AGREGAT
2.1 PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
yang di maksud dengan :
a. Agregat halus dalam beton adlah agregat berupa pasir alam sebagai
desintregasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang di hasilkan
oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran sebesar 5 mm
b. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil
desintregasi alami batu-batuan atau berupa batu pecah yang di peroleh dari
pemecahan batu antara 5 - 40 mm. Besar butir maksimum yang diijinkan
tergantung pada maksud pemakaian
1
percobaan warna ini dapat juga di pakai, asal kekuatan tekan adukan agregat
tersebut pada umur 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
kekuatan agregat yang sama tetapi dicuci dalam 3% NaOH yang kemudian
dicuci hingga bersih dengan air,pada umur yang sama
a. Susunan besar butir agregat halus, mempunyai modulus kehalusan antara 1,5
– 3,8 dan harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.
Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah
satu daerah susunan butiran menurut zone : 1,2,3 atau 4 (SKBI/BS.882) dan
harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
(a) Sisa diatas ayakan 4,8 mm harus maksimum 2% berat,
(b) Sisa diatas ayakan 1,2 mm harus minimum 10% berat
(c) Sisa diatas ayakan 0,3 mm harus minimum 15% berat,
(e) Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi,reaksi pasir terhadap alkali
harus negative
(f) Pasir laut tidak boleh dpakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang
telah diakui
(g) Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan spesi
terapan harus memenuhi persyaratan diatas (pasir pasang)
b) Agregat kasar
a) Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori,
kadar bagian yang lemah bila di uji dengan batang tembaga maksimum 5%.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloft dengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus di penuhi di penuhi
syarat-syarat seperti dalam Tabel 2.1.
2
Tabel 2.1.Hubungan antara kelas, mutu dengan ketahan hancur dan kekerasan
Bo serta B1 22 - 30 24 – 32 40 – 50
Beton mutu 14 - 22 16 – 24 27 – 40
K125,K175 dan K225
Mutu Beton diatas K225 kurang dari 14 kurang dari 16 kurang dari 27
atau beton pra tekan
b) Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang tersebut tidak melampaui
20% berat agregat seluruhnya
c) Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, misalnya terik matahari dan hujan.
d) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan garam sulfat adalah sebagai berikut :
(a) Jika di pakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum12 %
(b) Jika dipakai Magnesium Sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %
e) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat reaktif Alkali.
f) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1 % maka agregat harus
di cuci,
g) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar butir
mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10 dan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut
(a) Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0 % berat
3
(b) Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90 dan 98 % berat
(c) Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat
h) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5 jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari
jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
Penyimpanan dari pembatasan ini diijinkan apabila menurut penilaian
Pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa hingga
menjamin tidak terjadi sarang-sarang kerikil
4
e. Agregat dari ban berjalan
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari ban berjalan (conveyor belt).
f. Agregat dai pengangkutan
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari pengangkutan seperti truk,
kereta api, kapal dan lain sebagainya.
g. Agregat dari hamparan lapangan
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari himpunan lapangan
Ukuran besar
butir Macam Jumlah contoh (kg)
maksimum Agregat ( mm ) agregat
Agregat halus
No. 8 ( 2,36 ) 10
No. 8 ( 4,75 ) 10
Agregat kasar
3/8” ( 9,5 mm ) 10
1/2” ( 12,5 mm ) 15
3/4" ( 19,0 mm ) 25
1” ( 25,4 mm ) 50
1 1/2" ( 37,5 mm ) 75
2” ( 50,0 mm ) 100
2 1/2” ( 63 mm ) 125
3” ( 75 mm ) 150
3 1/2” ( 90 ) 175
5
b. Sumber batuan kompak ( massive )
Jumlah contoh yang harus diambil paling sedikit 25 kg dari setiap strata yang
terlihat jelas
c. Tumpukan agregat dalam bentuk kerucut
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal agregat seesuai
Tabel 2.1
d. Tumpukan agregat dalam bentuk trapesium
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal agregat sesuai
Tabel 2.1
e. Agregat dari ban berjalan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal agregat sesuai
Tabel 2.1
f. Agregat dari pengangkutan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal agregat sesuai
Tabel 2.1
g. Agregat dari hamparan lapangan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal agregat sesuai
Tabel 2.1
2.1.3.3 Ukuran
a. Sumber agregat potensial
Ukuran nominal agregat potensial, sesuai Tabel 2.1
b. Sumber batuan kompak ( massive )
Contoh batuan kompak yang harus diambil paling sedikit berukuran ( 150 x
150 x 100 ) mm, dan harus bebas dari retak dan pecah
c. TumpukAan agregat dalam bentuk kerucut
Ukuran nominal dalam bentuk kerucut, sesuai Tabel 2.1
d. Tumupukan agregat dalam bentuk trapezium
Ukuran nominal dalam bentuk trapezium, sesuai Tabel 2.1
e. Agregat dari ban berjalan
Ukuran nominal agregat ban berjalan, sesuai Tabel 2.1
f. Agregat dari pengangkutan
6
Ukuran nominal agregat dari pengangkutan, sesuai Tabel 2.1
2.1.3.5. Perhitungan
Rumus yang dipergunakan untuk menentukan jumlah contoh yang diambil adalah
sebagai berikut :
N = ( n )%
Diamana :
n = Jumlah contoh
N = Jumlah populasi
7
2.2.1.2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Zat organik yang terdapat dalam agregat biasanya berasal dari hasil penghancuran
zat-zat tumbuh-tumbuhan,terutama asam tannin dan derivatnya,yang berbentuk
humus dan lumpur organik. Umumnya lebih banyak terdapat dalam agregat halus
daripada dalam agregat kasar.
a. Peralatan
b. Bahan
8
Bahan pembantu / Bahan pembanding Bahan pembantu merupakan sebagian
cairan pembanding warna (warna standart ) yang dapat di buat sebagai berikut
:
2.2.1.6. CATATAN
9
Kadar zat organic dinyatakan tinggi ( terlalu kotor ), jika warna cairan dalam
botol di atas agregat halus lebih tua di bandingkan larutan warna pembanding.
2.2.1.8. LAMPIRAN
10
2.2.2. KADAR BUTIR HALUS LEWAT SARINGAN NO. 200
11
2.2.2.4. PERALATAN DAN BAHAN
a. Peralatan
a) Saringan terdiri dari 2 ukuran yang bagian bawah no. 200 ( O : 0,075 mm)
dan bagian atasnya no. 16 (O : 1,18 mm )
b) Wadah, untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung
benda uji sehingga pada waktu pengadukan ( pencucian ) benda uji dan air
tidak mungkin tumpah.
c) Timbangan, ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji
d) Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
b. Bahan
Benda uji ( contoh uji ) agregat dalam kondisi kering oven dengan berat
minimum tergantung pada ukuran maksimum agregat sesuai dengan Tabel
2.2.
12
2.2.2.5. PROSEDUR PELAKSANAAN
2.2.2.5. PERHITUNGAN
𝐖𝟑−𝐖𝟓
Kadar butir lewat saringan no.200 = × 100%
𝑊3
(W6)
Dimana :
13
W4 = berat benda uji kering oven sesudah pencucian + wadah ( gram )
2.2.2.7. CATATAN :
a. Hasil pengujian
b. Kelainan dan kegagalan selama pengujian
2.2.2.9. LAMPIRAN
14
2.2.3. KEKEKALAN ( SOUNDNESS )
15
b. Jika menggunakan larutan Magnesium Sulfat, bagian yang larut
maksimum 10%
a. Peralatan
16
c) Fraksi kasar harus lebih besar dari 4,75 mm, jumlah masing masing
fraksi tidak boleh kurang dari 15% keadaan aslinya, susunan masing-
masing fraksi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4. Susunan fraksi kasar dan berat contoh
17
e) Tiriskan selama ( 15±5) menit sebelum dikeringkan dalam oven
f) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu ( 110±5)°C selama 2 – 4 jam
g) Ulangi percobaan diatas sebanyak 5 kali,
h) Setelah semua pemeriksaan selesai, benda uji dibersihkan dari sisa bahan
pelarut dengan air panas dan keringkan dalam oven sampai berat tetap.
i) Saring dengan susunan ayakan seperti tabel 2.5 dibawah untuk fraksi
kasar:
Ayakan yang
Untuk fraksi
digunakan
( 63,00 – 37,50 ) mm 31,50 mm
( 37,50 – 19,00 ) mm 16,00 mm
( 19,00 – 9,50 ) mm 8,00 mm
( 9,50 – 4,75 ) mm 4,00
2.2.3.6. PERHITUNGAN
𝐀−𝐁
Kekekalan = × 100%
𝐀
(C)
Dimana :
A = Berat benda uji sebelum dites ( gram )
B = Berat benda uji sesudah dites ( gram )
18
d. ________, 1987 , Teknologi Bahan II , PEDC , Bandung
e. SK SNI S – 04 – 1989 – F
2.2.3.9. LAMPIRAN
19
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Kode Pos: 50229
Telp: (024) 8508092/93 Fax: (024)8508093/8508082
Email: humas@mail.unnes.ac.id Laman : http://unnes.ac.id/
Catatan :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
20
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Kode Pos: 50229
Telp: (024) 8508092/93 Fax: (024)8508093/8508082
Email: humas@mail.unnes.ac.id Laman : http://unnes.ac.id/
Catatan :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
21
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Kode Pos: 50229
Telp: (024) 8508092/93 Fax: (024)8508093/8508082
Email: humas@mail.unnes.ac.id Laman : http://unnes.ac.id/
Catatan :
………………………………………………………………………………………
.
Anggota : Persetujuan Instruktur
1. ........................................
2. ........................................
3. ........................................ ...................................
22
2.2.3. KEKEKALAN (SOUNDNESS)
23
terjadi dapat berupa kerutan-kerutan setempat retak-retak pada
permukaan, pecah-pecah yang agak dalam, sampai kepada
kerusakan yang berbahaya bagi suatu kontruksi.
a. Peralatan
24
6. Hidrometer, untuk mengukur berat jenis larutan (cairan)
dengan ketelitian ± 0,001 gram
b. Bahan
b) Fraksi kasar harus lebih besar dari 4,75 mm, jumlah masing-
masing fraksi tidak boleh kurng dari 15% keadaan aslinya,
susunan masing-masing fraksi adalah sebagai berikut:
2.2.3.6. PERHITUNGAN
2.2.3.8. LAMPIRAN
25
Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan
dapat :
26
Atau susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus
kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan agregat kasar antara 6,0 – 7,10.
a. Peralatan
b. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat banyak :
Benda uji disiapkan berdasar standar yang berlaku dan terikat
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak
perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat tidak menghendaki
pencucian.
a) Agregat halus terdiri dari:
1) Ukuran Maks. 4,76 mm : berat contoh minimum 500
gram
2) Ukuran Maks. 2,36 mm : berat contoh minimum 100
gram
b) Agregat Kasar terdiri dari:
27
1) Ukuran Maks. 3 ½’’ : berat contoh minimum 35,0
kg
2) Ukuran Maks. 3 ’’ : berat contoh minimum 30,0
kg
3) Ukuran Maks. 2 ½’’ : berat contoh minimum 25,0
kg
4) Ukuran Maks. 2’’ : berat contoh minimum 20,0
kg
5) Ukuran Maks. 1 ½’’ : berat contoh minimum 15,0
kg
6) Ukuran Maks. 1 ’’ : berat contoh minimum 10,0
kg
7) Ukuran Maks. ¾ ’’ : berat contoh minimum 5,0
kg
8) Ukuran Maks. ½’’ : berat contoh minimum 2,5
kg
9) Ukuran Maks. 3/8’’ : berat contoh minimum 1,0
kg
c) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan
agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2
bagian dengan saringan No. 4; selanjutnya agregat halus
dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti
tercantum diatas.
28
2.2.4.6. PERHITUNGAN
2.2.4.7. CATATAN
Laporan meliputi:
2.2.4.9. LAMPIRAN
29
2.2.5. KADAR AIR
30
2.2.5.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan
dapat:
a. Melakukan kandungan air dalam agregat halus dan
kasardengan cara pengeringan
31
Pengujian dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran
garis tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm. hasil pengujian
kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan:
a) Perencanaan campuran dan peengendalianmutu
beton
b) Perencanaan campuran dan pengendalian mutu
pekerasan jalan.
2.2.5.4. PERALATAN DAN BAHAN
a. Peralatan
a) Timbangan,ketelitian 0,15% berat contoh
b) Oven, dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk
memanasi sampai (110±5)ºC
c) Tanah logam tahan karat, kapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji
b. Bahan
Berat benda uji untuk pemeriksaan kadar air
agregat,minimum tergantung pada ukuran butir maksimum
sesuai table 2.6
Tabel 2.6 Hubungan berat contoh dengan ukuran butir
maksimum
32
25,4 1” 4,0
50,8 2” 8,0
76,2 3” 13,0
2.2.5.6. PERHITUNGAN
𝑊3−𝑊5
Kadar air agregat = x100%
𝑊5
Dimana:
W3= berat benda uji semula (gr)
W5= berat benda uji kering oven (gr)
2.2.5.7. CATATAN
a. Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan minimal 2 kali
kemudian diambil harga rata-ratanya
33
b. Hasil perhitungan kadar air agregat dilaporkan dalam
decimal
2.2.5.9. LAMPIRAN
34
PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
Prodi :……………………
No. Contoh I II
1. Berat talam + contoh basah (gram)
2. Berat talam + contoh kering (gram)
3. Berat air : 1-2 (gram)
4. Berat talam (gram)
5. Berat contoh kering : 2-4 (gram)
6. Kadar air : 3 : 5 x 100%
7. Kadar air rata-rata (%)
Catatan :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
35
1. …………………………
2. …………………………
3. …………………………
(………………………………)
Prodi :……………………
No. Contoh I II
1. Berat talam + contoh basah (gram)
2. Berat talam + contoh kering (gram)
3. Berat air : 1-2 (gram)
4. Berat talam (gram)
5. Berat contoh kering : 2-4 (gram)
6. Kadar air : 3 : 5 x 100%
7. Kadar air rata-rata (%)
Catatan :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
...........
36
Anggota : Persetujuan Instruktur
1. …………………………
2. …………………………
3. …………………………
(………………………………)
37
Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung dari
jenis batuan, susunan mineral, struktur butiran dan porositas
batuannya.
Didalam teknologi beton dipergunakan istilah atau pengertian
berat jenis dan penyerapan air sebagi berikut :
a. Berat jenis Curah ( bulk ), adalah perbandingan Antara
berat agregat kering dengan berat berat air suling yang
volumennya sama denga volume agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 25° C.
b. Berat jenis keadaan jenuh kering muka ( s.s. d.), adalah
perbandingan Antara berat agregat pada keadaan jenuh
atau kering muka dengan berat air murni pada volume yang
sama dengan volume agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu 25° C.
c. Berat jenis semu ( apparent ), adalah perbandingan antara
berat agregat kering dengan berat air suling yang
volumennya sama dengan volume agregat dalam keadaan
kering pada suhu 25° C.
d. Penyerapan air, adalah perbandingan berat air yang dapat
diserap pori- pori agregat terhadap berat agregat kering,
dinyatakan dalam persen.
a. Peralatan
38
a.) Timbangan, Kapasitas 1kg atau lebih dengan ketelitian 0,1
gram.
e.) Saringan
g.) Talam
j.) Desikator
b. Bahan
39
turut, Tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar dari
pada 0,1%, dinginkan pada suhu ruang , kemudian rendam dalam
air selama ( 24 ± 4 ) jam.
40
2.2.6.6. PERHITUNGAN
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi air benda uji dan air (gram)
berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh
500 =
(gram)
2.2.6.7. CATATAN
b. AASHTO T ̶ 84 ̶ 88
2.2.6.9. LAMPIRAN
41
Gambar 2. Kerucut Abram’s
42
43
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran, Gunung Pati - Semarang
Rata -
No. Contoh I II
rata
Berat benda uji kering permukaan jenuh (ssd)….500
Berat benda uji kering oven ………………………………Bk
Berat piknometer diisi air (25° C)……………………….B
Berat piknometer + benda uji (ssd) + air (25°C) Bt
Berat jenis ( Bulk) : 𝐵𝑘
𝐵 + 500 − 𝐵𝑡
500 − 𝐵𝑘
Penyerapan air : 𝑥100%
𝐵𝑘
Catatan :
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
44
1. ………………………………………….
2. ………………………………………….
3. …………………………………………. (……………………………………)
45
2.2.7. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung dari jenis
batuan, susunan mineral, stuktur butiran dan porositas batuannya. Di
dalam Teknologi Beton dipergunakan istilah atau pengertian berat jenis
dan penyerapan air sebagai berikut :
46
b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (S.s.d.), adalah
perbandingan antara erat agregat kering permukaan jenuh dan
berat air auling yang volumenya sama dengan volume agrgat
dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
c. Berat Jenis Semu (Apparent), adalah perbandingan anatara berat
agregat kering dengan berat air suling yang volumenya sama
dengan volume agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C.
d. Penyerapan air, adalah perbandingan berat air yang dapat diserap
(Quarry) terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
a. Peralatan
b. Bahan
47
Benda uji adalah agrgat yang tertahan diatas saringan No.4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh (Riffle Sample) atau cara perempat
(Quartering) sebanyak kira-kira 5 kg.
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan agregat.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C sampai berat
tetap, sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis
digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada
keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan
oven.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam dalam desikator,
kemudian timbang beratnya dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24±4 jam.
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan ain penyerap sampai selaput
air pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam
keadaan kering permukaan jenuh atau SSD), untuk butiran yang besar
pengeringan harus satu persatu.
f. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan
(Bj).
2.2.7.6 PERHITUNGAN
48
a. Berat jenis curah Bk
=
(Bulk dry specific gravity) Bj - Ba
d. Penyerapan air Bj - Bk
= x 100 %
Bk
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat jenis uji kering permukaan jenuh, (gram).
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, (gram)
2.2.7.7. CATATAN
a. Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan
sangat hati-hati. Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang
minimum 2 kali pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.
a. SNI 03-1969-1990
b. AASHTO T -84-88
d. PB’-0202-76
49
2.2.7.9. LAMPIRAN
50
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran, Gunung Pati - Semarang
Rata -
No. Contoh I II
rata
Berat benda uji kering permukaan jenuh (ssd)….500
Berat benda uji kering oven ………………………………Bk
Berat piknometer diisi air (25° C)……………………….B
Berat piknometer + benda uji (ssd) + air (25°C) Bt
𝐵𝑘
Berat jenis ( Bulk) :
𝐵 + 500 − 𝐵𝑡
500
Berat jenis jenuh (Ssd) :
𝐵 + 500 − 𝐵𝑡
𝐵𝑘
Berat jenih semu (Apparent) :
𝐵 + 𝐵𝑘 − 𝐵𝑡
500 − 𝐵𝑘
Penyerapan air : 𝑥100%
𝐵𝑘
Catatan :
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
51
2.2.8. KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES
52
yang diperoleh dengan cara menguji kekuatan tekan sampai hancur
contoh batuan dalam bentuk kubus berusuk 50 m atau silinder
berdiameter 25 mm atau mm. Kekuatan hancur suatu jenis batuan juga
sangat bervariasi tergantung dari beberapa hal antara lain susunan
mineral, ikatan antara butiran, porositas dsb.
a. Peralatan
a) Mesin Abrasi Los Angeles, terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 711 mm (28’’), panjang dalam 504
mm (20’’)silinder bertumpu pada 2 poros pendek yang tak menerus
dan berputar dpada [olos mendatar. Silinder berlubang untuk
memasukan benda uji. Penutup lubar terpasang rapat sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu, diagian silinder terdapat
bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,56’’).
53
c) Timbangan, ketelitian 5 gram
d) Bola-bola baja, diameter rata-rata 4,68 cm (1/7/6’’) dan berat
masing-masing antara 400 gram sampai 440 gram.
e) Oven, dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110n ±5)
°C
b.Benda Uji
54
2.2.8.5. PROSEDUR PELAKSANAAN
55
b. Benda uji dan bola-bola baja dimasukan ke dalam mesin Los
Angeles.
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm,
jumlah putaran gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk
gradasi E, F, dan G 1000 putaran.
d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin
kemudian saring dengan saringan no. 12. Butiran yang tertahan
diatasnya dicucui bersih, selanjutnya keringkan dalam oven
suhu (110 ± 5°C)
2.2.8.6. PERHITUNGAN
a-b
Keausan x 100 %
a
Dimana :
2.2.8.7. CATATAN
a. SNI 03-2417-1991
56
c. ASTM C 131 -96 DAN astm 535-96
d. PB -0206-76
2.2.8.10. LAMPIRAN
57
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran, Gunung Pati - Semarang
Tanggal
Kelompok :…………………………………………… :…………………………………..
Instruktur
Kelas :………………………………………………….. :……………………………….
Program Studi :……………………………………..
II. a
I. a :……………………… :……………………
b
b :…………………….. :……………………
a-b
a-b :…………………….. :……………………
Keausan I : Keausan II :
a-b / a x 100% :……………% a-b / a x 100% :……………….
Keausan rata-rata : I + II /2 :………….%
Catatan :
58
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
Anggota :
1. …………………………………………. Persetujuan Instruktur
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….
(……………………………………)
59
2.2.9. KEKERASAN AGREGAT METODE RUDELOFF
60
beton berkekuatan tinggi haruslah dipakai agregat yang tinggi pula
kekuatannya.
Sifat keras terhadap kuat hancur dari batu pecah atau kerikil alam perlu
ditentukan, untuk apabila suatu agregat dipergunakan sebagai bahan
pondasi, konstruksi jalan raya, dan sebagai agregat untuk beton.
2.2.9.4. PERALATAN
a. Peralatan
b. Bahan
61
Sediakan masing-masing fraksi sebanyak 1,1 liter untuk 1 kali pengujian
dan keringkan dalam oven pada suhu (110±5)°C contoh-contoh ini,
sampai berat tetap, timbang beratnya.
f. Tampung batu hasil tekanan ini, dan ayak dengan ayakan 2,00 mm.
2.2.9.6 PERHITUNGAN
A-B x 100
Keausan
A %
Dimana :
62
B = berat benda uji yang tertahan di atas ayakan 2,00 mm (gram)
2.2.9.7. CATATAN
a. SII. 0079-75
b. SNI 03-6681.1-2002
2.2.9.9. LAMPIRAN
63
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran. Gunung Pati - Semarang
Kelompok : Tanggal :
Kelas : Instruktur :
Program studi :
No. Contoh I II
Berat benda uji (A) gram
Berat benda uji setelah penekanan dan lewat saringan 2,0
mm (B) gram
Berat benda uji setelah penekanan dan tertahan saringan
2,00 mm
Kekerasan : B / A X 100 %
Kekerasan rata-rata : I + II / 2 ( % )
Catatan :
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
64
2.2.10. KEPIPIHAN
a. Bulat, berbentuk bulat penuh atau bulat telur. Yang termasuk jenis
ini, adalah pasir dan kerikil sungai dan dari pantai.
b. Tidak beraturan, bentuk alamiahnya memang tidak beraturan atau
sebagian tejadi karena pergeseran dan mempunyai sisi/tepi yang
65
bulat. Yang termasuk ini adalah kerikil sungai, kerikil darat, dan
kerikil yang berasal dari lahar gunung api.
c. Bersudut, bentuk ini tidak beraturan, memunyai sudut-sudut tajam
dan permukaannya kasar. Yang termasuk jenis ini adalah batu
pecah, yaitu hasil pemecahan dengan mesin dari berbagai jenis
batuan.
d. Pipih, yang disebut piph dalah bahan yang tebalnya jauh lebih kecil
dari dua dimensi lainnya. Biasanya disebut pipih jika tebalnya
kurang dari sepertiga lebar. Agregat jenis ini berasal dari batu-batu
yang berlapis.
e. Memanjang, yang disebut memanjang adalah bahan yang
panjangnya jauh melebihi dari dua dari dimensi lainnya. Yang
disebut memanjang bila panjangnya lebih dari tiga kali lebarnya.
f. Pipih dan memanjang, butiran yang panjangnya melebihi lebarnya
dan lebarnya jauh melebihi tebalnya.
a. Peralatan
a) Jangka Sorong
b) Talam
66
c) Timbangan, kapasitas ± 10 kg, ketelitian 0,5%
b. Bahan
b. ukur panjang (p), lebar (l), dan tebal (t) dari masing-masing butiran
agregat, lalu masukan dalam klarifikasinya :
a) P > 3 l Panjang
b)l > 3 t Pipih
c) P > 3 l dan l <3 t Baik
c. Timbang agregat yang berbentuk panjang (B) dan yang berbentuk pipih
(C).
2.2.10.6. PERHITUNGAN
Dimana:
Berat benda uji
A
= semula
Berat benda uji berbentuk panjang,
B
= (gram)
C = Berat benda uji berbentuk pipih, (gram)
67
2.2.10.7. DAFTAR PUSTAKA
a. SNI 03-6861.1-2002
b. SII. 0456-81
2.2.10.9. LAMPIRAN
68
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran. Gunung Pati - Semarang
PENGUJIAN KEPIPIHAN
Kelompok : Tanggal :
Kelas : Instruktur :
Program studi :
No. Contoh I II
Berat agregat total (A) gram
Berat agregat untuk P> 3 L (B) gram
Persentase agregat panjang dan pipih
: B + C / A X 100 %
Panjang dan pipih rata-rata
Catatan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
69
LAB. UJI BAHAN BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung E4, Kampus Sekaran, Gunung Pati - Semarang
Metode Spesifikasi
No. Jenis Pengujian Hasil uji Satuan
Pengujian Min Mak
1. Kadar organik SNI 03-2816-1992 Tidak boleh ada
2. Kadar butir halus lewat SNI 03-4142-1996
Saringan n0.200
Agregat halus 5 %
Agregat kasar 1 %
3. Kekekalan SNI 03-3407-1994 12 %
4. Analisa ayak:
Agregat halus SNI 03-1968-1990 1,5 3,8 FM
Agregat kasar SNI 03-1968-1990 6 7,1 FM
Tgt. Kondisi
5. Kadar air SNI 03-1971-1990 agregat %
6. Berat jenis ssd :
SNI 03 - 1970-
Agregat halus 1990
SNI 03 -1969-
Agregat kasar 1990
7. Keausan - los angeles SNI 03-2417-1991 TGT. Mutu beton %
8. Kekerasan - Rudeloff SII 0079-75 TGT. Mutu beton %
9. Kepipihan SII 0456-81 20 %
Catatan :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Anggota :
1. …………………………………………… Persetujuan Instruktur
70
2. ……………………………………………
3. ……………………………………………
(……………………………………)
71