LANDASAN TEORI
5
Tulangan ulir, yang diberi ulir melalui proses rol pada permukaannya
(polanya berbeda tergantung dari pabrik pembuatnya) untuk mendapatkan ikatan
(bonding) yang lebih baik antara tulangan dan beton yang digunakan pada hampir
semua aplikasi dibandingkan dengan tulangan polos dengan luas penampang
sama. Bentuk ulir berupa sirip meningkatkan daya lekat guna menahan gerakan
dari batang secara relatif terhadap beton.
Tulangan polos (BjTD) jarang digunakan kecuali untuk membungkus
tulangan longitudinal (sengkang atau spiral) yang diberi kait pada ujungnya,
terutama pada kolom.
6
maupun kecil seperti bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dinding
penahan tanah.
2.3. Tata Cara dan Pengajuan Serta Persiapan Bahan
1. Dari gambar kerja pembesian pada lokasi pekerjaan tertentu , dibuat daftar
pembengkokkan besi atau bar bending schedule.
2. Dari daftar pembengkokkan besi dapat dibuat daftar pemotongan besi
3. Dari kedua daftar tersebut dengan melihat gambar kerja pembesian , maka
akan bisa dihitung volume pembesian pada lokasi tertentu.
7
2. Kalau work shop sudah dibuat maka kita harus menyesuaikan dengan
peralatan yang akan digunakan maupun tenaga kerja yang ditempatkan
disitu.
Tabel 2.1 Pembesian besi 10 kg dengan besi polos atau besi ulir
8
2.6. Pengajuan dan Standar Prosedur Kerja
1. Sebelum mulai pekerjaan dilapangan, mandor harus memberikan
penjelasan dulu kepada para tukang dan pekerja mengenai hal – hal yang
penting pada pelaksanaan pekerjaan nantinya
2. Penjelasan harus detail tetapi dengan cara yang sederhana
3. Disesuaikan dengan level kemampuan seorang tukang, mudah dimengerti
dan dicerna
9
10
Gambar 2.3 Penjelasan Standar Pembesian
11
2.7.1. Baja Tulangan Beton Polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.
2. Sirip curam
12
3. Sirip tulang ikan
13
Gambar 2.5 Jaringan Kawat Baja Las
14
2.8. Peralatan Pekerjaan Pembesian
2.8.1. Alat Mesin untuk Pemotongan dan Pembengkokan Baja Beton :
1. Mesin Potong
2. Mesin Bengkok
3. Mesin Las
15
Gambar 2.6 Peralatan Manual Pemotongan dan Pembengkokkan Baja
16
2.9. Pembuatan Daftar Pemotongan Besi danPerhitungan Volume Pekerjaan
17
3) Sebagai alat untuk menghitung kebutuhan baja beton, bestaat harus
mengantisipasi :
- Ukuran baja beton yang ada dipasaran, khususnya panjang baja
tulangan .
- Pemanfaatan sisa potongan semaksimal mungkin.
18
Tabel 2.3 Bestaat Penulangan Beton
19
Dari daftar pembengkokan, diketahui panjang dari masing- masing bentuk,
diameter besi dan dengan tabel berat besi beton, dihitung berat besi seluruhnya.
20
Tabel 2.4 Contoh Gambar Kerja dan bar Bending Schedule (Daftar
Pembengkokkan Besi)
21
1. Kait 135 untuk sekang (begel) ditambah perpanjangan pada ujung bebas
kait
2. Kait harus diberi perpanjangan , ( namun tidak kurang dari 50 mm )
Yang mengait tulangan logitudinal dan mengarah pada bagian dalam
sengkang atau sengkang tertentu. Kait standar untuk tulangan utama :
1. Bengkokkan 180 ditambah perpanjangan , tapi tidak kurang dari 60
mm , pada ujung bebas kait
2. Bengkokkan 90 ditambah perpanjangan 12, pada ujung bebas kait.
22
Gambar 2.8 Keretakkan pada Bengkokkan
23
2.14. Ganjal Tulangan/Beton Dekking/Spacer/Chair Support
Untuk menahan agar tulangan ditempatkan pada posisi yang dikehendaki,
maka dipakai ganjal tulangan.
Nama yang umum dipakai :
1. Ganjal dari baja : kaki ayam
2. Beton dekking : tahu beton
Ada 4 macam bahan ganjal beton, yaitu baja tulangan, beton, vibersemen dan
plastik.
24
2.15. Penyambungan Baja Tulangan
Penyambungan tulangan dapat dilakukan dengan cara :
1. Overlapping sambungan dengan penyaluran)
2. Pengelasan
3. Alat Penyambung (Selongsong)
25
Gambar 2.9 Jenis Sambungan Baja Tulangan
26
2.16. Pemotongan Tulangan Beton dan Pembengkokkan Tulangan
Pemotongan tulangan :
1. Pemotongan berdasarkan daftar pembengkokkan tulangan
2. Rencana pemotongan didasarkan atas panjang baja tulangan dipasaran
yaitu 12m
3. Pemotongan harus direncanakan dengan baik agar sisa potongan yang
terbuang atau wastenya minimal
4. Pemotongan dilakukan secara manual maupun dengan mesin bar cutter
5. Pembengkokkan tulangan :
6. Pembengkokkan dilakukan pada meja pembengkok menggunakan kunci
besi dari ukuran kecil sampai besar
7. Pembengkokkan dengan mesin Bar Bender
Keuntungannya :
1. Dapat membengkokkan besi dengan diameter besar
2. Beberapa batang (ditumpuk) dpat dibengkokkan sekaligus
3. Lebih cepat
4. Bentuk bengkokkan lebih seragam
27
2.16.2. Penganyaman/Perangkaian dan Pemasangan Pembesian Penulangan
Beton
Perakitan dan Pemasangan Tulangan
1. Perakitan dikerjakan dilokasi dekat pemotongan dan pembengkokkan
kemudian tulangan yang sudah dirakit tersebut dibawa ketempat
pemasangan untuk langsung dipasang
2. Perakitan dengan cara langsung merakit tulangan yang sudah dibengkok
dan dipotong tersebut ketempat pemasangannya
3. Pemotongan dan perakitan dilakukan di pabrik, kemudian dibawa ketempat
pemasangan.
28
3. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding, toleransi
didalam bidang tulangan kurang lebih 50 mm.
4. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang. Lilitan-lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya, toleransi sebesar kurang lebih 25 mm
29
Gambar 2.10 Pengikatan Baja Beton
30
mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut seperti fungsi jalan, kinerja
perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari pekerjaan jalan,
sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di
lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk
geometrik lapisan perkerasan.
31
2.20 Jenis-Jenis Perkerasan Beton
Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai
lapisan aus;
2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di
atasnya sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen
dan beton aspal) bekerja sama sebagai konstruksi komposit dalam memikul
beban.
32
Gambar 2.11 Jenis-jenis Perkerasan Beton
33
aspal beton. Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah
retak refleksi (retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan
retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4
inches).
2. Semen
a. Sebagaimana dipersyaratkan dalam Spesifikasi Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus merupakan semen portland jenis I, II atau III yang memenuhi SNI
15-2049-1994 (AASHTO M85). Terkecuali diperkenankan oleh
Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan
34
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali
diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana digunakan
lebih satu merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan kembali
rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang digunakan.
b. Admixture (Bahan Tambah /Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling
lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur tertentu
atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu.
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton tidak lebih dari 5 % berat semen selama proses pengadukan. Bahan
yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Sesuai
dengan Spesifikasi Umum Direktorat jenderal Bina Marga, ketentuan
mengenai bahan tambah ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991
tentang Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton. Pada umumnya bahan
tambah kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan beton adalah
bahan tambah yang tidak mengandung Calcium Chloride. Penggunaan
bahan tambah kimia harus didasarkan pada hasil uji dalam masa 24 jam
pertama setelah pengecoran beton. Hal ini dikarenakan bahan tambah
tertentu dapat memperlambat setting dan perkembangan kekuatan
campuran beton semen, sehingga menunda waktu pemotongan
sambungan dan menambah resiko terjadinya retakan acak. Bila akan
digunakan bahan tambah berupa butiran yang sangat halus yang
dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara berbentuk abu terbang
(fly Ash), maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar SNI 03-2460-
1991 tentang Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambah untuk
Campuran Beton yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
35
dihasilkan sesuai dengan persyaratan Gambar Rencana dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Dalam hal penggunaan bahan tambah dalam
campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat
pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
36
tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan
itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih
agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat
yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila menurut
pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk
mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering
didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari
0,40 berat total semen. Plasticiser atau bahan aditiv pengurang air tidak boleh
digunakan, kecuali ada ijin tertulis. Bahan aditiv campuran untuk mempercepat
proses pengerasan dan yang mengandung Kalsium Klorida tidak boleh digunakan.
37
margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil pengujian yang lebih
rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu
perseratus).
38
2.8 Slump Beton dan Waktu Ikat (Setting Time)
Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air
dalam hubungannya dengan faktor air semen (FAS) yang ingin dicapai. Waktu
pengadukan lamanya tergantung pada kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah
adukan, jenis serta susunan butir bahan penyusun, dan slump beton, pada
umumnya tidak kurang dari 90 detik dimulai semenjak pengadukan, dan hasil
umumnya menunjukkan susunan dan warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu
beton yang dihasilkan akan memberikan :
1. Keenceran dan kekentalan adukan yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam adukan tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segresi atau pemisahan agregat.
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosi, dan lain-
lain).
3. Memenuhi uji kuat tekan yang hendak dipakai.
Penghitungan waktu ikat (setting time) bertujuan untuk mengetahui
seberapa lama beton melewati tahap plastis menuju tahap pengerasan. Pada saat
mortar semen tersebut mulai mengikat sehingga setelah waktu tersebut dilalui,
mortar semen tidak boleh diganggu lagi ataupun diubah kembali kedudukannya.
39
2.9 Percobaan Campuran (Trial Mix)
Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor dengan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas harus membuat campuran percobaan menggunakan proporsi
campuran hasil rancangan campuran awal serta bahan yang diusulkan, dan
menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dsb). Dalam
kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai Slump)
yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran
percobaan harus mencapai kekuatan minimum 80 % dari nilai kuat tekan beton
rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 28
hari. Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan
tidak menghasilkan kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk
kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan
beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran
beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh
melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja
(Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran.
40
panjang-dowel-terikat, sementara separuh lainnya dilumasi, diberi plastik atau
dicat untuk memberikan kebebasan bergeser.
41
Gambar 2.16 Plastik Cor
Plastik cor memiliki kegunaan yang penting untuk aplikasi pelat lantai
di atas tanah/Slab On Ground. Plastik cor dapat dibeli di toko bangunan, upayakan
plastik memiliki ketebalan yang cukup, sekitar 0.05 – 0.1mm agar tidak mudah
robek bila terinjak-injak pada saat memasang tulangan pelat ataupun wiremesh.
Fungsi plastik cor adalah untuk menjaga agar permukaan dasar beton tidak
langsung berhubungan dengan tanah yang memiliki kelembaban. Sehingga
kemungkinan air/uap masuk ke dalam pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan
tulangan terhindar dari karat/korosi. Korosi selain merusak tulangan juga akan
memberikan warna karat pada permukaan beton. Pada pelat beton di atas tanah,
biasanya tulangan hanya diletakkan di bagian atas dengan tebal selimut beton atas
sekitar 30 mm. Plastik cor diletakkan di atas permukaan tanah yang telah siap
(telah dipadatkan) dan lapisan pasir 50 mm (atau bisa juga beton B0/Lean
Concrete/beton mutu rendah) sebagai dasar.
Fungsi plastik yang kedua adalah melepaskan gesekan antara permukaan
bawah pelat beton dengan permukaan tanah. Sehingga pada saat beton mengalami
42
susut Tidak tertahan, dan retak dapat terjadi pada daerah joint yang telah
direncanakan. Untuk fungsi ini, plastik akan lebih baik apabila dipasang double (2
lembar) sehingga esekan yang terjadi akan lebih sedikit.
43
3. Kepala Vibrator, terbuat dari silinder baja seukuran gagang tongkat bisbol,
alat yang direndam dalam beton
Saat ini tersedia berbagai macam vibrator beton dalm beberapa merek dan
jenis beton vibrator. Braket atau sistem penjepit dirancang agar sesuai dengan
merek utama dari bentuk beton. Vibrator beton tersedia dalam jenis daya hidrolik,
pneumatik atau listrik. Mesin vibrator mampu menghasilkan tiga jenis getaran
profil sinus sapuan, getaran acak, dan disintesis kejutan.
Ketika beton sudah dituangkan kedalam bekisting, mesin vibrator sudah
ditempatkan di dekat area tempat penuangan beton. Posisi harus dijaga supaya
selang vibrator tidak terlalu jauh dari area yang akan digetar. Saat beton sudah
dituang mesin vibrator sudah harus dihidupkan dan kemudian selang diarahkan
ke area beton basah, kemudian kepala atas vibrator didorong ke dalam beton.
Kepala vibrator di getarkan pada satu area sekitar 10 detik. Posisi kepala vibrator
tidak boleh bersinggungan langsung dengan bekisting , dianjurkan jarak kepala
vibrator dari sisi bekisting sekitar 10 – 12 cm. Kepala vibrator harus bergetar
sepanjang daerah beton yang baru dituang dengan memindahkan kepala vibrator
sekitar 30 -40 cm dari titik sebelumnya yang sudah digetar. Pastikan seluruh area
harus digetar.
2.14 Bekisting
Acuan dan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat
sementara pada pelaksanaan pekerjaan beton yang berfungsi untuk membentuk
beton sesuai dengan ukuran dan tempat kedudukannya atau dapat juga disebut
suatu konstruksi yang merupakan cetakan.
Pada umumnya sebuah bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat
sementara dengan mempunyai fungsi utama, yaitu :
1. Untuk memberikan bentuk kepada sebuah konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
3. Untuk memikul beban hingga konstruksi tersebut cukup kuat untuk
memikul berat sendiri, peralatan dan tenaga kerja.
44
Dalam melaksanakan pekerjaan, konstruksi bekisting harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
1. Kualitas
a. Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan
b. Posisi letak acuan dan perancah harus sesuai rencana
c. Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor.
2. Keamanan
a. Acuan dan perancah harus stabil pada posisinya
b. Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban yang
bekerja
c. Acuan dan perancah harus kaku tidak bergerak dan bergeser dari
posisinya
3. Ekonomis
a. Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja
b. Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar dengan tidak merusak beton.
Dengan semakin pesatnya laju pembangunan di Indonesia, maka perhatian
atas rasionalisasi pembuatan beton pun turut meningkat pula. Hal ini terjadi pada
penggunaan bekisting.
Bekesting tradisional adalah suatu bekesting yang terdiri dari papan dan
kayu balok, dikerjakan ditempat oleh orang-orang yang ahli. Bekesting tradisional
masih banyak dijumpai pada proyek-proyek yang relatif kecil dan penggunaannya
hanya terbatas pada beberapa kali pakai saja. Untuk bentuk bentuk yang rumit,
akan membutuhkan bahan yang relatif banyak karena akan banyak terjadi
pemotongan yang dilakukan sehingga biaya investasi dapat membengkak oleh
karena banyaknya bagian-bagian yang hilang akibat pemotongan.
Bekesting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan
dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah
bentuk lain. Selain itu bekesting cara tradisional adalah bekisting yang bahan
dasarnya dapat digunakan kembali dalam bentuk lain.
45
Gambar 2.18 Pemasangan Bekisting
46
sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan
vibrator yang dibenamkan ke dalam beton.
Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau
sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik
penggetaran, dan masing-masing titik berjarak 25-30 cm.
47
bahan penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan
memenuhi persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus
dihentikan.
Perawatan untuk permukaan harus dilakukan dengan salah satu metoda
berikut :
1. Dilapisi penutup sampai lapisan perkerasan berikutnya dihamparkan
dengan lembaran plastik kedap air, dijaga agar tidak lepas dari
permukaan, dan dengan sambungan yang saling menindih (overlap)
sekurang-kurangnya 300 mm dan dijaga sedemikian rupa untuk mencegah
penguapan.
2. Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented
curing compound.
3. Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu, dan kondisi
kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan.
48
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.
49