Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN BAHAN II

POLITEKNIK NEGERI BALI


Oleh:
I Gusti Ayu Kartika Prami Dewi
2115124065
4E D4 Manajemen Proyek Konstruksi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BALI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini
disusun untuk memenuhi nilai dari mata kuliah Praktikum Pengujian Bahan II.
Adapun pembuatan laporan ini untuk memuat pelaporan kegiatan selama
pelaksanaan praktikum pengujian bahan I sehingga dapat menambah
pengetahuan kita semua khususnya mahasiswa Jurusan Teknik Sipil.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam hal ini, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak I Komang Sudiarta, ST., MT, selaku dosen pengajar pertama pada
praktek pengujian bahan II.
2. Bapak I Nyoman Ardika, ST., MT,selaku dosen pengajar kedua pada
praktek pengujian bahan II.
3. Bapak Ketut Darmaja, selaku teknisi praktek praktek pengujian bahan II.
4. Bapak I Gst Bagus Suadnyana, selaku teknisi praktek pengujian bahan II.
5. Teman-teman beserta semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan praktek pengujian bahan II.
Laporan Praktek Pengujian Bahan II ini, masih sangat jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari Bapak/Ibu dosen pengajar, agar penyusunan laporan kedepannya
dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga Laporan Praktek Pengujian Bahan II ini
dapat memberikan manfaat dan menambah lebih banyak wawasan untuk para
pembaca khususnya mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil. Akhir kata, saya
ucapkan terimakasih.
Badung, 22 April 2023
Penulis

I Gusti Ayu Kartika Prami Dewi

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
Pendahuluan.......................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3. Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
Pembahasan........................................................................................................................6
2.1. Penyiapan Agregat.............................................................................................6
2.2. Pengujian Berat Jenis.........................................................................................6
2.2.1. Berat Jenis Agregat Halus..........................................................................6
2.2.2. Berat Jenis Agregat Sedang........................................................................9
2.2.3. Berat Jenis Agregat Kasar..........................................................................9
2.3. Pengujian Analisa Ayakan................................................................................10
2.3.1. Agregat Halus...........................................................................................10
2.3.2. Agregat Sedang........................................................................................11
2.3.3. Agregat Kasar...........................................................................................12
2.4. Pengujian Penetrasi..........................................................................................13
2.5. Pengujian Titik Leleh Aspal.............................................................................14
2.6. Pengujian Berat Jenis Aspal.............................................................................15
2.7. Komposisi Material Beton Aspal......................................................................16
2.8. Pembuatan Briket Aspal Beton.........................................................................17
2.9. Uji Density.......................................................................................................17
BAB III............................................................................................................................19
Penutup............................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................19
3.2. Saran.................................................................................................................19
3.3. Lampiran..........................................................................................................19

ii
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
i
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Beton aspal adalah jenis
perkerasan jalan yang terdiri dari
campuran agregat dan aspal, dengan
atau tanpa bahan tambahan. Material-
material pembentuk beton aspal
dicampur di instalasi pencampur pada
suhu tertentu, kemudian diangkut ke
lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan.
Suhu percampuran ditentukan
berdasarkan jenis aspal yang
digunakan. Jika digunakan semen
aspal, maka suhu percampuranya
umumnya antara 145°C-155°C,
sehingga disebut beton aspal
campuran panas. Campuran ini
dikenal pula dengan nama hotmix
(Sukirman,2003).
Beton aspal ini dibuat dengan
mencampurkan aspal keras dengan
agregat dalam kondisi panas. Agregat
yang digunakan terdiri dari 3 fraksi
yaitu fraksi kasar (coarse aggregate),
fraksi sedang (medium aggregate) dan
fraksi halus (fine aggregate). Secara
umum agregat yang digunakan
haruslah batu pecah dan bukan batu
alami. Tujuan penggunaan batu pecah

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 4


adalah agar agregat memiliki ikatan
yang baik karena bentuknya kubikal..
Salah satu produk campuran
beton aspal yang kini banyak
digunakan oleh Departemen
Permukiman Dan Prasarana Wilayah
adalah Asphalt Concrete Wearing
Course(AC-WC). AC-WC adalah
salah satu dari tiga macam campuran
lapis aspal beton yaitu AC-Base, AC-
BC, dan AC-WC. Ketiga jenis
Asphalt Concrete tersebut merupakan
konsep spesifikasi campuran beraspal
yang telah disempurnakan oleh Bina
Marga bersama-sama dengan Pusat
Litbang Jalan. Dalam perencanaan
spesifikasi baru tersebut
menggunakan pendekatan kepadatan
mutlak. Penggunaan AC-WC yaitu
untuk lapis permukaan (paling atas)
dalam perkerasan dan mempunyai
tekstur yang paling halus
dibandingkan dengan jenis Asphalt
Concrete lainnya. Terdapat tujuh
karakteristik campuran yang harus
dimiliki oleh beton aspal adalah
stabilitas, keawetan, fleksibilitas,
ketahanan terhadap kelelahan (fatique
resistance), ketahanan geser, kedap air
dan kemudahan pelaksanaan
(workability).

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 5


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja alat dan bahan dalam
pembuatan beton aspal?
2. Bagaimana langkah – langkah
membuat beton aspal?
3. Bagaimana cara menyusun
komposisi beton aspal?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui alat dan
bahan dalam pembuatan beton
aspal
2. Untuk mengetahui langkah –
langkah dalam membuat beton
aspal
3. Untuk mengetahui cara
menyusun komposiis beton
aspal

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 6


BAB II
Pembahasan
2.1. Penyiapan Agregat
A. Alat
1. Ayakan 4,75 dan ayakan 9,5
2. Sendok material
3. Ompreng/wadah
B. Langkah Kerja
1. Untuk pengambilan agregat halus, ambil agregat dari quarry dan ayak
menggunakan ayakan 4,75. Agregat yang lolos pada ayakan tersebut
merupakan material yang akan digunakan
2. Bagi agregat halus menjadi 2 yaitu untuk uji gradasi dan uji SSD,
rendam salah satu sampel dan masukan ke oven sampel lainnya
3. Untuk pengambilan agregat sedang, ambil agregat dari quarry dan
ayak menggunakan ayakan 9,5 dan 4,75. Agregat yang lolos pada
ayakan 9,5 dan tertahan pada ayakan 4,75 tersebut merupakan
material yang akan digunakan, rendam salah satu sampel dan masukan
ke oven sampel lainnya
4. Untuk pengambilan agregat kasar, ambil agregat dari quarry dan ayak
menggunakan ayakan 9,5. Agregat yang tertahan pada ayakan 9,5
tersebut merupakan material yang akan digunakan, rendam salah satu
sampel dan masukan ke oven sampel lainnya
2.2. Pengujian Berat Jenis
2.2.1. Berat Jenis Agregat Halus
A. Alat
1. Timbangan Digital
2. Kerucut Abrams
3. Kain Lap
4. Penumbuk dan Alas
Kaca
5. Toples dan Tutup

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 7


Kaca
6. Sedok pasir
7. Oven
B. Langkah Kerja
1. Ambil material yang
sudah direndam
selama 24 jam
2. Tiriskan airnya lalu
hamparkan benda uji
pada alas dan jemur
hingga dirasa sudah
SSD
3. Jika dirasa sudah
cukup dijemur,
lakukan pengujian
SSD dengan
menyiapkan Kain Lap,
Alas Kaca, Kerucut
Abrams, Penumbuk,
dan Sendok pasir
4. Isi pasir sebanyak 1/3
corong, lalu di tumbuk
sebanyak 8 kali,
kemudian masukkan
lagi pasir hingga pasir
dalam corong
sebanyak 2/3 corong,
kemudian ditumbuk
sebanyak 8 kali, lalu
di isi pasir hingga
corong penuh dengan
pasir lalu ditumbuk

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 8


lagi 8 kali lalu
tambahkan pasir lagi
hingga full lalu
ditumbuk 1 kali,
kemudian permukaan
atas corong diratakan
5. Bersihkan area
kerucut, lalu angkat
kerucut secara
vertikal ke atas
6. Jika bagian atas pasir
yang runtuh sebanyak
1/3 maka pasir
tersebut sudah SSD
7. Selanjutnya timbang
toples kosong + tutup
kaca pada timbangan
digital
8. Lalu masukkan pasir
SSD ke dalam toples
sehingga di hasilkan
toples + benda uji ssd
+ tutup kaca, lalu
timbang dengan
timbangan digital
9. Lalu isi air pada
toples tanpa ada
gelembung udara
sehingga di hasilkan
toples + benda uji +
air + tutup kaca, lalu
timbang lagi

PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II 9


10. Kemudian masukkan
benda uji + air
tersebut dalam wadah
lalu diamkan selama
24 jam
11. Kemudian bersihkan
toples dan tutup kaca,
lalu isikan air hingga
penuh maka
didapatkan toples + air
+ tutup kaca, lalu
ditimbang lagi
12. Setelah menunggu 24
jam , benda uji
tersebut airnya disedot
dengan selang kecil
lalu di oven selama 24
jam
13. Kemudian benda uji di
timbang
C. Hasil Pengujian
PENGUJIAN SATUAN Sampel 1 NOTASI
Berat toples kosong + tutup gram 686,5 W1
Berat t toples + sampel +
gram 1224 W2
tutup
Berat toples + sampel + air +
gram 2151,5 W3
tutup
Berat toples + air + tutup gram 1827,5 W4
Berat Contoh Kering gram 533 W5
PERHITUNGAN RUMUS Sampel 1 Rata-rata
Berat Jenis Kering (Bulk) W5/((W4+(W2-W1))-W3 2,50 2,50
Berat Jenis JKP (W2-W1)/((W4+(W2-W1))-W3 2,52 2,52
Berat Jenis Semu W5/((W4+W5)-W3) 2,55 2,55
Peresapan (%) ((W2-W1-W5)/W5) x 100 0,84 0,84

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
0
2.2.2. Berat Jenis Agregat Sedang
A. Alat
1. Timbangan Triple
Beam
2. Lap
3. Oven
B. Langkah Kerja
1. Ambil material yang sudah dicuci bersih dan direndam selama
24 jam, lalu tiriskan
2. Lap permukaan agregat hingga kering permukaan
3. Timbang berat agregat di udara menggunakan timbangan
triple beam
4. Timbang berat agregat dalam air
5. Masukkan agregat ke dalam oven selama 24 jam
6. Timbang kembali agregat yang sudah kering
C. Hasil Pengujian
PENGUJIAN SATUAN Sampel 1 NOTASI
Berat contoh JKP gram 757 w1
Berat contoh di dalam air gram 427,0 w2
Berat contoh kering gram 712,0 w3
PERHITUNGAN RUMUS Sampel 1 Rata-rata
Berat Jenis Kering W3/(W1-W2) 2,16 2,16
Berat Jenis JKP W1/(W1-W2) 2,29 2,29
Berat Jenis Semu W3/(W3-W2) 2,50 2,50
Peresapan (%) ((W1-W3)/W3)*100 6,32 6,32

2.2.3. Berat Jenis Agregat Kasar


A. Alat
1. Timbangan Triple
Beam
2. Lap
3. Oven
B. Langkah Kerja
1. Ambil material yang
sudah dicuci bersih

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
1
dan direndam selama
24 jam, lalu tiriskan
2. Lap permukaan
agregat hingga kering
permukaan
3. Timbang berat agregat
di udara menggunakan
timbangan triple beam
4. Timbang berat agregat
dalam air
5. Masukkan agregat ke
dalam oven selama 24
jam
6. Timbang kembali
agregat yang sudah
kering
C. Hasil Pengujian
PENGUJIAN SATUAN Sampel 1 NOTASI
Berat contoh JKP gram 942 w1
Berat contoh di dalam air gram 542,0 w2
Berat contoh kering gram 898,0 w3
PERHITUNGAN RUMUS Sampel 1 Rata-rata
Berat Jenis Kering (Bulk) W3/(W1-W2) 2,25 2,25
Berat Jenis JKP W1/(W1-W2) 2,36 2,36
Berat Jenis Semu W3/(W3-W2) 2,52 2,52
Peresapan (%) ((W1-W3)/W3)*100 4,90 4,90

2.3. Pengujian Analisa Ayakan


2.3.1. Agregat Halus
A. Alat
1. Set Ayakan
2. Shieve Shaker
3. Timbangan Digital
B. Langkah Kerja
1. Timbang setiap ayakan

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
2
hingga pan yang akan
digunakan
2. Susun ayakan sesuai
urutan
3. Timbang benda uji
menggunakan
timbangan digital
4. Masukkan agregat ke
ayakan teratas pada
ayakan yang sudah
tersusun
5. Letakkan ayakan pada
shieve shaker lalu
hidupkan selama 5
menit
6. Timbang masing –
masing ayakan beserta
agregat yang tertahan
pada setiap ayakan
7. Bersihkan ayakan

C. Hasil Pengujian

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
3
Kode Sample : AGREGAT HALUS

Berat Benda Uji : 603,5 gram.

Berat Agg. Tertahan Berat Aggregat Komulatif % Berat


Komulatif Berat % Berat Yang Lolos
No. Ukuran Ayakan (mm) Berat Ayakan (gram) pada Ayakan + berat Tertahan Pada Tertahan Pada
Tertahan pd. Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan (gram) Ayakan

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,500 406,500 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 403,000 403,000 0,000 0,000 0,000 100,000

3 4,750 401,500 401,500 0,000 0,000 0,000 100,000

4 2,360 286,000 329,000 43,000 43,000 7,161 92,839

5 1,180 301,000 392,500 91,500 134,500 22,398 77,602

6 0,600 278,500 366,500 88,000 222,500 37,052 62,948

7 0,300 279,000 371,500 92,500 315,000 52,456 47,544

8 0,150 272,000 396,500 124,500 439,500 73,189 26,811

9 0,075 265,000 351,500 86,500 526,000 87,594 12,406

10 FAN 253,000 327,500 74,500 600,500 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 600,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 3,000 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 6,04 gram.

2.3.2. Agregat Sedang


A. Alat
1. Set Ayakan
2. Shieve Shaker
3. Timbangan Digital
B. Langkah Kerja
1. Timbang setiap ayakan
hingga pan yang akan
digunakan
2. Susun ayakan sesuai
urutan
3. Timbang benda uji
menggunakan
timbangan digital

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
4
4. Masukkan agregat ke
ayakan teratas pada
ayakan yang sudah
tersusun
5. Letakkan ayakan pada
shieve shaker lalu
hidupkan selama 5
menit
6. Timbang masing –
masing ayakan beserta
agregat yang tertahan
pada setiap ayakan
7. Bersihkan ayakan
C. Hasil Pengujian
Kode Sample : AGREGAT SEDANG

Berat Benda Uji : 787,0 gram.

Berat Agg. Tertahan Berat Aggregat Komulatif % Berat


Komulatif Berat % Berat Yang Lolos
No. Ukuran Ayakan (mm) Berat Ayakan (gram) pada Ayakan + berat Tertahan Pada Tertahan Pada
Tertahan pd. Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan (gram) Ayakan

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,500 406,500 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 403,000 407,000 4,000 4,000 0,509 99,491

3 4,750 401,500 1088,500 687,000 691,000 87,858 12,142

4 2,360 286,000 373,000 87,000 778,000 98,919 1,081

5 1,180 301,000 305,500 4,500 782,500 99,491 0,509

6 0,600 278,500 279,000 0,500 783,000 99,555 0,445

7 0,300 279,000 279,500 0,500 783,500 99,619 0,381

8 0,150 271,500 272,000 0,500 784,000 99,682 0,318

9 0,075 265,000 266,000 1,000 785,000 99,809 0,191

10 FAN 253,000 254,500 1,500 786,500 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 786,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 0,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 7,87 gram.

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
5
2.3.3. Agregat Kasar
A. Alat
1. Set Ayakan
2. Shieve Shaker
3. Timbangan Digital
B. Langkah Kerja
1. Timbang setiap ayakan
hingga pan yang akan
digunakan
2. Susun ayakan sesuai
urutan
3. Timbang benda uji
menggunakan
timbangan digital
4. Masukkan agregat ke
ayakan teratas pada
ayakan yang sudah
tersusun
5. Letakkan ayakan pada
shieve shaker lalu
hidupkan selama 5
menit
6. Timbang masing –
masing ayakan beserta
agregat yang tertahan
pada setiap ayakan
7. Bersihkan ayakan
C. Hasil Pengujian

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
6
Kode Sample : AGREGAT KASAR

Berat Benda Uji : 889,5 gram.

Berat Agg. Tertahan Berat Aggregat Komulatif % Berat


Komulatif Berat % Berat Yang Lolos
No. Ukuran Ayakan (mm) Berat Ayakan (gram) pada Ayakan + berat Tertahan Pada Tertahan Pada
Tertahan pd. Ayakan Ayakan
Ayakan (gram) Ayakan (gram) Ayakan

1 2 3 4 5 =(4) - (3) 6 7 8

1 19,000 406,500 406,500 0,000 0,000 0,000 100,000

2 9,500 403,000 1242,000 839,000 839,000 94,376 5,624

3 4,750 401,500 446,000 44,500 883,500 99,381 0,619

4 2,360 286,000 286,500 0,500 884,000 99,438 0,562

5 1,180 301,000 301,500 0,500 884,500 99,494 0,506

6 0,600 278,500 279,000 0,500 885,000 99,550 0,450

7 0,300 279,000 280,000 1,000 886,000 99,663 0,337

8 0,150 272,000 273,000 1,000 887,000 99,775 0,225

9 0,075 265,000 266,000 1,000 888,000 99,888 0,112

10 FAN 253,000 254,000 1,000 889,000 100,000 0,000

Berat Benda Uji setelah diayak (gram) 889,000 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang Hilang 0,500 gram.

Jumlah Berat Aggregat yang diperbolehkan hilang = 1% * Berat benda uji 8,90 gram.

2.4. Pengujian Penetrasi


A. Alat
1. Penetrometer
2. Aspal cair
3. Air
4. Jarum
5. Cairan TCE
6. Gelas kaca dan meja
7. Cawan
8. Dudukan Cawan
9. Termometer
10. Es
B. Langkah Kerja
1. Siapkan aspal ke dalam cawan

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
7
2. Siapkan penetrometer dan
letakkan gelas kaca ditempat
pengujian pada penetrometer
3. Aspal direndam pada air pada
gelas kaca
4. Ukur suhu hingga 25 derajat,
gunakan es untuk
menurunkan suhu
5. Pasang jarum pada
penetrometer lalu nol kan
penetrometer dengan
mengangkat atau menurunkan
tuas pada penetrometer
6. Letakkan aspal dibawah
jarum lalu turunkan jarum
hingga menyentuh permukaan
aspal
7. Nyalakan penetrometer
hingga mengeluarkan suara
“klik” (selama 5 detik)
8. Lakukan pada 5 titik
C. Hasil Pengujian
No Penetrasi 1
1 56
2 73
3 57
4 59
5 68
Rata-rata 62,6
2.5. Pengujian Titik Leleh Aspal
A. Alat
1. Gelas Ukur

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
8
2. Air
3. Es
4. Ring Beserta Penutup
5. Beban
6. Termometer
7. Aspal
8. Kompor
B. Langkah Kerja
1. Siapkan gelas ukur, lalu letakkan pada kompor dan isi dengan air
2. Atur suhu hingga mencapai 5 derajat menggunakan air dan es
3. Masukkan benda uji ke dalam gelas ukur lalu hidupkan kompor dan
stopwatch
4. Catat waktu setiap kenaikan suhu sebesar 5 derajat
5. Jika aspal sudah meleleh dan menyentuh plat, catat waktu akhir dan
pengujian selesai
C. Hasil Pengujian
Waktu Benda Uji
Suhu ˚C
(menit) I
5 0
10 09:36
15 12:30
20 15:11
25 17:10
30 19:56
35 23:08
40 01:45
45 05:08
49 05:15 LELEH

2.6. Pengujian Berat Jenis Aspal


A. Alat
1. Aspal
2. Timbangan digital
3. Air
4. Cawan

1
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
9
5. Kompor
6. Cairan TCE

B. Langkah Kerja
1. Gunakan benda uji yang sama pada saat uji penetrasi
2. Timbang Benda uji dengan tutup kaca (cawan+aspal+tutup)
3. Timbang Benda uji, air dan tutup kaca (cawan+aspal+air+tutup)
4. Bersihkan cawan dengan melelehkan aspal dan bersihkan sisa aspal
menggunakan TCE
5. Timbang cawan kosong+tutup
6. Timbang cawan kosong+air penuh+tutup
C. Hasil Pengujian

Berat Berat
Berat Berat
Picnometer picnometer
Picnometer Picnometer Berat Jenis
No + Aspal + + Aspal + Air
+ tutup + air + tutup Aspal
tutup + Tutup
(gram) (gram)
(gram) (gram)
A B C D (C-A)/((B-A)-(D-C))
1 74,5 151,0 131,5 152,5 1,03

2.7. Komposisi Material Beton Aspal


A. Alat
1. Hasil Gradasi
2. Laptop
3. Ms. Excel
B. Langkah Kerja
1. Hitung presentase kandungan masing - masing agregat menggunakan
data gradasi
2. Masing – masing presentse kandungan agregat kemudian dibagi 100
dan dikalikan 1200(berat total ketiga agregat)
3. Didapat berat agregat untuk membuat briket aspal beton
C. Hasil Perhitungan

2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
0
% Agr ksr % Agr sdg % Agr hls
Klp 5 48,46 11,41 40,13
Berat Agr ksr Berat Agr sdg Berat Agr hls
(gr) (gr) (gr)
581,56 136,91 481,53

2.8. Pembuatan Briket Aspal Beton


A. Alat
1. Agregat
2. Aspal cair
3. Aspal compactor
4. Extruder
5. Penggorengan
6. Kompor
7. Timbangan Digital
8. Timbangan Triple Beam
B. Langkah Kerja
1. Timbang setiap agregat sesuai dengan komposisi yag diperoleh saat
perhitungan (triple beam untuk agregat kasar dan sedang, timbangan
digital untuk agregat halus)
2. Keringkan pada oven selama 24 jam
3. Siapkan aspal cair sebanyak 5% dari total berat agregat yaitu 1200
gram (berat aspal=60 gram)
4. Masukkan agregat yang sudah di oven ke dalam penggorengan lalu
masukkan aspal sebanyak 60 gram ke dalam penggorengan
5. Panaskan agregat dan aspal hingga tercampur rata
6. Siapkan alat compactor aspalt dan pastikan sudah di setel 75 kali
tumbukan
7. Masukkan aspal ke dalam mold hingga batas garis mold
8. Hidupkan mesin dan tunggu hingga selesai 75 kali tumbukan, tumbuk
pada sisi bawah dan atas
9. Dinginkan briket lalu keluarkan dari mold menggunakan extruder
2.9. Uji Density
A. Alat
2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
1
1. Timbangan Triple Beam
2. Ompreng
3. Air
4. Briket
5. Jangka sorong
B. Langkah Kerja
1. Bersihkan briket
2. Ukur diameter menggunakan jangka sorong
3. Ukur ketebalan briket sebanyak 3-4 sisi lalu dicatat rata – rata
ketebalan briket
4. Timbang dalam keadaan kering
5. Rendam dengan air selama 5 menit
6. Lap permukaan
7. Timbang dalam keadaan SSD
8. Timbang briket dalam air
C. Hasil Pengujian
PENGUJIAN SATUAN Sampel 1 NOTASI
Berat contoh JKP gram 1032 w1
Berat contoh di dalam air gram 530,0 w2
Berat contoh kering gram 1025,0 w3
PERHITUNGAN RUMUS Sampel 1 Rata-rata
Berat Jenis Kering W3/(W1-W2) 2,04 2,04
Berat Jenis JKP W1/(W1-W2) 2,06 2,06
Berat Jenis Semu W3/(W3-W2) 2,07 2,07

2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
2
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Dari praktikum pengujian
bahan II yang membahas mengenai
beton aspal, banyak ilmu yang
didapat diantaranya dapat
mengetahui pengertian apa itu beton
aspal, bahan – bahan penyusunnya,
alat – alat yang digunakan dalam
proses pembuatan beton aspal,
tahapan – tahapan yang dilaksanakan
dimulai dari mengambil materal
hingga mencetak beton aspal menjadi
briket beton.

Dari komposisi tersebut dapat


disimpulkan bahwa pentingnya
komposisi yang tepat untuk
mendapatkan mutu beton aspal yang
baik, jika semakin sedikit agregat
kasar dan semakin banyak agregat
halus maka akan membuat beton
aspal licin dan ikatan antar agregat
tidak kuat, akan tetapi jika terlalu
banyak agregat kasar, maka akan
terdapat banyak rongga dan beton
aspal tidak padat sempurna karena
agregat halus yang mengisi rongga
sedikit.

3.2. Saran

2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
3
Dalam proses praktikum
alangkah baiknya jika mengikuti dan
memperhatikan kegiatan dengan
sebaik baiknya hingga tidak ada satu
hal yang terlewat serta pentingnya
kualitas dan kuantitas alat yang
memadai agar praktikum dapat
berjalan efektif dan efisien.
3.3. Lampiran

2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
4
2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
5
2
PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN II
6

Anda mungkin juga menyukai