Anda di halaman 1dari 19

Laboratorium Ilmu Bahan

Departemen Teknik Sipil - Fakultas


Teknik Universitas Negeri Semarang

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BAHAN


BANGUNAN
NAMA PRAKTIKAN : Zahra Akira Maheswari 5101419023
Ilham Indrajatmoko 5101419030
KELOMPOK :9
JUDUL PRAKTIKUM : Pengujian Agregat
ASISTEN :
PARAF DAN NILAI :

BAB II
Agregat
I. Pendahuluan
1.1. Pengertian Agregat
a. Agregat halus dalam beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai desintregasi alami dari batu-batuan atau berupa
pasir buatan yang di hasilkan oleh alat-alat pemecah batu
dan mempunyai ukuran sebesar 5 mm.
b. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil
sebagai hasil desintregasi alami batu-batuan atau berupa
batu pecah yang di peroleh dari pemecahan batu antara 5 -
40 mm. Besar butir maksimum yang diijinkan tergantung
pada maksud pemakaian
1.2. Syarat Mutu Agregat
1. Agregat Halus
a) Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang
tajam dank keras,dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
b) Butiran butiran agregat halus harus bersifat
kekal,artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca seperti terik matahari dari hujan
c) Sifat kekal apabila di uji dengan larutan jenuh garam
sulfat adalah sebagai berikut :
(a) Jika dipakai natrium sulfat,bagian yang hancur
maksimum 12%
(b) Jika dipakai Magnesium sulfat,bagian yang hancur
maksimum 10%

31 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

(c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur dari 5%


(ditentetukan terhadap berat kering) Yang diartikan
dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0,060 mm. Apabila kadar limpur melebihi 5%
maka agregat harus dicuci.
(d)Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan
organik terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abrams-herder. Untuk bila di
rendam dalam larutan 3% NaOH, cairan diatas tidak boleh
lebih gelap dari warna larutan pembanding. Agregat halus
yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga di
pakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada
umur 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
kekuatan agregat yang sama tetapi dicuci dalam 3% NaOH
yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air,pada umur
yang sama.
(f) Susunan besar butir agregat halus, mempunyai modulus
kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari
butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya.
Apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan
butiran menurut zone : 1,2,3 atau 4 (SKBI/BS.882)
dan harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
1. Sisa diatas ayakan 4,8 mm harus maksimum 2%
berat,
2. Sisa diatas ayakan 1,2 mm harus minimum 10%
berat
3. Sisa diatas ayakan 0,3 mm harus minimum 15%
berat,
(g)Untuk beton dengan tingkat keawetan yang
tinggi,reaksi pasir terhadap alkali harus negative

32 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

(h)Pasir laut tidak boleh dpakai sebagai agregat halus


untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-
petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang telah
diakui
(i) Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi
plesteran dan spesi terapan harus memenuhi persyaratan
diatas (pasir pasang)

2. Agregat Kasar
Agregat kasar harus memenuhi persyaratan di bawah ini :
a) Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang
keras dan tidak berpori, kadar bagian yang lemah bila
di uji dengan batang tembaga maksimum 5%.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa
dengan bejana penguji dari Rudeloft dengan beban
penguji 20 ton, dengan mana harus di penuhi di penuhi
syarat-syarat seperti dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Hubungan antara kelas, mutu dengan ketahan


hancur dan kekerasan

Bejana tekan Rudeloft Kekerasan


Kelas
Bagian hancur dengan bejana
dan
Menambah ayakan geser los angeles
Mutu 2 mm, maksimum (%) bagian hancur

Beton Fraksi butir Fraksi butir menembus ayakan


19 – 30 mm 9,5 – 19 mm 1,7mm,maksimum (%)

Bo serta B1 22 - 30 24 – 32 40 – 50

Beton mutu 14 - 22 16 – 24 27 – 40
K125,K175
dan K225

33 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

Mutu Beton kurang dari 14 kurang dari 16 kurang dari 27


diatas K225
atau beton
pra tekan

b) Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan


panjang hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir
pipih dan panjang tersebut tidak melampaui 20% berat
agregat seluruhnya
c) Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca,
misalnya terik matahari dan hujan.
d) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan garam sulfat
adalah sebagai berikut :
1. Jika di pakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur
maksimum 12%
2. Jika dipakai Magnesium Sulfat bagian yang
hancur maksimum 10 %
e) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif Alkali.
f) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 1 % (ditentukan terhadap berat kering). Apabila
kadar lumpur melebihi 1 % maka agregat harus di cuci,
g) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan
susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar butir
mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10 dan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1. Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0 % berat
2. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90
dan 98 % berat

34 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

3. Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan


yang berurutan maksimum 60 % dan minimum 10 %
berat
h) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5
jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3
dari tebal pelat atau ¾ dari jarak bersih minimum diantara
batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpanan dari
pembatasan ini diijinkan apabila menurut penilaian Pengawas
ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa
hingga menjamin tidak terjadi sarang-sarang kerikil
1.3. Pengambilan Sample Agregat
Tata cara ini meliputi pengambilan contoh (sampling)
agregat kasar dan halus ini digunakan untuk tujuan sebagai
berikut :
a. Penyelidikan pendahuluan sumber potensial
b. Pengendalian produksi pada sumber persediaan
c. Pengendalian pelaksanaan lapangan
d. Penerimaan atau penolakan bahan (material)
1.4. Sumber Agregat
1. Sumber Agregat Potensial
Contoh agregat yang akan di panggil dapat dari sumber
alam potensial seperti sungai, dataran, gunung dan lain
sebagainya.
2. Sumber Batuan Kompak (Massive)
Contoh batuan kompak yang akan diambil dapat dari
sumber alam potensial seperti dataran,gunung,dan lai
sebagaiya.
3. Dari Tumpukan Agregat dalam Bentuk Kerucut
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari
tumpukan, curahan ban berjalan.
4. Tumpukan Agregat dalam Bentuk Trapesium

35 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

Contoh agregat yang akan diambil dapat dari


tumpukan, yang ditimbun dengan menggunakan dump
truck, alat berat atau lain sebagainya.
5. Agregat dari Ban Berjalan
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari ban
berjalan (conveyor belt).

6. Agregat dari Pengangkutan


Contoh agregat yang akan diambil dapat dari
pengangkutan seperti truk, kereta api, kapal dan lain
sebagainya.
7. Agregat dari Hamparan Lapangan
Contoh agregat yang akan diambil dapat dari himpunan
lapangan.
1.5. Jumlah Sample
1. Sumber Agregat Potensial
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran
nominal agregat sesuai tabel 2.1
Tabel 2.1. Berat contoh

Ukuran besar
butir Macam Jumlah contoh (kg)
maksimum Agregat ( mm ) agregat
Agregat halus
No. 8 ( 2,36 ) 10
No. 8 ( 4,75 ) 10
Agregat kasar
3/8” ( 9,5 mm ) 10
1/2” ( 12,5 mm ) 15
3/4" ( 19,0 mm ) 25
1” ( 25,4 mm ) 50

36 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

1 1/2" ( 37,5 mm ) 75
2” ( 50,0 mm ) 100
2 1/2” ( 63 mm ) 125
3” ( 75 mm ) 150
3 1/2” ( 90 ) 175

2. Sumber Batuan Kompak ( massive )


Jumlah contoh yang harus diambil paling sedikit 25
kg dari setiap strata yang terlihat jelas
3. Tumpukan Agregat dalam Bentuk Kerucut
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung
ukuran nominal agregat seesuai Tabel 2.1
4. Tumpukan Agregat dalam Bentuk Trapesium
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung
ukuran nominal agregat sesuai Tabel 2.1
5. Agregat dari Ban Berjalan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung
ukuran nominal agregat sesuai Tabel 2.1
6. Agregat dari Pengangkutan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung
ukuran nominal agregat sesuai Tabel 2.1
7. Agregat dari Hamparan Lapangan
Jumlah contoh yang harus diambil tergantung
ukuran nominal agregat sesuai Tabel 2.1
1.6. Ukuran
1. Sumber Agregat Potensial
Ukuran nominal agregat potensial, sesuai Tabel 2.1
2. Sumber Batuan Kompak ( massive ).
Contoh batuan kompak yang harus diambil paling
sedikit berukuran ( 150 x 150 x 100 ) mm, dan harus bebas
dari retak dan pecah.
3. Tumpukan Agregat dalam Bentuk Kerucut

37 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

Ukuran nominal dalam bentuk kerucut, sesuai Tabel 2.1


4. Tumpukan Agregat dalam Bentuk Trapesium
Ukuran nominal dalam bentuk trapezium, sesuai Tabel 2.1
5. Agregat dari Ban Berjalan
Ukuran nominal agregat ban berjalan, sesuai Tabel 2.1

6. Agregat dari Pengangkutan


Ukuran nominal agregat dari pengangkutan, sesuai Tabel
1.7. Perhitungan Sample
Rumus yang dipergunakan untuk menentukan
jumlah contoh yang diambil adalah sebagai berikut :
N = ( n )%
Dimana :
n = Jumlah contoh
N = Jumlah populasi

1.8. Kemasan Sample


a. Masukan contoh agregat kedalam karung atau kantong
plastik, dengan keterangan atau label yang sesuai.
b. Ikat karung atau kantong yang telah berisi contoh agregat,
dan cantumkan label dan keterangan yang sesuai pada sisi
luarnya.

1.9. Cara Uji


Sebelum melakukan pengujian, simpan contoh dalam
karung atau kantong plastik yang tertutup rapat dan kedap air
serta kedap udara, untuk mencegah penyerapan lembab
sebelum contoh di uji. Menyiapkan contoh rata-rata
(komposif) untuk pengujian fisik dan mekanis.

38 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

II. Pengujian Agregat


1. Uji Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah selesai melakukan praktikum,mahasiswa
diharapkan dapat :

a. Menerangkan prosedur uji lumpur di dalam agregat


halus
b. Melakukan uji lumpur Agregat Halus dengan
menggunakan peralatan yang tepat dan benar
c. Menentukan Kadar lumpur yang terdapat di dalam
Agregat Halus
d. Menerangkan cara yang harus ditempuh, bila Agregat
Halus yang diuji ternyata mengandung lumpur
1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa
diharapkan dapat menentukan dapat dipakai atau tidak
Agregat Halus berdasarkan Kandungan Zat lumpur.
1.1.3. Dasar Teori

Agregat (kerikil maupun pasir) harus memenuhi


syarat mutu sesuai dengan SK SNI S–04–1989–F,
”Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A”. Salah satu syarat
yang harus dipenuhi yaitu kadar lumpur, untuk masing–
masing agregat kadar lumpur yang diijinkan berbeda.
Kadar lumpur agregat normal menurut SK SNI S–
04–1989–F adalah :
- Agregat Halus (Pasir) : kadar lumpur atau bagian
yang lebih kecil dari 70 mikro (0,075 mm) maksimum 5%.
- Agregat Kasar (Split) : kadar lumpur atau bagian
yang lebih kecil dari 70 mikro (0,075 mm) maksimum 1%.

39 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

1.2. Praktikum
1.2.1 Alat dan Bahan :
a. Agregat Halus (pasir) = 2 kg
b. Air
Peralatan :
a. Gelas ukur berkapasitas 1000 ml
1.2.2 Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam
praktikum;
2. Masukan pasir secukupnya kedalam gelas ukur 1000 ml;
3. Tambahkan air kedalam gelas ukur;
4. Kemudian simpan gelas ukur di tempat yang aman dan
datar lalu biarkan mengendap selama ± 24 jam;
5. Ukur tinggi kadar lumpur yang terletak di bagian paling
atas pasir kemudian catat;
6. Bersihkan peralatan yang telah di pakai.

1.3. Pengelolaan Data


1.3.1. Perhitungan
Untuk menentukan berapa persentase (%) kadar
lumpur digunakan rumus:

Kadar lumpur agregat =

Dimana : V1 = Tinggi pasir dan V2 = Tinggi lumpur

40 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

1.3.2. Hasil Perhitungan

PENGUJIAN KADAR LUMPUR PADA AGREGAT

Kelompok :9 Tanggal : 4 November 2019


Kelas : Rombel 1 Instruktur : Drs. M. Pujo Siswoyo
Program studi : Pend. Teknik Bangunan

NO. KETERANGAN BANYAKNYA (ml)


1 Tinggi agregat halus sebelum diuji 500
2 Tinggi Pasir (V1) 505
3 Tinggi lumpur (V2) 10

4 Kadar lumpur agregat = 1,94%

Anggota : Persetujuan Instruktur

1. Zahra Akira M (5101419023)


2. Ilham Indrajatmoko (5101419030) (……………………)

41 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

1.4. Kesimpulan
Dari hasil praktikum presentase kadar lumpur agregat
halus sebesar 1,94 %. Hasil ini telah memenuhi syarat,
dimana presentase kadar lumpur agregat halus tidak boleh
lebih dari 5%. Maka agregat halus yang kami uji ini baik
untuk digunakan dalam campuran beton.
1.5. Referensi
Pengujian kadar lumpur dalam agregat, 2018, Teknik Sipil
Blogspot
https://www.ilmubeton.com/2017/11/pengaruh-kadar-
lumpur-pada-agregat.html
1.6. Lampiran

Sebelum Sesudah (Endapan


(Campuran Lumpur)
Agregat+Air)

42 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

2. Uji Gradasi Agregat


2.1. Pendahuluan
2.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah selesai melakukan praktikum,mahasiswa
diharapkan dapat :
a. Menerangkan prosedur uji gradasi di dalam agregat
b. Melakukan uji gradasi Agregat dengan menggunakan
peralatan yang tepat dan benar
c. Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat
halus dan angka kehalusan agregat (pasir) tersebut.

2.1.2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah selesai melakukan praktikum, mahasiswa
diharapkan dapat menentukan dapat dipakai atau tidak
Agregat berdasarkan gradasi ukuran agregat halus dan
kasar.

2.1.3. Dasar Teori


Gradasi atau susunan butir adalah distribusi dari
ukuran agregat. Distribusi ini bervareasi dapat di bedakan
menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continous grade) dan gradasi seragam (uniform
grade). Untuk mengetahui gradeasi tesebut dilakukan
pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standard dari
BS 812, ASTM C-33, C 136, ASHTO T.26 ataupun
Standard Nasional Indonesia.
Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk
mengetahui gradasi agregat dapat dilihat pada tabel 2.5
diatas.
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton segar
adalah sebagai berikut :

43 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

1. Mempunyai sifat mampu dikerjakan (workability)

2. Mempengaruhi sifat kohesif campuran agregat, semen

dan air.

3. Mempengaruhi keseragaman/homogenitas adukan

sehingga akan berpengaruh pada cara pengecoran dan

pewadahan.

4. Mempengaruhi sifat segregasi (pemisahan butir) atau

juga bleding.

5. Mempengaruhi hasil pekerjaan finishing permukaan

beton dan adukan.

Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton

keras adalah seagai berikut :

1. Mepengaruhi porositas

2. Berpengaruh terhadap sifat kedap air

3. Berpengaruh terhadap keadatan


Gradasi agregat ialah distribusi ukuran butiran dari
agregat bila butir butir agregat mempunyai ukuran yang
sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila
ukuran butir butirnya bervariasi akan terjadi volume pori
yang kecil. Untuk pembuatan aduk beton atau mortar
diperlukan suatu butiran yang mempunyai volume sesedikit
mungkin, sehingga jika volume pori agregat kecil berarti
membutuhkan voume perekat yang sedikit. Menurut
peraturan yang dipakai pada saat ini (SNI 03 – 6681.1-
2002) kekerasan agregat halus dapat dibagi menjadi 4 zone
yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar, dan kasar,
demikian halnya dengan agregat kasar.

44 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

Atau susunan besar butir agregat halus mempunyai


modulus kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan agregat kasar
antara 6,0 – 7,10.

2.2. Praktikum
2.2.1. Peralatan dan Benda Uji
2.2.1.1. Peralatan :
1. Timbangan, ketelitian 0,2% dari berat benda uji
2. 1 set saringan, diameter: 76,2 mm (3’’); 63,5mm (2
1/2 ‘’); 50,8 mm (2’’) ; 37,5 mm (11/2’’); 25mm (1’’);
19,1 mm (3/4’’) ; 12,5mm (1/2’’); 9,5 mm (3/8’’) ; No.
4 (4,75mm); No.8 (2,36mm); No. 16 (1,18mm); No. 30

45 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

(0,60mm); No. 50 (0,30mm); No. 100 (0,15mm); No.


200 (0,075mm).
3. Oven, dilengkapi pengaturan suhu untuk memanasi
sampai (110±5)°C
4. Alat pencampur contoh (Riffle Sample)
5. Mesin pengguncang saringan (Sieve Shaker)
6. Wadah hasil ayakan
7. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat lainnya.
2.2.1.2. Benda Uji :
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau
cara perempat banyak: Benda uji disiapkan berdasar
standar yang berlaku dan terikat kecuali apabila butiran
yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat tidak menghendaki
pencucian.
a) Agregat halus terdiri dari:
1) Ukuran Maks. 4,76 mm:berat contoh minimum 500
2) Ukuran Maks. 2,36 mm : berat contoh minimum 100
b) Agregat Kasar terdiri dari:
1) Ukuran Maks. 3 ½’’: berat contoh minimum 35,0 kg
2) Ukuran Maks. 3 ’’ : berat contoh minimum 30,0 kg
3) Ukuran Maks. 2 ½’’: berat contoh minimum 25,0 kg
4) Ukuran Maks. 2’’ : berat contoh minimum 20,0 kg
5) Ukuran Maks. 1 ½’ : berat contoh minimum 15,0 kg
6) Ukuran Maks. 1 ’’: berat contoh minimum 10,0 kg
7) Ukuran Maks. ¾ ’’: berat contoh minimum 5,0 kg
8) Ukuran Maks. ½’’: berat contoh minimum 2,5 kg
9) Ukuran Maks. 3/8’’: berat contoh minimum 1,0 kg
c) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan
agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2
bagian dengan saringan No. 4; selanjutnya agregat

46 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah


seperti tercantum diatas.
2.2.2. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang agregat dengan berat 2 kg
3. Lalu susun saringan dengan ukuran paling besar diletakkan
paling atas
4. Masukkan agregat kedalam saringan yang sudah disusun
5. Tutup saringan paling atas dengan penutup saringan
6. Kemudian saringan diguncang dengan mesin pengguncang
selama 10 menit
7. Lalu timbang agregat yang tertahan pada masing-masing ukuran
saringan
8. Catat hasil yang telah diperoleh

2.3. Pengelolaan Data


2.3.1. Perhitungan
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan
diatas masing-masing saringan terdapat berat total bena uji
setelah disaring.
2.3.2. Hasil Perhitungan

PENGUJIAN KADAR LUMPUR PADA AGREGAT

Kelompok :9 Tanggal : 4 November 2019


Kelas : Rombel 1 Instruktur : Drs. M. Pujo Siswoyo
Program studi : Pend. Teknik Bangunan

Diameter Ayakan (mm) Pasir Tertinggal (gram)

47 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

9,50 296,4
4,75 235,1
2,36 261,4
1,18 220,3
0,60 394,5
0,30 395,7
0,15 159,8
0,00 36,8
Jumlah 2000

Berat contoh kering : 200 gram

Berat Persentase Persentase


Diameter Berat
saringan + berat Berat Komulatif
saringan saringan
Tertahan tertahan Tertahan
(mm) (gram)
(gram) (%) (%)

9,60 298,4 14,92 14,92 85,08

4,75 235,1 11,75 26,67 73,32

2,36 261,4 13,0 39,74 60,25

1,18 220,3 11,01 50,76 49,24

0,60 394,5 19,73 70,48 29,51

0,30 395,7 19,79 90,27 9,73

0,15 159,8 7,99 98,25 1,75

sisa 36,8 1,84 100,0 0

Anggota : Persetujuan Instruktur

1. Zahra Akira M (5101419023)


2. Ilham Indrajatmoko (5101419030) (……………………)

48 | P e n g u j i a n A g r e g a t
Laboratorium Ilmu Bahan
Departemen Teknik Sipil - Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang

2.4. Kesimpulan
Dari hasil saringan agregat halus (pasir). Agregat ini
termasuk dalam zone I (daerah pasir kasar).
2.5. Referensi
a. SNI 03-6844-2002
b. SNI 03-6847-2002
c. SII-0458-1981 SNI 03-6847-2002
d. ASTM D 2395-69
e. Teknologi Bahan 3, Bandung, PEDC
2.6. Lampiran

Penimbangan Uji Gradasi


Agregat Agregat

Hasil Gradasi
Agregat
49 | P e n g u j i a n A g r e g a t

Anda mungkin juga menyukai