(PTK)
Oleh:
WIWIN WINENGSIH
JAWA BARAT
i
UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SABAR ANAK MELALUI
KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B
DI RA AL FATA PAGADEN SUBANG TAHUN
PELAJARAN 2020/2021
Oleh
Wiwin Winengsih
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan laporan
PTK dengan judul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sabar Anak melalui
Kegiatan Kolase pada Kelompok B di RA AL FATA PAGADEN SUBANG
Tahun Pelajaran 2020/2021” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulisan laporan PTK ini diajukan sebagai salah satu upaya
peningkatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan merefleksi diri.
Penyusunan laporan PTK ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kepala RA AL FATA PAGADEN SUBANG Nur Baroro,S.Pd.I, yang
telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian.
2. Kolaborator penelitian Guru RA AL FATA Tahyatun, Umi Fatonah,
S.Pd.TK/I, yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.
3. Teman-teman Guru RA AL FATA atas kebersamaan, semangat dan
motivasi dalam mengerjakan laporan PTK ini.
4. Semua keluarga dan teman-teman yang telah memberikan semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan penulisan laporan PTK ini.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................i
Abstrak.........................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................v
Daftar Tabel................................................................................................vii
Daftar Gambar...........................................................................................viii
Daftar Lampiran..........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................4
D. Manfaat Penelitian............................................................................4
v
A. Deskripsi Data................................................................................28
B. Analisis Data Penelitian Persiklus..................................................28
C. Pembahasan…................................................................................46
BAB V PENUTUP.....................................................................................48
A. Kesimpulan….................................................................................48
B. Saran…...........................................................................................49
C. Kata Penutup…..............................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................50
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
Anak usia dini sering disebut dengan anak usia prasekolah yang
hidup pada masa anak-anak awal dan masa peka. Masa ini merupakan
masa yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama
dalam mengembangkan berbagai potensi anak. Anak usia dii berada
pada tahap ready to use untuk dibentuk oleh orang tua, pendidik PAUD,
dan masyarakatnya. Anak usia dini sudah memiliki kesiapan
untukmerespons berbagai stimulasi edukatif yang diberikan oleh orang
tua, pendidik PAUD dan masyarakat.1 Dalam pasal 28 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2013 ayat 1, disebutkan bahwa
yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang
usia 0-6 tahun. Anak usia dini ialah kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Yaitu, pola
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motoric kasar dan halus),
inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh
karena itu, PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.
Konsekuensinya lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan
yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti:
kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik. Sesuai dengan
1
Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), h.
97
1
2
Muhammad Fadillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), h.18-19
2
keunikan dan pertumbuhan Anak Usia Dini, penyelenggaraan
pendidikan bagi Anak Usia Dini disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini itu sendiri.3 Pendidikan
anak usia dini merupakan pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melaluirangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan upaya pembinaan yang
terencana dan sistematis diharapkan anak mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki secara optimal. Tantangan yang dihadapi PAUD
adalah bagaimana mendidik anak usia dini agar potensinya
berkembang, meliputi potensi fisik-motorik, intelektual, moral,
emosional, dan spiritual anak dengan memperhatikan faktor
perkembangan anak sebagai pembelajar yang unik. 4
Peranan lembaga PAUD terhadap kebutuhan pendidikan anak
usia dini sangat penting. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh para
psikolog yang menyatakan bahwa rentang usia 0-5 tahun merupakan
masa the golden age.5
Pembinaan pada pendidikan anak usia dini merupakan bagian
terpenting dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak, serta
dapat memanfaatkan masa golden age sebagai masa pengarahan,
pembimbingan dan pembentukan karakter anak usia dini. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka peranan guru sangat penting dalam
menentukan pencapaian terhadap pembelajaran yang berlangsung di
kelas, seperti halnya didalam melatih anak sabar dalam melakukan
kegiatan kolase yang membutuhkan ketekunan dalam
menyelesaikannya.
3
Suyadi & Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2013), h. 5
4
Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), h.2
5
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini
TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 5
3
Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia nomor 137 tahun 2014 tentang tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya adalah
mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput,
mengelus, mencolek, mengepel, memelintir, memilin, memeras).6
Mengontrol gerakan tangan dalam pembelajaran RA dapat dilakukan
melalui kegiatan kolase.
Kegiatan menempel atau kolase ini menarik minat anak-anak
karena mereka bisa meletakkan sesuatu sesuka mereka (Moeslichatoen,
2004). Senada dengan hal tersebut, Seedfeldt dan Wasik (2008)
menuturkan bahwa, kolase dengan produknya yang cepat dan bermotif,
berefek tiga dimensi adalah kesukaan anak-anak usia 3-5 tahun.
Berbagai macam benda dapat digunakan untuk membuat kolase. Bhan-
bahan ringan bisa ditempelkan pada kertas biasa atau karton.7
Dalam pembelajaran di RA AL FATA khususnya di kelas B
sebanyak 12 anak. Kemampuan perilaku sabar anak belum berkembang
dengan optimal, ada sekitar 6 anak mengalami ketidaksabaran dalam
melaksanakan kegiatan khususnya dalam kegiatan kolase anak masih
belum bisa menempel bahan kolase dengan sempurna atau belum
selesai dalam mengerjakannya.
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa masih terdapat kesulitan pada anak kelompok
Bdalam menumbuhkan perilaku sabar dalam melakukan kegiatan
khususnya kegiatan kolase. Untuk itu diperlukan adanya tindakan lebih
lanjut dalam menangani hal tersebut. Agar penelitian ini lebih terarah
dan mencegah terjadinya perluasan pembahasan, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal berikut :
kemampuan perilaku sabar anak kelompok B dan kegiatan kolase.
Sehingga peneiti memfokuskan pada kemampuan perilaku sabar dengan
6
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini, Standar Isi Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, h. 26
7
Novi Mulyani, Pengembangan Seni Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 71
4
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Perilaku
Sabar Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Kelompok B Di RA AL
FATA PAGADEN SUBANG Tahun Pelajaran 2020/2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan perilaku
sabaranak melalui kegiatan kolase pada kelompok B di RA AL FATA
PAGADEN SUBANG tahun pelajaran 2020/2021?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah :
1. Mendeskripsikan upaya meningkatkan perilaku sabar anak
melalui kegiatan kolase pada kelompok B di RA AL FATA
PAGADEN SUBANG Tahun Pelajaran 2020/2021.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan perilaku sabar
anak melalui kegiatan kolase pada kelompok B di RA AL FATA
PAGADEN SUBANG Tahun Pelajaran 2020/2021.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik manfaat secara praktis
maupun manfaat secara teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Penggunaan kegiatan kolase dapat meningkatkan perilaku
sabar anak usia dini.
2) Anak didik lebih termotivasi dalam belajar dengan
menggunakan pembelajatn yang kreatif.
b. Bagi Guru
1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
2) Membantu guru berkembang secara professional.
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru.
5
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan pada sekolah agar lebih kreatifdan
inofatif dalam menumbuhkan perilaku sabar anak usia dini
melalui kegiatan kolase dan membantu sekolah untuk
berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri
guru dan pendidikan di sekolah.
2. Manfaat Teoritis
Selain manfaat praktis yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini juga memiliki manfaat teoritis yaitu untuk
memberikan landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan
penelitian lain yang sejenis dalam rangka meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah siswa.
6
BAB II
A. Deskripsi Teori
1. Perilaku Sabar
a. Pengertian Sabar
Sabar menurut kamus bahasa Indonesia yaitu tabah
menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas cepat putus
asa, tidak lekas patah hati, tabah menerima nasibnya, hidup ini
dihadapinya).8
Kesabaran adalah kemampuan untuk mengatur,
mengendalikan, mengarahkan (perilaku, perasaan, dan tindakan)
serta mengatasi berbagai kesulitan dan secara komprehensif dan
integrative. Komprehensif dalam pengertian ini adalah mampu
menangkap (menerima) permasalahan dengan bak, memiliki
informasi yang luas (tentang ruang lingkup dan isinya), serta
memperlihatkan wawasan yang luas tentang masalah yang
dihadapi. Sedangkan integrative yaitu mampu melihat
permasalahan secara terpadu. 9
Al-Jauziyah menyatakan bahwa kesabaran adalah
kesediaan untuk menerima penderitaan dengan penuh ketabahan
dan ketenangan, sehingga kesabaran membuat orang mampu
mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti menahan diri dan
mencegah dari keluhan.10 Sabar adalah menahan jiwa dari
kesedihan mendalam, menahan lisan dari keluh kesah, dan
8
Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa
Edisi Ke Empat, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 1197
9
Umar Yusuf, Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian), (Bandung:Fakultas
Psikologi Unisba, 2010), h.43
10
Siti Umidatus Sururiyah,”Studi Kasus Tentang Kesabaran Pada Penderita
Diabetes Mellitus Remaja Di Purwokerto”, Skripsi Universitas Purwokerto (2017), h.13
7
menahan anggota tubuh dari menampar pipi, merobek pakaian,
dan yang sepertinya. 11
Menurut Tebba sabar artinya menahan diri dari berkeluh
kesah dalam menjalankan perintah Allah pada waktu
menghadapi musibah. Sabar adalah sifat tahan menderita atau
tahan uji dalam mengabdi dan mengikuti perintah Allah serta
tahan dari godaan dan cobaan duniawi, yang mendorong
perilaku berhati-hati dalam menghadapi sesuatu. Sabar adalah
tahan menghadapi penderitaan, tidak lekas marah, tidak tergesa-
gesa, dan tidak mudah putus asa. 12
b. Aspek-Aspek Sabar
Menurut Yusuf aspek-aspek kesabaran dibagi menjadi tiga yaitu
sebagai berikut.:13
1. Teguh pada pendirian dan prinsip
Teguh pada pendirian atau prinsip artinya kuat dalam
menyelesaikan apa yang telah direncanakan serta berpegang
teguh pada aturan dan tujuan tetap tidak berubah atau sesuai
dengan yang telah direncanakan. Keteguhan hati akan
membawa pelakunya untuk berani dalam
menghadapicobaan dan tidak berupaya untuk menghindari.
Di dalam aspek teguh pendirian atau prinsip meliputi
beberapa hal sebagai berikut:
1) Konsekuen: berarti melakukan suatu hal sesuai apa yang
telah direncanakan sebelumnya, seperti a) Keyakinan
tentang apa yang sebaiknya dilakukan, b) Keberanian
untuk mengambil resiko: mau menerima tantangan
11
Imam Ibnu Qoyyimal-Jauziyah, Sabar dan Syukur Sebagai Jalan Untuk meraih
Kebahagiaan Hidup, terj. Izzudin karimi Lc (Jakarta:Darul Haq, 2016), h.5
12
Amita Darmawan Putri dkk, “Makna Sabar Bagi Terapis (Studi Fenomenologis
di Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang), PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1
(2015), h. 47-48
13
Umar Yusuf, Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian), (Bandung:
Fakultas Psikologi Unisba, 2010), h. 44-45
8
dalam pengerjaan sesuatu dengan segala kemungkinan
yang baik ataupun buruk.
2) Konsisten: yaitu bertingkah laku secara selaras dan
sesuai dengan apa yang telah diyakini.
3) Disiplin: bagaimana seseorang dapat mentaati/mematuhi
peraturan dengan menunjukkan bagaimana seseorang
mampu dan mau taat terhadap aturan yang berlaku. Serta
seseorang tertib dalam melaksanakan aturan,
menunjukkan bagaimana seseorang menjalankan aturan
yang berlaku secara terus menerus dan sistematis hingga
mencapai target.
2. Tabah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tabah adalah
kekuatan dalam menghadapi (cobaan, bahaya, ujian,
kesulitan). Tabah adalah menggambarkan bagaimana
kemampuan seseorang untuk tetap pada tujuan dan kuat
menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Tabah terdiri
dari beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1) Daya tahan dalam menghadai kesulitan diartikan sebagai
waktu bertahan yaitu lamanya seseorang melakukan
sesuatu intensitas kerja.
2) Daya juang yaitu kegigihan dalam mencapai tujuan.
3) Toleransi terhadap stress yaitu kemampuan
menghadapi/mengatasi masalah yang menimbulkanstress
dalam mencapai target.
4) Mampu belajar dari kegagalan yaitu mampu suatu hal
yang gagal sebagai peluang untuk selalu memperbaiki
hasil kerja menjadi lebih baik.
5) Bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri
dan atau perilaku yaitu mau menerima masukan tersebut
sebagai hal yang positif agar hasil yang dicapai menjadi
lebih baik.
9
3. Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin,giat,
sungguh-sungguh dan terus menerus dalam
bekerjameskipun mengalami kesulitan, hambatan dan
rintangan.Tekun terdiri dari beberapa hal, yaitu :
1) Antisipatif yaitu tanggap terhadap sesuatu yang
sedang/akan terjadi dan memiliki rencana cadangan
apabila menghadapi kesulitan dalam mencapai
target/tujuan.
2) Terencana yaitu memiliki rencana-rencana dalam
mencapai tujuan dan merealisasikan rencana-rencana
tersebut.
3) Terarah yaitu mengarahkan energy pada pencapaian
tujuan dalam proses pembelajaran.
c. Macam-Macam Sabar
Menurut al-Qardhawi terdapat enam macam sabar yaitu sebagai
berikut:14
a) Sabar menerima cobaan
b) Sabar dari keinginan hawa nafsu
c) Sabar dalam taat kepada Allah SWT
d) Sabar dalam dakwah
e) Sabar dalam perang
f) Sabar dalam pergaulan
2. Kegiatan Kolase
a. Pengertian Kolase
Kata kolase, yang dalam bahasa Inggris disebut “collage”
berasal dari kata “coller” dalam bahasa Prancis, yang berarti
“merekat”. Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik
14
Chotimatul Muzaro’ah,” KONSEP SABAR DALAM MENANGANI ANAK
TUNA GRAHITA (Studi terhadap Pemaaman Guru di KB-TK Assakinah Inklusi
Wirosari)”, Skripsi UIN Walisongo Semarang (2018), h. 35
10
seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas,
kain, kaca, logam, dan sebagainya, atau dikombinasikan dengan
15
penggunaan cat atau teknik lainnya. Kolase adalah sebuah
teknik menempel berbagai macam unsur ke dalam satu frame
sehingga menghasilkan karya seni yang baru. Dengan demikian,
kolase adalah karya seni rupa yang dibuat dengan cara
menempelkan bahan apa saja kedalam satu komposisi yang
serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya.
Kolase adalah karya aplikasi yang dibuat dengan
menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan
menempel bahan-bahan tertentu. Kolase berasal dari bahasa
16
Perancis. Collage yang berarti merekat. Dalam pembuatan
kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan keterampilan
dalam memadukan, menyusun, dan menempel bahan yang ada
sehingga menjadi sebuah karya seni yang indah.
Disebutkan juga bahwa kolase menuntut kreativitas dan
ide yang lebih sulit disbanding dengan pembuatan karya seni
rupa yang lain, karena di dalam pembuatan kolase dituntut untuk
memiliki, mencari, dan menemukan bahan yang khusus dan
cocok untuk membuat kolase, kemudian bagaimana cara
memadukan antara bahan yang satu dengan bahan yang lainnya.
17
Bahan yang digunakan bisa berupa bahan alam, bahan buatan,
bahan setengah jadi, bahan jadi dan bahan sisa. Potensi kreatif
yang sudah dimiliki anak sejak lahir penting untuk
dikembangkan melalui pembelajaran yang unik, menarik
danmenyenangkan bagi anak sehingga anak dapat bereksloratif
dan memunculkan ide-ide baru.
15
Susanto,M., 2002:63 dalam bukunya Syakir Muharrar & Sri Verayanti R, Kreasi
Kolase, Montaze, Mozaik Sederhana, (Erlangga:2013), h. 8
16
Fratnya Puspita Devi, Peningkaan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase Pada
Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi Kabupaten Sleman,
(Yogyakarta:2014), diambil dari:
http://eprints.uny.ac.id/13449/I/skripsi%20Fratnya%20Puspita%20Devi.pdf
17
Miki Chiang, M. Syukri, Halida, Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran
Kolase Dengan Menggunakan bahan Alam pada Anak Usia 5-6 Tahun. (Pontianak).
Diambil dari: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/16385/14226
11
Berdasarkan dari beberapa penjelasan teori diatas maka
disimpulkan bahwa kolase merupakan suatu karya seni dengan
menempelkan bahan-bahan tertentu yang bervariasi bisa berupa
bahan bekas, bahan dar alam, bahan jadi dan lain sebagainya
sehingga menjadi suatu karya seni yang serasi dengan
memadukan lukisan tangan atau teknik lainnya.
b. Jenis Kolase
Karya kolase dapat dibedakan menjadi beberapa segi,
yaitu segi fungsi, matra, corak dan material.
1. Menurut Fungsi
Dari segi fungsi, kolase dikelompokkan menjadi dua,
yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai (applied art). Seni
murni adalah suatu karya seni yang dibuat semata mata untuk
memenuhi kebutuhan artistic. Orang menciptakan karya seni
murni, umumnya, untuk mengekspresikan citarasa estetis.
Dan, kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat
18
diutamakan. Sedangkan, seni terapan atau seni pakai
(applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan praktis. Aplikasi seni terapan
umumnya lebih menampilkan komposisi dengan kualitas
artistic yang bersifat dekoratif.
2. Menurut Matra
Berdasarkan matra, jenis kolase dapat dibagi dua, yaitu
kolase pada permukaan bidang dua dimensi 9dwimatra0 dan
kolase pada permukaan bidang tiga dimensi (trimatra).
3. Menurut Corak
Menurut coraknya, wujud kolase dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu representative dan nonrepresentatif.
Representatif artinya menggambarkan wujud nyata yang
bentuknya masih dikenali. Sedangkan nonrepresentatif
18
Soedarso, 2006:101 dalam bukunya Syakir Muharrar & Sri Verayanti R, Kreasi
Kolase, Montaze, Mozaik Sederhana, (Esensi, divisi Penerbit Erlangga:2013), h. 14
12
artinya dibuat tanpa menampilkan bentuk yang nyata,bersifat
abstrak, dan hanya menampilkan komposisi unsur visual
yang indah.
4. Menurut Material
Material (bahan) apapun dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang
menarik atau unik. Berbagai material kolase tersebut akan
direkatkan pada beragam jenis permukaan, seperti kayu,
plastic, kertas, kaca, keramik, gerabah, karton, dan
sebagainya asalkan relative rata atau memungkinkan untuk
ditempeli.
Secara umum bahan baku kolase dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu : bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga
kering, kerang, biji-bijian, kulit, batu-batuan, dan lain-lain),
dan bahan-bahan bekas sintesis (plastic, serat sintesis, logam,
kertas bekas, tutup botol, bungkus permen/cokelat, kain
perca dan lain-lain).
13
a) Tumpang tindih atau saling tutup (overlapping)
b) Penataan ruang (spatial arrangement)
c) Repetisi/pengulangan (repetition)
d) Komposisi/kombinasi beragam jenis tekstur dari berbagai
material.
19
M. Kristanto & Eko Haryanto, Pendidikan Seni Rupa Anak,
(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2017), h. 76
14
e. Manfaat Kegiatan Kolase
Selain membuat anak menjadi senang, kolase juga memiliki
manfaat lain diantaranya yaitu:
1. Melatih motoric halus
Bermain kolase melatih keterampilan jari-jemari, anak
sehingga saat menulis jari-jemari anak sudah lentur.
2. Meningkatkan kreativitas
Bermain kolase melatih anak untuk berkreasi memilih bahan,
menyusun warna, kontur dan memadukannya sesuai selera,
sehingga menghasilkan hasil yang indah.
3. Melatih konsentrasi
Bermain kolase mengasyikkan bagi anak, sehingga anak
akan focus ketika menyelesaikan tugas. Dan lama-lama anak
akan terbiasa konsentrasi.
4. Mengenal warna
Bermain kolase memadukan berbagai macam warna,
sehingga anak akan terbiasa memadukan warna yang serasi
sesuai keinginan.
5. Mengenal jenis dan sifat bentuk
Setiap bahan memiliki kekasaran dan kehalusan
yangberbeda. Dengan menggunakan aneka bahan, anak akan
banyak mengenal dan bisa membentuknya.
6. Melatih ketekunan
Menyelesaikan karya kolase butuh waktu yang cukup, tidak
bisa terburu-buru. Jadi anak bisa melatih ketekunan agar
menghasilkan karya yang indah dan terlatih untuk bersabar.
7. Melatih rasa percaya diri
Ketika karya sudah selesai, tentu anak akan merasa bangga.
Kreativitas semakin terasah sehingga kepercayaan diri
bertambah. Tidak ada rasa takut atau malu. 20
20
Ammy Ramdhania & Triyuni, Assiikkk… Bermain Sambil Berkreasi,
(Yogyakarta:Pustaka Grhatama (Anggota Ikapi), 2012), h. 4-5
15
B. Penelitian yang Relevan
Dalam mengemukakan hasil kajian pustaka, peneliti hanya
diharapkan untuk menjelaskan keterkaitan antara penelitian yang
dilakukan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu. Hal ini dilakukan sebagai bahan perbandingan, baik
dari kekurangan dan kelebihannya.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Juliana Jaliah (2015) yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Sikap Sabar Menunggu Giliran melalui
Metode Demonstrasi pada Anak Usia 5-6 Tahun”.
Secara umum, penelitian tersebut membahas tentang cara yang
dilakukan oleh guru dalam upaya peningkatan sikap sabar, dalam
penelitian tersebut upaya yang dilakukan oleh guru adalah melalui
metode demonstrasi. Hal ini juga sama seperti yang diteliti oleh
penulis dalam hasil penelitian ini, yang juga berfokus pada aspek
peningkatan perilaku sabar anak. Namun demikian, esensi dan juga
muatan isi dari penelitian tersebut tidaklah sama persis dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis, melainkan terdapat
perbedaan. Hasil penelitian Juliana Jaliah (2015) tersebut lebih
menitikberatkan pembahasannya pada permasalahan tentang
bagaimana proses peningkatan sikap sabar menunggu giliran
melalui metode demonstrasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Meri Trisnawati (2018) yang
berjudul “ Upaya Meningkatkan Sikap Sabar Anak Usia Dini
melalui Kegiatan Menggunting pada Anak Usia 5-6 Tahun”.
Secara umum, penelitian tersebut membahas tentang upaya
peningkatan sikap sabar anak, dalam penelitian tersebut upaya yang
dilakukan oleh guru adalah melalui kegiatan menggunting. Hal ini
juga sama seperti yang diteliti oleh penulis dalam hasil penelitian
ini, yang juga berfokus pada aspek peningkatan perilaku sabar anak.
Meski demikian, jika dilihat secara lebih mendalam tentu dapat
ditemukan perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Penelitian Meri Trisnawati (2018)
16
dilatarbelakangi oleh situasi dimana sikap sabar anak di TK Pertiwi
masih didominasi pada peran guru. Sedangkan penelitian penulis
dilatarbelakangi oleh peserta didik yang kurang focus dalam
melaksanakan tugas dan kurang sabar dalam menyelesaikannya
yang disebabkan oleh guru yang kurang memanfaatkan media,
kegiatan pembelajaran yang kurang menarik dan media yang
terbatas.
Berdasarkan proses pengkajian terhadap beberapa penelitian
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa posisi atau kedudukan
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai pelengkap
atas penelitian-penelitian yang terdahulu tersebut. Setelah
mencermati hasil penelitian-penelitian di atas, terlihat berbagai
pembahasan mengenai peningkatan perilaku sabar anak. Para
peneliti di atas telah banyak membahas tentang peningkatan
perilaku sabar anak, berdasarkan sudut pandang mereka masing-
masing tentunya. Kedudukan atau posisi penelitian yang dilakukan
oleh penulis yakni sebagai bahan atau referensi untuk melengkapi
hasil-hasil kajian atau pembahasan mengenai topic peningkatan
kemampuan perilaku sabar anak yang belum dibahas
dalampenelitian-penelitian sebelumnya.
Meskipun memiliki persamaan dalam mengkaji kemampuan
perilaku sabar anak, penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda
dengan kedua penelitian tersebut. Peneliti lebih memfokuskan pada
upaya meningkatkan perilaku sabar anak melalui kegiatan kolase.
Selain itu peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) Model Hopkins, serta menggunakan metode pengumpulan
data berupa lembar observasi dan dokumentasi.
C. Kerangka Berpikir
Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak
janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas ( the golden
age) sampai uaia 6 tahun. Usia 0 –6 tahun, merupakan masa
17
peka bagi anak sehingga para ahli menyebutnya The Golden Age karena
perkembangan potensinya mengalami peningkatan yang sangat
signfikan. Usia dini / pra sekolah merupakan kesempatan emas bagi
anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembinaan pada
pendidikan anak usia dini merupakan bagian terpenting dalam
memaksimalkan kemampuan danpotensi anak, serta dapat
memanfaatkan masa golden age sebagai masa pengarahan,
pembimbingan dan pembentukan karakter anak usia dini.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peranan guru sangat penting
dalam menentukan pencapaian terhadap pembelajaran yang
berlangsung di kelas, seperti halnya didalam melatih sikap sabar kepada
anak. Sabar merupakan suatu kekuatan, daya positif yang mendorong
jiwa untuk menunaikan suatu kewajiban
Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan, anak
kelompok B di RA AL FATA PAGADEN SUBANG masih mengalami
ketidaksabaran saat mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan
motorik halus yaitu kegiatan kolase. Untuk meningkatkan perilaku
sabar pada anak diperlukan suatu kegiatan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Kegiatan tersebut salah satunya adalah dengan
kegiatan kolase. Kegiatan kolase merupakan kegiatan yang berperan
dalam pengembangan keterampilan motorik halus. Salah satu jenis
kegiatan kolase yaitu kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan
bahan alam. Kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan
alam merupakan kegiatan menempelkan atau menyusun berbagai
bahanbekas dan bahan alam seperti ampas kelapa yang sudah diwarnai,
kulit telur, sobekan kertas bekas, dan biji-bijian pada pola yang sudah
disediakan pada selembar kertas. Dalam kegiatan kolase dengan
menggunakan bahan bekas dan bahan alam ini anak diminta untuk
mengisi pola sederhana dengan sobekan kertas, ampas kelapa, kulit
telur dan biji- bijian.
Penggunaan kegiatan kolase dalam pembelajaran dapat
membantu anak melatih keterampilan tangan dan jari jemari. Ketika
anak mengisi
18
pola sederhana dengan berbagai bahan tersebut anak berlatih
keterampilan seperti memegang, menempel dan menaburkan ampas
kelapa pada pola sederhana. Sehingga dengan anak melakukan kegiatan
kolase ini diharapkan perilaku sabar pada anak semakin meningkat.
Alur berpikir dalam penelitian ini dapat diperjelas menggunakan
gambar berikut :
Anak
Peningkatan
kelompok B
perilaku
kurang dalam Penerapan
sabar anak
berperilaku kegiatan
melalui
sabar dalam kolase
kegiatan
melaksanakan
kolase
kegiatan
A. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian atau rumusan masalah. 21 Hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah “penerapan kegiatan kolase dapat meningkatkan
perilakusabar anak usia dini pada kelopok B di RA AL FATA
PAGADEN SUBANG tahun pelajaran 2020/2021”.
21
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), h.45
18
BAB III
METODE PENELITIAN
22
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011),
h.17-18
19
pengembangan keterampilan guru yang berangkat dari adanya
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran
yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau di sekolahnya sendiridengan
atau tanpa adanyaprogram latihan secara khusus.23
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan
penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas
juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesionalnya.24
23
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 32-33
24
Rukaesih A. Maolani dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), h. 173
20
menjadi sasaran penelitian perkembangan perilaku sabar anak
khususnya pada anak kelompok B.
2. Kolaborator penelitian
Kolaborator dalam penelitian tindakan kelas adalah orang yang
membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang
dikerjakan bersama-sama dengan peneliti. Kerjasama ini diharapkan
dapat memberikan informasi dan kontribusi yang baik
sehinggadapat tercapai tujuan dari penelitian ini. Kolaborator dalam
penelitian ini adalah Ibu tahyatun, S.Ag. guru kelas B RA AL
FATA PAGADEN SUBANG.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur tindakan kelas ini terbagi ke dalam empat tahapan
tindakan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap
pelaksanaan(acting), tahap pengamatan (observing), serta tahap refleksi
(reflecting).Secara prosedural dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Membuat rencana pembelajaran berupa SKH (Satuan Kegiatan
Harian).
b. Guru merencanakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
bersama anak.
c. Menyiapkan lembaran observasi, lembaran wawancara dan
dokumentasi.
d. Membuat dan menyiapkan format penilaian awal dan akhir
yang akan dilakukan untuk meningkatkan kreativitas anak.
2. Tahap Pelaksanaan
Menurut Muslihuddin (2010: 75) pelaksanaan merupakan
implementasi daripada perencanaan yang telah dibuat. Pada tahapini
merealisasikan dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar
yang telah disiapkan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti meninjau
pelaksanaan daripada perencanaan yang telah dibuat, sedangkan
yang melakukan pelaksanaan ini adalah guru kelas kelompok B
dengan mengacu kepada alat penelitian yang diberikan oleh peneliti.
21
Peneliti melihat sejauh mana penguasaan guru dalam meningkatkan
perilaku sabar melalui kegiatan kolase, dan respon serta
peningkatan perilaku sabar anak di RA AL FATA kelompok B.
3. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
kegiatan. Pengamatan dilakukan secara terus menerus dari siklus I
sampai siklus yang diharapkan dapat tercapai tujuan. Tujuan
pengamatan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
melakukan refleksi pada tahapan selanjutnya. Pengamatan
dilakukan secara menyeluruh dan menggunakan instrument
pengumpul data yang telah ditetapkan, sehingga dapat diperoleh
seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
4. Tahap Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi. Dalam penelitian tindakan
kelas ini, peneliti melakukan refleksi dari mulai siklus I, II dan
sampai tercapainya suatu perbaikan dalam kegiatan pembelajaran
dengan baik.
Refleksi ini dilaksanakan oleh peneliti beserta rekan guru
sebagai pelaksanaan tindakan dengan cara mendiskusikan hasil
pengamatan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
22
Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Hopkins
23
instrument yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran
baik perilaku guru maupun perilaku siswa. 25
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument
observasi berupa check list. Check list atau daftar cek adalah
pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang
akan diobservasi. Check list merupakan alat observasi yang
praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang akan diteliti
sudah ditentukan terlebih dahulu. Ada dua bentuk check list,
yaitu bentuk individual dan bentuk kelompok. Check list
individual digunakan untuk mencatat ada tidaknya aspek yang
diteliti pada seseorang. Sedangkan check list kelompok
digunakan untuk mencatat kegiatan individu dalam suatu
kelompok. 26
2. Dokumentasi
Selain observasi, informasi juga dapat diperoleh
melaluifakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumentasi seperti ini bisa dipakai untuk menggali
informasi yang terjadi dimasa silam.
Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan
untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,
gambar, dan karya-karya monumental, yang semuanya itu
memberikan informasi bagi proses penelitian. 27
F. Instrumen Penelitian
Berikut ini instrument yang dipakai untuk mengukur tingkat
kemampuan perilaku sabar anak kelompok B di RA AL FATA
PAGADEN SUBANG melalui kegiatan kolase. Berikut pedoman
observasi dengan kisi-kisi instrumennya:
25
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 85-87
26
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 92-93
27
Muh. Fitrah & Lutfiya, Metodologi Penelitian : Penelitian Kualitatif,
Tindakan
Kelas, & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2007), h. 74
24
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kemampuan Sabar Anak
3 Anak tidak tekun dalam Jika anak masih enggan dalam menempelkan
menempelkan bahan bahan karena merasa jijik dengan lem
kolase 2
3 Anak tidak tekun dalam Jika anak kurang mampu menyusun bahan
menyusun bahan kolase kolase ke dalam pola gambar dengan hasil 2
kurang rapi, tidak terisi penuh, dan kurang
bersih
25
2 Anak kurang tuntas Jika anak dalam menyelesaikan kegiatan
dalam menyelesaikan kolase dengan cukup sempurna dan perlu
tugas bimbingan. 2
P= x 100%
Keterangan :
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
Penentuan kriteria pencapaian hasil persentase menggunakan
pendapat Anas Sudijono yaitu:
28
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 106
26
75% - 100% = Baik
60% - 74% = Cukup
< 60% = Kurang. 29
29
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 43
27
BAB IV
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RA AL FATA yang beralamat di Jl.
Serbaguna Desa Karangwangi Rt 007 Rw 002 Kecamatan Pagaden
Kabupaten Subang dan berada di bawah naungan Kementerian
Agama. RA AL FATA memiliki 3 ruang kelas yaitu 1 kelas A dan
2 kelas B, 1 ruang guru,
1 ruang kepala sekolah, 1 kamar mandi, dan halaman sekolah.
Jumlah keseluruhan siswa di RA AL FATA adalah 50 anak.
Dengan jumlah tenaga pendidik 3 orang guru, 1 orang kepala RA,
dan 1 orang tenaga administrasi (TU).
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas B2 yang berjumlah 12
anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
Sebagian besar anak di kelas ini berusia 5-6 tahun. Teman
kolaborator dalam pelaksanaan ppenelitian ini adalah Ibu tahyatun,
S.Ag yang merupakan guru kelas B2. Penerapan penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perilaku sabar anak.
3. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti
mengadakan kegiatan awal untuk mengetahui kondisi awal
sebelum tindakan. Peneliti bersama teman sejawat melakukan
observasi terhadap subjek. Tindakan ini sangat diperlukan untuk
mengetahui kondisi awal sebelum tindakan sehingga peneliti dan
teman kolaborator dapat mengukur sejauh mana tingkat
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini. Berikut adalah
observasiawal terhadap kemampuan perilaku sabar anak yang
tersaji dalam bentuk tabel 5.
28
Tabel 5. Kemampuan Perilaku Sabar Anak Sebelum
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Indikator
Nama Kriteria
No. Anak Tekun dalam Menyusun Menyelesaikan jumlah
menempelkan bahan tugas dengan skor
bahan kolase tuntas
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Bella 🗸 🗸 🗸 4 BB
2 Zafran 🗸 🗸 🗸 7 BSH
3 Kevin 🗸 🗸 🗸 3 BB
4 Syasya 🗸 🗸 🗸 4 BB
5 Queen 🗸 🗸 🗸 8 BSH
6 Najma 🗸 🗸 🗸 9 BSH
7 Cinta 🗸 🗸 🗸 5 MB
8 Bian 🗸 🗸 🗸 6 MB
9 Riris 🗸 🗸 🗸 3 BB
10 Aurel 🗸 🗸 🗸 3 BB
11 Lutfi 🗸 🗸 🗸 4 BB
12 Sena 🗸 🗸 🗸 6 MB
Jumlah 3 6 3 1 5 6 1 4 7
Persentase
25 50 25 8,33 41,66 50 8,33 33,33 58,33
(%)
29
masih rendah dan belum berkembang sesuai harapan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Observasi Kondisi Awal Perilaku
Sabar Anak
Kondisi Awal
Kelompok Kriteria
Jumlah Persentase (%)
Kelompok BB 6 50%
MB 3 25%
B
BSH 3 25%
30
Ammy Ramdhania & Triyuni, Assiikkk … Bermain Sambil Berkreasi,
(Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2012), h. 4-5
30
meliputi 4 tahap yakni: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti melakukan
kegiatan antara lain merencanakan pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran kemampuan perilaku sabar anak melalui
kegiatan kolase disusun peneliti bersama dengan guru kelas yang
sekaligus sebagai kolaborator dan disetujui oleh kepala sekolah.
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakkan peneliti yaitu:
1) Menyusun RPPH sebagai acuan peneliti dan kolaborator
dalam melaksanakan penelitian.
2) Mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan kolase berupa
potongan kertas warna warni, lem dan pola gambar sebagai
media pembelajaran.
3) Menyusun instrument penilaian dan menyiapkan lembar
observasi yang akan digunakan dalam mengamati kemampuan
perilaku sabar anak dalam kegiatan kolase.
4) Menyiapkan kelengkapan peralatan berupa kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang akan
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan awal dimulai dengan mengkondisikan anak duduk
di tikar dan berdo’a bersama untuk memulai kegiatan.
Selanjutnya, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-
anak kemudian dilanjutkan dengan hafalan-hafalan. Guru
kemudian menyampaikan materi kegiatan awal. Setelah itu, guru
memberikan penjelasan mengenai kegiatan inti yang salah
satunya berupa kegiatan kolase. Guru memberikan motivasi
supaya anak bersemangat dalam melakukan kegiatan. Setelah
sema siap maka anak dipersilahkan memilih kegiatan yang akan
dilakukan terlebih dahulu. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dua
pertemuan dimana guru terlebih dahulu menyiapkan Rencana
31
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yaitu kegiatan kolase
dengan potongan kertas warna warni.
1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari
Senin, 10 Agustus 2020. Sebelum kegiatan pembelajaran guru
dan peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan kolase. Selanjutnya, guru
mempersilahkan anak memilih satu dari tiga kegiatan
inti.Setelah anak selesai baru kemudian berganti melakukan
kegiatan yang lain.
Saat kegiatan kolase pertemuan pertama siklus I, anak-
anak diberikan penjelasan tentang alat dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan kolase. Guru memberi contoh
kepada anak cara mengambil lem sesuai dengan kebutuhan
dan tidak terlalu banyak. Guru menunjukkan cara mengambil
kepingan kertas dengan benar dan menempelkannya pada pola
gambar yang sudah diberi lem dengan cara menjumput dengan
tekun, menyusun bahan kolase dengan rapi dan terisi penuh,
serta memberikan motivasi kepada anak agar menyelesaikan
tugas dengan tuntas. Selama kegiatan guru bersama peneliti
mengamati dan mendokumentasikan kegiatan.
Setelah kegiatan selesai, anak-anak dipersilahkan
mencuci dan mengelap tangan kemudian dilanjutkan memilih
kegiatan yang lain sampai saatnya istirahat. Pada akhir
kegiatan guru memberikan penghargaan berupa pujian bagi
anak-anak supaya lebih bersemangat mengikuti kegiatan yang
akan datang. Pujian yang diberikan berupa ucapan hebat dan
acungan jempol dan tak lupa membaca do’a sebelum pulang
dan salam penutup dari guru.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kedua
32
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Selasa,
18 Agustus 2020. Sebelum kegiatan pembelajaran guru dan
peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk kegiatan kolase. Selanjutnya guru mempersilahkan anak
memilih satu dari tiga kegiatan inti. Setelah anak selesai baru
kemudian berganti melakukan kegiatan yang lain.
Saat kegiatan kolase pertemuan kedua siklus I, anak-anak
diberikan penjelasan cara melakukan kegiatan kolasedengan
pola gambar baju ibu. Guru menjelaskan bahan yang akan
digunakan yaitu lem, potongan kertas warna-warni dan pensil
warna. Anak mewarnai gambar donat terlebih dahulu pada
bagian bawahnya, lalu bagian atasnya yang ditempelkan
bahan kolase. Anak mengambil lem secukupnya dan memilih
potongan kertas warna-warni yang disukai anak untuk
ditempel pada gambar donat dan menekannya supaya kertas
tertempel dengan kuat. Setelah itu merapikan alat dan bahan
setelah dipakai. Selama kegiatan guru bersama
penelitimengamati dan mendokumentasikan kegiatan.
Setelah kegiatan selesai maka anak-anak dipersilahkan
mencuci dan mengelap tangan kemudian dilanjutkan memilih
kegiatan yang lain sampai saatnya istirahat. Pada akhir
kegiatan guru memberikan penghargaan berupa pujian bagi
ank-anak supaya lebih bersemangat mengikuti kegiatan yang
akan datang. Tak lupa membaca do’a mau pulang, do’a
penutup majelis dan salam penutup dari guru.
c. Observasi Siklus I
Dari hasi observasi pada siklus I ini diperoleh data
kemampuan perilaku sabar anak melalui kegiatan kolase. Berikut
ini adalah data hasil observasi pada tindakan siklus I :
1) Hasil Observasi Siklus I Pertemuan Pertama
33
Tabel 7. Data Hasil Observasi Kemampuan Perilaku
Sabar Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Siklus I
Pertemuan Pertama
Indikator
Nama kriteria
No. Anak Tekun dalam Menyusun Menyelesaikan jumlah
menempelkan bahan tugas dengan skor
bahan kolase tuntas
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Bella 🗸 🗸 🗸 6 MB
2 Zafran 🗸 🗸 🗸 8 BSH
3 Kevin 🗸 🗸 🗸 3 BB
4 Syasya 🗸 🗸 🗸 4 BB
5 Queen 🗸 🗸 🗸 8 BSH
6 Najma 🗸 🗸 🗸 9 BSH
7 Cinta 🗸 🗸 🗸 5 MB
8 Bian 🗸 🗸 🗸 7 BSH
9 Riris 🗸 🗸 🗸 4 BB
10 Aurel 🗸 🗸 🗸 3 BB
11 Lutfi 🗸 🗸 🗸 5 MB
12 Sena 🗸 🗸 🗸 7 BSH
Jumlah 3 6 3 1 8 3 5 1 6
Persentase
25 50 25 8,33 66,66 25 41,66 8,33 50
(%)
34
BB 4 33,33%
Kelompok
MB 3 25%
B
BSH 5 41,66%
35
maksimal (3). Pada aspek menyusun bahan kolase terdapat 1
anak sekitar 8,33% yang memperoleh skor maksimal (3).
Sedangkan pada aspek menyelesaikan tugas dengan tuntas
terdapat 6 anak sekitar 50% yang memperoleh skor maksimal
(3). Dari hasil observasi tersebut di atas telah menunjukkan
bahwa kemampuan perilaku sabar anak
mengalami peningkatan yang signifikan dari
pertemuan sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I Pertemuan
Kedua Perilaku Sabar Anak
Siklus I Pertemuan 2
Kelompok Kriteria
Jumlah Persentase (%)
BB 2 16,66%
Kelompok
MB 3 25%
B
BSH 7 58,33%
36
Grafik Peningkatan Perilaku Sabar Anak
8
7
6
Jumlah Anak
5
4
3 Studi Awal
2 Siklus I
1
0
BB MB BSH
Kriteria
37
4) Anak membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
menyelesaikan kegiatan kolase, hal ini dikarenakan anak lebih
sering bercanda dan mengobrol dengan temannya.
Tindakan siklus I meskipun sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan, namun masih belum
memenuhi indicator dan masih terdapat hal-hal yang menjadi
kendala dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu diadakan
perbaikan terhadap hal-hal tersebut pada siklus II untuk mencapai
hasil yang lebih maksimal dalam meningkatkan kemampuan
perilaku sabar anak melalui kegiatan kolase.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu
pertemuan pertama pada hari Senin 24 Agustus 2020, pertemuan
kedua pada hari Rabu 26 Agustus 2020. Adapun kegiatan yang
dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II meliputi 4
tahap yakni: tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi
yang diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, peneliti melakukan
kegiatan antara lain merencanakan pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran kemampuan perilaku sabar anak melalui
kegiatan kolase disusun peneliti bersama dengan guru kelas yang
sekaligus sebagai kolaborator dan disetujui oleh kepala sekolah.
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu:
1) Menyusun RPPH sebagai acuan peneliti dan kolaborator
dalam melaksanakan penelitian.
2) Mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan kolase
berupa potongan kertas warna warni, lem dan pola gambar
sebagai media pembelajaran.
3) Menyusun instrument penilaian dan menyiapkan lembar
observasi yang akan digunakan dalam mengamati
kemampuan perilaku sabar anak dalam kegiatan kolase.
38
4) Menyiapkan kelengkapan peralatan berupa kamera untuk
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang akan
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari
Rabu, 21 Agustus 2021. Sebelum kegiatan pembelajaran
guru dan peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan kolase. Selanjutnya, guru
mempersilahkan anak memilih satu dari tiga kegiatan inti.
Setelah anak selesai baru kemudian berganti melakukan
kegiatan yang lain.
Saat kegiatan kolase pertemuan pertama siklus II, anak-
anak diberikan penjelasan tentang alat dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan kolase pada gambar donat. Guru
memberi contoh kepada anak cara mengambil lem sesuai
dengan kebutuhan dan tidak terlalu banyak. Guru
menunjukkan cara mengambil kepingan kertas dengan benar
dan menempelkannya pada pola gambar donat yang sudah
diberi lem dengan cara menjumput dengan tekun, menyusun
bahan kolase dengan rapi dan terisi penuh, serta memberikan
motivasi kepada anak agar menyelesaikan tugas dengan
tuntas. Selama kegiatan guru bersama peneliti mengamati
dan mendokumentasikan kegiatan.
Setelah kegiatan selesai, anak-anak dipersilahkan
mencuci dan mengelap tangan kemudian dilanjutkan
memilih kegiatan yang lain sampai saatnya istirahat. Pada
akhir kegiatan guru memberikan penghargaan berupa pujian
bagi anak-anak supaya lebih bersemangat mengikuti
kegiatan yang akan datang. Pujian yang diberikan berupa
ucapan hebat dan acungan jempol dan tak lupa membaca
do’a sebelum pulang dan salam penutup dari guru.
39
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Rabu,
26 Agustus 2020. Sebelum kegiatan pembelajaranguru dan
peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk kegiatan kolase. Selanjutnya guru mempersilahkan
anak memilih satu dari tiga kegiatan inti. Setelah anak
selesai baru kemudian berganti melakukan kegiatan yang
lain.
Saat kegiatan kolase pertemuan kedua siklus II, anak-
anak diberikan penjelasan cara melakukan kegiatan kolase
dengan pola gambar rumah. Guru menjelaskan bahan yang
akan digunakan yaitu lem, potongan kertas warna-warni dan
potongan daun pisang yang sudah kering. Anak mengambil
lem secukupnya dan memilih potongan kertas warna-warni
yang disukai anak untuk ditempel pada gambar rumah dan
menekannya supaya kertas tertempel dengan kuat. Setelah
itu merapikan alat dan bahan setelah dipakai. Selama
kegiatan guru bersama peneliti mengamati dan
mendokumentasikan kegiatan.
Setelah kegiatan selesai maka anak-anak dipersilahkan
mencuci dan mengelap tangan kemudian dilanjutkan dengan
mengerjakan majalah, mewarnai gambar majalah sampai
saatnya istirahat. Pada akhir kegiatan guru memberikan
penghargaan berupa pujian bagi ank-anak supaya lebih
bersemangat mengikuti kegiatan yang akan datang. Tak lupa
membaca do’a mau pulang, do’a penutup majelis dan salam
penutup dari guru.
c. Observasi Siklus II
Dari hasil observasi kemampuan perilaku sabar anak
melalui kegiatan kolase pada siklus II disajikan dan diuraikan
sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Siklus II Pertemuan Pertama
40
Tabel 11. Data Hasil Observasi Kemampuan Perilaku
Sabar Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Siklus II
Pertemuan Pertama
Indikator
Nama Kriteria
No. Anak Tekun dalam Menyusun Menyelesaikan jumlah
menempelkan bahan tugas dengan skor
bahan kolase tuntas
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Bella 🗸 🗸 🗸 7 BSH
2 Zafran 🗸 🗸 🗸 8 BSH
3 Kevin 🗸 🗸 🗸 5 MB
4 Syasya 🗸 🗸 🗸 7 BSH
5 Queen 🗸 🗸 🗸 9 BSH
6 Najma 🗸 🗸 🗸 9 BSH
7 Cinta 🗸 🗸 🗸 7 BSH
8 Bian 🗸 🗸 🗸 8 BSH
9 Riris 🗸 🗸 🗸 6 MB
10 Aurel 🗸 🗸 🗸 4 BB
11 Lutfi 🗸 🗸 🗸 7 BSH
12 Sena 🗸 🗸 🗸 8 BSH
Jumlah 6 5 1 2 9 1 8 3 1
Persentase
50 41,66 8,33 16,66 75 8,33 66,66 25 8,33
(%)
41
Siklus II Pertemuan 1
Kelompok Kriteria
Jumlah Persentase (%)
BB 1 8,33%
Kelompok
MB 2 16,66%
B
BSH 9 75%
42
terdapat 7 anak sekitar 58,33% yang memperoleh
skormaksimal (3). Pada aspek menyusun bahan kolase terdapat
5 anak sekitar 41,66% yang memperoleh skor maksimal (3).
Sedangkan pada aspek menyelesaikan tugas dengan tuntas
terdapat 9 anak sekitar 75% yang memperoleh skor maksimal
(3). Dari hasil observasi tersebut di atas telah menunjukkan
bahwa kemampuan perilaku sabar anak mengalami
peningkatan yang signifikan dari pertemuan sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus
II Pertemuan Kedua Perilaku Sabar Anak
Siklus II Pertemuan 2
Kelompok Kriteria
Jumlah Persentase (%)
BB 0 0%
Kelompok
MB 2 16,66%
B
BSH 10 85,33%
43
Pra siklus Siklus I Siklus II
Kelompok Kriteria Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Anak (%) Anak (%) Anak (%)
BB 6 50 2 16,66 0 0
Kelompok
MB 3 25 3 25 2 16,66
B
BSH 3 25 7 58,33 10 83,33
12
10
Jumlah Anak
8 10
6 7 Pra Siklus
4 6
Siklus I
2 3 3 2 3 Siklus II
2 0
0
BB MB BSH
Kriteria
44
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan kolase dengan
menggunakan potongan kertas dan daun kering memperoleh
hasil yang cukup memuaskan. Guru dan peneliti melakukan
evaluasi terhadap penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan, sehingga memperoleh hasil sebagai berikut:
1) Dengan memisahkan tempat duduk anak dengan teman
karibnya terbukti efektif dapat mempercepat proses kegiatan
kolase, kegiatan kolase lebih cepat selesai karena antara
anak satu dengan teman karibnya sudah dipisah
kelompoknya sehingga tidak mengobrol dan bercanda.
2) Dengan guru melakukan penjelasan secara mendetail dan
tidak tergesa-gesa mengenai cara mengelem pola gambar,
menyusun bahan kolase agar seluruh pola gambar terisi
penuh, dan menempelkan bahan kolase agar menempel
dengan sempurna, anak menjadi semakin paham dan dapat
menyelesaikan kegiatan kolase dengan hasil sesuai harapan.
3) Memberikan pujian kepada anak, anak menjadi lebihpercaya
diri.
4) Kemampuan perilaku sabar anak dapat meningkat melalui
kegiatan kolase.
5) Pada saat perbaikan dilakukan pada siklus II maka
kemampuan perilaku sabar anak mengalami peningkatan
atau telah mencapai tingkat keberhasilan yang telah
ditetapkan.
Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa hasil
presentase (%) peningkatan kemampuan perilaku sabar anak
dinyatakan berhasil dengan kriteria berkembang sesuai
harapan (BSH) yang telah mampu mencapai 83,33%,
sehingga peneliti menghentikan tindakan sampai pada siklus
II.
45
C. Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 2
siklusterdiri dari 4 kali pertemuan, menunjukkan adanya peningkatan
perilakusabar anak yang signifikan dari kondisi awal sebelum
diadakannya penelitian hingga penelitian tindakan kelas siklus II tahap
akhir dan mampu mencapai indikator peningkatan perilaku sabar anak
yaitu tekundalam menempelkan dan menyusun bahan kolase serta
menyelesaikan dengan tuntas. Pada kondisi awal menunjukkan bahwa
kemampuan perilaku sabar anak yang belum berkembang (BB)
mengalami penurunan dari 6 anak pada kondisi awal (pra siklus)
menjadi 2 anak pada siklus I dan pada siklus II anak dengan kriteria
belum berkembang(BB) sudah benar-benar tidak ada. Untuk kriteria
mulai berkembang (MB) pada kondisi awal terdapat 3 anak, pada siklus
I masih sama, dan pada siklus II mengalami penurunan menjadi 2 anak.
Peningkatan terjadi pada kriteria berkembang sesuai harapan (BSH)
yang pada kondisi awal terdapat 3 anak, pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 7 anak, dan pada siklus II meningkat menjadi 10
anak.
Pada sikus I mengalami peningkatan namun dalam proses kegiatan
masih terdapat kekurangan dan hambatan dan belum mencapai indikator
peningkatan perilaku sabar anak, sehingga peneliti melakukan tindakan
perbaikan pada siklus II untuk memaksimalkan hasil dan proses
kegiatan kolase. Pada siklus II guru memberikan penjelasan secara
mendetail, lebih perlahan dan tidak tergesa-gesa, menunjukkan tahap
demi tahap mengenai cara menyusun bahan kolase agar seluruh pola
gambar terisi penuh, dan menempelkan bahan kolase agar menempel
dengan sempurna dan tidak berceceran, sehingga anak menjadi semakin
paham, jelas, dan dapat meyelesaikan tugas dengan tuntas dengan hasil
sesuai harapan. Disamping itu guru juga memberikan contoh kolase
yang sudah jadi. Salah satu model pembelajaran anak usia dini yang
efektif adalah dengan memberikan contoh kepada anak sebab anak usia
dini cenderung meniru perbuatan
46
31
orang lain. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada anak
berupa pujian dan semangat sehingga anak menjadi lebih percaya diri
dalam menyelesaikan kegiatan dan lebih focus. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan anak dalam kegiatan kolase. Setelah
dilakukan perbaikan pada siklus II, maka presentase kemampuan
perilaku sabar anak meningkat dan hasil kolase lebih maksimal.
Keadaan yang telah dijelaskan diatas telah menunjukkan bahwa
melalui kegiatan kolase dapat meningkatkan kemampuan perilaku sabar
anak kelompok B RA AL FATA PAGADEN SUBANG.
31
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2005), h. 286
47
BAB V
PENUTU
A. Kesimpulan
C. Kata Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, hal tersebut semata-mata bukan kesengajaan namun
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan
hasil yang telah didapat.
Penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT
dan semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu dan memberi
motivasi. Semoga laporan PTK ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan bagi pembaca. Aamiin.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
KB-TK Assakinah Inklusi Wirosari)”, skripsi Fakultas Ushuluddin
Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
(2018) , 52
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini. Standar Isi Tentang Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak.
Putri, Amita Darmawan dkk, “Makna Sabar Bagi Terapis (Studi
Fenomenologis di Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang)”.
Jurnal Psikologi Islami, vol. 1 no. 1 (2015)
Ramdhania, Ammy & Triyuni. Assiikkk ... Bermain Sambil Berkreasi .
Yogyakarta: Pustaka Grhatama (Anggota Ikapi). 2012.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. 2009.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2010.
Sururiyah, Siti Umidatus, “ Studi Kasus Tentang Kesabaran Pada Penderita
Diabetes Mellitus Remaja Di Purwokerto”, Skripsi Universitas
Purwokerto (2017).
Suyadi & Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2013.
Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press.
2011.
Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana. 2011.
Yusuf, Umar, Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian), (Bandung:
Fakultas Psikologi Unisba, 2010).
51