Anda di halaman 1dari 17

PERKERASAN JALAN RAYA

KEGIATAN LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B

PENULIS :

1. Nama Siswa : Adella Putri Sedhah Girindra Wardani (01)


2. Nama Siswa : Putu Eka Dana Prasetya Narayana (13)
3. Nama Siswa : Karina Putri Lestari (15)
4. Nama Siswa : Ni Putu Mutiara Nadi Mas (20)
5. Nama Siswa : Ni Luh Made Wina Yuniartini (31)

DISAIN PEMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DENPASAR
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
kehendak-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya .
Adapun tujuan saya membuat tugas ini, adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata pelajaran konstruksi jalan dan jembatan dan juga untuk menambah
wawasan mengenai materi lapis pondasi agregat kelas B.
Dalam pembuatan dan penyusunan tugas ini tentu saja kami mengakui bahwa
tugas ini masih jauh dari kesempurrnaan, baik dari segi isi , teori , dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu karena belum luasnya wawasan kami. Hanya dengan
saran dan kritik yang konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat
diperkecil sehingga tugas ini akan memberikan manfaat yang maksimal. Kami
akan sangat terbantu apa bila pembaca dan pendengar dapat memberikan kritik
atau pun saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan tugas ini
dari segi manapun .
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini bisa bermanfaat bagi kita semua
baik untuk hari ini dan untuk masa yang akan datang .

Denpasar, 24 Agustus 2018

Hormat kami

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...............................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan ............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Agregat .........................................................................................6
2.2 Jenis-Jenis Lapis Pondasi Agregat .................................................................6
2.3 Persyaratan Agregat .......................................................................................7
2.4 Sifat-sifat Bahan yang Disyaratkan ................................................................8
2.5 Fungsi Lapis Agregat B .................................................................................10
2.6 Toleransi Dimensi dan Elevasi.......................................................................10

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Material Penyusun Lapis Pondasi Agregat Kelas B ......................................12
3.2 Spesifikasi Material Penyusun Lapis Pondasi Kelas B ..................................15
3.3 Komposisi Material Penyusun Lapis Pondasi Kelas B ..................................16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................17
4.2 Saran ...............................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,


penghamparan, pembasahandan pemadatan agregat diatas permukaan yang
telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis
pondasi agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan
harus meliputi, bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran
dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi
ketentuan
Lapis Pondasi Agregat adalah lapis pondasi yang bahan utamanya terdiri
atas agregat atau batu atau granula material. Agregat adalah material berbutir yang
keras dan kompak dan yang dimaksud agregat mencakup antara lain batu bulat,
batu pecah, abu batu, dan pasir.
Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
menentukan dalam keberhasilan lapis pondasi. Lapis pondasi agregat terdiri dari 3
kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B, dan kelas S. Lapis pondasi terdiri atas
agregat kelas a / kelas b sedangkan lapis pondasi bawah terdiri atsa agregat kelas
S.
Agregat ada 2 macam yaitu agregat kasar dan halus. Agregat kasar adalah
material yang tertinggal Pada saringan No. 10 (2mm). Agregat halus adalah
material yang lolos pada saringan No. 10 (2mm). Agregat kasar kelas A yaitu dari
batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit 2 bidang pecah. Agregat kasar
kelas B yaitu batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit 1 bidang pecah.
Agregat kasar kelas C yaitu berasal dari batu krikil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja material penyusun lapis pondasi agregat kelas b ?
2. Bagaimana spesifikasi material penyusun lapis pondasi agregat kelas b ?

4
3. Bagaimana komposisi material penyusun lapis pondasi agregat kelas b ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui material penyusun lapis pondasi agregat kelas b
2. Untuk mengetahui spesifikasi material penyusun lapis pondasi agregat
kelas b
3. Untuk mengetahui komposisi material penyusun lapis pondasi agregat
kelas b

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Agregat


Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan besarnya. Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang
bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,063 mm - 150 mm.
Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari
sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Dalam hal ini, agregat
yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse agregat (kerikil ), coarse
sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran beton, agregat
merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% -
 75% dari volume total beton.

Keutamaan agregat dalam peranannya di dalam beton :

 Menghemat penggunaan semen Portland

 Menghasilkan kekuatan besar pada beton

 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton

 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat

2.2 Jenis- Jenis Lapis Pondasi Agregat

Terdapat tiga kelas yang berbeda dengan lapis pondasi agregat yaitu kelas
A kelas B dan kelas S. pada umumnya lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu
lapis pondasi atas untuk lapisan dibawah lapisan beraspal. Lapis pondasi agregat
kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis pondasi agregat kelas S akan
digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan.

Agregat berdasarkan ukuran ada dua macam yaitu agregat halus dan
agregat kasar. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75mm harus terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila

6
berulang-ulang dibasahi dan di keringkan tidak boleh digunakan. Bilamana agregat
kasar berasal dari kerikil maka untuk lapis pondasi agregat kelas A mempunyai
100% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* dan untuk lapis pondasi
agregat kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60% berat agregat kasar
dengan angularitas 95/90*. *95/90 menunjukan bahwa 95% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai
muka bidang pecah dua atau lebih

Fraksi agregat halus yang dilolos ayakan 4,75mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang di
lolos ayakan no. 200 tidak boleh melampaui dua pertiga fraksi bahan yang di lolos
ayakan no.40.

2.3 Persyaratan Agregat

A. Agregat Halus

1) Butir-butirannya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2

2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika di uji dengan larutan garam NAtrium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum
18%
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06mm)
lebih dari 5%

4) Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan


percobaan warna dengan larutan 3 % NaOH, yaitu warna cairan di atas
endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap daripada warna standar /
pembanding.
5) Modulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi

7
6) Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

B. Agregat Kasar

1) Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji


dengan goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau
Los Angeles.
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 1%.
4) Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali
5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %
6) Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi
7) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil
antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak
bersih antar tulangan atau berkas tulangan

2.4 Sifat-Sifat Bahan Yang Disyaratkan

Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organic dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak di kehendaki dan setelah di padatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
seperti tabel berikut :
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

8
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17

Tabet.5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat-sifat Kelas A Kelas B Kelas S

Abrasi dari Agregat Kasar 0-40% 0-40 % 0-40%


(SNI 2417 :2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan 95/901) 55/502) 55/502)
3/8" (SNI
7619: 2012)

Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 - 35

Indek Plastisitas (SNI 0-6 0 - 10 4 - 15


1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas maks.25 - -
dog. % Lolos
Ayakan No.200

Gumpalan Lempung dan 0- 5 % 0-5 % 0-5 %


Butiran-butiran
Mudah Pecah (SNI 03-4141-
1996)
CBR rendaman (SNI 1744: min.90% min.60 min.50 %
2012) %
Perbandingan Persen Lolos
Ayakan No.200 dan No.40 maks.2/3 maks.2/3 -

9
2.5 Fungsi Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Lapis pondasi agregat kelas B adalah bagian perkerasan yang terletak
antara lapis pondasi bawah antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
2. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi
3. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapis pondasi atas.
4. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari bebean roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal pelaksanaan pekerjaan
5. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan

2.6 Toleransi Dimensi dan Elevasi

a). Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan tabel 5.1.1.(1), dengan
toleransi di bawah ini:

Tabel 5.1.1.(1) Toleransi Dimensi dan Elevasi


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Lapis pondasi agregat kelas S +1,5 cm
digunakan sebagai lapis pondasi
-1.5 cm
bawah (hanya permukaan atas dari
lapisan pondasi bawah)
Permukaan lapis pondasi agregat +1 cm
kelas A dan kelas B untuk lapis
-1 cm
resap pengikat atau pelaburan
(perkerasan atau bahu jalan)
Bahu jalan tanpa penutup aspal Memenuhi butir No. 2.7.e.
dengan lapis pondasi agregat kelas
B (hanya pada lapis permukaan)

Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam pasal 5.1.2 dari spesifikasi ini

b) Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat

10
ketidak rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber)
permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.

c) Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak
boleh kurang 1 cm dari tebal yang di syaratkan.

d) Pada permukaan lapis pondasi agregar kelas A yang disiapkan untuk


lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang
terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan pada keratan
permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau
melintang sumbu jalan, maksimum 1cm.

e) Untuk bahu jalan tanpa leburan aspal, permukaan akhir yang telah
dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm dibawah atau diatas elevasi
rancangan, pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi
maupun lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan. Lereng
melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1% dari lereng melintang rancangan.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Material Penyusun Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Lapis Pondasi Agregat kelas B adalah bagian perkerasan yang terletak


antara lapis pondasi bawah.

Agregat kelas B yaitu batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit 1
bidang pecah. Untuk lapis pondasi agregat kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*. *95/90
menunjukan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau
lebih.
Material penyusun lapis pondasi agregat kelas B ada agregat halus dan agregat
kasar.
Agregat halus
Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas
dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus
dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan
membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat
(surface area) akan lebih besar. Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai
dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Mempunyai butiran yang halus.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu
tinggi dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama)

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

12
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17
Persyaratan agregat halus

1) Butir-butirannya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2

2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika di uji dengan larutan garam NAtrium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum
18%
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06mm)
lebih dari 5%

4) Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan


percobaan warna dengan larutan 3 % NaOH, yaitu warna cairan di atas
endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap daripada warna standar /
pembanding.
5) Modulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi

6) Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

13
Agregat Kasar
Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah
adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran,
dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan. Setelah
pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk membuang
kotoran yang melekat pada agregat agar dapat meningkatkan kualitas agregat.
Adapun kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton
mutu tinggi adalah:
a. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca.
Sifat keras diperlukan agar diperoleh beton yang keras pula, sifat tidak
berpori untuk menghasilkan beton yang tidak mudah tembus oleh air.
b. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.
c. Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering.
Lumpur yang dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter
0,063 mm, bila melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci
terlebih dahulu.
d. Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam
maka timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan
yang lebih baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta
semen sehingga akan mengikat dengan lebih baik.
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17

14
3.2 Spesifikasi Material Penyusun Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organic dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak di kehendaki dan setelah di
padatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara
basah) seperti tabel berikut :
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2" 50 100
1 Yi" 37,5 100 88 - 95 100
l" 25,0 79 - 85 70- 85 77 - 89
3/8" 9,50 44- 58 30- 65 41 - 66
No.4 4,75 29- 44 25 - 55 26 - 54
No.IO 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 12-8
11 2-8 4 - 16
7 17

Tabel.5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat-sifat Kelas A Kelas B Kelas S

Abrasi dari Agregat Kasar 0-40% 0-40 % 0-40%


(SNI 2417 :2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan 95/901) 55/502) 55/502)
3/8" (SNI
7619: 2012)

Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 - 35

Indek Plastisitas (SNI 0-6 0 - 10 4 - 15


1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas maks.25 - -
dog. % Lolos
Ayakan No.200

15
Gumpalan Lempung dan 0-5 % 0-5 % 0-5 %
Butiran-butiran
Mudah Pecah (SNI 03-4141-
1996)
CBR rendaman (SNI 1744: min.90% min.60 min.50 %
2012) %
Perbandingan Persen Lolos
Ayakan No.200 dan No.40 maks.2/3 maks.2/3 -

3.3 Komposisi Campuran Material Lapis Pondasi Kelas B

Komposisi campuran material agregat kelas B yang sesuai dengan


spesifikasi sirtu halus 40%, sirtu kasar 20% dan batu pecah 40% dan kadar air
optimum untuk agregat kelas B sebesar 5,78%

Dari komposisi campuran agregat kelas B menghasilkan kepadatan


maksimum sebesar 2,043 gr/cm. Campuran agregat kelas B tersebut diukur
berdasarkan nilai kepadatan maksimum adalah 64%.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lapis pondasi agregat kelas B adalah bagian perkerasan yang terletak


antara lapis pondasi bawah. Untuk lapis pondasi agregat kelas B yang berasal
dari kerikil mempunyai 60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90.
Dengan komposisi campuran material agregat kelas B yang sesuai dengan
spesifikasi yaitu sirtu halus 40%, sirtu kasar 20% dan batu pecah 40% dan
kadar air optimum untuk agregat kelas B sebesar 5,78%.

4.2 Saran

Untuk penggunaan lapis pondasi agregat kelas B harus sesuai dengan


komposisi campuran dari material penyusunnya.

17

Anda mungkin juga menyukai