*asosukarso@unsil.ac.id
ABSTRACT
This study aims to determine the backward linkages and forward linkages between key sectors in
Tasikmalaya Regency. The data used is the Table of Input Output (BPS) of Tasikmalaya Regency in 2012.
The data analysis in this study uses standard deviation processed by Excel. This study uses several
approaches, namely: backward linkage and direct backward spreads; direct and indirect total backward
linkage; direct, indirect, and induced total backward linkage; forward linkage and direct forward spreads;
direct and indirect total forward linkages; direct, indirect, and induced total forward linkages. Based on
the results of the study, it was found that sector 3 (processing industry) is a key sector that is directly,
indirectly, and affected, this sector asks for inputs in other sectors equally. Meanwhile, sector 6 (trade,
hotels and restaurants) is a key sector because directly, indirectly, and affected, this sector demands output
in other sectors equally.
Keywords: Backward Linkages, Forward Linkages.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan antar
sektor kunci di Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan adalah tabel Input Output (BPS) Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2012. Analisis data pada penelitian ini menggunakan standar deviasi yang diolah
dengan Excel. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: keterkaitan ke belakang dan
penyebaran ke belakang langsung; keterkaitan ke belakang total langsung dan tidak langsung; keterkaitan
ke belakang total langsung, tidak langsung, dan terimbas; keterkaitan ke depan dan penyebaran ke depan
langsung; keterkaitan ke depan total langsung dan tidak langsung; keterkaitan ke depan total langsung, tidak
langsung, dan terimbas. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sektor 3 (industri pengolahan)
adalah sektor kunci karena secara langsung, tidak langsung, dan terimbas, sektor ini meminta input atau
faktor produksi pada sektor-sektor lain secara merata. Adapun sektor 6 (perdagangan, hotel dan restoran)
adalah sektor kunci oleh karena secara langsung, tidak langsung, dan terimbas, sektor ini meminta output
atau hasil produksi pada sektor-sektor lain secara merata.
Kata Kunci: Keterkaitan ke Belakang, Keterkaitan ke Depan.
[148]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
pertumbuhan sektor industri yang pesat akan Dengan adanya permasalahan tersebut,
merangsang pertumbuhan sektor pertanian penulis tertarik melakukan penelitian dalam
untuk menyediakan bahan bahan baku bagi rangka pendekatan permasalahan secara
suatu industri. Adanya industri ilmiah. Untuk mewujudkan hal tersebut,
memungkinkan berkembangnya sektor jasa. penulis mengangkat masalah ini menjadi suatu
Menurut Hirschman (1958), pertumbuhan penelitian dengan judul Analisis Keterkaitan
yang cepat dari satu atau beberapa industri Antar Sektor Kunci Berdasarkan Data Input
mendorong perluasan industri-industri Output Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012.
lainnya yang terkait dengan sektor industri A. Rumusan Masalah
yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor
produksi tercipta mekanisme pendorong Guna menganalisis keterkaitan antar sektor
pembangunan (inducement mechanisme) dan sektor kunci, disusun enam rumusan
sebagai akibat dari adanya hubungan antar masalah dalam penelitian ini.
berbagai industri dalam menyediakan barang- 1. Keterkaitan Ke Belakang dan Penyebaran
barang yang digunakan sebagai bahan mentah Ke Belakang Langsung
bagi industri lainnya. Mekanisme tersebut 2. Keterkaitan ke Belakang Total: Langsung
dibedakan menjadi dua macam yaitu dan Tidak Langsung
pengaruh keterkaitan ke belakang (backward 3. Keterkaitan ke Belakang Total: Langsung,
linkage effect) dan pengaruh keterkaitan ke Tidak Langsung, dan Terimbas
depan (forward linkage effect). Pengaruh 4. Keterkaitan Ke Depan dan Penyebaran Ke
keterkaitan ke belakang maksudnya tingkat Depan Langsung
rangsangan yang diciptakan oleh 5. Keterkaitan Ke Depan Total: Langsung
pembangunan suatu industri terhadap dan Tidak Langsung
perkembangan industri lainnya sedangkan 6. Keterkaitan Ke Depan Total: Langsung,
pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat Tidak Langsung, dan Terimbas
rangsangan yang dihasilkan oleh industri yang B. Tinjauan Pustaka
pertama bagi input mereka (Arsyad, 1999).
Peneliti mengangkat berbagai penelitian
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
yang telah dilakukan oleh peneliti lain dengan
Tasikmalaya tahun 2012 yang ditunjukkan
permasalahan seirama, yang mana hasil
oleh laju pertumbuhan produk domestik
penelitian tersebut merupakan dasar dari
regional bruto (PDRB) atas dasar harga
kerangka pemikiran penulis dalam penelitian
konstan 2010 yaitu 4,02 persen. Pertumbuhan
ini, yang dipaparkan sebagai berikut:
ekonomi Kabupaten Tasikmalaya tersebut
Penelitian dari Wawan Hermawan (2006)
disumbangkan oleh berbagai sektor, antara
yang berjudul Analisis Input Output Provinsi
lain pertanian sebesar 34,37 persen,
Jawa Barat tahun 2000 menganalisis dan
pertambangan dan pengggalian 0,40 persen,
mengeksplorasi struktur sektor industri di
Industri Pengolahan 18,53 persen, pengadaan
Provinsi Jawa Barat. Alat untuk membuat
listrik dan gas, dan air bersih 1,18 persen,
gambaran sektor industri di Provinsi Jawa
pengadaan air, pengolahaan, bangunan
Barat adalah model input-output dengan
sebesar 6,20 persen, perdagangan, hotel dan
keterkaitan ke belakang dan ke depan. Data
restoran sebesar 21,20 persen, pengangkutan
yang digunakan dalam penelitian tersebut
dan komunikasi sebesar 5,40 persen,
adalah tabel input-output Jawa Barat tahun
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
2000. Hal penting dalam penelitian ini adalah
sebesar 3,18 persen, jasa-jasa sebesar 9,52
keterkaitan tertinggi (mundur atau maju) pada
persen. Untuk melihat lebih lanjut apakah
industri makanan, tekstil, dan lain lain.
benar atau tidak bahwa sektor pertanian,
Penelitian Iswin Raka Agung Wijaya,
sektor perdagangan hotel dan restoran, dan
Masyhuri, Irham, Slamet Hartono, (Juni 2014),
sektor industri pengolahan sebagai sektor
yang berjudul Analisis Input Output
kunci dalam memicu pertumbuhan ekonomi
Pengolahan Tembakau di Provinsi Jawa
di Kabupaten Tasikmalaya, penelitian ini
Timur bertujuan untuk mengetahui
menggunakan data Input-Output.
kecenderungan pertumbuhan agroindustri
[150]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
tembakau dan tembakau di Provinsi Jawa menyarankan kepada pemerintah untuk lebih
Timur, mengetahui keterkaitan ke belakang mengutamakan sektor industri yang menjadi
dan ke depan sektor agroindustri tembakau ke sektor kunci di Jawa Tengah pada tahun 2000
sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Jawa dan 2004.
Timur, serta mengetahui dampak ekonomi Selanjutnya, penelitian dari Eldo Malba
yang disebabkan oleh sektor agroindustri dan Iqbal M. Taher (2016) dengan judul
tembakau. Berdasarkan pada multiplier effect Analisis Input Output Atas Dampak sektor
output, pendapatan, dan tenaga kerja di Pariwisata Terhadap Perekonomian Maluku.
Kabupaten Jawa Timur, penelitian ini Sebagai provinsi bahari, Maluku memiliki
menggunakan tabel input-output domestik potensi pariwisata yang beragam. Potensi ini
berdasarkan harga produsen di Jawa Timur dapat diberdayakan bagi pengembangan
pada tahun 2010, data sekunder tentang luas perekonomian Provinsi Maluku yang selama
lahan, produksi, dan produktivitas tembakau ini masih masuk dalam kategori daerah
sekitar tahun 2000-2011, juga jumlah output tertinggal. Menggunakan analisis input-
industri, tenaga kerja, dan tembakau di output, studi ini bertujuan untuk meneliti
Kabupaten Jawa Timur sekitar tahun 2000- seberapa besar pengaruh investasi pada
2011. Hasil penelitian tersebut menunjukkan industri pariwisata dan sektor pendukungnya
bahwa luas lahan tembakau menurun, namun terhadap perekonomian Provinsi Maluku.
jumlah nilai industri, tenaga kerja, dan Analisis dilakukan untuk melihat efek
industri tembakau semakin meningkat. pengganda, dampak terhadap output dan upah
Keterkaitan ke belakang untuk sektor rokok secara keseluruhan, dan sentralitas sektor
rendah sedangkan sektor pengolahan pariwisata dalam perekonomian Provinsi
tembakau tinggi. Keterkaitan ke depan untuk Maluku. Hasil studi menunjukkan bahwa
kedua sektor rendah. Sektor rokok termasuk investasi pada sektor-sektor ini memiliki
sektor output dan pendapatan dengan dampak dampak yang dapat diperhitungkan bagi
rendah, namun memiliki dampak buruh yang perekonomian Provinsi Maluku.
tinggi. Sektor pengolahan tembakau termasuk Terakhir, penelitian Hani Perwitasari dan
sektor output dan pendapatan dengan dampak Pinjung Nawang Sari (2013) berjudul Analisis
tinggi, namun memiliki dampak buruh yang Input Output Komoditas Kelapa Sawit.
rendah. Penelitian tersebut diarahkan untuk
Penelitian dari Didit Purnomo dan Devi menentukan keterkaitan ke belakang,
Istiqomah (2008) dengan judul Analisis keterkaitan ke depan, output, pendapatan,
Peranan Sektor Industri terhadap lapangan kerja, dan multiplier effect multiplier
Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2000 dan oil kelapa sawit di Indonesia. Data yang
Tahun 2004 (Analisis Input Output) bertujuan digunakan dalam penelitian ini adalah tabel
untuk menganalisis peran sektor industri input-output Indonesia pada tahun 1975, 1980,
terhadap sektor ekonomi lainnya di Jawa 1985, 1990, 1995, 2000, 2003, 2005, dan 2008
Tengah dan peran ekonomi Jawa Tengah. dengan 66 klasifikasi sektor yang diterbitkan
Metode penelitian yang digunakan adalah oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan
analisis model input-output (analisis I-O), analisis input-output. Berdasarkan hasil survei
disertai analisis peran sektor produksi dan tersebut terungkap bahwa baik keterkaitan ke
output pencipta ekonomi Jawa Tengah, belakang dan ke depan komoditas kelapa
analisis indeks keterkaitan ke belakang dan ke sawit masih di bawah rata-rata semua sektor
depan, dan analisis sektor utama. Data yang ekonomi di Indonesia. Efek multiplier
digunakan adalah tabel I-O Jawa Tengah komoditi hasil minyak sawit di atas rata-rata
tahun 2000 dan tahun 2004 dengan klasifikasi semua sektor ekonomi namun multiplier effect
19 sektor yang diperoleh dari BPS Jawa pendapatan, lapangan kerja dan nilai tambah
Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelapa sawit masih di bawah rata-rata semua
peran sektor industri terlihat cukup dominan sektor ekonomi di Indonesia.
di perekonomian Jawa Tengah pada tahun
2000 dan 2004. Dari hasil tersebut, penulis
[151]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
[152]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
1 1 1
( ∑ ) ( ∑ ) ( ∑ )
𝑛 𝑗 𝑏𝑖𝑗 𝑛 𝑗(𝑏𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 𝑗 (𝑏𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Total terbuka 1 1 1
( 2 ) ( 2 ) ( 2 )
𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 𝑏𝑖𝑗 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 (𝑏𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗(𝑏𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
1 1 1
( ∑ ∗ ) ( ∑ ∗ ) ( ∑ ∗ )
𝑛 𝑗 𝑏 𝑖𝑗 𝑛 𝑗(𝑏 𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 𝑗 (𝑏 𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Total tertutup 1 1 1
( 2 ) ( 2 ) ( 2 )
𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 (𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗(𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Ke Belakang
1 1 1
( ∑ ) ( ∑ ) ( ∑ )
𝑛 𝑗 𝑎𝑖𝑗 𝑛 𝑗(𝑎𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 𝑗 (𝑎𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Langsung 1 1 1
( 2 ) ( 2 ) ( 2 )
𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 𝑎𝑖𝑗 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 (𝑎𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗(𝑎𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
1 1 1
( ∑ ) ( ∑ ) ( ∑ )
𝑛 𝑗 𝑏𝑖𝑗 𝑛 𝑗(𝑏𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 𝑗 (𝑏𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Total terbuka 1 1 1
( 2 ) ( 2 ) ( 2 )
𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 𝑏𝑖𝑗 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 (𝑏𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗(𝑏𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
1 1 1
( ∑ ∗ ) ( ∑ ∗ ) ( ∑ ∗ )
𝑛 𝑗 𝑏 𝑖𝑗 𝑛 𝑗(𝑏 𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 𝑗 (𝑏 𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Total tertutup 1 1 1
( 2 ) ( 2 ) ( 2 )
𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗 (𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑝𝑖 ) 𝑛 ∑𝑖 ∑𝑗(𝑏 ∗ 𝑖𝑗 𝑡𝑖 )
Catatan: n adalah jumlah sektor dalam perekonomian, pi koefisien pendapatan rumah tangga; ti adalah koefisien tenaga kerja;
aij adalah koefisien input langsung ; b*ij adalah koefisien matriks kebalikan terbuka ; dan b*ij adalah koefisien matriks
kebalikan tertutup.
C. Kaitan Ke Belakang Langsung mencerminkan keragaman pengaruh ganda
Analisis keterkaitan ke belakang dapat antar sektor (Deman, 1991). Untuk itu, indeks
dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) keterkaitan penyebaran perlu dihitung guna mengetahui
ke belakang langsung (direct backward keragaman ketergantungan antar sektor.
linkages), (2) keterkaitan ke belakang Indeks penyebaran yang tinggi pada sektor i
langsung dan tidak langsung (direct and berarti sektor i hanya tergantung pada satu
indirect backward linkages), dan (3) atau beberapa sektor saja. Sedangkan bila
keterkaitan langsung, tidak langsung dan indeks penyebaran sektor i rendah, ini
terimbas (direct, indirect and induced menggambarkan bahwa sektor i tergantung
backward linkages), yang masing-masing secara merata terhadap seluruh sektor dalam
dapat dibedakan menurut output, pendapatan perekonomian. Deman (1991) dan Mujeri dan
dan kesempatan kerja ataupun parameter Alauddin (1994) menyarankan bahwa dalam
ekonomi lainnya seperti nilai tambah, pajak, menentukan sektor andalan, selain tingginya
keuntungan usaha, dan impor. indeks keterkaitan juga harus diikuti dengan
Mengukur indeks keterkaitan saja rendahnya indeks penyebaran. Indeks
dianggap tidak cukup karena belum
[153]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
total yang tinggi dan sektor tersebut III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mempunyai indeks penyebaran ke depan
A. Kaitan Ke Belakang dan Penyebaran
total yang rendah.
Ke Belakang Langsung
6. Kaitan ke Depan Langsung, Tidak
Tabel 2 menyajikan indeks keterkaitan
Langsung dan Terimbas. Indeks kaitan
langsung ke belakang dan indeks penyebaran
ke depan total dan indeks penyebaran ke
langsung ke belakang untuk output. Pada
depan total dimana bukan hanya kaitan
Tabel 2, sektor 3 (industri pengolahan),
langsung dan tidak langsung yang sudah
merupakan sektor andalan atau sektor kunci,
diperhitungkan, tetapi juga sudah
oleh karena sektor ini mempunyai indeks
mempertimbangkan kaitan yang terimbas.
keterkaitan ke belakang yang tinggi dan
Untuk menganalisis mempunyai indeks
indeks penyebaran ke belakang yang rendah
keterkaitan ke depan total yang tinggi dan
sektor tersebut mempunyai indeks
penyebaran ke depan total yang rendah.
Tabel 2. Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Indeks Penyebaran Langsung ke Belakang
[155]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
[156]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
[157]
Aso Sukarso, dkk. / WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 2, Nomor 2, November 2021 / Halaman 148-158
[158]