Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

KIMIA
TEKNIK

Reaksi Kimia Semen

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Sipil W111700074 Tim Dosen Kimia Teknik

9
Abstract Kompetensi
Modul ini mengenai karakteristik Mahasiswa dapat menganalisis
semen serta reaksi kimia yang karakteristik semen serta reaksi
berkaitan dengan material semen kimia yang berkaitan dengan
yang meliputi sejarah, kimia kapur dan material semen
semen, karakteristik semen, bahan
serta karakteristik semen.
Umum
Bisa dibilang semen merupakan komponen utama bangunan. Semen adalah suatu jenis bahan
yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen
mineral menjadi satu massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak
jenis bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan
mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Hidraulis berarti semen
bereaksi dengan air dan membentuk suatu bahan massa.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen portland adalah batuan alam yang
mengandung oksida-oksida kalsium, silika, alumina dan besi sebagai pembentuk senyawa
potensial semen portland.

Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 µm dan mempunyai
berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.

Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur,
silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur pokok semennya.
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3,
yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa
persen dari berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.

Keempat oksida utama tersebut diatas di dalam semen berupa senyawa C3S, C2S, C3A dan
C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap produk semen, tergantung pada
komposisi bahan bakunya.

Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam arah keluar dan
arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen yang belum
terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan terhidrasi, sehingga volume mengecil.

Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena itu sangat perlu
diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air semennya, karena faktor ini
akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila kurang semen dan terlalu banyak air akan

2020 Kimia Teknik


2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyebabkan segregration dan bleeding, selain itu perbandingan yang tepat antara semen dan
air akan berpengaruh dalam kemudahan pekerjaan.

Sejarah Semen
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton -
insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia
membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun
menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang
akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga
insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia
sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat
Pulau Portland, Inggris.

Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua
bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta
oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai
terbentuk campuran baru.

Kimia Kapur dan Semen


Dalam pengertian umum, kimia kapur dan semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat
menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis
dan batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar sebagai
agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya disebut sebagai
“cementum”. Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen hidrolik
dan semen non-hidrolik

Kapur

Kapur disebut juga kapur dengan kadar Kalsium tinggi, kapur gemuk,kapur murni dan
sebagainya. Kapur putih adalah kapur non-hidrolik dengan kadar Kalsiumoxida yang tinggi
jika berupa kapur tohor (belum berhubungan dengan air) atau mengandung banyak kalsium-
hydroxida jika telah disiram (direndam) dengan air. Jenis-jenis kapur tersebut biasanya

2020 Kimia Teknik


3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
merupakan kapur gemuk. Kalsium-karbonat bersama dengan bahan-bahan kotorannya seperti
Magnesia, Silika, Besi, Alkali, Alumina dan Belerang. Proses pembakaran dilaksanakan
dalam dapur (oven) vertikal atau dapur berputar pada suhu 800° – 1200°C. Kalsium-karbonat
terurai menjadi Kalsiumoxida dan Karbondioxida dengan reaksi kimia sebagai berikut :

Kalsium oxida yang terjadi disebut kapur tohor, dan jika berhubungan dengan air berubah
menjadi Kalsium hydroxida disertai kehilangan panas, reaksi kimianya adalah :

Proses ini disebut proses mematikan kapur (slaking) dan hasilnya yaitu Kalsiumhydroxida
disebut kapur mati.Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemurnian
kapur, makin tinggi kemurnian kapur yang bersangkutan makin besar daya reaksinya
terhadap air. Kapur mati dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok sebagai berikut :

1. Dapat dimatikan dengan cepat


2. Dapat dimatikan agak lambat
3. Dapat dimatikan dengan lambat
Bergantung pada jumlah air yang digunakan selama proses mematikan kapur tohor, bisa
diperoleh dempul kapur atau kapur mati. Kapur mati didapat dengan menambahkan air
secukupnya pada kapur tohor, yaitu kira-kira 1/3 dari beratnya. Dempul kapur diperoleh
dengan menambahkan air yang berlebihan pada kapur tohor.

Kedua jenis kapur yakni kapur tohor dan dempul kapur selalu dicampur dengan pasir dengan
perbandingan 1 bagian kapur dan 3 bagian pasir dengan ukuran volume, dengan cara
demikian itu dapat dicegah terjadinya terlalu banyak penyusutan. Pengikatan adukan kapur
adalah akibat kehilangan air dikarenakan penyerapan oleh bata umpamanya atau akibat
penguapan.

Proses pengerasan berlansung akibat reaksi Karbon – dioxida dari udara dengan kapur mati
sebagai berikut :

2020 Kimia Teknik


4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seperti ditunjukan oleh reaksi kimia diatas, maka terbentuk kembali Kalsium-karbonat berupa
kristal kristal, yang mengikat masa heterogin itu menjadi suatu masa yang bergumpal.Proses
pengerasan berjalan lambat dan perkembangannya dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum
mencapai kekuatannya yang penuh.Agar ini dapat tercapai, diperlukan aliran udara dengan
bebas untuk persediaan Karbondioxida yang cukup, yang dapat menembus bagian terdalam
dari adukan agar proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.

Semen

Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan
utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan
alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi
oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO).

Pada dasarnya proses pembuatan semen portland terdiri dari penggilingan, pencampuran
menurut suatu proses tertentu dan pengawasan harus ketat. Dengan penggilingan dari klinker
bulat yang berputar disertai pemanasan mencapai material akan menjadi klinker. Klinker ini
dipindahkan dan digiling sampai halus (fine powder), disertai penambahan 3-5% gips
(gypsum) untuk mengendalikan setting time akan menghasilkan semen portland yang siap
untuk digunakan sebagai bahan pengikat dari campuran beton. Semen portland ini dapat
langsung dimasukkan kantong-kantong atau mobil container dan silo tempat penyimpanan
dari semen. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-
rata 40 kg atau 50 kg.

Secara jelas proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 9.1 dan Gambar
9.2 Bahan semen yang digiling dalam kondisi basah dan kondisi kering masing-masing
disebut proses basah dan proses kering. Diameter kilen berkisar 5-7 meter dan panjang kilen
dapat mencapai 230 meter.

2020 Kimia Teknik


5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.1 Pembuatan Semen Portland

Gambar 9.2 kondisi dan reaksi dalam tipical rotary kilen (proses kering)

2020 Kimia Teknik


6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komponen Karakteristik dari Semen Portland
Secara diagram pembentukan komponen karakteristik dari hidrasi dari portland semen dapat
digambarkan seperti Gambar 9.3.

Gambar 2.3 Pembentukan komponen karakteristik dan hidratasi dari portland semen

Mengenai hasil hidratasi semen yaitu Calsium Silikat Hidrat, Tricalsium Alumina Hidrat.

Dimana

2020 Kimia Teknik


7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemilihan Pemakaian Bahan Semen
Semen untuk membuat campuran beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut :

1. SNI 15 - 2049 – 1994 Semen Portland ( ASTM C 150 )

2. “Spesifikasi Semen Blended Hidrolis” ( ASTM C 595 ), kecuali type S dan type SA
yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.”

3. “Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif” ( ASTM C 845 )

Hal ini berarti bahwa semen yang dipakai untuk satu jenis pekerjaan harus berasal dari sebuah
produsen semen yang telah menetapkan standar pengujian terhadap bahan semen yang
diproduksi. Bila dipakai semen dari produsen yang berbeda maka akan berpengaruh pada :

- perhitungan proporsi campuran beton

- berat jenis dan berat volume beton

- waktu pengikatan dan waktu pengerasan beton

Dengan demikian akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan, jadi untuk
satu proyek harus dipakai satu produsen semen.

Pada dasarnya semen yang dipergunakan dalam pembuatan beton ialah semen portland dan
semen portland pozolan. Didalam SII 0132-81 dinyatakan semen tersebut harus memenuhi
syarat-syarat :

a. Klasifikasi semen portland (ada 5 jenis)

b. Syarat mutu yang terdiri dari :

• Syarat kimia

• Syarat fisika

Persyaratan Semen
Yang disebut semen hidrolik adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi
dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contoh-contoh semen hidrolik adalah

2020 Kimia Teknik


8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
semen portland, semen alumina, semen putih dll. Gips, bukan merupakan semen hidrolik,
karena setelah mengeras bereaksi dengan air, produk ini larut dengan air. Kapur yang telah
mengeras adalah tahan air tetapi mengerasnya kapur setelah bereaksi dengan karbon dioksida,
bukan dengan air.

Komponen utama dari semen portland adalah : - Batu kapur yang mengandung komponen
CaO (kapur, lime) - Lempung yang mengandung komponen SiO2 (silika), Al2O3 (oksida
alumina), Fe2O3 (oksida besi)

Bahan-bahan ini dengan pengawasan yang ketat, digiling dan dicampur menurut suatu proses
tertentu. Campuran ini dipanaskan dalam oven pada suhu sampai menjadi klinker. Klinker
ini dipindahkan, digiling sampai halus disertai penambahan 3-5 % gips untuk mengendalikan
waktu pengikatan semen supaya tidak berlangsung terlalu cepat. C°± 1450

Reaksi-reaksi yang terjadi waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut :

Bahan-bahan tersebut merupakan klinker semen.

2020 Kimia Teknik


9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Trikalsium silikat (C3S), Trikalsium Aluminat (C3A) dan Tetrakalsium Aluminat dan
Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) merupakan komponen karakteristik dari semen portland.

Sifat-Sifat Teknis Semen Portland


Sifat-sifat semen portland bergantung kepada :

- Susunan kimia
- Kadar gips
- Kehalusan butirannya

a. Apabila dilakukan analisis kimia mengenai semen portland, maka dapat diketahui
komposisisnya. Sebagai contoh dibawah ini tercantum hasil analisa suatu jenis semen
tertentu.

2020 Kimia Teknik


10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari hasil analisa diatas jelas tampak bahwa kapur merupakan komponen yang
jumlahnya terbanyak, disusul oleh silika, alumina dan oksida besi. Oksida-oksida itu
merupakan ke-4 oxida utama dalam semen portland. Disamping itu terdapat juga
komponen lainnya, jumlah oksida-oksida tersebut berkisar antara :

- Kapur (CaO) 60 – 66 %
- Silica (SiO2) 19 – 25 %
- Alumina (Al2O3) 3–8%
- Oksida besi (Fe2O3) 1–5%
- Oksida magnesium (MgO) dibatasi sampai dengan 4 %.
b. Komposisi mineral dalam prosen berat menurut BOGUE dapat ditentukan dari hasil
analisa kimia sebagai berikut :

c. Tipe-tipe semen portland bisa diperoleh dengan mengadakan variasi-variasi dalam


proporsi-proporsi relatif dari komponen-komponen karakteristiknya serta derajat
kehalusan penggilingan bahan klinkernya, misalnya untuk bangunan-bangunan beton
yang akan mendapat serangan sulfat, harus digunakan semen dengan kadar C4A dan
C4AF yang rendah. Untuk pembetonan sebuah atau pembetonan bangunan luas lainnya
harus digunakan jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi rendah.

d. Komposisi kimia semen portland dapat dinilai dengan menentukan perbandingan Silika
SR (Silika Ratio) dan perbandingan Alumina AR (Alumina Ratio).

2020 Kimia Teknik


11 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Nilai SR menunjukkan apakah semen itu kaya akan Silika atau tidak.

Pada umumnya 1.6 < SR < 3.5 dengan nilai rata-rata 2.0 – 2.5

Nilai-nilai AR yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen yang tahan terhadap sulfat,
sedangkan harga-harga AR yang lebih tinggi dijumpai pada semen putih. Akan tetapi
biasanya nilai AR yang dikehendaki adalah nilai AR yang serendah mungkin. Faktor
kejenuhan kapur atau lime saturation factor LSF, adalah perbandingan jumlah kapur
dalam prosen berat semen terhadap ke 3 jumlah komponen-komponen utama pembuat
klinker

Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan komponen C3S. Jika harga
LSF lebih besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam
semen terdapat Kapur bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen
jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi itu tidak
stabil volumenya.

Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu
semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam semen.

LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam bentuk C3S.


LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan C3S.
LSF < 0.66 terdapat terlalu banyak C2S.
Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan komponen C3S. Jika harga
LSF lebih besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam
semen terdapat Kapur bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen
jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi itu tidak
stabil volumenya.

2020 Kimia Teknik


12 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu
semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam semen.
LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam bentuk C3S.
LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan C3S.
LSF < 0.66 terdapat terlalu banyak C2S.
e. Disamping komponen-komponen utama, dalam semen terdapat pula bahan-bahan lain
dalam jumlah kecil, akan tetapi mempengaruhi sifat-sifatnya. Adapun baha-bahan
tersebut adalah :
1) Magnesia, MgO
Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana Oxida Magnesium
tercampur dengan air, maka hal ini akan diikuti oleh penambahan volume. Dengan
sendirinya penambahan volume itu akan dialami oleh beton yang menggunakan bahan
tersebut disertai dengan retak-retak. Kadar MgO dibatasi sampai 5%.
2) Sulphuric Anhydrate (sisa asam sulfit), SO3
SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen portland, karena berfungsi
sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO3 terdapat dalam gips Ca SO4. Apabila
kadar gips terlalu tinggi, maka selam berlangsungnya proses pengerasan akan timbul
pengembangan gips. Oleh karena itu kadar SO3 biasanya dibatasi sampai dengan 2.5 –
3.0 %.
3) Alkali, Na2O dan K2O
Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan-bahan baku untuk semen. Apabila bahan
agregat yang akan digunakan untuk campuran beton mengandung Silikat reaktif, maka
akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton.
Hidroksida-hidroksida Alkali terjadi dari alkali-alkali yang terdapat pada semen yang
sedang mengeras, akan menyerang butir-butiran agregat yang mengandung silika reaktif
itu. Sebagai hasil reksi kimia itu akan terjadi “ gel-gel alkali “ dari jenis yang dapat
mengembang tak terbatas. “Gel-gel” ini akan menyerap air, kemudian mengembang
sedemikian sehingga dapat menyebabkan tegangan-tegangan intern yang menjalar dan
kemudian menimbulkan pengembangan menyeluruh.

Pengembangan yang meluas ini akan menimbulkan retak-retak serta pecah-pecah dalam
beton, dan akhirnya merusak seluruhnya. Bahan-bahan reaktif seperti opal, tridymite,
opaline silika, chalcodony, bila keadaan memaksa dapat dipergunakan asalkan memakai

2020 Kimia Teknik


13 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jenis semen portland dengan kadar alkali rendah yaitu kurang atau sama dengan 0.6 % (
< 0.6% ).

4) Kehilangan berat akibat pemanasan (Ignitionloss)

Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan karbon dioksida.
Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukkan bahwa semen yang bersangkutan
mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi dalam semen dapat menyebabkan
waktu pengerasan yang lama. Berdasarkan pengurangan berat yang diijinkan adalah
5% pada suhu 1000oC . Oleh karena semen merupakan bahan yang higroskopis maka
selama penyimpanannya di gudang harus diusahakan agar supaya tidak dapat
menghisap air akibat udara lingkungan yang lembab, harus diusahakan pula agar supaya
semen disimpan di tempat-tempat kering serta bebas dari aliran udara.

5) Kehalusan Butiran

Kehalusan butiran-butiran semen mempengaruhi waktu pengerasan pasta semen. Lebih


luas permukaan yang dapat dihidrasi, lebih banyak gel semen dapat terbentuk pada
umur muda, maka lebih tinggi kekuatan tekan awal yang dapat dicapai oleh semen.
Akan tetapi gel semen yang terbentuk itu memperlambat waktu hidrasi akibat suatu aksi
gel-gel sendiri yang mencegah terbentuknya gel-gel lain lebih cepat, jika telah terbentuk
gel-gel semen dalam jumlah besar.

Oleh karenanya, penggilingan extra halus butiran-butiran semen itu, efisien dalam
penambahan kekuatan tekan hanya sampai pada umur 7 hari.

Sifat-sifat yang berhubungan dengan kehalusan butiran-butiran semen adalah :

- Kekuatan awal tinggi ƒ


- Cepat mundurnya mutu semen jika dipengaruhi cuaca ƒ
- Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif ƒ
- Retak-retak ƒ
- Daya penyusutan tinggi ƒ
- Pengikatan yang cepat ƒ
- Kebutuhan air yang banyak ƒ
- Mengurangi bleeding

2020 Kimia Teknik


14 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Semen portland biasa mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm 2 per gram,
sedangkan semen yang cepat mengeras 3200 cm2 per gram.

Semen Portland Khusus


Mineral-mineral dalam semen portland secara individu masing-masing mempunyai sifatsifat
tersendiri mengenai batas waktu hidrasi, perkembangan kekuatan tekan, perkembangan panas
hidrasi dan sebagainya. Dengan menentapkan batas-batas tertentu pada kombinasi kimianya,
terbuka kemungkinan untuk mengubah sifat-sifat semen portland sedemikian sehingga
menjadi lebih cocok bagi penggunaannya dalam keadaan-keadaan khusus.

Kita mengenal 5 tipe semen portland yaitu tipe I, II, III, IV, V sesuai dengan klasifikasi yang
ditentukan oleh ASTM. Apabila semen bereaksi dengan air maka timbulah panas hidrasi yang
cukup banyak. Komponen C3S dan C3A menghidrasi cukup cepat, sedangkan C2S dan C3AF
menghidrasi lebih lambat serta mengeluarkan panas hidrasi dengan kecepatan yang lebih
rendah. Banyaknya panas untuk 1 gram bahan dalam kalori per gram pada saat terjadi hidrasi
ialah: 136 (C3S) + 62 (C2S) + 200 (C3A) + 30 (C4AF).

Tabel 9.1 Tipe-tipe semen sesuai standar ASTM

2020 Kimia Teknik


15 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tipe I :

Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap
panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung
sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-
gedung bertingkat dan lain-lain.

Tipe II

Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat
(pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 – 0,20 %) dan panas hidrasi
sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi,
beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan .

Dengan memperhatikan rumus untuk menghitung panas hidrasi jelaslah bahwa C3A dan C3S
menghidrasi sangat cepat, sedangkan C2S dan C4AF menghidrasi lambat, dengan
menimbulkan panas hidrasi lebih rendah. Dengan menambah prosentase C2S dari semen
portlad tipe I dan mengurangi prosentase C3A dan C3S diperoleh semen yang mengeluarkan

2020 Kimia Teknik


16 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
panas hidrasi lebih rendah; disamping itu semen jenis II ini lebih tahan terhadap serangan
sulfat daripada tipe I. Semen tipe II disebut juga “modified portland cement” dan
penggunaannya sama seperti untuk tipe I ditambah dua keuntungan yang disebut diatas.

Tipe III

Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase
pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan
tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan
sulfat.

Semen tipe III disebut juga “semen dengan kekuatan awal tinggi”. Jenis ini digunakan
bilamana kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun harganya sedikit lebih
mahal. Biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka untuk lalu-lintas;
juga apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu singkat. Panas hidrasi 50% lebih tinggi
dari pada yang ditimbulkan semen tipe I.

Tipe IV

Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas, pengecoran dengan
penyemprotan (setting time lama) yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
yang rendah.

Semen portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah dengan prosentase maksimum
untuk C3S sebesar 35 %, untuk C3A sebesar 7 % dan untuk C2S prosentase minimum
sebesar 40 %. Tipe IV ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti pada waktu
pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan tipe II yang disebut “modified
portland cement”.

Tipe V

Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20 %
dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstrksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.

2020 Kimia Teknik


17 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Semen portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat serta mengeluarkan panas. Reaksi
antara C3A dan CaSO4 menyebabkan terjadinya Calcium Sulfoaluminate.

Dengan cara yang sama, dalam semen yang telah mengeras, hidrat dari C3A dapat bereaksi
dengan garam-garam sulfat dari luar, kemudian membentuk Calcium Sulfoaluminate di dalam
struktur pasta yang telah terhidrasi tersebut.

Penambahan volume pada fase padat, jika terbentuk Calcium Sulfoaluminate dalam jumlah
besar yaitu 227%, sehingga akibat reaksi-reaksi sulfat ini akan terjadi disintegrasi dari beton.

Reaksi-reaksi lain yang mungkin terjadi antara lain : Ca(OH)2 dengan garam-garam sulfat
dari luar yang hasilnya adalah terbentuknya gips yang diikuti dengan penambahan volume
pada fase padat sebesar 124%.

Reaksi-reaksi tersebut diatas dikenal sebagai serangan-serangan sulfat, yang paling aktif
menyerang ialah garam-garam MgSO4 dan Na2SO4. Serangan-serangan ini akan dipercepat
apabila disertai dengan silih bergantinya keadaan basah dan kering.

Terutama di daerah-daerah yang terkena pengaruh pasang surut pada bangunanbangunan


beton dilaut menderita serangan-serangan sulfat ini. Gunakanlah semen tipe V ini untuk
menahan serangan-serangan ini.

Semen tipe V ini mengandung kurang dari 5% C3A dan sejumlah terbatas C4AF dan Mg.
Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% oleh karena C3S melepaskan sejumlah banyak
Ca(OH)2 selama berlangsungnya hidrasi, sehingga akan mengurangi ketahanan semen
terhadap serangan kimia.

Oil Well Cement

Semen ini digunakan untuk penyemenan sumuran minyak yang didalamnya dapat mencapai
beberapa ribu feet. Adukan semen harus tahan terhadap tekanan sampai dengan 1000 atmosfir
dan suhu sampai 247 °F tanpa menunjukkan gejala pengikatan sebelum waktunya.

Dalam semen jenis ini komponen C3A yang cepat menghidrasi tidak digunakan, disamping
itu dibubuhkan bahan-bahan serbuk khusus penghambat waktu pengikatan semen.

Semen-semen dengan kadar Alkali rendah

2020 Kimia Teknik


18 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jenis semen ini digunakan di negara-negara penghasil agregat yang reaktif terhadap iklim.
Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam komposisinya.

Semen Putih

Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang bebas besi, quarts, pasir dan kaolin. Semen putih
menunjukkan suatu produk dari teknologi tertinggi yang dapat dicapai oleh industri semen.
Sesuai syarat-syarat untuk semen portland dapat dipenuhinya.

Oleh karena penggilingan serbuknya mahal, demikian juga bahan bakunya, maka semen
putih termasuk jenis semen portland yang mahal.

Pengikatan serta Pengerasan Semen Portland


Hal penting yang harus mendapat perhatian kita pada semen portland adalah pengikatan dan

pengerasannya. Semen portland dalam keadaan kering mempunyai energi latent yang besar,

energi ini mulai aktif setelah semen itu dibubuhi air. Masa ini kemudian menjadi plastis

sehingga dapat dikerjakan dengan mudah. Semen portland merupakan bahan pengikat

hidrolis, yang berarti bahwa pengerasannya melulu tergantung pada reaksi kimia yang

disebabkan oleh air dan semen, oleh karenanya semen portland dapat mengeras meskipun

didalam air. Patut diketahui apabila pada saat berlangsungnya proses pengerasan pemberian

air itu kita hentikan maka reaksi kimia antara air dan semen berhenti. Nilai dari semen

portland sebagai bahan pengerasan ditentukan oleh kelangsungan terjadinya reaksi kimia

antara semen dengan air secara baik. Pada umumnya dibutuhkan sebanyak kira-kira 20% air

dari berat semen yang dipakai agar semen itu dapat mengeras.

Pada reaksi antara semen dan air kita bedakan menjadi 2 (dua) periode yang berlainan :

periode pengikatan dan periode pengerasan. Pengikatan adalah peralihan dari keadaan plastis

kedalam keadaan keras, sedangkan pengerasan adalah penembahan kekuatan setelah

pengikatan itu selesai.

2020 Kimia Teknik


19 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang harus kita perhatikan adalah awal pengikatan, yaitu pada saat mulainya semen menjadi

kaku, saat ini ditentukan dalam jam dan menit setelah semen itu kita aduk dengan air.

Selanjutnya kita perhatikan waktu pengikatan, yaitu periode yang berlangsung antara

permulaan semen menjadi kaku dan saat semen itu beralih kedalam keadaan keras/padat.

Keadaan ini dapat diartikan bahwa pasta semen telah menjadi keras, akan tetapi belum cukup

kuat. Setelah ini pengerasan berlangsung terus mula-mula secara cepat, kemudian lebih

lambat untuk jangka waktu yang lama.

Pengikatan harus terus berlangsung dengan lambat, sebab jika tidak demikian adukan beton

akan sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen mensyaratkan

bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh terjadi kurang dari satu jam (1 jam)

setelah kita membubuhkan air pada semen. Pada umumnya waktu ini adukan beton

berlangsung lebih lama kira-kira 3-5 jam. Namun demikian teknologi beton menghendaki

bahwa semen itu cepat mengeras, karena dengan ini dapat dicapai keuntungan-keuntungan

teknis maupun finansial seperti : waktu pembongkaran acuan yang dapat dilaksanakan tanpa

harus menunggu lama.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu pengikatan awal dari semen.

1) Umur Semen Selama semen itu disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka semen itu

akan menghisap air dan zat asam arang dari udara, sehingga terjadi pra-hidrasi. Sebagai

akibatnya, semen itu akan menunjukkan proses pengikatan yang lambat. Disamping itu

akan dicapai kekuatan tekan lebih rendah.

2) Suhu Kecepatan suatu reaksi kimia tergantung pada suhu dari masa yang bereaksi serta

suhu lingkungannya. Reaksi antara semen dan air berlangsung lebih cepat pada suhu

yang tinggi (perawatan dengan uap misalnya), akan tetapi untuk proses pengikatan suhu

yang paling tepat kira-kira 23 C°

2020 Kimia Teknik


20 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Jumlah air yang Dibutuhkan Agar reaksi kimia antara semen dan air berlangsung dengan

memuaskan, dibutuhkan air sebanyak kira-kira 20% dari berat semen.

Dalam adukan beton yang memerlukan lebih banyak air, panas hidrasi akan timbul

disebarkan dengan lebih meluas pada bahan-bahan agregat yang lainnya, sehingga suhu pada

saat terjadinya pengikatan akan jauh lebih rendah dari pada suhu waktu terjadi pengikatan

hanya antara air dan semen,sehingga waktu pengikatan pada adukan beton akan berlangsung

lebih lama.

Sebagai gambaran tentang pengaruh umur semen terhadap kemunduran mutunya, dapat

dilihat pada hasil penelitian di bawah ini yang berhubungan dengan hal tersebut.

Dibawah ini tertera hasil-hasil penelitian mengenai perbedaan-perbedaan kekuatan tekan

beton dengan menggunakan semen-semen tipe lain dibandingkan dengan kekuatan tekan

beton yang menggunakan semen portland biasa tipe I.

2020 Kimia Teknik


21 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Harga-harga tersebut diatas berdasarkan pada contoh-contoh benda uji beton yang mendapat
perawatan dengan pembahasan secara kontinyu sampai tiba saatnya untuk diperiksa kekuatan
tekannya.

2020 Kimia Teknik


22 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
References
(n.d.). BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA . ITS.

Dermawan, I. (2013). Kimia Kapur dan Semen. Jurusan Teknik Industri UIN SUSKA RIAU.

2020 Kimia Teknik


23 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai