Anda di halaman 1dari 3

Hiponimi dan Hipernimi

By Unknown  Senin, 16 Desember 2013  Add Comment

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kono, yaitu onoma berarti ‘nama’


dan hipo berarti  ‘di bawah’. Jadi, secara hararfiah berarti ‘nama yang termasuk di
bawah nama lain’, secara semantic Verhar (1978 : 137) menyatakan hiponimi ialah
ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga berupa frase atau kalimat)
yang maknanya dianggap merupakan bagian  dari suatu ungkapan lain. Umpanya
kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan sebab makna tongkol berada atau
termasuk dalam makna kata ikan. Tongkol memang ikan bukan hanya tongkol
melainkan juga termasuk bandeng, tenggiri, teri, mujair, cakalang, dan sebagainya. Kalau
diskemakan menjadi :

                                                                        IkanTongkol          bandeng       


tenggiri          teri       mujair             cakalangdua arah

Kalau relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan hiponim
bersifat dua arah, maka relasi antara dua buah kata kata yang bersinonim ini adalah
searah. Jadi kata tongkol berhiponim terhadap kata ikan; tetapi kata ikan tidak
berhiponim terhadap kata tongkol, makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Dalam hal ini
relasi antara ikan dengan tongkol (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Jadi
kalau tongkol berhiponimi terhadap kata ikan, maka ikan berhipermim
terhadap  tongkol.  Perharikan bagan berikut !

Hiponim

Tongkol                                                                                  ikan
                                                hipernim

Contoh lain, kata bemo  dan kendaraan. Kalau bemo berhiponim terhadap


kata  kendaraan,  sebab bemo adalah salah satu jenis kendaraan. Sebaliknya 
kata kendaraan berhipernim terhadap kata bemo sebab kata bemo di samping jenis
kendaraan lain (seperti becak, sepeda, kereta api, dan bis).

Bagaimana hubungan antara  tongkol, tenggeri, teri, dan mujair  yang sama-sama


merupakan hiponim terhadap kata ikan?  Biasanya disebut dengan
istilah kohiponim. Jadi, tongkol berkohiponim dengan tenggiri, dengan bandeng, dan
dengan yang lainnya.

Dalam definisi Verhaar di atas ada disebutkan bahwa hiponim kiranya terdapat
pula dalam bentuk frase dan kalimat. Tetapi kirany sukar mencari contohnya dalam
bahasa Indonesia karena juga hal ini lebih banyak menyangkut masaalah logika dan
bukan masaalah linguistic. Lalu, oleh kerena itu menurut Verhaar (1978 : 137) masalah
ini dapat dilewati saja, tidak perlu dipersoalkan lagi.

Konsep hiponimi dan hipernimi mengandalkan adanya kelas bawahan dan kelas
atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di dibawah makna kata lainnya.
Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi terhadap
sejumlah kata lain, akan menjadi hipernimi terhadap kata lain yang hierarkial berada di
atasnya. Umpanya kata ikan  yang merupakan hipernimi terhadap kata tongkol, bandeng,
tenggiri, teri, cakalang, dan mujair akan menjadi hiponimi terhadap
kata binatang. Mengapa demikian? Sebab yang termasuk binatang bukan
hanya ikan, tetapi juga kambing, moyet, gaja, dan sebagainya. Selanjutnya binatang  ini
pun merupakan hiponimi  terhadap kata makhluk, sebab yang termasuk makhluk bukan
halnya  binatang tetapi juga manusia. Kalau diskemakakan akan menjadi :
      Makhluk

Manusia                                 binatang

Ikan     kambing         monyet           gajah

Tongkol          bandeng        cakalang        mujair

Konsep hiponimi dan hipernimi mudah diterapkan pada kata benda bagak sukar
pada kata kerja dan kata sifat. Coba Anda pikirkan mengapa?

Anda mungkin juga menyukai