Anda di halaman 1dari 14

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semakin meluasnya penggunaan beton dan makin meningkatnya skala


pembangunan menunjukkan juga semakin banyak kebutuhan beton di masa yang akan
datang, sehingga mempengaruhi perkembangan teknologi beton dimana akan menuntut
inovasi-inovasi baru mengenai beton itu sendiri. Melihat fenomena di atas, banyak
orang mencoba memanfaatkan limbah-limbah industri untuk digunakan dalam
campuran beton. Salah satunya adalah copper slag, yaitu limbah industri peleburan
tembaga, berbentuk butiran runcing (tajam) dan sebagian besar mengandung oksida besi
dan silikat serta memiliki sifat kimia yang stabil dan sifat fisiknya hampir sama dengan
pasir alami. Selama ini copper slag banyak digunakan sebagai pengganti agregat halus,
dari penelitian yang sudah dilakukan (Aulia, 1999) mengenai pemakaian copper slag
sebagai pengganti agregat halus pada komposisi 40% dari kebutuhan pasir yang dipakai
terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 10%. Pada penelitian ini copper slag dicoba
sebagai pengganti sebagian semen (cementitious) untuk melihat apakah dapat
memberikan dampak yang positif pada kuat tekan beton. Sebelumnya copper slag
dihaluskan terlebih dahulu, hingga butirannya menyerupai semen. Semakin halus terak
tembaga maka semakin bagus kontribusinya bagi peningkatan mutu beton karena luas
permukaan agregat yang diselimuti akan semakin besar. Dengan porositas yang kecil,
kekerasan, dan kekedapan yang tinggi dapat menjadi alasan bahwa copper slag dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu beton.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa definisi copper slag?
b. Bagaimana sifat fisik dan kimia copper slag?
c. Apa saja komposisi / struktur kimia copper slag?
d. Bagaimana reaksi atau cara kerja dari copper slag?
e. Dimana dan tahun berapa penelitian dilakukan?
f. Apa saja keuntungan dan kerugian dari copper slag?

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

1.3 TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia bahan
b. Untuk mengetahui definisi dari copper slag
c. Untuk mengkaji sifat fisik dan sifat kimia copper slag
d. Untuk mengetahui struktur kimia dan reaksi kimia copper slag
e. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian copper slag

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Copper slag adalah limbah industri pembakaran tembaga. Copper


slag berfungsi sebagai pengganti pasir. Berbentuk pipih dan runcing
(tajam) dan sebagian besar mengandung oksida besi dan silikat.
Copper slag dapat digunakan sebagai cementitious tetapi butirannya
harus dihaluskan seperti semen karena semakin halus terak tembaga,
semakin bagus kontribusinya untuk peningkatan mutu beton
(Harmonis, 2000) Sebelum digunakan sebagai campuran beton,
copper slag harus dihaluskan terlebih menyerupai butiran semen.
Semakin halus butiran copper slag akan semakin besar survace area

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

atau luasan permukaan sehingga copper slag akan semakin reaktif.


Pengaruh copper slag sebagai cementitious pada beton, antara lain :
(ACI Commiteee 233) Meningkatkan workabilitas, beton yang
mengandung copper slag menghasilkan sifat yang lebih baik daripada
beton tanpa copper slag hasil permukaan beton lebih halus atau rata
pada campuran awal (Wood, 1981). Mengurangi tingkat bleeding
pada campuran beton, bila butiran copper slag yang digunakan halus
menyerupai semen, maka bleeding dapat tereduksi. Namun, bila
butiran copper slag lebih kasar dari semen, maka bleeding meningkat
(R.Tixier, A.M. Arimo and B. Mobasher, 2001).

2.2 SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA COPPER SLAG

Sifat fisik copper slag:


Copper slag berbentuk butiran yang pipih dan runcing ( tajam ), sifat fisik yang
hampir sama dengan pasir alami. Oleh karena itu, copper slag lebih banyak
digunakan sebagai pengganti agregat halus. Namun, copper slag juga bisa
dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian semen (cementitious ) tetapi
materialnya harus dihaluskan hampir seperti semen agar didapatkan hasil yang
optimum.

Sifat kimia copper slag:


Sebagai pengganti pasir besi karena mempunyai kandungan
besi yang tinggi sehingga menyebabkan material ini
mempunyai densitas yang tinggi. Sifat kimia copper slag yaitu
dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO membentuk calcium
alumina ferrit.
Reaksi :

2.3 STRUKTUR KIMIA COPPER SLAG

Berdasarkan brosur dari PT. Smelting, Gresik, Jawa Timur, copper slag
mempunayai susunan kimia dari prosentase terhadap massanya, adalah sebagai berikut :

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

Tabel 1. Komposisi Kimia Copper Slag

Komponen Prosentase
SiO2 30 -36
Al2O3 36
CaO 27
FeO 45 55

2.4 REAKSI KIMIA COPPER SLAG

Reaksi semen dengan air (C3S +


Gambar 3. Hasil Kuat Tekan Beton H2O) menghasilkan CSH +
(FAS) 2)))0.55
Ca(OH) )
dan apabila ditambahkan copper slag akan bereaksi dengan
kapur sisa reaksi antara semen dengan air (SiO2 + Ca(OH)2) sehingga
menghasilkan CSH baru. Gambar 3 menunjukkan bahwa beton tanpa
variasi CS dapat mencapai kuat tekan yang paling optimum yaitu
400,47 kg/cm2 dikarenakan kemungkinan kadar besi yang terkandung
dalam semen dari hasil reaksi antara semen dengan air sudah
mencapai kadar yang optimum. Beton yang menggunakan copper
slag akan bereaksi dengan kapur sisa reaksi antara semen dengan air
(SiO2 + Ca(OH)2) sehingga menambah kadar besi yang
mengakibatkan senyawa C4AF yang terkandung dalam semen
menjadi tinggi sehingga memperlambat setting time. Dengan
keterlambatan tersebut, pori-pori yang dibentuk oleh air yang tidak
ikut bereaksi akan semakin besar dan meninggalkan rongga-rongga
yang dapat menurunkan kuat tekan beton.

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

2.5 PENELITIAN TENTANG COPPER SLAG


Penelitian B. Mobasher M. ASCE, R. Devaguptapu, A.M.
Arino (1996)

Penelitian ini menggunakan debu copper slag sebagai cementitious


pada beton.

Komposisi kimia limbah terdiri dari SiO2 sebanyak 27,23%, CaO


sebesar 5,14 % dan FeO sebesar 51,3 %. Debu copper slag ini
memiliki komposisi kimia mirip dengan dry dust collector PT. Krakatau
Steel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton pada
umur 1 dan 7 hari lebih rendah dibandingkan beton tanpa copper
slag, tetapi setelah umur 28 dan 90 hari kuat tekan beton copper slag
meningkat lebih tinggi dibanding beton normal. Pada kadar 15 %
debu copper slag dengan aktivator kapur sebanyak 1,5 %
menghasilkan kuat tekan beton 30 Mpa pada umur 28 hari dan 61
Mpa pada umur 90 hari. Pada penelitian ini kuat tekan tertinggi
dihasilkan oleh beton dengan kadar debu copper slag optimum
sebesar 10 % dari berat PC dengan activator kapur sebesar 1 %.

METODE PENELITIAN

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

START

Persiapan Bahan Campuran Beton

Analisa Bahan Campuran Beton

Mix Design (Metode ACI)


FAS : 0.35 ; 0.55
Kadar Copper slag : 0%, 10%, 20%, 30% dari berat semen
Pasir Lumajang
Batu pecah Pasuruan

Trial Mix

Pembuatan Benda Uji Beton


Silinder (15 cm x 30 cm)

Test Kuat Tekan Beton


Umur : 7, 28, dan 56 hari

End

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

COPPER SLAG S1 TS (A)


8

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini


dibatasi, untuk Semen Portland type 1 yang diproduksi PT. Semen
Gresik, Copper slag, produksi PT. Smelting Gresik. Pasir yang
dipakai adalah Pasir Lumajang & batu pecah Pasuruan dengan
ukuran 5-15 ; 10-25 ( mm ). Untuk campuran beton, digunakan
metode ACI dengan pemakaian faktor air semen 0,35, untuk
beton mutu tinggi direncanakan kuat tekan ( fc = 400 Kg/cm2 )
dan FAS 0,55 untuk beton mutu normal, direncanakan kuat tekan
( fc = 300 Kg/cm2 ). Adapun variasi copper slag adalah 0%, 10%,
20%, dan 30% dari kebutuhan semen, penambahan
superplesticier LN sebesar 1% untuk beton mutu tinggi. Benda uji
yang dipakai adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm. perawatan benda uji dengan perendaman pada air tawar.
Pengetesan kuat tekan pada umur 7, 28, dan 56 hari dengan
masing masing 5 buah benda uji.

Pembuatan Adukan Beton

Adapun urutan dalam pembuatan campuran beton adalah


sebagai berikut:

1. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan dengan jumlah


sesuai mix design dengan koreksi terhadap kelembaban
masing-masing agregat.
2. Mesin aduk (molen) diisi dengan air secukupnya (sekedar
membasahi mesin aduk tersebut) lalu airnya dibuang.
3. Agregat kasar dan halus dimasukkan ke dalam mesin aduk
agar tercampur dengan rata.
4. Masukkan semen dan copper slag lalu masukkan air sesuai
ukuran yang tercantum dalam mix design yang sudah
disesuaikan dengan kelembaban yang terjadi.

5. Pengadukan beton dilakukan 1,5 menit atau sampai
diperoleh campuran beton yang seragam.
8

6. Setelah campuran beton sudah seragam, tuangkan campuran


tersebut kedalam silinder ukuran 15 cm X 30cm.

Hasil Dan Pembahasan

Setelah dilakukan pengujian tekan pada masing-masing


benda uji pada umur 7, 28 dan 56 hari untuk berbagai variasi
yang sudah ditentukan, maka hasilnya dapat dibuat grafiknya
sebagai berikut :

Beton Mutu Normal


Gambar 2. Hasil Kuat Tekan Beton Gambar 3. Hasil Kuat Tekan Beton
(FAS 0.55)
(FAS 0.55 )

Kuat Tekan Beton Normal ( FAS 0.55 )

Semakin tua umur beton yang menggunakan copper slag


sebagai cementitous, maka beton mengalami penurunan kuat
tekan demikian juga semakin banyak variasi copper slag yang
digunakan. Penurunan kuat tekan yang terbesar pada umur 7
hari dengan variasi copper slag 30 %, penurunan yang terjadi
8

sampai 64,78% dibandingkan beton tanpa CS. penjelasan ini bisa


dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.

Reaksi semen dengan air (C3S + H2O) menghasilkan CSH +


Ca(OH)2 dan apabila ditambahkan copper slag akan bereaksi
dengan kapur sisa reaksi antara semen dengan air (SiO 2 +
Ca(OH)2) sehingga menghasilkan CSH baru. Gambar 3
menunjukkan bahwa beton tanpa variasi CS dapat mencapai kuat
tekan yang paling optimum yaitu 400,47 kg/cm 2 dikarenakan
kemungkinan kadar besi yang terkandung dalam semen dari
hasil reaksi antara semen dengan air sudah mencapai kadar
yang optimum. Beton yang menggunakan copper slag akan
bereaksi dengan kapur sisa reaksi antara semen dengan air (SiO 2
+ Ca(OH)2) sehingga menambah kadar besi yang mengakibatkan
senyawa C4AF yang terkandung dalam semen menjadi tinggi
sehingga memperlambat setting time. Dengan keterlambatan
tersebut, pori-pori yang dibentuk oleh air yang tidak ikut bereaksi
akan semakin besar dan meninggalkan rongga-rongga yang
dapat menurunkan kuat tekan beton.

Beton Mutu Tinggi


Gambar 4. Kuat Tekan Beton Mutu Gambar 5. Kuat Tekan Beton Mutu
Tinggi Tinggi

Kuat tekan beton umur 7 hari dengan variasi copper slag 10 %


mengalami kenaikan sebesar 2.92 %, sedangkan dengan variasi
8

20 % mengalami penurunan kuat tekan sebesar 13.29 % dan


variasi 30 % penurunan kuat tekan mencapai 37.5 %.

Pada umur 28 hari kuat tekan beton yang menggunakan


variasi copper slag 10 % mengalami kenaikan sebesar 9.32 %,
untuk penggunaan variasi copper slag 20 % kuat tekan naik
sebesar 6.2 % dan variasi copper slag 30 % kuat tekan turun
sampai 7.2 %.

Pada umur 56 hari kuat tekan beton yang menggunakan


variasi copper slag 10 % mengalami kenaikan sebesar 1.47 %,
sedangkan penggunaan variasi copper slag 20 % kuat tekan naik
sampai 10.48% dan variasi copper slag 30 % kuat tekan turun
sebesar 18.9 %.

Semakin banyak penggunaan copper slag kuat tekan


semakin turun, penurunan terbesar dengan variasi copper slag
30 % pada umur 7 hari. Penggunaan copper slag yang paling
efektif dengan variasi 20 % beton mutu tinggi akan mengalami
kenaikan kuat tekan hingga 10,48 % pada umur 56 hari, terlihat
pada gambar 4 dan 5.

2.5 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN COPPER SLAG

Beberapa keuntungan penggunaan copper slag dalam


campuaran beton, adalah sebagai berikut : (Lewis, 1982)

- Meningkatkan kekuatan beton.

- Meningkatkan ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.

- Mengurangi panas hidrasi dan memperkecil porositas.


8

Adapun kelemahan dari copper slag adalah beton yang


dihasilkan akan berwarna kehitam-hitaman dan tidak semua
daerah mempunyai copper slag sehingga sulit didapat.

2.6 GAMBAR COPPER SLAG


Berikut adalah gambar dari copper slag
8

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Copper Slag merupakan suatu bahan agregat yang dapat
menggantikan fungsi dari pasir.
Semakin banyak penggunaan copper slag kuat tekan semakin
turun baik pada beton mutu normal maupun beton mutu
tinggi, penurunan terbesar dengan variasi copper slag 30 %
pada umur 7 hari dengan FAS 0.55 dengan penurunan kuat
tekan sebesar 45,38% dibandingkan beton tanpa copper slag.
Penggunaan copper slag yang paling efektif dengan
variasi 20 % beton mutu tinggi akan mengalami kenaikan kuat
tekan hingga 10,48 % dibandingkan beton tanpa copper slag
pada umur 56 hari, terlihat pada gambar 4 dan 5. Penggunaan
copper slag lebih efektif digunakan untuk beton mutu tinggi
dikarenakan beton dengan variasi copper slag 20% dapat
mencapai kuat tekan yang paling optimum yaitu 622,6 kg/cm2
dengan kenaikan 10,48% dibandingkan beton mutu normal
yang mengalami penurunan kuat tekan rata-rata sebesar
29,6% apabila menggunakan copper slag.

3.2 SARAN
8

Dalam menyusun makalah ini, disadari bahwa penulisan makalah ini


jauh dari kesempurnaan serta masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah, oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran dari para
pembaca agar dalam penulisan makalah yang selanjutnya bias lebih baik lagi
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

ACI Manual of Concrete Practice Part I 1996

ACI Materials Journal, Ground Granulated Blast Furnace Slag as


a Cementitious Constituent in Concrete, Vol. 84 No. 4, July
August 1981.

ACI Materials Journal, Guide for Selecting Proportions for High


Strength Concrete with Portland Cement and Fly Ash, Vol. 90
No. 3 5, May June 1993.

Annual Book of ASTM Standart, Destignation C 39a 93,


Standart Specification for Concrete Agregat.

Annual Book of ASTM Standart, Destignation C 78 94, Standart


Practice for Making and Curing Concrete Test Specimen in
Laboratory.

Astana D. Yulius, 2000, Pengaruh Kombinasi Copper Slag dan


Pasir Lumajang dalam Campuran Beton yang mengandung Fly
Ash terhadap Kuat Tekan dan Berat Volume, Tugas Akhir Sarjana
FTSP UPN Veteran Jawa Timur.

Aulia Hamzah, Sifat Fisik dan Mekanik Beton Mutu Tinggi dengan
Campuran Copper slag, Tugas Akhir S - 1, FTSP, ITS, 1999.

Sudarmoko, 1998, Sifat-sifat Beton Segar dan Keras dan


Perancangan Campuran Adukan Beton Berdasarkan SK-SNI T-15-
8

1991-03, Kursus Singkat Teknologi Beton, Pusat Antar


Universitas Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tjokrodimulyo Kardyono, 1992, Teknologi Beton, Alfiri,


Yogyakarta. Samekto Wuryati dan Rahmadiyanto Candra, 2001,
Teknologi Beton, Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai