam kesalahan tersebut.

a. Kesalahan Umum
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang ketika mengukur termasuk dalam kesalahan
umum. Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pengamat. Kesalahan ini
dapat disebabkan karena pengamat kurang terampil dalam menggunakan instrumen,
posisi mata saat membaca skala yang tidak benar, dan kekeliruan dalam membaca skala.

b. Kesalahan Sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan alat ukur atau instrumen disebut kesalahan
sistematis. Kesalahan sistematis menyebabkan semua hasil data salah dengan suatu
kemiripan.  Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:

Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya penyesuaian pembubuhan
nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada neraca pegas
sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
Hal ini dapat diatasi dengan:
Standardisasi prosedur, Standardisasi bahan, Kalibrasi instrumen

c. Kesalahan Acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu bisa
menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat
pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi (naik turun) kecil
ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai,
dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.

d. Kesalahan serius (Gross error) 


Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus diulangi.
Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagen yang digunakan, peralatan yang
memang rusak total, sampel yang terbuang, dan  lain lain. Indikasi  dari kesalahan ini
cukup jelas dari gambaran data yang sangat menyimpang, data tidak dapat memberikan
pola hasil yang jelas, tingkat mampu ulang yang sangat rendah dan lain lain.
Perbedaan Ketidakpastian dan Kesalahan
Sangat penting untuk tidak salah atau tertukar dalam menggunakan istilah ketidakpastian
dan error.
Error adalah perbedaan antara nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya dari objek
yang diukur.
Ketidakpastian adalah kuantifikasi dari keraguan tentang hasil pengukuran.
Sebisa mungkin kita mencoba untuk mengoreksi setiap error yang dikenal, misalnya
dengan menerapkan koreksi dari sertifikat kalibrasi. Tapi error yang nilainya kita tidak
tahu adalah sumber ketidakpastian. 
II. Presisi dan Akurasi
 Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang
benar atau diterima dari kuantitas yang diukur.
 Presisi adalah ukuran dari seberapa dekat serangkaian pengukuran satu sama lain.

B. Angka Penting

1. Aturan angka penting


 Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 836,5 gr memiliki empat angka penting
 Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh:  75,006  Kg memiliki lima angka penting
 Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka angka nol setelah angka
bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 0,0060 m memiliki dua angka penting
 Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka angka nol sebelum angka
bukan nol tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,006 m memiliki satu angka penting
 Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya yang memiliki angka
nol harus ditulis dalam notasi ilmiah. Angka-angka pada notasi ilmiah merupakan
angka penting.
Contoh: 8900 gr ditulis menjadi 8,9 x 103 gr memiliki dua angka penting
Aturan Pembulatan Angka :
Ketika angka-angka ditiadakan sari suatu bilangan, nilai dari angka terakhir yang
dipertahankan ditentukan dengan suatu proses yang disebut pembulatan bilangan.
Aturan pembulatan bilangan tersebut, antara lain:
Angka-angka yang lebih kecil daripada 5 dibulatkan ke bawah
Angka-angka yang lebih besar daripada 5 dibulatkan ke atas
Angka 5 dibulatkan ke atas jika sebelum angka 5 adalah ganjil dan dibulatkan ke
bawah jika angka sebelum angka 5 adalah angka genap.
2. Operasi-operasi dalam angka penting
1. Operasi penjumlahan dan pengurangan
Dalam melakukan operasi penjumlahan atau pengurangan, maka hasilnya hanay boleh
mengandung satu angka taksiran (angka terakhir dari suatu bilangan penting).
Contoh 1:
35,572                   2 angka taksiran
  2,2626 +            8 angka taksiran
37,8346                
4 dan 6 merupakan angka taksiran, sehingga hasil penjumlahan ditulis 37,835 disesuaikan
dengan atuan pembulatan.
Contoh 2:
385,617                 7 angka taksiran
  13,2     –              2 angka taksiran
372,417                
4 dan 7 merupakan angka taksiran, sehingga hasil penjumlahan ditulis 372,42 disesuaikan
dengan atuan pembulatan.
2. Operasi perkalian dan pembagian
Dalam operasi perkalian atau pembagian, maka hasilnya hanya boleh memiliki angka
penting sebanyak bilangan yang jumlah angka pentingnya paling sedikit.
Contoh 1:
34,231                   mengandung lima angka penting
  0,250   x              mengandung tiga angka penting
8,557750
Penulisan hasil perkalian hanya boleh mengandung tiga angka penting, sehingga hasil
perkalian 8,557750 ditulis 8,56 (tiga angka penting).
Contoh 2:
46,532                   mengandung lima angka penting
200      :                  mengandung satu angka penting
0,2326
Hasil pembahian hanya boleh mengandung satu angka penting, sehingga hasil perkalian
0,2326 ditulis 0,2.
C. Besaran dan Satuan
Besaran pokok dan dimensi

Besaran turunan dan dimensi

Anda mungkin juga menyukai