Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Batugamping pada umumnya adalah bukan terbentuk dari batuan sediment seperti
yang kita kira, tidak juga terbentuk dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan bahkan
juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari organisme microscopic di laut
dangkal. Pulau Bahama adalah sebagai contoh dari daerah dimana proses ini masih terus
berlangsung hingga sekarang.
Sebagian perlapisan batugamping hampir murni terdiri dari kalsit, dan pada
perlapisan yang lain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay yang membantu
ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap cuaca. Lapisan gelap pada bagian atas
mengandung sejumlah besar fraksi dari silika yang terbentuk dari kerangka mikrofosil,
dimana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca.
Batugamping dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah dibandingkan dengan
batuan yang lainnya. Air hujan mengandung sejumlah kecil dari karbon dioksida selama
perjalanannya di udara, dan hal tersebut mengubah air hujan tersebut menjadi nersifat
asam. Kalsit adalah sangat reaktif terhadap asam. Hal tersebut menjelaskan mengapa goagoa bawah tanah cenderung untuk terbentuk pada daerah yang banyak mengandung
batugamping, dan juga menjelaskan mengapa bangunan bangunan yang terbuat dari
bahan batugamping rentan terhadap air hujan yang mengandung asam. Pada daerah
daerah tropis, batugamping terbentuk menjadi batuan yang kuat membentuk sejumlah
pegunungan-pegunungan batugamping yang indah.
Dibawah pengaruh pressure yang tinggi, batugamping termatomorfosakan
menjadi batuan metamorf marble. Pada kondisi tertentu, kalsit yang terdapat di dalam
batugamping teralterasi menjadi dolomite, berubah menjadi batuan dolomite.
Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen
terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah
organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di
lantai samudra sebagai pelagicooze (lihat lysoclineuntuk informasi tentang dissolusi
calcite).

Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi(air tanah
yang presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothemseperti stalagmitdan
stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite(batu kapur Oolitic) dan dapat
dikenali dengan penampilannya yang granular. Batu kapur membentuk 10% dari seluruh
volume batuan sedimen.

Gambar 1.1 BatuGamping

BAB II
ISI
2. Genesa Batugamping
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara
mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organic.
Jenis ini berasal dari pengendapan cangkan atau rumah kerang dan siput. Foraminifera
atau

ganggang.

Atau

berasal

dari

kerangka

binatang

koral/kerang.

Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh
berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya
adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa
oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi
secara kimia adalah jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana
lingkungan

tertentu

dalam

air

laut

ataupun

air

tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis
batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan
batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan
bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur pengotor yang mengendap
bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping
memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Apabila pengotornya magnesium, maka
batugamping

tersebut

diklasifikasikan

sebagai

batugamping

dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan
sebagai batu gamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir.
Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur
tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan
hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsur
mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organic.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya.
Selain yang pejal dijumpai pula yang porous. Batu gamping yang mengalami
metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena
pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur,

seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh
terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur
kalsit.
Di beberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan
sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang
mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic
dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang
dilaluinya.
Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3+2CO2+H2OCa(HCO3)2+CO2 Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat
laun terjadi rongga di dalam tubuh batu gamping tersebut. Secara geologi, batugamping
erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan
unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat
berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam
batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis
batugamping tersebut.

3. Sifat Fisik Batugamping


Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya. Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan batu
gamping klastik.
Batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering juga
disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.
Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik
melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses
tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga
sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih
susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :
a. Warna

: Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap

: Kaca, dan tanah

c. Goresan

: Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan

: Tidak teratur

e. Pecahan

: Uneven

f. Kekerasan

: 2,7 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis

: 2,387 Ton/m3

h. Tenacity

: Keras, Kompak, sebagian berongga

4. Komposisi Kimia
Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.

5. Penambangan Batugamping
secara umum, penambangan batu gamping dilakukan dengan cara tambang
terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral
dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan menggunakan bulldozer atau power
scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat ukuran bongkah
yang sesuai. Untuk bongkah yang terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary
blasting). Pengambilan bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader,
lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).
Untuk penambangan skala besar pembongkaran dibantu dengan sistem peledakan
beruntun dibantu peralatan berat antara lain eksavator, bulldozer, ripper (penggaruk),
sedangkan untuk penambangan skala kecil dilakukan dengan alat sederhana antara lain
cangkul, ganco dan sekop.

6. Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri
semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih

dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor
(CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2.
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi : Kalsinasi pada suhu 900o 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2; CO2 ditangkap,
dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki; kalsinasi dapat membentuk kapur tohor
(CO) dan padam (CaOH2). Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan
diperoleh CaO melalui reaksi CaCO3 CaO + CO2 Pada reaksi ini terjadi penyerapan
panas karena untuk mengurai 1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal.
Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti
reaksi berikut : MgCO3 MgO + CO2; MgO disebut juga magnesit kostik. Pembakaran
batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3 yang terurai, tetapi
CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang
aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi.
Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3,
dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO. Pembakaran batu gamping yang mengandung
MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian
CaCO3 menjadi CaO dan CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang
berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas
CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilang.

7. Penggunaan
Bahan untuk menurunkan kadar sulfur
Bahan pembuat soda api

Piler kare, kabel


Penurunan kadar asam air
Industri pupuk
Pengkristal gula tepung
Penetral limbah
Ekstraksi peleburan besi
Separator (pemisah) logam mulia
Bahan baku semen
Bahan baku gelas pewarna
Pemutih kertas, pakaian
Penyamak kulit
Campuran minuman soda
Farmasi
Bahan pembuat cat
Bahan keramik
Industri kimia
Peningkat keasaman tanah
bahan lem
Bahan kardus
Lumpur Pengeboran
Pengkristal gula pasir

Logam industri pengecoran


Paralo, Plastik, Piler Ban, Kertas
Kapur pertanian
Bahan kaca Kristal
Penjernih sawit/minyak kelapa

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :

a.

Batugamping pada umumnya adalah bukan terbentuk dari batuan sediment seperti
yang kita kira, tidak juga terbentuk dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan
bahkan juga terbentuk dari kerangka calcite yang berasal dari organisme microscopic
di laut dangkal.

b. Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara
mekanik, atau secara kimia.
c. Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :

d.

a. Warna

: Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap

: Kaca, dan tanah

c. Goresan

: Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan

: Tidak teratur

e. Pecahan

: Uneven

f. Kekerasan

: 2,7 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis

: 2,387 Ton/m3

h. Tenacity

: Keras, Kompak, sebagian berongga

Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3

e.

secara umum, penambangan batu gamping dilakukan dengan cara tambang


terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan
koral dikupas terlebih dahulu

f.

Ada banyak sekali Manfaat Batu Kapur / Gamping diantaranya sebagai untuk
bahan kaptan, bahan mentah semen, karbit, bahan pemutih dalam pembuatan soda
abu, penetral keasaman tanah, bahan pupuk, industri keramik, industri karet dan ban,
kertas, penstabil jalan raya, bahan tambahan dalam proses peleburan dan pemurnian
baja, bahan penggosok, pembuatan alumina, floatasi, dll.

Anda mungkin juga menyukai