Anda di halaman 1dari 12

DIGITALISASI DAN BISNIS E-COMMERCE DI MASA PANDEMI

Pandemi global Covid-19 yang mewabah disemua negara dunia telah

banyak mempengaruhi semua sektor kehidupan masyarakat. Di Indonesia,

hampir semua sektor mengalami dampak terutama ekosistem ekonomi yang

selama ini telah menjadi tumpuan masyarakat. Lebih lanjut, pandemi Covid-19

telah membuat terjadinya perlambatan sektor ekonomi di Indonesia dengan

berbagai turunannya. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang merupakan

bagian terpenting dari sektor ekonomi sangat merasakan dampaknya. Perlu

diketahui bahwa UMKM di Indonesia telah menjadi pilar terpenting bagi

ekosistem ekonomi. Apalagi diketahui bahwa 99% pelaku usaha di Indonesia

adalah sektor UMKM. Peran UMKM ini telah berkontribusi 60% terhadap

produk domestik bruto nasional dan 97% terhadap penyerapan tenaga kerja

yang terdampak pandemi. Sedangkan dari UMKM yang ada saat ini ternyata

baru 16 persen yang telah masuk dalam ekosistem ekonomi digital. Dalam

konteks Indonesia, sektor UMKM merupakan salah satu pilar utama dari

fundamental ekonomi Indonesia. Bahkan, di saat terjadinya krisis ekonomi

1998, ternyata sektor UMKM sangat berkontribusi positif dalam

menyelamatkan ekosistem ekonomi Indonesia kala itu. Hal yang sama juga

terjadi selama pandemi Covid-19, yang mana sektor UMKM dapat berpotensi

besar untuk menjadi akselerator pemulihan ekonomi nasional.

1
Pandemi Covid-19 telah membuat Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

mengalami stagnan hingga ada yang harus menutup gerainya. Hal itu

disebabkan, perubahan kebiasaan baru dengan penerapan protokol kesehatan

yang berdampak pada menurunya daya beli masyarakat. Inilah yang

dikhawatirkan oleh semua pihak, karena telah membuat sektor UMKM

mengalami kemunduran yang signifikan.

Harus diakui bahwa pandemi Covid-19 telah membuat menurunya daya beli

masyarakat. Dikarenakan publik telah mengurangi interaksi diluar ruangan

untuk menekan persebaran pandemi. Dengan demikian, banyak konsumen yang

kemudian menjaga jarak dan mengalihkan pembelian secara digital. Dampaknya

banyak UMKM yang harus menutup usahanya karena menurunya pembelian

dan masih tergantung pada penjualan secara luar jaringan (offline).

Apalagi saat ini banyak UMKM yang mengalami berbagai permasalahan seperti

penurunan penjualan, permodalan, distribusi terhambat, kesulitan bahan baku,

produksi menurun dan terjadinya banyak pemutusan hubungan kerja untuk

pekerja dan buru yang kemudian menjadi ancaman bagi perekonomian nasional.

UMKM sebagai penggerak ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja tengah

menghadapi penurunan produktivitas yang berakibat pada penurunan profit

secara signifikan. Bahkan berdasarkan survei Asian Development Bank (ADB)

terkait dampak pandemi terhadap UMKM di Indonesia, 88% usaha mikro

kehabisan kas atau tabungan, dan lebih dari 60% usaha mikro kecil ini sudah

mengurangi tenaga kerjanya.

2
Meski begitu pandemi Covid-19 secara tidak langsung telah mendorong

perubahan baru dalam langgam bisnis Indonesia.

Dalam konteks ekonomi Indonesia, pandemi Covid 19 akhirnya dapat

mendorong terciptanya ekosistem baru yaitu kewirausahaan digital. Dengan

kata lain, ekosistem ini telah mendorong para pelaku UMKM untuk mulai

bertransformasi ke ranah digital.

Dalam hal ini peran teknologi digital memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap unit bisnis baru yang dibuat. Paradigma teknologi yang muncul

memanfaatkan potensi kolaborasi dan kecerdasan kolektif untuk merancang dan

meluncurkan inisitiaf kewirausahan yang lebih kuat serta berkelanjutan. Meski

begitu ada empat dimensi yang terkait dengan kewirausahaan digital yaitu aktor

digital (siapa), aktivitas digital (apa), motivasi digital (mengapa) dan organisasi

digital (bagaimana) (Elia, et al, 2020).

Akan tetapi menurut catatan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini terdapat

10,25 juta pelaku UMKM yang telah terhubung dengan platform digital.

Dengan kata lain sudah ada 16 persen atau sekitar 10,25 pelaku UMKM yang

terhubung ke ekosistem digital.

Sedangkan menurut Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten

Masduki potensi ekonomi digital Indonesia bisa mencapai angka Rp 1.800

triliun pada tahun 2025 mendatang (Kumparan.com, 2020). Oleh karena itu,

3
sudah saatnya pelaku UMKM segera mengadopsi penggunaan digital dalam

pengembangan unit usahanya . Dengan begitu potensi pasar yang besar ini tidak

diambil oleh produk-produk luar. Untuk itu ada tiga hal yang perlu diperhatikan

oleh pelaku UMKM ketika ingin masuk ke ranah digital yaitu; kualitas

produksi, kapasitas produksi, dan literasi digital. Ketiga hal ini harus di pertegas

oleh pelaku UMKM agar unit usaha yang dibuka di ranah digital bukan hanya

sekadar sebagai pelengkap, akan tetapi bisa diharapkan bertahan lama. Oleh

sebab itu diperlukan strategi pengembangan secara digital terhadap UKM dalam

penyediaan infrastruktur teknologi informasi, proses produksi, dan perluasan

pasar baik dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang agar

para usaha kecil menengah memiliki daya saing dan dapat meningkatkan

kinerjanya. Sebab saat ini pertumbuhan platform digital seperti e-commerce,

ride hailing, dan pembayaran digital telah membawa Indonesia menjadi negara

dengan ekonomi digital terbesar dan tercepat di ASEAN. Potensi ini harus

dimanfaatkan oleh pelaku UMKM agar unit usahanya bisa kian berkembang di

kancah internasional.

Apalagi pada tahun 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan bisa

mencapai lebih dari US$130 miliar. Potensi besar ini harus dapat dimanfaatkan

oleh pemerintah dengan berupaya fokus dan memperluas akses pasar digital

guna memperbaiki kesenjangan digital antarwilayah terutama untuk usaha

mikro di berbagai daerah

4
Meski begitu selama ini pemerintah telah berupaya mendorong program

digitalisasi pada UMKM di Indonesia. Hal itu dapat dilacak dari adaptasi para

pelaku UMKM untuk menggunakan market place dan media sosial dalam

pemasaran digital. Peranan e-commerce juga telah menjadi tumpuan utama para

pelaku UMKM.

Selain itu pelaku UMKM juga mulai beradaptasi menggunakan berbagai

aplikasi pendukung seperti platform keuangan digital. Transformasi digital pada

UMKM di masa pandemi Covid-19 ini akhirnya dapat membuat UMKM

kembali mengembangkan usahanya. Dengan demikian, pengembangan UMKM

digital di masa pandemi Covid-19 bisa menjadi salah satu alternatif

penyelamatan sektor UMKM agar tetap eksis.

Pada saat pandemi Covid 19, penggunaan platform digital oleh pelaku UMKM

di Indonesia sudah cukup meningkat. Terdapat 42 persen UMKM Indonesia

yang sudah menggunakan media sosial.

Namun rupanya jumlah UMKM yang memiliki e-commerce hanya sekitar 4-10

persen. Padahal, melalui e-commerce, terutama saat pandemi sangat membantu

agar omzet tetap naik.

Penjualan melalui online adalah salah satu cara untuk mempertahankan omzet.

Terdapat beberapa hal yang menjadi alasan mengapa UMKM harus mulai

mencoba berjualan melalui online atau e-commerce. Beberapa alasan tersebut

antara lain:

5
1. Berjualan online memudahkan UMKM membaca tren pasar

Saat UMKM memutuskan untuk terjun berjualan online, baik di media

sosial maupun e-commerce akan memudahkan para pelaku usaha

mengetahui tren pasar. Apalagi, saat pandemi pelaku usaha dengan

konsumen tidak bertemu secara langsung jadi sulit untuk melihat pasar

yang sedang diminati di masyarakat.

Dengan berjualan secara online, pelaku UMKM bisa mencari tahu apa

tren pasar saat itu. hal ini bisa diketahui dengan mencari di sistem

pencarian google, hastag di media sosial, serta banyaknya pencarian di e-

commerce. Hal ini akan membantu UMKM dalam menentukan

penjualan.

2. Penjualan online membangun citra dan rekam jejak UMKM

Berjualan online dapat membangun citra atau toko dari hasil penjualan.

Selain itu, ketika berjualan online juga bisa mengetahui berapa banyak

calon pembeli yang mengunjungi toko. Biasanya ketika terjun ke dunia

online, para pembeli bisa melihat penilaian terhadap toko tersebut. Selain

itu, pembeli juga bisa melihat jumalh pengikut dan testimoni di media

sosial dan e-commerce.

Citra yang terbentuk dari penilaian para pembeli ini juga bisa membantu

saat pelaku ingin melakukan kerja sama dengan UMKM lain. Hal ini

karena saat tidak bisa betemu secara langsung, lalu untuk mengetahui

kepercayaan toko tersebut dengan penilaian dari masyarakat. Jika

6
penilaian baik, biasanya tingkat kepercayaan terhadap toko tersebut juga

tinggi.

3. Berjualan online membangun hubungan dan interaksi konsumen

Biasanya, saat berjualan secara langsung membangun hubungan dapat

terjadi ketika melayani pelanggan. Namun, ketika secara online interaksi

pada konsumen bisa dilihat dari respons pelaku saat menjawab

pertanyaan konsumen.

Media sosial terkadang lama untuk proses membalas. Untuk itu, pelaku

bisa menyiapkan format menjawab agar dapat memberikan respons yang

cepat kepada konsumen.

Di samping itu, pelaku juga bisa menyiapkan tanya jawab (FAQ) yang

dicantumkan di media sosial atau e-commerce. Hal ini memudahkan

pembeli mengetahui informasi mengenai toko tersebut.

Contohnya untuk usaha kecil menengah (UKM) yang ada di Tangerang.

Saat ini perekonomian di Provinsi Banten termasuk Kota Tangerang mengalami

perlambatan akibat Covid-19.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan pada 20 Mei lalu bahwa sudah

tercatat 17.298 orang karyawan di Banten mengalami pemutusan hubungan

kerja (PHK) akibat krisis yang ditimbulkan Covid-19.

7
Selain itu, ada 27.569 karyawan terdampak Covid-19 yang dirumahkan dan 59

perusahaan yang berusaha di Provinsi Banten harus gulung tikar karena dampak

Covid-19.

Pemerintah Kota Tangerang menggagas konsep pengembangan usaha mikro

kecil menengah (UMKM) melalui media daring atau online di tengah kondisi

pandemi Covid-19.

Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, konsep pengembangan

UMKM melalui jaringan internet tersebut dilakukan demi menjaga

kelangsungan UMKM di Kota Tangerang.

Arief juga mengatakan dengan pengembangan UMKM berbasis digital tersebut,

para pelaku usaha akan mendapat keuntungan jejaring yang lebih luas.

Produk yang ada di Kota Tangerang bisa lebih dikenal di masyarakat luas bukan

hanya di wilayah Kota Tangerang tetapi juga di seluruh dunia.

"Produk UMKM lokal Kota Tangerang akan dapat bersaing dengan produk

sejenis dari berbagai daerah," kata dia.

Setidaknya itu yang dirasakan Leko Damayanti, perajin enceng gondok di

Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.

Leko bercerita, usahanya membuat kerajinan dari bahan enceng gondok bisa

bertahan karena melakukan inovasi penjualan.

8
Pada awal masa pandemi pemasaran produknya bukan merupakan kebutuhan

utama dan sempat terpuruk. Namun, dia mencari peluang agar kerajinan

tersebut bisa diminati di masa pandemi Covid-19 melalui e-commerce.

Inovasi lain yang dilakukan Leko yaitu membuat produk rumah cover pot.

Setidaknya dalam waktu seminggu ada 30 produk cover pot hasil kreasinya

ludes terjual.

“Saat pandemi orang banyak di rumah, hal itu saya manfaatkan dengan

membuat produk rumahan dan terbukti banyak diminati karena orang banyak

yang lebih perhatian pada kebersihan rumah," kata Leko dalam keterangan,

Rabu (5/8/2020).

Bahkan di masa pandemi ini dia justru berhasil mengekspor kerajinan tangan

dari enceng gondok. Pada Mei lalu, order dari luar negeri mulai berdatangan.

“Sempat juga eksor ke Israel. Dan kini sudah ada pemasukan hingga 10 juta

rupiah (per bulan) berangsung mulai normal,” kata Leko.

Begitu juga salah satu UMKM di Kota Tangerang dengan nama brand Dapur

Ukhti. UMKM ini bisa bertahan di masa pandemi Covid-19 dengan pola

pemasaran secara daring yang dinilai efektif.

9
“Penjualan online alhamdulillah meningkat di pandemi saat ini, terutama bulan

Ramadan kemarin," kata dia.

UKM yang memproduksi kue dan makanan beku ini justru "ketiban" rezeki di

masa pandemi. Mereka berhasil memasarkan produk secara daring dan

melayani pengiriman di wilayah Jabodetabek.

"Kami pasarkan dengan cara daring lewat Instagram, WhatsApp, endorse, iklan,

dan promo. Pembeli terjauh kami bahkan ada dari kota Bandung," kata pemilik

UMKM Dapur Ukhti, Devie Fevriena Nugraeni.

Pelaku UMKM lainnya Tata Sukanta pendiri bakso beranak mencoba membuat

inovasi dengan membuka lapaknya melalui media sosial Instagram.

Dari Instagram dia merasakan efek dagangannya menjadi laris manis dari

sebelumnya.

“Yakin bahwa badai akan berlalu serta rezeki selalu datang tanpa kita tahu,"

tutur Tata.

"Tentu produksi dan penjualan dari UMKM lokal akan bisa optimal (dengan

online)," kata dia dalam keterangan tertulis .

10
DAFTAR PUSTAKA

Elia, G., Margherita, A., & Passiante, G. (2020). Digital entrepreneurship

ecosystem: How digital technologies and collective intelligence are reshaping

the entrepreneurial process. Technological Forecasting and Social Change,

150, 119791.

Anggia, M. N., & Shihab, M. R. (2018). Strategi Media Sosial Untuk

Pengembangan Umkm. Jurnal Terapan Teknologi Informasi, 2(2), 159-170.

https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/08/05/21561791/geliat-umkm-

kota-tangerang-bertahan-di-masa-pandemi-covid-19

https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/06/03/09270121/genjot-

ekonomi-di-tengah-covid-19-pemkot-tangerang-kembangkan-umkm

https://www.suara.com/lifestyle/2021/01/22/160533/naikkan-omzet-alasan-

umkm-wajib-jualan-online-saat-pandemi-covid-19

http://scholar.google.co.id/scholar_url?url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/j

kmb/article/download/109941/104289&hl=en&sa=X&ei=T2boYKuAL9aR6rQ

11
PnbuKkAo&scisig=AAGBfm05KBN3xTWUVxzuvE19qM2HncBNCQ&nossl

=1&oi=scholarr

SEPTIANI AMALIA

1906010171

MANAJEMEN 4H

12

Anda mungkin juga menyukai