PENULIS :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
kehendak-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya .
Adapun tujuan saya membuat tugas ini, adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata pelajaran konstruksi jalan dan jembatan dan juga untuk menambah
wawasan mengenai materi lapis pondasi agregat kelas B.
Dalam pembuatan dan penyusunan tugas ini tentu saja kami mengakui bahwa
tugas ini masih jauh dari kesempurrnaan, baik dari segi isi , teori , dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu karena belum luasnya wawasan kami. Hanya dengan
saran dan kritik yang konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat
diperkecil sehingga tugas ini akan memberikan manfaat yang maksimal. Kami
akan sangat terbantu apa bila pembaca dan pendengar dapat memberikan kritik
atau pun saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan tugas ini
dari segi manapun .
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini bisa bermanfaat bagi kita semua
baik untuk hari ini dan untuk masa yang akan datang .
Hormat kami
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...............................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan ............................................................................................5
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................17
4.2 Saran ...............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
3. Bagaimana komposisi material penyusun lapis pondasi agregat kelas b ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui material penyusun lapis pondasi agregat kelas b
2. Untuk mengetahui spesifikasi material penyusun lapis pondasi agregat
kelas b
3. Untuk mengetahui komposisi material penyusun lapis pondasi agregat
kelas b
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat
Terdapat tiga kelas yang berbeda dengan lapis pondasi agregat yaitu kelas
A kelas B dan kelas S. pada umumnya lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu
lapis pondasi atas untuk lapisan dibawah lapisan beraspal. Lapis pondasi agregat
kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis pondasi agregat kelas S akan
digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan.
Agregat berdasarkan ukuran ada dua macam yaitu agregat halus dan
agregat kasar. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75mm harus terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila
6
berulang-ulang dibasahi dan di keringkan tidak boleh digunakan. Bilamana agregat
kasar berasal dari kerikil maka untuk lapis pondasi agregat kelas A mempunyai
100% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* dan untuk lapis pondasi
agregat kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60% berat agregat kasar
dengan angularitas 95/90*. *95/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah dua atau lebih
Fraksi agregat halus yang dilolos ayakan 4,75mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang di
lolos ayakan no. 200 tidak boleh melampaui dua pertiga fraksi bahan yang di lolos
ayakan no.40.
A. Agregat Halus
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika di uji dengan larutan garam NAtrium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum
18%
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06mm)
lebih dari 5%
7
6) Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
B. Agregat Kasar
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organic dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak di kehendaki dan setelah di padatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
seperti tabel berikut :
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat
8
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17
9
2.5 Fungsi Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Lapis pondasi agregat kelas B adalah bagian perkerasan yang terletak
antara lapis pondasi bawah antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
2. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi
3. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
4. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari bebean roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal pelaksanaan pekerjaan
5. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan
a). Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan tabel 5.1.1.(1), dengan
toleransi di bawah ini:
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam pasal 5.1.2 dari spesifikasi ini
10
ketidak rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber)
permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
c) Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak
boleh kurang 1 cm dari tebal yang di syaratkan.
e) Untuk bahu jalan tanpa leburan aspal, permukaan akhir yang telah
dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm dibawah atau diatas elevasi
rancangan, pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi
maupun lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan. Lereng
melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1% dari lereng melintang rancangan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Agregat kelas B yaitu batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit 1
bidang pecah. Untuk lapis pondasi agregat kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*. *95/90
menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau
lebih.
Material penyusun lapis pondasi agregat kelas B ada agregat halus dan agregat
kasar.
Agregat halus
Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas
dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus
dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan
membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat
(surface area) akan lebih besar. Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai
dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Mempunyai butiran yang halus.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu
tinggi dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)
12
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17
Persyaratan agregat halus
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika di uji dengan larutan garam NAtrium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum
18%
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06mm)
lebih dari 5%
6) Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
13
Agregat Kasar
Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah
adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran,
dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan. Setelah
pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk membuang
kotoran yang melekat pada agregat agar dapat meningkatkan kualitas agregat.
Adapun kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton
mutu tinggi adalah:
a. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca.
Sifat keras diperlukan agar diperoleh beton yang keras pula, sifat tidak
berpori untuk menghasilkan beton yang tidak mudah tembus oleh air.
b. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.
c. Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering.
Lumpur yang dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter
0,063 mm, bila melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci
terlebih dahulu.
d. Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam
maka timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan
yang lebih baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta
semen sehingga akan mengikat dengan lebih baik.
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat
14
3.2 Spesifikasi Material Penyusun Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organic dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak di kehendaki dan setelah di
padatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara
basah) seperti tabel berikut :
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat
15
Gumpalan Lempung dan 0-5 % 0-5 % 0-5 %
Butiran-butiran
Mudah Pecah (SNI 03-4141-
1996)
CBR rendaman (SNI 1744: min.90% min.60 min.50 %
2012) %
Perbandingan Persen Lolos
Ayakan No.200 dan No.40 maks.2/3 maks.2/3 -
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
17