Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

JENIS – JENIS PEMBICARAAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berbicara

Dosen Pengampu : Dra. Endang Sri Widayati, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / Kelas C

Alfi Sholikatu Rohmah (200210402091) Nur Aisyah (200210402092)

Arif Wahyu Utomo (200210402125) Rr. Defi Arum R (200210402117)

Bambang Wijanarko (200210402102) Sherly Nanda A (200210402115)

Dava Okdriansyah (200210402101) Siska Nur Ariyani (170210402007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2021
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan berbicara atau dapat kita sebut (speaking skills) merupakan keterampilan
yang berhubungan erat dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam.
Dalam memperoleh keterampilan berbicara, biasanya kita melalui suatu hubungan atau
urutan yang teratur :mula-mula pada saat kita kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berlanjut dengan berbicara, sesudah itu kita mulai belajar membaca, dan akhirnya menulis.
Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Setiap keterampilan itu berhubungan erat
pula dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu berbicara sebagai seni dan ilmu?
2. Apa saja ragam-ragam seni berbicara?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas?
4. Apa dan terdapat berapa saja metode penyampaian berbicara?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Sebagai media pembelajaran mata kuliah berbicara
2. Agar dapat mengetahui apa itu berbicara sebagai seni dan ilmu
3. Untuk mengetahui mengenai faktor-faktor efektifitas
4. Mengenal macam-macam metode penyempaian berbicara

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pembuatan Makalah Jenis-Jenis Pembicaraan yaitu sebagai
berikut:

1. Bagi Umum
Manfaat untuk umum dapat menambah wawasan terutama mengenai jenis jenis
pembicaraan, tentang apa saja ragam seni berbicara, dan metode penyampaian berbicara.

2. Bagi Mahasiwa
Manfaat yang bisa di dapat oleh mahasiswa terutama untuk kami sebagai penulis
serta yang memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dapat menjadi
referensi bahan belajar tentang materi jenis-jenis pembicaraan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

2.2 Ragam berbicara seni dan ilmu

Berbicara sebagai seni dan ilmu


Wilayah berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang umum yaitu :
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts)
2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (mulgrave, 1954 : 6)
Dengan kata lain bahwa berbicara dapat di tinjau sebagai seni dan juga sebagai ilmu.
Jika kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya
yang sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapakan perhatian
antara lain :
1. Berbicara di muka umum
2. Semantik : Pemahaman makna kata
3. Diskusi kelompok
4. Argumentasi
5. Debat
6. Prosedur dan parlementer
7. Penafsiran lisan
8. Seni Drama
9. Berbicara melalui udara
Dan jika kita ingin memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang kita perlu di telaah,
antara lain sebagai berikut :
1. Mekanisme bicara dan mendengar
2. Latihan dasar bagi ajaran dan suara
3. Bunyi-bunyi bahasa
4. Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
5. Vowel-vowel
6. Diftrong-diftrong
7. Konsonan-konsonan
8. Patologi ujaran (mulgrave,1954)
Ragam seni berbicara
Berbicara (Speaking) dapat dibagi atas :
1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang mencakup empat jenis yaitu
:
A. Berbicara di dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan yang
bersifat memberitahukan atau melaporkan yang bersifat informatif (informative speaking)
B. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan persahabatan (fellowship speaking)
C. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,mengajak,mendesak,meyakinkan
(persuasive speaking)
D. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati
(deliberative speaking)
2. Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi :
A. Diskusi kelompok (group disscussion) yang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tidak resmi (informal) dan masih dapat diperinci lagi atas
a. Kelompok studi
b. Kelompon pembuatan kebijaksanaan (policy making groups)
c. Komik
2. Resmi (formal) yang mencakupi pula :
a. Konferensi
b. Diskusi panel
c. Simposium
B. Prosedur parlementer (Parliamentary prosedur)
C. Debat
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan berbicara

Manusia sebagai makhluk sosial sangatlah perlu untuk berkomunikasi satu sama lain
tentunya dengan berbicara atau dengan cara lain yang juga dapat menunjukkan maksud dan
tujuan dari komunikasi yang dilakukan. Oleh karena itu, diperlulan pengetahuan tentang seluk-
beluk berbicara yang harus diketahui oleh manusia. Manusia selalu dikatakan makhluk sosial
yang tidak dapat berdiri sendiri, oleh karena itu memahami aspek berbicara sangat penting untuk
saling berinteraksi. Secara umum faktor keefektifan berbicara ada dua yakni, faktor kebahasaan
dan non kebahasaan.

Faktor kebahasaan

- Ketepatan ucapan

Ketepatan ucapan adalah sesuatu yang sangat penting ketika berbicara. Pengucapan juga
harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar pendengar dapat mengerti apa yang dimaksudkan
dalam pembicaraan. Pengucapan yang tidak tepat juga akan membuat pendengar merasa
kesulitan dalam memahami.

- Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menjadi daya tarik
tersendiri ketika berbicara. Hal ini akan membuat pembicaraan menjadi menarik dan tidak akan
merasakan kejemuan serta keefektifan berbicara akan meningkat.

- Pilihan kata atau diksi

Kata yang digunakan sebaiknya adalah kata yang mudah dan sering didengar. Dengan hal
ini maka pendengar akan lebih cepat untuk memahami dibandingkan harus menggunakan kata
yang muluk-muluk serta tidak efektif, Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan
rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi dan membuat keefektifan
komunikasi akan berkurang

Faktor Non Kebahasaan

- Sikap pembicara

Dalam berbicara, pembicara dituntut untuk selalu memiliki sikap positif serta
menunjukkan ketenangannya ketika berbicara serta menunjukkan aura yang ada pada dirinya.

- Pandangan mata

Seorang pembicara dituntut untuk menatap pendengar ketika berbicara dengan individu
maupun dengan orang banyak agar pendengar terlihat dalam pembicaraan. Pembicara diwajibkan
untuk tidak menatap pandangan ke atas, bawah, kanan, kiri, serta menunduk.

- Keterbukaan

Seorang pembicara diwajibkan untuk terbuka, jujur, dan mengemukakan semua pendapat,
ide, dan gagasan serta menerima sebuah kritikan dan masukan ketika pendapatnya terdapat
kesalahan.

- Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Seorang pembicara dituntut untuk menggunakan gerak tubuh dan berekspresi wajah
ketika berbicara untuk membantu dalam penyampaian sebuah gagasan dan dapat dengan mudah
dipahami dan dimengerti oleh pendengar.

- Kenyaringan suara

Pembicara yang baik akan memerhatikan kenyaringan suara dengan baik, kenyaringan
suara yang tepat akan membuat pendengar dapat mendengarkan dengan tenang. Kenyaringan
suara yang terlalu tinggi juga akan membuat pendengar resah dan kurang nyaman.

- Kelancaran
Seorang pembicara harus dapat menyampain suatu gagasannya dengan lancar. Dalam hal
ini lancar tidak harus berbicara dengan cepat, melainkan dengan ketenangan agar dapat
dimengerti dan dipahami. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll.

- Penguasaan topik

Pembicara dituntut untuk senantiasa menguasai topik yang dibicarakan. Kunci untuk
menguasai topik adalah persiapan yang matang, penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan
keberanian dan rasa percaya diri. Seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran
yang baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan
menyimpulkan apa yang disampaikannya.

2.4 Metode Penyampaian Berbicara

Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempakatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu
untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang pembicaraan sendiri dapat
menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih, yaitu:

1) Penyampaian secara mendadak (improptu delivery)


2) Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
3) Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
4) Penyampaian dari ingatan (delivery from memory)
(Mulgrave, 1945 : 25)
Berikut metode penyampaian tersebut di atas.
Penyampaian mendadak. Seseorang yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin
saja dipersilakan berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan. Oleh karena itu, sedikit
mungkin dia hanya mempunyai waktu untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai
berbicara/berpidato secara mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi
perkembangan dan penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju.
Penyampaian tanpa persiapan. Sang pembicara yang ingin memanfaatkan
keuntungan-keuntungan penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara
langsung, dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan.
Akan tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide-idenya.
Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap dari ide-idenya, tetapi
hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia berbicara. Pengulangan-
pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut.
Penyampaian dari naskah. Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada
saat-saat yang amat penting dan kerapkali digunakan buat siaran-siaran radio atau
televisi. Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan
memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia
seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya sedikit
mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia menyajikannya
kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap responsi para pendengarnya.
Penyampaian dari ingatan. Keberhasilan berbicara yang penyampaiannya dari
ingatan menuntut sang pembicara menguasai bahan pembicaranya selengkap mungkin
sehingga, dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan
seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetapi,
ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa
persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang
keadaan menghendaki.
Dan akhirnya, cara manapun yang dipilih untuk menyampaikan sesuatu pembicaraan,
yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil: komunikasi berjalan lancar. Oleh
karena itu, ada baiknya bila kita mengetahui pula bagaimana caranya mengevaluasi
keterampilan berbicara.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Tarigan, H. G. (2018). BERBICARA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA. Bandung: CV Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai