Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil
pengukurannya pun harus Anda laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus Anda
laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan harus Anda taksir, tetapi
taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka
nilai taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat
Anda laporkan sebagai berikut.
Panjang benda = l
= x0 ± Δx
= (15,6 ± 0,05) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda)
yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda
mendapatkan nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara
statistik ini berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada selang 15,60
cm sampai 15,7 cm atau (15,60 ≤ x ≤ 15,70) cm.
2. Alat-alat Ukur
a. Alat ukur besaran panjang
Pada alat ukur besaran panjang yang kita bahas adalah penggaris,
rollmeter atau meteran, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Jangka sorong
Kita bisa melihat jangka sorong di tukang pembuat kunci atau ahli kunci dan di
bengkel mobil atau motor. Jangka sorong mempunyai skala terkecil 0,1 mm. Nilai
ketelitian jangka sorong itu berbeda-beda, tergantung dari nilai skala noniusnya. Tapi
rata-rata jangka sorong yang saat ini adalah 0,05 mm.
Fungsi jangka sorong adalah untuk mengukur diameter luar maupun diameter
dalam suatu benda yang bentuknya lingkaran. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk
mengukur kedalaman benda yang panjangnya tidak lebih dari 25cm. Pada mekanik yang
menggunakan jangka sorong untuk mengukur ukuran ring mesin atau bagian dalam
mesin mobil maupun motor yang rusak sehingga harus diganti yang sesuai dengan ukuran
yang baru.
Mikrometer sekrup
Fungsi dari mikrometer sekrup adalah untuk mengukur ketebalan suatu benda yang
sangat tipis. Misalnya untuk mengukur ketebalan kertas maupun ketebalan suatu logam.
Skala terkecil mikrometer sekrup adalah 0,01 mm. Ketelitiannya adalah 0,005 mm. Kalau
di pabrik kertas, seorang mekanik selalu memantau hasil cetakan kertas agar hasil
kertasnya mempunyai ketebalan yang sama. Nah cara memantaunya bisa menggunakan
mikrometer sekrup.
b. Alat ukur besaran massa
Neraca ohaus
Neraca ohaus ini biasa kita jumpai di lab fisika, lab kimia, dan lab biologi. Neraca ohaus
memiliki skala terkecil 0,5 gram dan bisa digunakan untuk mengukur beban maksimal 1
kg. Neraca ini digunakan untuk mengukur benda-benda yang kecil.
Neraca pedagang
Nah kalau neraca pedagang ini biasa kita lihat di pasar tradisional. Kalau kita maup beli
kentang misalnya 2,5 kg, maka penjual kentang akan menimbang dengan neracanya.
Pedagang juga biasa menggunakan satuan ons atau 100 gram. Skala terkecil dari neraca
pedagang ini 500 gram atau 0,5 ons.
Neraca digital
Neraca digital ini sangat mudah menggunakanannya, kita tinggal letakan benda saja di
atasnya dan angka yang tertera pada neraca akan terlihat dan itulah besar massa benda
yang kita timbang.
3. Aspek Pengukuran
a. Kesalahan Umum
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang ketika mengukur termasuk dalam kesalahan
umum. Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pengamat. Kesalahan ini
dapat disebabkan karena pengamat kurang terampil dalam menggunakan instrumen,
posisi mata saat membaca skala yang tidak benar, dan kekeliruan dalam membaca skala.
b. Kesalahan Sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan alat ukur atau instrumen disebut kesalahan
sistematis. Kesalahan sistematis menyebabkan semua hasil data salah dengan suatu
kemiripan. Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:
Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya penyesuaian pembubuhan
nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada neraca pegas
sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
Hal ini dapat diatasi dengan:
Standardisasi prosedur, Standardisasi bahan, Kalibrasi instrumen
c. Kesalahan Acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu bisa
menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat
pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi (naik turun) kecil
ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai,
dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.
B. Angka Penting