DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Sc., Apt
Disusun oleh : Kelompok 9
Kelas : E P2K
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, tugas yang berjudul “Produksi Sediaan Salep Luka Bakar yang Baik”
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan tugas ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
tugas untuk mencapai gelar Profesi Apoteker Institut Sains dan Teknologi
Nasional. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dalam penyusunan sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas
ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Teti Indrawati,
M.Sc., Apt selaku dosen pengampu yang telah memberikan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tugas ini dapat diterima dan memberikan manfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
2.1 Luka Bakar ...................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Luka Bakar ..................................................................... 3
2.1.2 Patofisiologi.................................................................................. 3
2.1.3 Penyembuhan Luka Bakar ........................................................... 4
2.2 Sediaan Topical................................................................................ 4
2.2.1 Sediaan Salep ............................................................................... 5
2.2.2 Karakteristik Salep Yang Baik...................................................... 5
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan........................................................... 5
2.2.4 Persyaratan Salep ......................................................................... 6
2.2.5 Penggolongan Salep ..................................................................... 6
2.2.6 Basis Salep ................................................................................... 8
2.2.7 Dasar Salep Yang Baik ................................................................ 9
2.2.8 Macam-Macam Basis Salep.......................................................... 9
2.2.9 Peraturan Pembuatan Salep .......................................................... 10
2.2.10 Cara Pembuatan Salep ............................................................... 10
2.3 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)...................................... 11
2.4 Alur Kerja Sumber Daya Manusia (SDM)...................................... 17
2.5 Alur Pengadaan Bahan Baku........................................................... 19
2.6 Alur Barang...................................................................................... 20
2.7 Tata Letak Ruang Produksi ............................................................. 21
2.8 Praformulasi .................................................................................... 21
2.9 Formulasi Sediaan Salep ................................................................. 23
iii
2.9.1 Formula ........................................................................................ 23
2.9.2 Komponen Sediaan Salep ............................................................ 23
2.10 Alur Produksi Bahan Baku............................................................ 23
2.11 Alur Produksi Sediaan Salep......................................................... 26
2.12 Proses dan Evaluasi Sediaan.......................................................... 32
2.13Pengemasan dan Penyimpanan....................................................... 34
2.14Penandaan....................................................................................... 36
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................... 37
3.1Produksi Sediaan Obat Dengan Cara Yang Baik.............................. 37
3.2 Komponen Sediaan Dan Formulasi Sediaan Salep Luka Bakar...... 37
3.2.1 Formulasi Sediiaan Salep Ekstrak Daun Kelor............................. 23
3.2.2 Formulasi Sediiaan Salep Ekstrak Tumbuhan Sida Cordifolia..... 39
2.12 Formulasi Sediiaan Salep Ekstrak Daun Srikaya........................... 41
3.3 Alur Pengadaan Bahan Baku Dan Alur Barang............................... 44
3.4 Produksi sediaan yang baik terkait alur, proses produksi, evaluasi,
pengemasan, penyimpanan dan distribusi........................................ 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 47
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 47
4.2 Saran............................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 50
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui produksi sediaan obat dengan cara yang baik.
2. Untuk mengetahui komponen sediaan dan bagaimana rancangan
formulasi sediaan salep luka bakar.
3. Untuk mengetahui pengadaan barang dan alurnya.
4. Untuk mengetahui produksi sediaan yang baik ( alur , proses produksi ,
evaluasi , pengemasan, penyimpanan dan distribusi ).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Patofisiologi
Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi atau luka bakar
kimiawi. Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehingga air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipofalaemi
dan hemokonsentrasi (Effendy, 1999).
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpejan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.Sel
darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia (Syamsu dan
Jong, 1997).
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain : keluasan
luka bakar, kedalaman luka bakar, umur pasien, agen penyebab, fraktur atau luka
– luka lain yang menyertai, penyakit yang dialami terdahulu seperti : diabetes,
jantung, ginjal, dan lain – lain, obesitas, adanya trauma inhalasi (Effendy, 1999).
4
dicuci dengan air atau yang sukar dicuci dengan air, dan tergantung dari
permukaan tempat pengolesan (Ansel, 1989).
b. Salep hydrophilic, yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar
salep tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic, tetapi konsistensinya
lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol
dan petrolatum.
2. Adeps lanae
Adeps lanae merupakan lemak bulu domba,mengandung kolesterol yang
tinggi, kadar tinggi dalam bentuk ester dan alkohol sehingga dapat
mengabsorbsi air. Bila digunakan pada kulit dapat merupakan lapisan
penutup dan melunakkan kulit. Adeps lanae baunya kurang menyenangkan.
2. Metode triturasi
Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu,kemudian dilanjutkan dengan
penambahan sisa basis.
3. Salep yang dibuat dengan cara peleburan.
1. Manajemen mutu
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa
pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian
Mutu.
c. Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta
peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal
hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu).
d. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat
hendaklah memastikan bahwa:
1) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB;
2) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas
dan CPOB diterapkan;
12
pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang
serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah
tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.
Area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar
kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
Area penimbangan. Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan
terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat
menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
Area produksi. Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius
akibat terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained
harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi
produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah
mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan
telah dilakukan.
Area pengawasan mutu. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah
terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan
radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
15
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan
bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
17
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi,
Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia
secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
Apabila pesanan sudah datang maka akan diterima oleh pihak Quality
Control, yang dipimpin oleh seorang apoteker. Bahan yang baru datang akan
diperiksa meliputi, nama bahan, kesesuaian bahan yang dipesan dengan surat
pemesanan yang dikirimkan dan COA. Apabila pesanan sudah sesuai maka pihak
Gudang akan memberikan bukti bahwa pesanan sudah diterima. Pesanan yang
sudah di terima disimpan didalam gudang bahan baku untuk nantinya di cek
sesuai spesifikasi yang sudah tertera oleh QC, pada pengecekan bahan diberi label
warna kuning dan setelah pengecekan ini akan dihasilkan bahan dengan 2 label,
bahan dengan label warna merah adalah untuk bahan yang tidak dapat digunakan
dapat dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan, label berwarna hijau
yang artinya bahan lolos untuk dapat digunakan untuk produksi. Bahan yang
sudah lolos dapat masuk ke area penimbangan untuk dapat ditimbang sebanyak
bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat salep luka bakar, setelah ditimbang
masuk ke area pengolahan untuk dapat menghasilkan produk antara, produk antra
masuk ke area pengisian kedalam tube untuk dapat menghasilkan produk ½ jadi,
setelah itu dikemas dan menghasilkan produk jadi. Pihak QC akan melakukan
pengecekan untuk menjamin mutu produk oleh QA.
21
dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang
mana sebelumnya air ini telah melewati serangkaian proses pernyaringan.
Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot, tangki ini berfungsi untuk melebur
fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses pencampuran bahan dengan
menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer.Pada alat ini proses pencampuran
dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di
tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di
lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,
koefisien variasi, dan stabilitas salep jika dinyatatakan lulus maka produk tersebut
dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan salep operator
melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali, proses ini bertujuan untuk
memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan dari kemasan.
kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk ruahan
untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi
pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi
dan keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil
pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat
beberapa aspek, diantaranya :
1. Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah
system tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk
hampir tidak terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali
melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank
melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya
(misal botol dan tube) dan ditutup.
2. Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan
hendaklah tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup.
Hendaklah menggunakan jenis katup diafragma atau katup kupu-kupu
dan bukan katup bola.
3. Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan
minimal kualitas Air Murni (Purified Water). Parameter kimia dan
23
Pembuatan sediaan salep luka bakar yang baik harus memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik yang mencakup manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan
mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok, dokumentasi,
pembuatan analisis berdasarkan kontrak kualifikasi dan validasi.
Pada proses produksi sediaan salep luka bakar, alur proses produksi diawali
dengan menentukan formula yang tepat dalam proses produksi sediaan salep luka
bakar. Hal ini meliputi dalam penentuan bahan sediaan yang digunakan dalam
pembuatan sediaan salep luka bakar, sehingga sediaan salep luka bakar yang
diproduksi dapat digunakan secara aman dan efektif. Kemudian untuk bahan baku
pada proses pembuatannya yang dibeli dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa
terlebih dahulu oleh tim QC (biasanya dipimpin oleh apoteker) dengan mengambil
bahan di gudang penyimpanan, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC
meliputi pemeriksaan mutu dan pemerikasaan dilakukansecara laboratoris dari
sediaan tersebut yang sesuai dengan kriteria dari bahan tersebut sesuai dengan
CPOB, serta terbebas nya dari bahan-bahan yang berbahaya dan tidak layak pakai.
Dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku
tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik
atau tidak. Setiap bahanyang akan digunakan harus dipilih bahan yang aman dan
tidak berbahaya.. Proses produksi harus melakukan pengecekan kondisi ruangan,
peralatan, prosedur pengolahan, bahan dan hal lain yang diperlukan dalam proses
produksi.
25
1. In Process Control
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal
yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan
keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan
pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan
selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan
untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang
mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses
berjalan.
Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi.
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel,
frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi
yang harus diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.
Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi
tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau
pengemasan; dan
b. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan
dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya
dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.
Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama
proses produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan
pada tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim, misal :
a. Mixting Process : pH, homogenitas, kehalusan
b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan,termasuk pencetakan
expired date dan nomor bets.
28
1. Bahan awal
Pemeriksaan bahan awal dilakukan oleh bagian pemastian mutu
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan dan dikarantina, sampai diluluskan
untuk dipakai. Bahan awal yang tidak memenuhi syarat disimpan terpisah
untuk dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.
2. Validasi proses
Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tetap dan
dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan.
3. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat
merugikan kesehatan atau mempengaruhi daya terapeutik serta
mempengaruhi kualitas produk tidak dapat diterima.
6. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ditempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan dan
dicek dengan baik.
7. Pengelolaan
Pemeriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah
pengolahan, wadah dan peralatan harus mengikuti prosedur tertulis yang
telah ditetapkan.
30
8. Pengemasan
Produk ruahan menjadi obat jadi, yang dilaksanakan dengan
pengawasan yang tepat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas
barang yang sudah dikemas.
11. Karantina
Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi
diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.
13. Penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
Bahan tersebut disimpan rapi dan teratur untuk mencegah resiko
tercampur baur atau pencemaran sera memudahkan pemeriksaan dan
pemeliharaan.
Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai
spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar melalui tepi botol guna
menghindari kemungkinan terperangkapnya udara didalam botol.Mengemas salep
dalam botol perlu diperhatikan bahwa isi sedapat mungkin mendekati bagian atas
botol, tetapi tidak begitu tinggi sampai tutupnya kena salep apabila ditutup. Salep
yang dibuat dengan cara melebur dapat dituangkan langsung kedalam botol salep
untuk dibekukan dalam botol. Hal ini tentunya akan diperoleh hasil akhir yang
lebih bagus. Pembuatan salep dalam skala besar, pengisian sejumlah tertentu dan
salep masuk kedalam botol dengan tekanan.
Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dan bagian ujung
belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dan ujung tutup) dan tube yang
kemudian ditutup dengan segel. Salep yang dibuat dengan cara peleburan dapat
dituangkan langsung kedalam tube. Pada skala kecil seperti yang dibuat
berdasarkan resep dokter, pengisian dan tube salep oleh ahli farmasi di apotek,
dapat diisi dengan cara sebagai berikut:
1. Salep yang telah dibuat digulung diatas kertas perkamen menjadi bentuk
silinder, diameter sedikit lebih kecil dan tube supaya dapat diisikan
dengan panjang kertas yang lebih dari tube.
2. Tutup tube dilepas supaya udara keluar, silinder dan salep dengan kertas
dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang terbuka.
3. Potongan kertas yang melipat salep dipegang oleh salah satu tangan
sedang lainnya menekan dengan spatula yang berat kearah tutup tube
sampai tube tadi penuh dan sambil menarik perlahan – lahan kertas salep
tadi dilepaskan, ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang lebih ½
inci dari ujung bawah.
4. Bagian bawah yang disisakan, dilipat 2 x 1/8 inci dan dibuat dan ujung
bawah tube yang dipipihkan, ditekan/ dijepit dengan penyesalep luka
bakar tepat diatas lipatan untuk menyakini bahwa sudah betul – betul
tertutup. Penjepit dapat digunakan dari tang tangan atau dengan mesin
lipat yang dijalankan dengan tangan atau kaki.
34
2.12 Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan
tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot
atau bets yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat
memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh
proses pengolahan,pengisian, pengemasan, dan penandaan, cara penyimpanan dan
tanggal kadualarsa. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga
sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan
secara visual dan penandaan pada etiket harus tertera “ obat luar”.
35
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Produksi Sediaan Salep Luka Bakar Dengan Cara yang Baik
Alur kerja personila dalam proses produksi sediaan salep dimulai dari
manufacturing dengan proses formulasi di bagian RnD kemudian, melihat
permintaan marketing dan stock oleh bagian QA, lalu setelah melihat permintaan
marketing dan stock oleh bagian QA, dilakukan proses rencana produksi dan
control persediaan oleh QC untuk dilakukan pembelian bahan baku oleh PPIC
dalam proses control QC. Pesanan yang dibeli datang kemudian masuk dalam
penyimpanan ruang bahan baku, bagian QC menerima dan dilakukan karantina
oleh bagian produksi, karantina dilakukan untuk pemeriksaan secara umum,
keutuhan wadah dan segelnya, adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan
pengiriman dengan label pemasok. Setelah selesai dikarantina dan diseleksi maka
bahan baku ditimbang untuk pencampuran, setelah dilakukan karantina oleh QC
dan bagian produksi, kemudian dilakukan pengemasan oleh bagian packaging
yang selanjutnya di masukkan ke dalam penyimpanan produk jadi dan dikarantina
kembali oleh QC sehingga produk siap diedarkan setelah diverifikasi oleh QA
terkait jaminan mutu obatnya.
kuning kuning,
berbentuk
setengah padat
Adeps Lanae - 12,5 2,3 Berwarna
kuning,
berbentuk
setengah padat
Vaselin 12,5 32,5 Berwarna putih,
Album berbentuk
setengah padat
Pengawet Metil paraben 0,12 - - Berwarna Putih,
Berbentuk
serbuk halus
Emulgator Cetil Alkohol - - 2
Pelembut Lanolin 45 - - Berwarna
kuning,
berbentuk
setengah padat
Pelarut Paraffin Cair - - qs
Metode Triturasi Peleburan Pelelehan
3.2.2 Evaluasi
Formula 1 :
1. Organoleptik : Warna hijau tua dengan bentuk kental serta memiliki bau
khas
2. Daya sebar : 8,38 (cm2)
3. Daya lekat : 3600 (detik)
4. pH : 5,70
Formula 2 :
1. Organoleptik : Warna hijau kehitaman bau khas bentuk setengah padat
2. Homogenitas : Tidak homogen
3. pH :5
4. Daya sebar : 4 (cm2)
Formula 3 :
1. Organoleptiik : Warna hijau tua, tekstur kental, bau khas
2. Homogenitas : Homogen
3. Konsistensi : Bersifat konsisten
Apabila pesanan sudah datang maka akan diterima oleh pihak Quality
Control, yang dipimpin oleh seorang apoteker. Bahan yang baru datang akan
diperiksa meliputi, nama bahan, kesesuaian bahan yang dipesan dengan surat
pemesanan yang dikirimkan dan COA. Apabila pesanan sudah sesuai maka pihak
Gudang akan memberikan bukti bahwa pesanan sudah diterima. Pesanan yang
sudah di terima disimpan didalam gudang bahan baku untuk nantinya di cek
sesuai spesifikasi yang sudah tertera oleh QC, pada pengecekan bahan diberi label
warna kuning dan setelah pengecekan ini akan dihasilkan bahan dengan 2 label,
bahan dengan label warna merah adalah untuk bahan yang tidak dapat digunakan
dapat dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan, label berwarna hijau
yang artinya bahan lolos untuk dapat digunakan untuk produksi. Bahan yang
sudah lolos dapat masuk ke area penimbangan untuk dapat ditimbang sebanyak
bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat salep luka bakar, setelah ditimbang
masuk ke area pengolahan untuk dapat menghasilkan produk antara, produk antra
masuk ke area pengisian kedalam tube untuk dapat menghasilkan produk ½ jadi,
setelah itu dikemas dan menghasilkan produk jadi. Pihak QC akan melakukan
pengecekan untuk menjamin mutu produk oleh QA.
40
3.4 Produksi Sediaan yang Baik Terkait Alur, Proses Produksi, Evaluasi,
Pengemasan, Penyimpanan dan Distribusi
B. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sediaan salep dilakukan untuk melihat perpaduan bahan-
bahan (basis dan zat aktif) sehingga menjadi bentuk salep yang homogen. Jika
terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi proses penggumpalan
sehingga mengakibatkan bentuk sediaan yang memiliki partikel lebih besar dari
sediaan.
C. Uji Pengukuran PH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dari salep dalam
mengiritasi kulit. Kulit normal berkisar antara pH 4,5-6,5. Nilai pH yang
melampaui 7 dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi kulit.
E. Uji konsistensi
Uji konsistensi merupakan suatu cara untuk menentukan sifat berulang,
seperti sifat lunak dari setiap jenis salep. Melalui sebuah angka ukur untuk
memperoleh konsistensi dapat digunakan alat metode penetrometer.
3.4.3 Pengemasan
Sediaan setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan
penyimpanan yang sesuai dan pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya, uap air
(lembab) dan panas serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara preparat
dengan wadah. Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol
dapat dibuat dan gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram
dan porselin putih. Botol plastik juga dapat digunakan. Wadah dan gelas buram
dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung obat yang peka terhadap
cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi
tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan digunakan untuk
dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga atau hidung. Tube dan salep untuk
pemakaian pada mata kebanyakan dikemas dalam kaleng atau plastik kecil dan
dapat dilipat yang dapat menampung sekitar 1 sampai 5 gram salep. Tube salep
untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30 gram. Botol untuk
salep juga berbeda – beda mulai dari ukuran terkecil ½ ounce sampai 1 pound atau
lebih.
44
3.4.4 Penyimpanan
Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai
spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar melalui tepi botol guna
salep dalam botol perlu diperhatikan bahwa isi sedapat mungkin mendekati bagian
atas botol, tetapi tidak begitu tinggi sampai tutupnya kena salep apabila ditutup.
Salep yang dibuat dengan cara melebur dapat dituangkan langsung kedalam botol
salep untuk dibekukan dalam botol. Hal ini tentunya akan diperoleh hasil akhir
yang lebih bagus. Pembuatan salep dalam skala besar, pengisian sejumlah tertentu
dan salep masuk kedalam botol dengan tekanan. Tube umumnya diisi dengan
bertekanan alat pengisi dan bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yang
berlawanan dan ujung tutup) dan tube yang kemudian ditutup dengan segel. Salep
yang dibuat dengan cara peleburan dapat dituangkan langsung kedalam tube.
3.4.5 Distribusi
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal
dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai
1. Bahan dan obat hendaklah diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga
tidak merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga.
2. Perhatian khusus hendaklah diberikan bila menggunakan es kering dalam
rangkaian sistem pendinginan. Di samping itu, tindakan pengamanan
hendaklah memastikan agar bahan atau produk tidak bersentuhan langsung
dengan es kering tersebut, karena dapat berdampak buruk terhadap mutu
produk, misalnya terjadi pembekuan.
3. Bilamana perlu, dianjurkan penggunaan alat untuk memantau kondisi,
misalnya suhu, selama pengangkutan. Hasil pemantauan tersebut hendaklah
dicatat untuk pengkajian.
4. Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat hendaklah dilaksanakan
hanya setelah ada order pengiriman. Tanda terima order pengiriman dan
pengangkutan bahan hendaklah didokumentasikan.
5. Prosedur pengiriman hendaklah dibuat dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan
pencegahan khusus yang mungkin diperlukan.
6. Wadah luar yang akan dikirim hendaklah memberikan perlindungan yang
cukup terhadap seluruh pengaruh luar serta diberi label yang jelas dan tidak
terhapuskan.
7. Catatan pengiriman hendaklah disimpan, yang menyatakan minimal:
a) Tanggal pengiriman
b) Nama dan alamat pelanggan
c) Uraian tentang produk, misalnya nama, bentuk dan kekuatan sediaan (bila
perlu), nomor bets dan jumlah; dan kondisi pengangkutan dan
penyimpanan.
46
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari produksi sediaan salep luka bakar dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada proses produksi sediaan salep luka bakar, alur proses produksi
diawali dengan menentukan formula yang tepat dalam proses produksi
sediaan salep luka bakar oleh tim RnD. Kemudian untuk bahan baku
pada proses pembuatannya yang dibeli dari supplayer, setiap bahan
baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (biasanya dipimpin oleh
apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan,
pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC. Proses produksi harus
melakukan pengecekan kondisi ruangan, peralatan, prosedur
pengolahan, bahan dan hal lain yang diperlukan dalam proses produksi.
Kemudian dilakukan penimbangan, pencampuran, dan Evaluasi lalu
hasil dari proses tersebut di dokumentasi, fungsi dari dokumentasi ini
adalah untuk sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi,
label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan laporan serta
jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan produk analisis berdasarkan kontrak kualifikasi dan validasi
yang dipimpin oleh Apoteker yang berbeda. Tahap akhir apoteker
departemen QA akan memastikan quality (kualitas), efficacy
(efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di buat oleh
bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada CPOB.
2. Komponen sediaan salep luka bakar meliputi bahan aktif, basis salep,
pengawet, pelarut, emulgator dan pelembut. Bahan aktif dalam
formulasi sediaan salep luka bakar ekstrak etanol daun senggani,
ekstrak daun soyogik dan ekstrak daun kelor. Basis salep luka bakar
vaseline kuning, adeps lanae dan vaselin album. Pengawet salep luka
47
bakar metil paraben. Emulgator salep luka bakar cetil alkohol. Pelarut
salep luka bakar paraffin cair dan pelembut lanolin.
3. Pengadaan bahan baku dilakukan oleh bagian PPIC yang dikepalai oleh
Apoteker. Bahan baku yang baru datang dikarantina didalam gudang
bahan baku, bahan baku diterima, bagian QC melakukan pemeriksaan.
Kemudian permintaan produk dilakukan serah terima dari gudang
kepada petugas produksi, lalu hasil produk dikarantina dan di
didstribusikan.
4.2 Saran
1. Pada formulasi selanjutnya disarankan untuk melakukan perbaikan
formula dengan penambahan adeps lanae untuk memperbaiki kepadatan
salep.
2. Kepadatan salep perlu diperbaiki dengan cara pengadukan secara terus
menerus sehingga daya sebar salep dapat ditingkatkan.
3. Sebaiknya dilakukan evaluasi Sediaan salep luka bakar dengan
menggunakan metode pelepasan obat dari basis yang dapat dilakukan
dengan metode in-vitro dan metode in-vivo
49
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997, Formula Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, 80-
83,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, M., 2005, Farmasetika, 29-30, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
BPOM RI.2012.Cara Pembuatan Obat yang Baik.Jakarta,Badan POM RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia
Dea Puteri Utami Tumigolung. EFEKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA
BAKAR SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN SOYOGIK (Sauraia
Bracteosa DC) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(Rattus Norvegicus). Jurnal Pharmacon. Vol 8. No. 2. 2019
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi.
Bandung : Citra Aditya Bakti
Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft
Tissue Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA
Kibbe, A.H., (1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The
Pharmaceutical Press, London.
Lachman, L.., Lieberman H. A., Kanig, J. L.., 1994., Teori dan Praktek
Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi III, Universitas
Indonesia, Jakarta, 760-779.
Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition,
Pharmacy Press.
Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technologi Fundamental
Pharmaceutics, Burgess Publishing Co, USA
50