Anda di halaman 1dari 45

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pembesian


Besi beton merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi
beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang
mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa
bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang bersifat
unik dimana dua jenis bahan yaitu besi tulangan dan beton dipakai secara
bersamaan. Tulangan menyediakan gaya tarik yang tidak dimiliki beton dan
mampu menahan gaya tekan.
Secara umum besi beton tulangan mengacu pada dua bentuk yaitu besi
polos (plain bar) dan besi ulir (deformed bar).
Besi polos adalah besi yang memiliki penampang bundar dengan
permukaan licin atau tidak bersirip.
Besi ulir atau besi tulangan beton sirip adalah batang besi dengan bentuk
permukaan khusus berbentuk sirip melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk
memanjang (sirip teratur/bambu) dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang
dipilin pada proses produksinya.

Gambar 2.1 Besi Beton Polos

5
Tulangan ulir, yang diberi ulir melalui proses rol pada permukaannya
(polanya berbeda tergantung dari pabrik pembuatnya) untuk mendapatkan ikatan
(bonding) yang lebih baik antara tulangan dan beton yang digunakan pada hampir
semua aplikasi dibandingkan dengan tulangan polos dengan luas penampang
sama. Bentuk ulir berupa sirip meningkatkan daya lekat guna menahan gerakan
dari batang secara relatif terhadap beton.
Tulangan polos (BjTD) jarang digunakan kecuali untuk membungkus
tulangan longitudinal (sengkang atau spiral) yang diberi kait pada ujungnya,
terutama pada kolom.

Gambar 2.2 Besi Beton Ulir

2.2. Fungsi Besi Beton


Sejak tahun 1950 konstruksi konstruksi besi beton mulai digunakan
sebagai elemen utama dalam pembangunan jalan rigit pavement. Karena
pengetahuan manusia tentang perilaku beton bertulang yang terbatas, terutama
mengenai nonlinearitas material beton itu sendiri
Di Indonesia sendiri, besi beton lebih sering digunakan untuk
pembangunan jalan beton maupun gedung, karena bahan ini lebih mudah didapat
sehingga dirasakan lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya. Besi beton atau
beton bertulang boleh jadi merupakan bahan konstruksi yang paling penting
karena digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur baik besar

6
maupun kecil seperti bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dinding
penahan tanah.
2.3. Tata Cara dan Pengajuan Serta Persiapan Bahan
1. Dari gambar kerja pembesian pada lokasi pekerjaan tertentu , dibuat daftar
pembengkokkan besi atau bar bending schedule.
2. Dari daftar pembengkokkan besi dapat dibuat daftar pemotongan besi
3. Dari kedua daftar tersebut dengan melihat gambar kerja pembesian , maka
akan bisa dihitung volume pembesian pada lokasi tertentu.

2.3.1. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerimaan Besi Beton


1. Memeriksa apakah sejumlah besi beton tersebut sesuai dengan jenis/mutu
baja, diameter dan panjang yang dipesan.
2. Dilampiri sertifikat atau tanda pemeriksaan
3. Pemeriksaan visual terhadap karatan, pelupasan dan sebagainnya
4. Kelurusan batang -batang

2.4. Pengajuan dan Penyiapan Tenaga Kerja


1. Dari rencana kerja harian / mingguan , maka dapat dilihat beberapa target /
rencana volume pembesian per hari selama satu minggu
2. Dari rencana volume pembesian per hari selama satu minggu tersebut akan
dirinci kebutuhan peralatan yang meliputi komposisi dan jumlah alat
3. Bersamaan dengan itu dapat dihitung juga jumlah dan kualifikasi tenaga
kerja yang dibutuhkan
4. Jangan dilupakan juga penyediaan sarana dan prasarana tenaga kerja
antara lain barak kerja, biaya mendatangkan tenaga kerja dari daerah .

2.5. Pengajuan dan Penyiapan Peralatan


1. Komposisi alat memegang peranan penting dalam peningkatan efisien
kerja dilapangan, misalnya diperlukan satu pasang bar bender untuk
membengkokkan besi beton yang berukuran cukup panjang sehingga besi
beton yang berukuran cukup panjang

7
2. Kalau work shop sudah dibuat maka kita harus menyesuaikan dengan
peralatan yang akan digunakan maupun tenaga kerja yang ditempatkan
disitu.

Tabel 2.1 Pembesian besi 10 kg dengan besi polos atau besi ulir

Tabel 2.2 Membuat 1 m3 pondasi beton bertulang (150 kg besi + bekisting)

8
2.6. Pengajuan dan Standar Prosedur Kerja
1. Sebelum mulai pekerjaan dilapangan, mandor harus memberikan
penjelasan dulu kepada para tukang dan pekerja mengenai hal – hal yang
penting pada pelaksanaan pekerjaan nantinya
2. Penjelasan harus detail tetapi dengan cara yang sederhana
3. Disesuaikan dengan level kemampuan seorang tukang, mudah dimengerti
dan dicerna

2.6.1. Penjelasan Spesifikasi


1. Macam-macam bahan baja beton :
a. Tulangan baja polos dan tulangan baja ulir
b. Beserta persyaratan bahan-bahan tersebut
2. Syarat-syarat pemasangan dan penyetelan baja beton
3. Syarat-syarat selimut beton

2.6.2. Penjelasan Standar Pembesian


1. Standar bisa berasal dari dalam negeri misal PBI’ 71 atau SNI maupun

dari luar negeri. Standar tersebut bisa berbeda karena kemungkinan


adanya perbedaan angka keamanan untuk perhitungan konstruksi.
2. Sebaiknya dibuat secara singkat oleh mandor untuk dijelaskan kepada
yang bersangkutan.

9
10
Gambar 2.3 Penjelasan Standar Pembesian

2.6.3. Penjelasan Gambar Kerja dan Jadwal Kerja


1. Jadwal kerja harian memuat lokasi pekerjaan sesuai gambar kerja, rencana
volume dan rencana waktu pelaksanaan
2. Pegangan untuk mandor dan tukang :
a. Jadwal kerja harian
b. Gambar kerja pembesian sesuai lokasi
c. Daftar pembengkokan dan pemotongan besi
d. Spesifikasi dan standar pembesian

2.7. Pembuatan dan Pemasangan Pekerjaan Pembesian/Penulangan Beton


Jenis baja tulangan sesuai SNI 2052-2014, sebagai berikut :

11
2.7.1. Baja Tulangan Beton Polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang
bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.

2.7.2. Baja Tulangan Beton Sirip (BjTS)


Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan memanjang yang
dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan
membujur dari batang secara relatif terhadap beton.Panjang baja tulangan beton
ditetapkan 10 m dan 12 m.
Jenis baja tulangan beton sirip seperti pada Gambar 1.
1. Sirip bambu

2. Sirip curam

12
3. Sirip tulang ikan

Gambar 2.4 Jenis Baja Tulangan Beton Sirip

2.7.3. Jaringan Kawat Baja Las


1. Adalah jaringan dari kawat baja tulangan beton prefab
2. Tiap titik pertemuan tulangan memanjang dan melintangnya dilas listrik
untuk mendapatkan shear resistant
3. Batang baja yang digunakan adalah dari baja keras U – 50 (batas ulur
minimum 50 kg / mm2 atau 500 Mpa)
4. Diameter batang yang ada dipasaran adalah 4 mm s/d 10 mm.
5. Toleransi diameter kawat baja tulangan :
a. 4,00 mm s/d 6,00 mm = ± 0,10 mm ,
b. 6,00 mm ke atas = ± 0,13 mm.
6. Pemakaian jaringan tulangan beton adalah untuk lantai atau dinding atau
pipa dengan catatan beban yang ditahan struktur tersebut adalah beban
merata.

13
Gambar 2.5 Jaringan Kawat Baja Las

Keuntungan pemakaian Jaringan Kawat Baja Las :


1. Menjamin ketepatan perhitungan struktur beton
2. Mempercepat waktu pelaksanaan
3. Pengawasan mudah
4. Bisa menghemat biaya pasang dan biaya tak terduga

2.7.4. Kawat Pengikat Baja Tulangan


1. Kawat pengikut harus terbuat dari besi baja lunak yang telah dipijarkan
terlebih dahulu, diameter minimum 1mm, tidak bersepuh seng.
2. Pemakaian kawat pengikat untuk berkas tulangan yang terdiri dari 2,3 atau
4 batang yang sejajar.

14
2.8. Peralatan Pekerjaan Pembesian
2.8.1. Alat Mesin untuk Pemotongan dan Pembengkokan Baja Beton :
1. Mesin Potong
2. Mesin Bengkok
3. Mesin Las

2.8.2. Alat Manual untuk Pemotongan dan Pembengkokkan Baja Beton :


1. Alat pemotong besi
2. Alat pembengkokan besi
3. Kunci Penekuk
4. Gunting kawat
5. Meteran
6. Kapur
7. Cetok (untuk membuat tahu beton)

2.8.3. Pedoman Pemakaian


Beberapa tips untuk pemakaian dan pemeliharaan peralatan antara lain :
1. Jaga peralatan selalu tajam dan bersih
2. Segera perbaiki alat yang rusak
3. Pakai alat keamanan apabila bekerja
4. Simpan peralatan ditempatnya setelah bekerja

15
Gambar 2.6 Peralatan Manual Pemotongan dan Pembengkokkan Baja

16
2.9. Pembuatan Daftar Pemotongan Besi danPerhitungan Volume Pekerjaan

Berdasarkan gambar renvana /


gambar kerja pembesian

Perlu dibuat daftar pembengkokan


besi

Daftar pemotongan besi

Gambar 2.7 Bagan Alir Pembuatan Daftar Pemotongan Besi dan


Perhitungan Volume Pekerjaan

2.10. Pembuatan Bestaat


1. Pembuatan bestaat sangat bermanfaat untuk
- Gambar kerja bagi tukang potong baja tulangan
- Menghitung kebutuhan baja beton
- Rencana pengadaan baja beton ( waktu dan jenis)
2. Sebagai gambar kerja, bestaat harus memenuhi syarat :
- Ukuran dan bentuk pembengkokkan jelas dan mudah dibaca serta
mudah dilaksanakan
- Penempatan tulangan pada saat perakitan , dapat dilakukan dengan
mudah untuk detail – detail tertentu, perlu dibuatkan gambar tiga
dimensinya

17
3) Sebagai alat untuk menghitung kebutuhan baja beton, bestaat harus
mengantisipasi :
- Ukuran baja beton yang ada dipasaran, khususnya panjang baja
tulangan .
- Pemanfaatan sisa potongan semaksimal mungkin.

Tahapan pembuatan bestaat


1. Periksa gambar kerja dan pelajari gaya – gaya yang bekerja. Hal ini
bermanfaat untuk mengantisipasi kemungkinan pemakaian stek-stek
tambahan tulangan extra maupun bentuk pembengkokkan.
2. Kelompokkan gambar kerja persegmen sesuai dengan tahapan pelaksanaan
pekerjaan, misalnya untuk gedung bertingkat dikelompokkan perlantai, untuk
bangunan bawah jembatan dikelompokkan per pilar.
3. Buat gambar untuk detail-detail sambungan (bila perlu 3 dimensi), khususnya
untuk tempat – tempat yang cenderung terjadi penumpukan tulangan
(misalnya pertemuan balok dan kolom).
4. Buatlah penamaan / kode bagian dari struktur, misalnya BLI-2 CD untuk
balok pada lantai 1 yang terletak pada garis 2 lajur CD.
5. Gambarlah sket dan beri penomoran / kode rencana pembengkokkan tiap
batang tulangan dan lengkapi dengan ukuran / panjang pembengkokkan.

18
Tabel 2.3 Bestaat Penulangan Beton

2.11. Cara Menghitung Volume Pekerjaan Besi Terpasang


1. Pekerjaan besi hanya dihitung pekerjaan yang terpasang jadi tidak
termasuk pekerjaan lain untuk penunjang, misal sisa potongan,
meluruskan, buat gawang besi dan sebagainya, jadi hasil kerja besi
hanya dapat diambil volume kerja dan yang dapat diperhitungkan
ilah :
a. Besi Konstruksi / penulangan
b. Besi penahan susut
c. Besi stek
d. Besi sengkang
2. Pekerjaan pembesian yang tidak diperhitungkan ialah :
a. Besi – besi sisa potongan
b. Besi pengganjal kedudukan besi beton
c. Kawat pengikat dan sebainya
Ketentuan – ketentuan yang mengatur hal tersebut diatas terdapat didalam
spesifikasi teknis pekerjaan.

2.11.1. Pekerjaan Pembesian Diukur dalam Beratnya

19
Dari daftar pembengkokan, diketahui panjang dari masing- masing bentuk,
diameter besi dan dengan tabel berat besi beton, dihitung berat besi seluruhnya.

20
Tabel 2.4 Contoh Gambar Kerja dan bar Bending Schedule (Daftar
Pembengkokkan Besi)

2.12. Pemotongan, Pembengkokkan dan Ganjal Tulangan


Standar untukpelaksanaan pekerjaan pembesian :
1. Fungsi Baja Tulangan Beton
a. Tulangan pokok
- Berfungsi untuk menahan gaya tarik yang diakibatkan oleh momen
lentur
- Pada kolom dan balok yang paling mempengaruhi kuat tariknya
adalah luas permukaan baja yang dipakai, bukan jarak.
- Pada kolom dan balok baik baja polos maupun ulir , diameter
minimum tulangan pokok adalah 12 mm
b. Tulangan Sengkang
- Berfungsi menahan tegangan geser yang diakibatkan oleh gaya
lintang dan gaya puntir.
- Yang paling mempengaruhi kekuatan sengkang adalah diameter
yang dipakai dan jarak antar sengkang

2.12.1 Kait Standar

21
1. Kait 135 untuk sekang (begel) ditambah perpanjangan pada ujung bebas
kait
2. Kait harus diberi perpanjangan , ( namun tidak kurang dari 50 mm )
Yang mengait tulangan logitudinal dan mengarah pada bagian dalam
sengkang atau sengkang tertentu. Kait standar untuk tulangan utama :
1. Bengkokkan 180 ditambah perpanjangan , tapi tidak kurang dari 60
mm , pada ujung bebas kait
2. Bengkokkan 90 ditambah perpanjangan 12, pada ujung bebas kait.

2.12.2 Keretakkan pada Bengkokkan

22
Gambar 2.8 Keretakkan pada Bengkokkan

2.13. Selimut Beton

23
2.14. Ganjal Tulangan/Beton Dekking/Spacer/Chair Support
Untuk menahan agar tulangan ditempatkan pada posisi yang dikehendaki,
maka dipakai ganjal tulangan.
Nama yang umum dipakai :
1. Ganjal dari baja : kaki ayam
2. Beton dekking : tahu beton

Ada 4 macam bahan ganjal beton, yaitu baja tulangan, beton, vibersemen dan
plastik.

24
2.15. Penyambungan Baja Tulangan
Penyambungan tulangan dapat dilakukan dengan cara :
1. Overlapping sambungan dengan penyaluran)
2. Pengelasan
3. Alat Penyambung (Selongsong)

25
Gambar 2.9 Jenis Sambungan Baja Tulangan

26
2.16. Pemotongan Tulangan Beton dan Pembengkokkan Tulangan
Pemotongan tulangan :
1. Pemotongan berdasarkan daftar pembengkokkan tulangan
2. Rencana pemotongan didasarkan atas panjang baja tulangan dipasaran
yaitu 12m
3. Pemotongan harus direncanakan dengan baik agar sisa potongan yang
terbuang atau wastenya minimal
4. Pemotongan dilakukan secara manual maupun dengan mesin bar cutter
5. Pembengkokkan tulangan :
6. Pembengkokkan dilakukan pada meja pembengkok menggunakan kunci
besi dari ukuran kecil sampai besar
7. Pembengkokkan dengan mesin Bar Bender
Keuntungannya :
1. Dapat membengkokkan besi dengan diameter besar
2. Beberapa batang (ditumpuk) dpat dibengkokkan sekaligus
3. Lebih cepat
4. Bentuk bengkokkan lebih seragam

2.16.1. Pengelompokkan dan Penyimpanan Baja Beton


1. Setelah pemotongan dan pembengkokkan, baja beton dikelompokkan dan
diikat diberi label sesuai kode pada bestaat besaran ikatan sesuai alat
angkutnya
2. Kode /label dilihat, dipasang ditempat yang mudah dilihat, dan diikat kuat
3. Sisa potongan yang masih bisa dipakai ditempat lain, dipisahkan dengan
sisa potongan pendek yang tidak dapat dipakai lagi
4. Apabila baja beton berkarat, perlu dibersihkan dengan sikat baja.

27
2.16.2. Penganyaman/Perangkaian dan Pemasangan Pembesian Penulangan
Beton
Perakitan dan Pemasangan Tulangan
1. Perakitan dikerjakan dilokasi dekat pemotongan dan pembengkokkan
kemudian tulangan yang sudah dirakit tersebut dibawa ketempat
pemasangan untuk langsung dipasang
2. Perakitan dengan cara langsung merakit tulangan yang sudah dibengkok
dan dipotong tersebut ketempat pemasangannya
3. Pemotongan dan perakitan dilakukan di pabrik, kemudian dibawa ketempat
pemasangan.

2.16.3. Pemasangan Tulangan


Cara pelaksanaan pemasangan tulangan, agar diperhatikan hal – hal seperti
dibawah ini :
1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak , kulit gilingan baja, karat lepas ,
serta bahan- bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat baja dengan
beton
2. Pemasangan tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan
selama pengecoran beton tidak berubah dari tempatnya.

2.17. Toleransi pada Pemasangan Tulangan


Apabila tidak ditentukan lain oleh perencana, maka pada pemasangan
tulangan dapat dipakai toleransi sebagai berikut :
1. Terhadap kedudukan diarah ukuran struktur yang terkecil, toleransi sebesar
kurang lebih 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar 12 mm
untuk ukuran lebih dari 60 cm
2. Terhadap kedudukan bengkokkan diarah memanjang toleransi sebesar
kurang lebih 50 mm dan untuk kedudukan bengkokkan akhir dari batang ,
toleransi sebesar kurang lebih 25 mm dgn syarat tambahan bahwa tebal
penutup beton diujung batang harus memenuhi yang disyaratkan

28
3. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding, toleransi
didalam bidang tulangan kurang lebih 50 mm.
4. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang. Lilitan-lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya, toleransi sebesar kurang lebih 25 mm

2.17.1. Pengikatan Baja Beton


1. Silang, cocok untuk menghubungkan batang-batang bersilangan pada plat
lantai dll.
2. Lingkar dan silang , sama dengan A, tetapi untuk diameter yang lebih besar
3. Sadel /pelana, digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang
dengan tulangan sudut .
4. Lingkar dan sadel. Sama dengan D, tetapi untuk diameter tulangan yang
lebih besar.
5. Silang ganda untuk ikatan extra kuat.

29
Gambar 2.10 Pengikatan Baja Beton

2.18 Pengertian Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah
dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu perkerasan lentur
(flexible pavement), dan perkerasan kaku (rigid pavement).
Jalan raya selalu menuntut keberadaan perkerasan yang kuat, tahan lama,
nyaman, murah, dan tepat sasaran. Ini semua merupakan indikator dari keinginan
agar jalan raya berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mendapatkan fungsi yang
baik tentunya memerlukan dua hal yaitu perencanaan yang sempurna dan
keberhasilan pelaksanaan agar sesuai dengan perencanaan.
Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,
semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar lalu lintasnya. Untuk itu
dalam perencanaan jalan perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

30
mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut seperti fungsi jalan, kinerja
perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari pekerjaan jalan,
sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di
lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk
geometrik lapisan perkerasan.

2.19 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan kaku atau Rigid Pavement adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur.
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki lalu lintas yang cukup
padat dan memiliki distribusi beban yang besar.
Menurut SNI Pd-T-14-2003 perkerasan kaku (rigid pavement) beton
semen dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
4. Perkerasan beton semen pra-tegang.
Perkerasan kaku direncanakan untuk memikul beban lalu lintas secara
aman dan nyaman serta dalam umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut perkerasan kaku (rigid pavement) harus :
1. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar (akibat beban lalu lintas)
sampai batas – batas yang masih mampu dipikul tanah dasar tersebut, tanpa
menimbulkan perbedaan penurunan atau lendutan yang dapat merusak
perkerasan.
2. Mampu mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan dasar,
serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.

31
2.20 Jenis-Jenis Perkerasan Beton
Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai
lapisan aus;
2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di
atasnya sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen
dan beton aspal) bekerja sama sebagai konstruksi komposit dalam memikul
beban.

2.20.1 Perkerasan Beton Semen


Dari kebanyakan literatur yang ada, dikenal 4 (empat) jenis perkerasan beton
semen yang banyak digunakan, yaitu:
1. Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain Concrete Pavemen /JPCP);
2. Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed
Reinforced Concrete Pavemen /JRCP);
3. Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(Continuously Reinforced Concrete Pavement/CRCP);
4. Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement/PCP).

32
Gambar 2.11 Jenis-jenis Perkerasan Beton

2.20.2 Perkerasan Komposit


Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang
memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban,
disebut Perkerasan Komposit.
Dalam beberapa literatur yang ada, tebal konstruksi perkerasan komposit
dihitung sebagai berikut:
Ditentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan
menganggap perkerasan seluruhnya terdiri atas beton semen. Kemudian tebal plat
beton hasil perhitungan di atas dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal

33
aspal beton. Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah
retak refleksi (retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan
retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4
inches).

2.21 Bahan Pokok Beton


1. Air
a. Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas, dan harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 (AASHTO
T26). Air yang dipergunakan dalam pencampuran, pengawetan, atau
pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam,
alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan.
Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar
lumpur, rumput, atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa. Jika air
yang akan digunakan diketahui dapat diminum, maka air tersebut
b. dapat dipakai untuk pembuatan perkerasan jalan beton tanpa harus
melalui pengujian di laboratorium. Bila timbul keragu-raguan atas mutu
air yang diusulkan dan diminta oleh Konsultan Pengawas, air harus diuji
dengan diperbandingkan terhadap air suling. Perbandingan harus
memakai cara uji semen standar untuk kekerasan, waktu pengikatan
(setting time) dan kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan
waktu pengikat ± 30 menit atau lebih, dan pada umur 7 hari dan 28 hari
jika penyusutan kuat tekan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan
air suling, cukup menjadi alasan ditolaknya air yang tengah diuji itu.

2. Semen
a. Sebagaimana dipersyaratkan dalam Spesifikasi Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga, Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus merupakan semen portland jenis I, II atau III yang memenuhi SNI
15-2049-1994 (AASHTO M85). Terkecuali diperkenankan oleh
Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan

34
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. Terkecuali
diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana digunakan
lebih satu merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan kembali
rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang digunakan.
b. Admixture (Bahan Tambah /Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling
lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur tertentu
atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu.
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton tidak lebih dari 5 % berat semen selama proses pengadukan. Bahan
yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Sesuai
dengan Spesifikasi Umum Direktorat jenderal Bina Marga, ketentuan
mengenai bahan tambah ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991
tentang Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton. Pada umumnya bahan
tambah kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan beton adalah
bahan tambah yang tidak mengandung Calcium Chloride. Penggunaan
bahan tambah kimia harus didasarkan pada hasil uji dalam masa 24 jam
pertama setelah pengecoran beton. Hal ini dikarenakan bahan tambah
tertentu dapat memperlambat setting dan perkembangan kekuatan
campuran beton semen, sehingga menunda waktu pemotongan
sambungan dan menambah resiko terjadinya retakan acak. Bila akan
digunakan bahan tambah berupa butiran yang sangat halus yang
dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara berbentuk abu terbang
(fly Ash), maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar SNI 03-2460-
1991 tentang Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambah untuk
Campuran Beton yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang

35
dihasilkan sesuai dengan persyaratan Gambar Rencana dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Dalam hal penggunaan bahan tambah dalam
campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat
pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).

2.6 Proporsi Bahan Campuran Beton


Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada
hasil percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai
ketentuan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga. Selambat-lambatnya 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai,
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan sesuai dengan SNI 03-2834-
2000, dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima apabila memenuhi ketentuan
sifatsifat campuran yang disyaratkan. Jumlah semen dalam setiap meter kubik
beton padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang
disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor
harus mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling
hemat yang memenuhi semua persyaratan. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, berat semen yang disertakan dalam setiap
meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen tidak boleh
kurang dari 320 kg jika tanpa abu terbang, dan 310 kg jika dengan abu terbang
sebanyak dari 30 sampai 49 kg/m3, dan 300 kg jika dengan abu terbang sebanyak
dari 50 sampai 70 kg/m3. Tetapi dalam segala apapun tidak lebih dari 420 kg.
Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus,
proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Akan tetapi, sekurang-kurangnya
40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang
didefinisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Bila perbandingan yang

36
tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan
itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih
agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat
yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila menurut
pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk
mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering
didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari
0,40 berat total semen. Plasticiser atau bahan aditiv pengurang air tidak boleh
digunakan, kecuali ada ijin tertulis. Bahan aditiv campuran untuk mempercepat
proses pengerasan dan yang mengandung Kalsium Klorida tidak boleh digunakan.

2.7 Kekuatan Beton


Berdasarkan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, ketentuan
minimum untuk kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28 hari untuk Perkerasan
Beton Semen diberikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.5 Kekuatan Beton Minimum untuk Perkerasan Beton Semen

Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan 80%


dari kuat lentur lapangan yang terjadi . Direksi Pekerjaan dapat, menurut
pendapatnya, pada setiap saat sebelum atau selama operasi beton perkerasan,
menaikkan atau menurunkan kekuatan minimum yang terjadi pada umur 7 hari.
Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Wet Lean
Concrete) pada umur 28 hari dari produksi harian tidak boleh kurang dari K 50
(fc’ 5 MPa). Percobaan campuran di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor,
harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan

37
margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil pengujian yang lebih
rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu
perseratus).

Gambar 2.12 Cetakan Silinder

Gambar 2.13 Peralatan Penguji Kuat Tekan Beton

38
2.8 Slump Beton dan Waktu Ikat (Setting Time)
Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air
dalam hubungannya dengan faktor air semen (FAS) yang ingin dicapai. Waktu
pengadukan lamanya tergantung pada kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah
adukan, jenis serta susunan butir bahan penyusun, dan slump beton, pada
umumnya tidak kurang dari 90 detik dimulai semenjak pengadukan, dan hasil
umumnya menunjukkan susunan dan warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu
beton yang dihasilkan akan memberikan :
1. Keenceran dan kekentalan adukan yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam adukan tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segresi atau pemisahan agregat.
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosi, dan lain-
lain).
3. Memenuhi uji kuat tekan yang hendak dipakai.
Penghitungan waktu ikat (setting time) bertujuan untuk mengetahui
seberapa lama beton melewati tahap plastis menuju tahap pengerasan. Pada saat
mortar semen tersebut mulai mengikat sehingga setelah waktu tersebut dilalui,
mortar semen tidak boleh diganggu lagi ataupun diubah kembali kedudukannya.

Gambar 2.14 Peralatan Pengujian Slump Beton

39
2.9 Percobaan Campuran (Trial Mix)
Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor dengan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas harus membuat campuran percobaan menggunakan proporsi
campuran hasil rancangan campuran awal serta bahan yang diusulkan, dan
menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dsb). Dalam
kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai Slump)
yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran
percobaan harus mencapai kekuatan minimum 80 % dari nilai kuat tekan beton
rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 28
hari. Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan
tidak menghasilkan kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk
kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan
beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran
beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh
melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja
(Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran.

2.10 Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix)


Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh melakukan pekerjaan pencampuran
beton sesuai dengan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix Formula / JMF) hasil
percobaan campuran.

2.11 Dowel Bars


Dowel bars adalah merupakan sarana yang digunakan sebagai
penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan
jalan (Rigid Pavement). Fungsi dari Dowel ini tiada lain merupakan penyalur
beban pada sambungan. Dan pemasangannya dilakukan dengan separuh dari

40
panjang-dowel-terikat, sementara separuh lainnya dilumasi, diberi plastik atau
dicat untuk memberikan kebebasan bergeser.

Gambar 2.15 Dowel

Kebebasan bergeser dari separuh panjang Dowel ini perlu diberikan,


mengingat beton memiliki kecenderungan untuk memuai dan menyusut karena
pengaruh perubahan temperatur. Pergerakan susut-muai itulah yang kemudian
diakomodir dengan batang dowel yang dibuat separuh fix dan separuh move. Jadi
fungsi transfer beban tetap ada, sembari memberi kesempatan beton perkerasan
untuk mengalami pergerakan akibat susut-muai tersebut.

2.12 Plastik Cor


Plastik cor adalah plastik dengan bahan daur ulang LDPE, biasa dipakai
untuk lapisan cor pada setiap bangunan.

41
Gambar 2.16 Plastik Cor

Plastik cor memiliki kegunaan yang penting untuk aplikasi pelat lantai
di atas tanah/Slab On Ground. Plastik cor dapat dibeli di toko bangunan, upayakan
plastik memiliki ketebalan yang cukup, sekitar 0.05 – 0.1mm agar tidak mudah
robek bila terinjak-injak pada saat memasang tulangan pelat ataupun wiremesh.
Fungsi plastik cor adalah untuk menjaga agar permukaan dasar beton tidak
langsung berhubungan dengan tanah yang memiliki kelembaban. Sehingga
kemungkinan air/uap masuk ke dalam pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan
tulangan terhindar dari karat/korosi. Korosi selain merusak tulangan juga akan
memberikan warna karat pada permukaan beton. Pada pelat beton di atas tanah,
biasanya tulangan hanya diletakkan di bagian atas dengan tebal selimut beton atas
sekitar 30 mm. Plastik cor diletakkan di atas permukaan tanah yang telah siap
(telah dipadatkan) dan lapisan pasir 50 mm (atau bisa juga beton B0/Lean
Concrete/beton mutu rendah) sebagai dasar.
Fungsi plastik yang kedua adalah melepaskan gesekan antara permukaan
bawah pelat beton dengan permukaan tanah. Sehingga pada saat beton mengalami

42
susut Tidak tertahan, dan retak dapat terjadi pada daerah joint yang telah
direncanakan. Untuk fungsi ini, plastik akan lebih baik apabila dipasang double (2
lembar) sehingga esekan yang terjadi akan lebih sedikit.

2.13 Vibrator Beton


Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran
dimana alat ini berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam
bekisting, dimana hal ini ditujukan untuk mengeluarkan kandungan udara yang
terjebak dalam air campuran beton sehingga dengan getaran yang dihasilkan oleh
vibrator maka beton akan mengeluarkan gelembung udara dari beton sehingga
beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata dan juga untuk
menghindari adanya keropos atau sarang labah pada beton.

Gambar 2.17 Alat Vibrator Beton

Beton vibrator terdiri dari tiga bagian utama :


1. Mesin sebagai alat penghasil getaran
2. Selang penghantar

43
3. Kepala Vibrator, terbuat dari silinder baja seukuran gagang tongkat bisbol,
alat yang direndam dalam beton
Saat ini tersedia berbagai macam vibrator beton dalm beberapa merek dan
jenis beton vibrator. Braket atau sistem penjepit dirancang agar sesuai dengan
merek utama dari bentuk beton. Vibrator beton tersedia dalam jenis daya hidrolik,
pneumatik atau listrik. Mesin vibrator mampu menghasilkan tiga jenis getaran
profil sinus sapuan, getaran acak, dan disintesis kejutan.
Ketika beton sudah dituangkan kedalam bekisting, mesin vibrator sudah
ditempatkan di dekat area tempat penuangan beton. Posisi harus dijaga supaya
selang vibrator tidak terlalu jauh dari area yang akan digetar. Saat beton sudah
dituang mesin vibrator sudah harus dihidupkan dan kemudian selang diarahkan
ke area beton basah, kemudian kepala atas vibrator didorong ke dalam beton.
Kepala vibrator di getarkan pada satu area sekitar 10 detik. Posisi kepala vibrator
tidak boleh bersinggungan langsung dengan bekisting , dianjurkan jarak kepala
vibrator dari sisi bekisting sekitar 10 – 12 cm. Kepala vibrator harus bergetar
sepanjang daerah beton yang baru dituang dengan memindahkan kepala vibrator
sekitar 30 -40 cm dari titik sebelumnya yang sudah digetar. Pastikan seluruh area
harus digetar.

2.14 Bekisting
Acuan dan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi yang bersifat
sementara pada pelaksanaan pekerjaan beton yang berfungsi untuk membentuk
beton sesuai dengan ukuran dan tempat kedudukannya atau dapat juga disebut
suatu konstruksi yang merupakan cetakan.
Pada umumnya sebuah bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat
sementara dengan mempunyai fungsi utama, yaitu :
1. Untuk memberikan bentuk kepada sebuah konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
3. Untuk memikul beban hingga konstruksi tersebut cukup kuat untuk
memikul berat sendiri, peralatan dan tenaga kerja.

44
Dalam melaksanakan pekerjaan, konstruksi bekisting harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
1. Kualitas
a. Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan
b. Posisi letak acuan dan perancah harus sesuai rencana
c. Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor.
2. Keamanan
a. Acuan dan perancah harus stabil pada posisinya
b. Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban yang
bekerja
c. Acuan dan perancah harus kaku tidak bergerak dan bergeser dari
posisinya
3. Ekonomis
a. Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja
b. Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar dengan tidak merusak beton.
Dengan semakin pesatnya laju pembangunan di Indonesia, maka perhatian
atas rasionalisasi pembuatan beton pun turut meningkat pula. Hal ini terjadi pada
penggunaan bekisting.
Bekesting tradisional adalah suatu bekesting yang terdiri dari papan dan
kayu balok, dikerjakan ditempat oleh orang-orang yang ahli. Bekesting tradisional
masih banyak dijumpai pada proyek-proyek yang relatif kecil dan penggunaannya
hanya terbatas pada beberapa kali pakai saja. Untuk bentuk bentuk yang rumit,
akan membutuhkan bahan yang relatif banyak karena akan banyak terjadi
pemotongan yang dilakukan sehingga biaya investasi dapat membengkak oleh
karena banyaknya bagian-bagian yang hilang akibat pemotongan.
Bekesting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan
dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah
bentuk lain. Selain itu bekesting cara tradisional adalah bekisting yang bahan
dasarnya dapat digunakan kembali dalam bentuk lain.

45
Gambar 2.18 Pemasangan Bekisting

2.19 Penghamparan Beton


Beton harus dihampar dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga
dihindari terjadinya pemindahan atau pengerjaan ulang. Truk mixer, truk
pengaduk, atau alat angkut lainnya harus dilengkapi dengan alat penumpah beton
agar tidak menimbulkan segregasi material. Beton harus diturunkan ke alat
penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah
segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan
melintang tanpa sekatan sementara. Bila penghamparan perlu dilakukan dengan
tangan, harus memakai sekop. Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton
memakai sepatu yang kotor. Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan
lajur perkerasan yang telah selesai lebih dahulu, dan peralatan mekanis harus
bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai
sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan lentur beton 28 hari. Jika hanya peralatan
finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa dilakukan setelah umur
betonnya mencapai 3 hari. Beton harus dipadatkan secara merata, pada tepi dan

46
sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan
vibrator yang dibenamkan ke dalam beton.
Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau
sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap titik
penggetaran, dan masing-masing titik berjarak 25-30 cm.

Gambar 2.19 Penghamparan Beton

2.22 Perawatan Beton (Curing)


Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi perawat (curing
compound) setelah di finishing, dengan menyemprotkan bahan perawat berupa
cairan bahan kimia pada permukaan menggunakan penyemprot atau alat lain yang
disetujui dengan banyaknya pemakaian 0,22 - 0,27 lt/m2 untuk penyemprotan
mekanis, atau 0.27 - 0.36 lt/m2 untuk penyemprotan manual. Bahan ini tak boleh
masuk ke alur pada alur-alur sambungan.
Cara perawatan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menutup
seluruh permukaan beton dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi
dengan air yang berlangsung selama paling sedikit 7 hari. Bila gagal menyediakan

47
bahan penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan
memenuhi persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus
dihentikan.
Perawatan untuk permukaan harus dilakukan dengan salah satu metoda
berikut :
1. Dilapisi penutup sampai lapisan perkerasan berikutnya dihamparkan
dengan lembaran plastik kedap air, dijaga agar tidak lepas dari
permukaan, dan dengan sambungan yang saling menindih (overlap)
sekurang-kurangnya 300 mm dan dijaga sedemikian rupa untuk mencegah
penguapan.
2. Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented
curing compound.
3. Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu, dan kondisi
kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan.

2.23 Macam – Macam Jenis Beton


Beton dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kekuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap
temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut
yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari
mutu beton yang ada kaitannya dengan struktur beton.
2. Beton Segar
Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi
pengikatan) (SNI 03-3976-1995). Ada beberapa hal penting yang harus
dipenuhi ketika membuat beton segar antara lain yaitu :
a. Sifat-sifat penting yang harus dimiliki beton segar dalam jangka waktu
yang lama , seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.

48
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton
dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.

2.24 Core drill


Core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu
struktur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian seperti kuat tekan. Pengambilan contoh
dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa “pipa” dari intan, sehingga
diperoleh contoh beton berupa silinder.
Contoh alat pengambilan sampel beton dengan metode core drill tersebut
yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.20 Alat Core Drill

49

Anda mungkin juga menyukai