Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN BOTTOM ASH

DALAM PASTA SEMEN


TERHADAP WAKTU PENGIKATAN AWAL DAN AKHIR
Retno Anggraini, Ristinah, Siti Nurlina
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167 Malang

ABSTRAK
Bottom ash adalah limbah hasil pembakaran batu bara yang terkumpul di permukaan tanah. Jumlah bottom ash
semakin meningkat seiring dengan terus berlanjutnya proses pembakaran batubara. Sampai saat ini cara yang
digunakan dalam mengatasi limbah ini adalah dengan menimbunnya sehingga diperlukan areal yang luas untuk
penimbunan bottom ash. Penimbunan bottom ash akan mengganggu lingkungan dan masyarakat sehingga perlu
dilakukan pengkajian dalam hal pemanfaatan limbah bottom ash salah satunya adalah sebagai campuran dalam
pembuatan pasta semen. Waktu ikat awal adalah waktu dari pencampuran semen dan air menjadi pasta. Standart
waktu yang diperlukan untuk ikat awal adalah 1 – 2 jam. Waktu ikat akhir adalah waktu pasta semen menjadi
beton dan siap menerima tekanan. Standart waktu yang diperlukan untuk ikat awal adalah 4 – 6 jam.
Penambahan bottom ash pada pasta semen dapat mempengaruhi waktu ikat awal dan akhir. Sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk mengkaji pengaruh bottom ash pada pasta semen terhadap waktu pengikatan awal
dan akhir. Penelitian ini dilakukan dengan penambahan variasi prosentase bottom ash dalam pasta semen
kemudian pengujian ikat awal dan ikat akhir dilakukan dengan alat vicat. Data hasil analisa waktu ikat
menunjukkan bahwa penambahan bottom ash mempengaruhi waktu ikat awal dan akhir pasta semen. Diketahui
bahwa prosentase bottom ash dari berat semen menghasilkan waktu ikat awal optimum pada kadar bottom ash
sebesar 8.43 % dengan waktu ikat sebesar 63,867 menit sedangkan pada waktu ikat akhir tidak terdapat
pengaruh karena setiap penambahan bottom ash waktu ikat, grafik menghasilkan kurva linear.

Kata kunci: bottom ash, waktu ikat awal, waktu ikat akhir, pasta semen.

Pendahuluan. tindakan untuk mengurangi pembuangan


Peranan semen dalam pembuatan bottom ash.
beton sangatlah penting, namun kondisi Berdasarkan pada penelitian yang
ekonomi yang sulit saat ini telah berdampak dilakukan oleh Reski Asmaningrum tentang
juga pada tingginya harga semen. Suatu variasi penambahan fly ash dalam pasta.
perkembangan yang lebih lanjut telah Hasilnya pada sampel pasta yang telah di
menggunakan bottom ash yang uji bahwa penggunaan fly ash dalam pasta
dikombinasikan dengan semen portland. semen dapat berpengaruh terhadap lamanya
Hal ini merupakan alternatif untuk waktu ikat pasta, dan penggunaan fly ash
mengurangi penggunaan semen portland dalam pasta semen dapat memperlambat
karena bottom ash dianggap dapat waktu ikat awal dan waktu ikat akhir pasta.
digunakan sebagai pengganti semen. Penelitian waktu ikat awal dan waktu ikat
Penggunaan bottom ash ini dapat berfungsi akhir pasta tanpa penambahan fly ash
untuk meningkatkan kekuatan beton, menghasilkan waktu ikat awal dan waktu
namun juga dapat memperlambat waktu ikat akhir yang lebih cepat daripada waktu
pengikatan dari beton. Bottom ash adalah ikat awal dan waktu ikat akhir semen
suatu pemanfaatan kembali dari produksi berdasarkan tabel semen gresik.
gas pembakar. Oleh karena itu, dalam Pada penelitian ini yang akan
upaya untuk melindungi pencemaran digunakan dalam campuran semen adalah
lingkungan saat ini diharuskan mengambil bottom ash dimana tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh variasi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 66


penambahan kadar bottom ash pada pasta produksi semen, terutama dalam proses
terhadap waktu pengikatan awal dan akhir pembakarannya alumina dan oksida besi
semen dan bagaimana pengaruh kadar akan bertindak sebagai suatu media
prosentase 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% pembakaran yang berfungsi untuk
komposisi bottom ash yang menggantikan mengurangi tingkat suhu pembakaran
berat dari semen terhadap waktu ikat awal semen. Kandungan minimum dari alumina
dan waktu ikat akhir pasta semen. dan oksida besi seringkali lebih ditentukan
oleh kebutuhan untuk menghindari
Semen portland. kesulitan produksi klinker pada suhu tinggi,
Semen Portland ialah semen hidrolis dan bukan oleh kebutuhan komposisi
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan kimianya. Sementara itu kandungan
klinker yang terutama terdiri dari silikat- maksimumnya pada umumnya dibatasi oleh
silikat kalsium yang bersifat hidrolis kebutuhan untuk mengendalikan waktu
dengan gips sebagai bahan tambahan pengikatan hidrasi semen. Dalam hal ini,
[PUIB – 1982]. Semen Portland dibentuk semen dengan rasio SiO2/(Al2O3 + Fe2O3)
terutama dari bahan kapur (CaO), silica yang kurang dari 1,5 pada umumnya
(SiO2), alumina (Ali2O3), dan oksida besi menunjukkan waktu pengikatan yang cepat,
(Fe2O3). Isi kombinasi dari total 4 oksida yang biasanya sukar dikontrol lagi oleh
tersebut kira-kira 90% dari berat semen, proporsi campuran gypsum yang
karenanya dikenal sebagai unsur utama atau ditambahkan.
major oxydes di dalam semen. 10% yang
lainnya terdiri dari magnesia (MgO), oksida Bottom ash.
alkali (Na2Odan K2O), titania (TiO2), Bottom ash adalah bahan buangan
fosforus pentoksida (P2 O5), dan gypsum dari proses pembakaran batu bara pada
yang dikenal sebagai unsur minor atau pembangkit tenaga yang mempunyai
minor oxydes di dalam semen. Dengan ukuran partikel lebih besar dan lebih berat
demikian, karakteristik dan perilaku dari fly ash, sehingga bottom ash akan
spesifik dari semen akan banyak tergantung terjatuh pada dasar tungku pembakaran dan
pada jenis dan komposisi spesifik dari terkumpul pada penampung debu kemudian
bahan-bahan dasar yang digunakan dalam dikeluarkan dari tungku dengan cara
campuran produksi semen tersebut. disemprot dengan air untuk dibuang atau
Sebagian besar semen modern digunakan. Bottom Ash biasanya
mempunyai kandungan kapur dibawah mempunyai warna yang gelap dan memiliki
65%. Semen dengan kandungan kapur kandungan garam dan pH yang rendah,
dibawah 65%, pengerasannya sering kali sehingga berpotensi menimbulkan sifat
agak lambat. Dalam hal ini, kandungan korosi pada struktur baja yang bersentuhan
kapur maksimum dibatasi oleh kebutuhan dengan campuran yang mengandung
untuk menghindari kapur bebas dalam bottom ash. Selain itu,rendahnya nilai pH
semen. Keberadaan kapur bebas bisa yang ditunjukkan oleh tingginya kandungan
menjadi sumber kelemahan pada sulfat yang terlarut menunjukkan adanya
permukaan interface antara pasta semen kandungan pyrite (iron sulfide) yang besar.
dengan agregat, dan juga bisa menyebabkan Pyrite merupakan partikel yang ekspansif
ketidakstabialan pada proses pengerasan dan apabila terkena air dalam waktu lama
semen, kapur dan silica menjadi dapat mempercepat kerusakan jalan Pyrite
penyumbang kekuatan terbesar. ini ada di dalam kandungan bottom ash,
Sedangkan alumina dan oksidasi besi akan sehingga harus dibuang dengan
lebih berfungsi untuk mengatur kecepatan elektromagnet sebelum digunakan
proses hidrasi. Namun dalam proses (Santoso, Roy et al. 2003). Satu contoh

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 67


karakteristik bottom ash dari dua tungku di tersebut akan menjadi kaku dan keras
Israel, memiliki dua sampel dimana tingkat (Teknologi Beton, Indra Cahya). Senyawa
kepadatannya sama, yaitu rata-rata 1.32 dan C3S dan C2S bila bercampur dengan air
1.31 g/cm3. Spesific gravity kedua sampel akan membentuk agar-agar sebagai
adalah 2.5 g/cm3. Penyerapan bottom ash senyawa kalsium silikat hidrat dan
berkisar 25.3 dan 26.0 persen. Ukuran membebaskan sebagian kapur. Senyawa
bottom ash sebagai agregat kasar antara C3A dan C4AF juga bersenyawa dengan
4.75-9.5 mm dan sebagai agregat halus air, membentuk senyawa trikalsium
kurang dari 4.75 mm (Nisnevich, aluminat hidrat. Air yang ada di dalam
Schlesinger et al. 1999). agar-agar dapat melanjutkan hidrasi bagi
Bottom ash mempunyai beberapa butir semen yang belum bersenyawa bila
unsur kimia antara lain Si, Al, Fe, Ca, Mg, jumlah air dari luar berkurang.
S, Na dan beberapa unsur kimia yang lain. Persenyawaan air dengan semen tidak
Berdasarkan penelitian yang telah terjadi dalam waktu yang singkat. Derajat
dilakukan, bottom ash dapat menimbulkan pengerasan ini terutama dipengaruhi oleh
sifat korosi pada tulangan baja karena susunan senyawa semen, kehalusan dan
bottom ash memiliki nilai pH yang cukup butiran semen, jumlah air yang
rendah. Selain itu pada bottom ash terdapat dicampurkan, dan jumlah air yang ada
kandungan iron sulfide yang besar dimana desekitar butiran semen. (Teknologi Beton,
sebelum bottom ash digunakan, kandungan Dr. Wuryati Samekto dan Candra
iron sulfide harus dihilangkan dengan Rahmadiyanto, ST., 2001). Semen jika
menggunakan elektromagnet. terkena air akan bereaksi membentuk suatu
bahan yang lengket seperti lem (bonding
Tabel 1. Tabel hasil analisis kimia bottom ash agent), akhirnya mengeras. Peristiwa ini
disebut hidrasi. Sifat reaksi dari senyawa di
atas adalah bersifat exotermis. Sifat ini
menandakan panas dilepas ketika terjadi
pengikatan dan pengerasan semen. Jumlah
panas yang dilepas oleh semen adalah
panas hidrasi. (Paulus Nugraha, 1989 : 22-
23) Semen dan air dikombinasikan dalam
proporsi yang tertentu. Untuk semen
Portland I, bagian berat semen
membutuhkan sekitar 0.25 bagian berat air
untuk hidrasi. (Bahan dan Praktek Beton, L.
J. Murdock dan K. M. Brook)
Panas hidrasi adalah jumlah panas
(dalam joule) per gram semen yang belum
terhidrasi yang dikeluarkan sampai terjadi
hidrasi yang komplit pada temperatur
tertentu. Hidrasi senyawa semen bersifat
ekshotermie.kecepatan pertumbuhan panas
hidrasi total. (Buku Diktat Teknologi Beton
oleh Ari Wibowo, ST., MT dan Ir.Edhi
Pasta semen. Wahyuni, MT.)
Bila semen Portland dicampur dengan
air, maka akan terjadi suatu pasta semen,
dengan diamati perlahan-lahan pasta semen

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 68


Waktu ikat semen dan bottom ash. kontrol. Sedangkan waktu pengamatan
Proses setting time adalah perubahan dilakukan setiap penambahan waktu 15
pasta semen dalam keadaan plastis menjadi menit sampai waktu ikat akhir semen
solid, segera setelah setting time dari pasta tarjadi. Pengujian untuk mendapatkan
semen tidak kuat dan kekuatan desaknya waktu ikat awal dan akhir semen ini
menjadi kecil. Dengan berlalunya waktu dilakukan dalam satu rangkai pengujian.
dan bersamaan dengan proses hidrasi, pasta Pada pengujian ini, masing-masing benda
semen tersebut menjadi keras dan dengan uji akan diamati penurunannya setiap
sendirinya kekuatan desaknya menjadi penambahan waktu 15 menit sampai waktu
bertambah. (Teknologi Beton, Indra ikat awal dan akhir semen didapatkan.
Cahya). Kadar air yang digunakan untuk pasta
Selama proses pengerasan dari pasta menggunakan kadar air dari hasil pengujian
ke massa yang keras seperti batu, semen konsistensi normal campuran. Jumlah
mengalami dua tipe setting time benda uji tiap variasi % bottom ash
(Teknologi Beton, Indra Cahya) : pengganti semen sebanyak 3 buah. (SNI
a) Initial Setting Time 15-2049-2004 halaman 88 dari 128).
Berlangsung saat semen mulai menjadi
kaku setelah semen dicampur dengan Tabel 2. Tabel rancangan benda uji
air. Dimana pasta semen kehilangan No (%)bottom ash Jumlah
plastisitasnya dan menjadi cukup pengganti semen benda uji
koheren untuk menahan tekanan. Saat 1 0 3
ini ditentukan dalam jam dan menit, 2 10 3
Standard initial setting time : 1-2 jam, 3 15 3
bila initial setting time kurang dari 1 4 20 3
jam, berarti semen Portland tersebut 5 25 3
kurang baik, karena cepat mengeras. 6 30 3
b) Final Setting Time 35 3
7
Setelah initial setting Time, pasta semen
8 40 3
masih dalam keadaan keras dan makin
Jumlah 24
menjadi kaku dan cukup kuat menahan
tekanan yang besar.
Standard final setting time : 4-6 jam, bila
final setting time kurang dari 4 jam, Prosedur pengujian waktu ikat semen
berarti semen Portland tersebut kurang adalah sebagai berikut:
baik, karena cepat mengeras. a) Persiapan alat jarum vicat.
b) Mencatat awal penunjukkan jarum.
Metode penelitian. c) Mencatat penunjukkan jarum setelah
Benda uji berupa pasta semen yang 30 detik dikendorkan.
dimasukkan dalam conical ringmold d) Mengamati penunjukan jarum setiap 15
dengan ukuran diameter bagian bagian atas menit sampai didapat penetrasi yang
60 ± 3 mm, diameter bagian bagian bawah lebih kecil dari 25 mm kemudian
70 ± 3 mm dan tinggi 40 ± 1 mm. Benda uji dicatat waktunya (waktu ikat awal).
terdiri dari delapan variasi prosentase kadar Jarak titik pengukuran satu sama lain
bottom ash (abu dasar) dan beberapa variasi tidak boleh besar dari 6 mm dan tidak
waktu pengamatan. Variasi prosentase boleh lebih kecil dari 9 mm diukur dari
bottom ash yang ditambahkan dalam pasta tepi mold.
semen yaitu sebesar 10%, 15%, 20%,
25%, 30%, 35%, 40%dan 0% sebagai

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 69


e) Mencatat waktu yang diperlukan pada
saat jarum vicat tidak dapat menembus Tabel 2. Tabel hasil pengujian konsistensi
pasta semen. normal semen
f) Menghitung waktu yang diperlukan (%) bottom
untuk mencapai penetrasi 25 mm ash benda penurunan Kadar
pengganti uji (mm) Air (%)
(waktu ikat awal) dengan melakukan semen
interpolasi.
Selama pengujian penetrasi peralatan 1 3 16

harus bebas getaran. Jaga agar jarum 0% 2 8 18


diameter 1 mm tetap lurus dan tetap bersih 3 18 24
karena gumpalan-gumpalansemen yang 1 3 13
menempel pada sisi jarum akan
10% 2 5 16
memperlambat penetrasi, bila semen
3 15 21
menempel pada ujung jarum akan
mempercepat penetrasi. Waktu pengikatan 1 3 16
tidak hanya dipengaruhi oleh persentase 15% 2 8 17
suhu air yang dipakai, jumlah pasta yang 3 17 24
diterima, tetapi juga disebabkan oleh suhu
1 6 17
dan kelembaban udara. Penentuan waktu
20% 2 14 20
pengikatan semen portland mengacu pada
ASTM C 191-01a,Standard Test Method 3 16 22
for Time of Setting of Hydraulic Cement by 1 3 13
Vicat Needles dan ASTM C 266-99, 25% 2 6 16
Standard Test Method for Time of Setting of 3 13 20
Hydraulic Cement by Gillmore Needles.
1 3 12

Hasil dan pembahasan. 30% 2 7 14


Dari data yang diperoleh dari 3 12 21
pengujian waktu ikat pasta semen dapat 1 3 12
dibuat grafik hubungan penurunan dengan 35% 2 6 15
waktu ikat. Data tersebut dapat dilihat pada
3 17 23
Tabel 3.
Dari grafik hasil pengujian penetrasi 1 3 11
campuran 0% bottom ash pkemudian 40% 2 6 14
dilakukan interpolasi untuk mendapatkan 3 15 22
nilai waktu ikat awal yang diperoleh saat
penurunan jarum penetrasi sebesar 25 mm.
dan waktu ikat akhir yang diperoleh saat
penurunan jarum penetrasi sebesar 0 mm.
Dari interpolasi tersebut menghasilkan 3
data waktu ikat awal yang dirata-rata
sehingga didapatkan nilai waktu ikat awal
65,2 menit dan 3 data waktu ikat akhir yang
telah dirata-rata sehingga didapatkan nilai
waktu ikat akhir 305 menit.
Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu ikat
awal, akhir dengan penurunan
bottom ash

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 70


Tabel 3. Hasil pengujian waktu ikat awal
Waktu Ikat Awal (menit)
Benda Uji

Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom


Ash 0 Ash 10 Ash 15 Ash 20 Ash 25 Ash 30 Ash 35 Ash 40
% % % % % % % %

1 67,5 52,5 52,5 52,5 87,5 82,5 82,5 120,33

2 45,6 75 67,5 120 82,5 75 120 112,5

3 82,5 90 60 75 60,3 105 105 120

jml (Yi) 195,6 217,5 180 247,5 230,3 262,5 307,5 352,833

rata-rata 65,2 72,5 60 72,5 76,7 87,5 102,5 117,611

Tabel 4. Tabel hasil pengujian waktu akhir


Waktu Ikat Akhir (menit)
Benda Uji

Bottom Ash Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom Bottom


0% Ash 10 % Ash 15 % Ash 20 % Ash 25 % Ash 30 % Ash 35 % Ash 40
%

1 285 315 345 345 315 360 360 360


2 300 300 330 330 345 360 360 360
3 330 315 315 330 330 360 345 360
jml (Yi) 915 930 990 1005 990 1080 1065 1080
rata-rata 305 310 330 335 330 360 355 360

Gambar 3. Grafik hubungan antara waktu ikat


awal dan prosentase bottom ash
Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu ikat
akhir dan prosentase bottom ash

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 71


Dari grafik hasil pengujian penetrasi dy
campuran 10% bottom ash kemudian = 1067,62 x - 90,077
dx
dilakukan interpolasi untuk mendapatkan
90,077
nilai waktu ikat awal yang diperoleh saat x= = 0,08437
penurunan jarum penetrasi sebesar 25 mm. 1067,62
dan waktu ikat akhir yang diperoleh saat dengan:
penurunan jarum penetrasi sebesar 0 mm. ϰ = jumlah prosentase bottom ash
Dari interpolasi tersebut menghasilkan 3 (%)
data waktu ikat awal yang dirata-rata
y = waktu ikat akhir (menit)
sehingga didapatkan nilai waktu ikat awal
72,5 menit dan 3 data waktu ikat akhir yang Dari persamaan tersebut bisa
telah dirata-rata sehingga didapatkan nilai ditentukan bahwa prosentase bottom ash
waktu ikat akhir 310 menit. sebesar 8,43 % dari berat semen dan
Berdasarkan kaidah keputusan analisa menghasilkan waktu ikat akhir optimum
data manual mengikuti Dr. Ir. Vincent sebesar 63.867 menit.
Gaspers karena nilai Fhitung > Ftabel, Regresi dari hubungan prosentase
maka penambahan bottom ash berpengaruh
bottom ash dan waktu ikat awal pasta
terhadap waktu ikat awal pasta semen dan
bottom ash. Jadi seluruh hasil penelitian semen dan bottom ash didapat persamaan
cenderung menunjukkan adanya pengaruh sebagai berikut:
penambahan bottom ash pada nilai waktu y = 151,63x + 302,46
ikat awal. Hal ini telah sesuai dengan dengan:
hipotesis awal yaitu bahwa penambahan ϰ = jumlah prosentase bottom ash (%)
bottom ash berpengaruh pada waktu ikat
y = waktu ikat akhir (menit)
awalnya karena bottom ash mengandung
alumina, silica dan calcium yang bersifat Hasil yang diperoleh selalu
pozolan sehingga memperlambat waktu ikat menunjukkan hasil naik yang signifikan.
awalnya.
Berdasarkan analisa data manual Kesimpulan dan saran.
mengikuti Dr. Ir. Vincent Gaspers Dari semua uraian yang telah
disimpulkan bahwa penambahan bottom dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka
ash berpengaruh terhadap waktu ikat akhir dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
pasta semen dan bottom ash. Jadi seluruh berikut :
hasil penelitian cenderung menunjukkan 1. Variasi penambahan kadar bottom
adanya pengaruh penambahan bottom ash ash berpengaruh terhadap waktu
pada nilai waktu ikat akhir. Hal ini telah pengikatan awal sedangkan pada
sesuai dengan hipotesis awal yaitu bahwa waktu pengikatan akhir pasta
penambahan bottom ash berpengaruh pada semen tidak berpengaruh (“ada
waktu ikat akhirnya karena bottom ash pengaruh tetapi sangat kecil”).
mengandung alumina, silica dan calcium 2. Penambahan prosentase bottom
yang bersifat pozolan sehingga ash selalu menunjukkan adanya
memperlambat waktu ikat akhirnya. penambahan terhadap waktu
Regresi dari hubungan prosentase pengikatan awal maupun akhir
pasta semen hal ini terlihat pada
bottom ash dan waktu ikat awal pasta
grafik hubungan waktu ikat dan
semen dan bottom ash didapat persamaan prosentase bottom ash.
sebagai berikut:
y = 533,81x² - 90,077x + 67,667

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 72


Setelah melakukan penelitian dan dan mendapatkan hasil sesuai yang
melihat hasil yang diperoleh, maka peneliti diharapkan.
memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya agar Daftar pustaka.
lebih memperhatikan kondisi DPU. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan
bahan semen yang digunakan, (PUBI – 1982). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman. Badan
karena semen yang produksinya Penelitian dan Pengembangan PU Bandung.
sudah lama atau penyimpanannya McCaffrey, R. 2002.Climate Change and The
kurang tepat mengakibatkan hasil Cement Industry. Global Cement Lime
waktu ikat yang kurang akurat, Magazine (Enviromental Special Issue) 15 –
2. Untuk memperoleh data yang 19
------------------. 2000. Coal Bottom Ash / Boiler
akurat diperlukan lebih baik lagi Slag – Material Description.
persiapan bahan, metode www.google.com
pelaksanaan dan pengujian serta Samekto, W dan Rahmadiyanto, C. Teknologi
pemahaman pelaksana terhadap Beton. 2001
sifat-sifat bahan yang digunakan, Cahya, Indra. Teknologi Beton.
Wibowo, Ari dan Edhi Wahyuni, 2003, Diktat
3. Diperlukan persiapan alat, bahan Teknologi Beton, Penerbit Laboratorium
serta metode pelaksanaan yang Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
lebih matang sebelum penelitian Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,
dilakukan agar dapat lebih Malang.
memperlancar jalannya penelitian

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.1 – 2013 ISSN 1978 - 5658 73

Anda mungkin juga menyukai