LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Nim : 061830100754
Dengan ini meminta persetujuan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini dan telah
diterima sebagai salah satu syarat mata kuliah laboratorium uji bahan 1.
Dosen Pembimbing,
Sumiati, ST,MT
NIP. 1963 0405 1989 0320 02
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunianya-lah penulis dapat menyelesaikan laporan laboratorium uji bahan 1.
Terima kasih banyak kepada dosen pengajar Kontruksi Bangunan Kerja Bangunan
Air. Ibu Sumiati, ST,MT. yang telah banyak mengajarkan,membagi ilmu,dan membimbing
sehingga kami dapat menyelesaikan praktek ini dengan baik.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini, saya menyadari banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan
agar laporan ini menjadi sempurna.
Akhir kata saya berharap agar laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua yang membaca.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT .............................................................. 2
1.3 RUMUSAN MASALAH .................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 RumusanMasalah
Dalam menyusun laporan ini memiliki beberapa rumusan masalah diantaranya :
1. Apa saja job yang dilakukan di laboratorum uji bahan?
2. Bagaimana cara kerja dari masing-masing job yang dilakukan di laboratorium uji
bahan?
3. Apa saja yang dapat kita simpulkan dalam melakukan job-job tersebut?
BAB II
LANDASAN TEORI
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat
dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang
terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Beton merupakan
salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan,
jalan, dan lain – lain. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton ini didapatkan
dengan cara mencampur agregat halus (pasir),agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain
dan air, dengan semen portland atau semen hidrolik yang lain, kadang – kadang dengan
bahan tambahan (additif) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu,
sampai menjadi satu kesasuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti
batuan.Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton yang
sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan rongga – rongga antara
butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi oleh batuan kecil (agregat halus
atau pasir), dan pori– pori antara agregat halus diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta
semen juga berfungsi sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga
butiran–butiran agregat saling terekat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang
padat dan tahan lama.
A. Kelebihan Beton
B. Kekurangan Beton
C. Sifat-sifat Beton
Beton harus memenuhi kekuatan yang direncanakan, campuran beton harus
mempunyai suatu mobilitas tertentu. Campuran beton tidak boleh mengalamisegregasi
(pemisahan selama pengecoran) Beton pada dasarnya merupakan campuran antara semen,
kerikil, pasir, dan air dengan perbandingan campuran yang tertentu. Kadang-kadang
beberapa bahan tambahan juga ikut digunakan dalam campuran beton ini untuk membuat
beton yangmemiliki sifat-sifat yang diinginkan, misalnya fly ash (abu terbang)atau material
kimia lainnya. Air dan semen akan bereaksi menjadi pasta semen yang bertugas untuk
mengikat kerikil dan pasir sehingga terbentuk struktur yang kaku dan memiliki kekuatan
tertentu.Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir,batu,batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan
perekat semen, dan air sebagai pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses dan
perawatan beton berlangsung.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat tariknya, dan beton merupakan
bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% – 15% saja dari kuat
tekannya.Pada penggunaan sebagai komponen struktur bangunan, umumnya beton diperkuat
dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan tarik. Dengan demikian tersusun
pembagian tugas, dimana tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik,
sedangkan beton hanya diperhitungkan menahan gaya tekan.
4. Bahan Tambah
2.3 Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat terhadap
volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai peranan yang penting dalam
propertis suatu beton (Mindess et al., 2003). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa
sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen,
rapat, dan variasi dalam perilaku (Nawy,1998). Dua jenis aggregate adalah :
B. Agregat kasar ( kerikil, batu pecah atau pecahan dari blast furnance )
Menurut ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar adalah agregat
dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm. Ketentuan mengenai agregat kasar
antara lain :
Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh – pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton, seperti zat – zat
yang relatif alkali.
Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton dan pasangan
batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Jenis atau
tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton. hal ini perlu diketahui tipe semen yang distandardisasi di Indonesia. Menurut ASTM
C150, semen Portland dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :
Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat, kekuatan
awal).
Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap sulfat
sedang dan mempunyai hidrasi sedang.
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi (cepat mengeras).
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang memerlukan
panas hidrasi rendah, dengan kekuatan awal rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap
kadar sulfat tinggi.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Agregat Kasar
Semen
Air
Saringan
Timbangan
Botol li chatelir
Density Spoon
Cawan
Piknometer
Oven
BAB IV
JOB I
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
I. MaksuddanTujuan
1. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu
dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar.
2. Tujuan
Setelah akhir pengujian mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menentukan berat jenis agregat kasardalam keadaan kering oven.
b. Menentukan berat jenis agregat kasarkering permukaan (SSD).
c. Menentukan berat jenis agregat kasar dalam jenuh air kering permukaan (SSD).
d. Menentukan kadar air agregat kasar dalam keadaan kering permukaan jenuh air
(SSD).
e. Menggunakan peralatan yang dipakai dengan benar.
3.2 Bahan
1. Agregat Kasar 500 gr
2. Air
IV. ProsedurPelaksanaan
PenentuanBeratJenis&PenyerapanAgregatKasar
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yangmelekat
pada permukaan agregat
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu ( 110 ± 50 )C sampai beratnya tetap.
5. Masukkan benda uji kedalam bejana dan tambahkan air hingga benda uji terendam
dan permukaan air pada tanda batas (pada bejana gelas diberi tanda batas )
6. Timbang berat bejana berisi benda uji + air (w1)
7. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi air sampai permukaannya ada
pada tanda batas
8. Timbang beratnya (w2)
Pemeriksaan I II III
Bk
Berat Jenis (Bulk) 2,270018 2,535473 2,485791 2,49709417
Bj−Ba
Bj−Bk
Penyerapan ×
Bk 4,975671 2,552145 3,460583 2,49709417
100%
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar di
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya didapatkan :
Berat Jenis Kering = 2,485791
Berat Jenis SSD = 2,571814
Penyerapan = 3,460583%
Berat jenis yang di isyaratkan adalah berkisar antara 2,5-2,7 gram dan nilai
penyerapan kecil dari 3% agregat kasar yang diuji termasuk golongan agregat
normal berdasarkan berat jenisnya. Agregat kasar tersebut telah memenuhi standar
yang di tetapkan.
VII. Referensi
- American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) T
– 85 – 74
- American Society for Testing and Materials (ASTM) C 127 – 68
- LaporanTeknologiBeton (BPPB)
- PB – 0202 – 76
- PusatPengembanganPendidikanPoliteknik, PengujianBahan, Bandung
- PusatPengembanganPendidikanPoliteknik (1987) TeknologiBahan 2 Bandung
- SNI 03-1969-1990
1.2 Tujuan
Setelah akhir pengujian, mahasiswa diharapkandapat :
a. Menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan kering oven.
b. Menentukanberatjenisagregathaluskeringpermukaan (SSD).
c. Menentukankadar air agregathaluskeringpermukaanjenuh air (SSD).
d. Menggunakanperalatan yang dipakai dengan benar.
III. Peralatan&Bahan
3.1 Alat :
NAMA PERALATAN KETERANGAN GAMBAR
Timbang 0,01 gr Kapasitas maks 20 kg
denganketelitian 0,1
gr
Kerucutterpancungu Diameterdiatas
ntukmenentukankea (40±3)
daan SSD. mm,diameterbawah
(90±3) mm dantinggi
(75±3) mm
dibuatdarilogamtebal
minimum 0,8 mm.
3.2 Bahan
1. Benda ujiadalahagregat halus 508,5 gr dalam kondisi SSD (jenuh kering
muka).
2. Air
IV. ProsedurPelaksanaan
A. Penentuan SSD AgregatHalus
1. Masukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3 lapisan,yang
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali,ditambah 1 kali penumbukan
untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan).
1 2 3
…
… ….
…….. …… …
…
Kering S.S.D Basah
….
.
Perhatikan!
1. Jika keadaan agregat kering,maka agregat perlu ditambah air.
2. Jika keadaan agregat basah,maka agregat perlu dikeringkan di udara.
2. Masukkan air bersih mencapai 90% isi piknometer,putar sambil diguncang sampai
tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
3. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
Pemeriksaan I II III
Bt
Berat Jenis (Bulk) 2,435 2,307 2,439 2,39
(B+Bj−Bt)
Bj−Bk
Penyerapan ×
Bk 0,038 0,048 0,03 0,04
100%
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus di
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya didapatkan :
Berat Jenis Kering = 2,439
Berat Jenis SSD = 2,369
Penyerapan = 0,03%
Berat jenis yang di isyaratkan adalah berkisar antara 2,5-2,7 gram dan nilai
penyerapan kecil dari 3% agregat kasar yang diuji termasuk golongan agregat
normal berdasarkan berat jenisnya. Agregat kasar tersebut telah memenuhi standar
yang di tetapkan.
VII. Referensi
- American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) T
– 85 – 74
- American Society for Testing and Materials (ASTM) C 127 – 68
- LaporanTeknologiBeton (BPPB)
- PB – 0202 – 76
- PusatPengembanganPendidikanPoliteknik, PengujianBahan, Bandung
- PusatPengembanganPendidikanPoliteknik (1987) TeknologiBahan 2 Bandung
SNI 03-1969-1990
JOB II
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
1.2 Tujuan
Setelah akhir pengujian mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menentukan gradasi agregat halus dengan menggunakan hasil analisa
saringan/ayakan.
b. Menentukan MHB agregat halus
c. Menggambarkan data hasil pemeriksaan kedalam grafik gradasi dan menentukan
gradasi agregat halus.
d. Menggunakan peralatan yang diperlukan dengan benar.
II Teori dasar
Analisa Saringan Ageregat adalah penentuan presentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan kemudian angka angka presentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Gradasi yang baik dan teratur (contionus) dari agregat halus
besar kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang baik
adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak boleh
mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan
pada ayakan berikutnya.
Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang
akan dibuat terutama dari zat – zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda
maupun beton yang sudah mengeras.
Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 – 3.8akan
menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan
tekan dan kebecekan yang optimal.
Cawan
Cawan adalah wadah
atau tempat untuk
meletakkan benda uji
3.2 Bahan
1. Agregat kasar
I. ProsedurPelaksanaan :
1. Bersihkan saringan dengan kuwas,lalu timbang dan catatlah beratnya.
2. Timbang agregat kasar yang akan dilakukan analisa saringan.
3. Susun saringan secara berurutan dari atas kebawah dengan diameter terbesar
berada diatas dan pan berada pada dasar saringan.
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
Series1
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.00 10.00
III. Kesimpulan
(MHB) Agregat Kasar adalah 9,622. Dengan standar MHB Agregat Kasar 5-8,
ternyata agregat kasar kami ukurannya melebihi standar tersebut.
IV. Referensi
- PusatPengembangan PendidikanPoliteknik,Pengujian Bahan, Bandung
- PusatPengembanganPendidikanPoliteknik ( 1987 ),TeknologiBahan 2, Bandung
- SNI 03 – 1969 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat kasar.
JOB II
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
1.2 Tujuan
Setelah akhir pengujian mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menentukan gradasi agregat halus dengan menggunakan hasil analisa
saringan/ayakan.
b. Menentukan MHB agregat halus
c. Menggambarkan data hasil pemeriksaan kedalam grafik gradasi dan menentukan
gradasi agregat halus.
d. Menggunakan peralatan yang diperlukan dengan benar.
II Teori dasar
Analisa Saringan Ageregat adalah penentuan presentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan kemudian angka angka presentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Gradasi yang baik dan teratur (contionus) dari agregat halus
besar kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi yang baik
adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat halus tidak boleh
mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan
pada ayakan berikutnya.
Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu beton yang
akan dibuat terutama dari zat – zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda
maupun beton yang sudah mengeras.
Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 – 3.8akan
menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan
tekan dan kebecekan yang optimal.
MesinPenggetarA
yakan Alat ini berfungsi untuk
menggetarkan agregat dan
akan mempermudah
pengayakan pada agregat.
Kuas
Ada yang
terbuatdaribuludankawattemb
aga
Cawan
3.4 Bahan
1. Pasir
IV Prosedur Pelaksanaan :
1. Agregat halus dikeringkan di oven dengan suhu (110±5)°C, sampai berat konstan
( jika agregat tersebut dalam keadaan basah ),
3. Saring benda uji tersebut dengan menggunakan susunan 1 set saringan terdiri dari
38mm; 19 mm; 9,6 mm; 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;
0,075 mm; pan. Susunannya dari yang terbesar ke terkecil.
4. Penyaringan ini dilakukan dengan meletakkan susunan saringan pada alat penggetar,
dan digetarkan
5. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing saringan
6. Bersihkan masing-masing saringan,dimulai dari saringan teratas dengan kuas cat
yang lemas.
Perhatian!
Penyikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang mungkin masih
melekat pada saringan.
7. Hitung persentasi berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total.
Diameter Tertahan %
atas bawah % Kumlatif
Sarigan gr LOLOS
100 100 9,50 0 0,00 0 100
100 90 4,75 0,3 0,06 0,06 99,94
95 60 2,38 1,4 0,28 0,34 99,66
70 30 1,19 4,5 0,90 1,24 98,76
34 15 0,59 28,3 5,66 6,90 93,1
20 5 0,30 166 33,20 40,10 59,9
10 0 0,15 244,2 48,84 88,94 11,06
pan 55,3 11,06 100,0 0
500
ZONA 2
Diameter Tertahan %
atas bawah % Kumlatif
Sarigan gr LOLOS
100 100 9,5 0 0,00 0 100
100 90 4,8 0,3 0,06 0,06 99,94
100 75 2,4 1,4 0,28 0,34 99,66
90 55 1,2 4,5 0,90 1,24 98,76
59 35 0,6 28,3 5,66 6,90 93,1
30 8 0,3 166 33,20 40,10 59,9
10 0 0,1 244,2 48,84 88,94 11,06
pan 55,3 11,06 100,0 0
500
ZONA 3
Diameter Tertahan %
atas bawah % Kumlatif
Sarigan gr LOLOS
100 100 9,5 0 0,00 0 100
100 90 4,8 0,3 0,06 0,06 99,94
100 85 2,4 1,4 0,28 0,34 99,66
100 75 1,2 4,5 0,90 1,24 98,76
79 60 0,6 28,3 5,66 6,90 93,1
40 12 0,3 166 33,20 40,10 59,9
10 0 0,1 244,2 48,84 88,94 11,06
pan 55,3 11,06 100,0 0
500
ZONA 4
Diameter Tertahan %
atas bawah % Kumlatif
Sarigan gr LOLOS
100 100 9,5 0 0,00 0 100
100 95 4,8 0,3 0,06 0,06 99,94
100 95 2,4 1,4 0,28 0,34 99,66
100 90 1,2 4,5 0,90 1,24 98,76
100 80 0,6 28,3 5,66 6,90 93,1
50 15 0,3 166 33,20 40,10 59,9
15 0 0,1 244,2 48,84 88,94 11,06
pan 55,3 11,06 100,0 0
500
50 Series2
40
Series3
30
20 Series1
10
0
0.10 1.00 10.00
Diameter saringan (mm)
60
50 Series1
40
30 Series3
20 Series2
10
0
0.1 1.0 10.0
Diameter saringan (mm)
60
50 Series1
40
30 Series2
20 Series3
10
0
0.1 1.0 10.0
Diameter saringan (mm)
60
50
40
30
20
10
0
0.1 1.0 10.0
Diameter saringan (mm)
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian analisa saringan agregat kasar di Laboratorium Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya didapatkan hasil Modulus Halus Butiran
(MHB) Agregat Halus adalah- - - - . Dengan standar MHB Agregat Halus 1,5 – 3,5 ,
ternyata agregat halus kami ukurannya memenuhi standar tersebut.
VII. Referensi
- ASTM C-33-82-Standard Specification For Concrete Aggregates
- BS-812-Pengujian analisa ayak untuk mengetahui gradasi
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,Pengujian Bahan, Bandung
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik (1987), Teknologi Bahan 2, Bandung
- SII 0052-80-Mutu dan Cara Uji AgregatBeton
- SK SNI T-15-1990-03:1-Pengertian agregat halus dan kasar
- SNI-03-1750-1990-Mutu dan cara uji agregat beton
- SNI-03-1968-1990-analisasaringanagregathalus kasar.
JOB III
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah akhir pengujian ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang
pengujian bobot isi agregat :
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah akhir pengujian ini mahasiswa diharapkan dapat :
a. menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi agregat
b. mengetahui seberapa besar perubahan berat terhadap volume agregat pada
kondisi yang berbeda
c. membuktikan kebenaran hasil rancangan perhitungan bobot isi agregat
sesuai dengan kenyataan, sekaligus dapat mengoreksinya jika tidak tepat.
d. menggunakan peralatan yang dipakai sesuai fungsinya
II. TeoriDasar
Berat isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dan isinya, yang
biasanya dinyatakan dalam satuan kg/liter atau kg/m3. Hal ini secara angka sama
dengan berat jenis, bila volume benda diukur/ditentukan bagi masing-masing
butirannya. Untuk agregat dengan berat jenis yang sama, dapat memberikan nilai
berat isi yang berbeda-beda tergantung bagaimana padatnya mengisikannya,
bentuk butiran dan susunan besar butirnya.
Timbangan
Bejana Silinder
Batang Pemadat
Density Spoon
3.2 Bahan
Agregat Kasar
8. Ulangi hingga 3 kali, dan cari rata-rata berat isi agregat gembur
9. Berat isi agregat = W3/V
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian berat isi padat dan gembur agregat kasar di
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya didapatkan :
Berat Beton Silindier I = 11841,9 gr
Berat Beton Silindier II = 12044,2 gr
VI. Referensi
- American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO)
- American Society for Testing and Materials (ASTM) C 29 – 71
- Collist, L. dan Fox, R.A. (1985), Aggregates : Sand, Gravel and Crushed Rock
Aggregates for Construction Purposes. The Geological Society: London.
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik ( 1987 ) Teknologi Bahan 2,
Bandung
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Pengujian Bahan,
Bandung
2. Tujuan
Setelah akhir pengujian ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. menerangkan prosedur pelaksanaan penemuan bobot isi agregat .
b. membuktikan kebenaran hasil rancangan perhitungan bobot isi agregat sesuai
dengan kenyataan, sekaligus dapat mengoreksinyajika tidak tepat.
c. mengetahui seberapa besar perubahan berat terhadap volume agregat pada
kondisi yang berbeda
d. Menggunakan peralatan yang dipakai dengan benar.
Berat isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dan isinya, yang biasanya
dinyatakan dalam satuan kg/liter atau kg/m3. Hal ini secara angka sama dengan berat
jenis, bila volume benda diukur/ditentukan bagi masing-masing butirannya. Untuk
agregat dengan berat jenis yang sama, dapat memberikan nilai berat isi yang
berbeda-beda tergantung bagaimana padatnya mengisikannya, bentuk butiran dan
susunan besar butirnya.
Bejana
Silinder
Batang Pemadat
Density Spoon
3.2 Bahan
Agregat Halus
Adapun prosedur pelaksanaan menentukan bobot isi agregat kasar antara lain :
A. Gembur
1. Timbang dan catatlah berat bejana silinder (gram)....W1
2. Ukur diameter dan tinggi bejana silinder (cm)
3. Hitung volume ( cm3 ).
4. Masukkan agregat dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir, dari
ketinggian maksimum 5 cm di atas bejana silinder di atas bejana silinderdengan
menggunakan density spoon sampai penuh
5. Ratakan permukaan bejana berisi agregatdengan mengguanakan mistar perata,
6. Timbang dan catatlah beratnya (gram).....W2
7. Keluarkan agregat dari bejana silinder
8. Ulangi hingga 3 kali, dan cari rata-rata berat isi agregat gembur
9. Berat isi agregat = W3/V
B. .Padat
1. Timbang dan catatlah berat bejana silinder (gram)....W1
2. Ukur diameter dan tinggi bejana silinder (cm)
3. Masukkan agregat dalam 3 lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali tusukan yang
merat. Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan
paling bawah tiap-tiap lapisan. Ratakan permukaan bejana berisi
agregat dengan menggunakan mistar perata
4. Timbang dan catatlah berat bejana berisi agregat....W2
5. Ulangi pekerjaan di atas sampai 3 kali
6. Hitunglah berat agregat padat... W3 = W2-W1
Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses pemotongan (cuting) beton
berlangsung dengan baik , maka perendaman ini dilakukan sampai batas waktu pengujian
kuat tekan.
Perhatian !
Jika benda ujinya berbentuk silinder , sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan
mortar / semen / belerang dipermukaan atas dan bawah setebal 4 mm , untuk meratakan
permukaan bidang tekan .
Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris
Jalankan mesin dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2 sampai 4 Kg/cm2
perdetik
Pembebanan ini dilakukan sampai batas maksimum dan catat hasilnya .
Hitung kuat tekan dari benda uji tersebut .
HASIL PERHITUNGAN
SILINDER BETON
Slika 10%
BJ 1,698785
Slika 5%
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian berat isi padat dan gembur agregat halus di
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya didapatkan :
Berat Beton Silindier I = 11841,9 gr
Berat Beton Silindier II = 12044,2 gr
Berat Beton Silindier III = 11724,3 gr
Berat Beton SelinderRata-Rata = 11870,13 gr
Berat Beton Kubus I = 5639,8 gr
Berat Beton Kubus II = 5700,5 gr
Berat Beton Kubus III = 5875,5 gr
Bera Beton Kubus IV = 5717,8 gr
Berat Beton Kubus Rata-Rata = 5733,4 gr
VI. Referensi
- American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)
- American Society for Testing and Materials (ASTM) C 29 – 71
- Collist, L. dan Fox, R.A. (1985), Aggregates : Sand, Gravel andSociety: London.
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik ( 1987 ) TeknologiBahan2,Bandung
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Pengujian Bahan,
Bandung
JOB IV
SLUMP
1.4 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan pengujian penentuan slump beton, mahasiswa diharapkan dapat
menentukan kekentalan adukan beton berdasarkan percobaan Slump Beton.
Timbangan Kapasitas 15 kg
Ketelitian 0,01 gr
3.2 Bahan
Semen
Agregat kasar
Agregat halus
Air
3. Masukkan adukan beton ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan merusak- rusak dan menggunakan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
Selama waktu menunggu ini , cetakan dan pelat slump dibersihkan dari jatuhan
adukan beton
5. Angkat cetakan perlahan – lahan. Dalam pengangkatan,posisi cetakan harus dijaga
tetap dalam keadaan vertical
6. Ukur penurunan dari adukan beton (slump). Pengukuran dilakukan minimal pada
3 titik yaitu titik terendah, titik tengah dan titik tertinggi yang kemudian nilai
penurunan (slump) diambil dari nilai rata-rata
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian slump beton di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Sriwijaya didapatkan slump 3,6 cm berarti memenuhi syarat 3-6 cm.
VII. Referensi
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik ( 1987 ) Teknologi Bahan 2,
Bandung
- Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Pengujian Bahan Bandung
- SNI 1972:2008 - Cara uji slump beton