LANDASAN TEORI
1
Frederick E. Gieseke, Gambar Teknik (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm: 149.
I-1
I-2
2
Ibid., hlm. 151.
I-3
benda adalah bahwa bagan (features) yang tersembunyi atau tidak tampak dapat
secara jelas ditunjukkan dengan bantuan garis tak tampak.
3
Ibid., hlm: 154.
I-4
sama uraiannya, pilihan gabungan ialah pandangan yang tempatnya paling sesuai
dengan kertas gambar.
4
Ibid., hlm: 155.
5
Ibid., hlm: 156.
I-5
6
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung : Pustaka Grafika, 2000) , hlm: 77.
7
Takeshi Sato, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2003) ,
hlm: 65.
8
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung: Pustaka Grafika , 2000) , hlm: 77.
9
Ibid., hlm: 78
I-6
dengan pandangan tunggal. Dulu dikenal dengan istilah gambar bagan atau
gambar satu pandangan.
Gambar piktorial sering disebut juga gambar ilustrasi teknik, karena
sering digunakan sebagai gambar ilustrasi pada buku-buku keteknikan atau pada
katalog dari produk industri mesin dan sebagainya. Tetapi perlu dibedakan, bahwa
tidak setiap gambar ilustrasi teknik merupakan gambar pictorial. Gambar pictorial
menampilkan wujud benda hanya dengan goresan garis-garis, sedangkan gambar
ilustrasi teknik meliputi aneka ragam gambar, baik gambar hasil seni grafis
ataupun fotografis. Cara proyeksi yang termasuk ke dalam kelompok proyeksi
piktorial terdiri atas proyeksi aksonometri, proyeksi miring, dan proyeksi
perspektif.
10
Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00.
I-7
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.4. Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Isometri 30 30 1 1 1
35 35 1 1
Proyeksi
Dimetri
15 15 1
Proyeksi
Trimetri
7 42 1 1
20 30 1
I-8
10 20 1
11
Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , Diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00
12
Agusnie, Proyeksi, Diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.14
I-9
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.5. Proyeksi Isometri
120°
x y
30°
30°
x
y
titik referensi
z
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.7. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal
30°
30°
y 120° x
titik referensi
y x
y
30°
120°
z
30°
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
x
titik referensi
z
x
y
10°
40°
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.12. Sudut Proyeksi Dimetri
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.13. Proyeksi Dimetri
sumbu dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bisa dikatakan Proyeksi
Trimetri.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.14. Proyeksi Trimetri
13
Rani Aulia dkk, Laboratorium Gambar dan Perencanaan, Diakses dari http://lgpunhas.blog
spot.com/2011/08/proyeksi-aksonometri.html, pada 17 Mei 2013 pukul 21.18
I-14
14
Jika garis-garis proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi, tetapi
membentuk sudut sembarang (miring), maka cara proyeksi seperti ini disebut
proyeksi miring dan gambarnya disebut gambar miring (oblique).
Panjang kedalaman benda dapat ditentukan sembarang. Jika panjang
kedalaman sama dengan panjang sebenarnya disebut proyeksi miring cavalier,
sedangkan untuk panjang kedalaman yang diperpendek disebut proyeksi miring
kabinet. Proyeksi miring kabinet dengan sudut kedalaman 45o dan skala
pemendekan adalah yang paling sering digunakan , karena dapat memberikan
kesan visual uang lebih baik dibandingkan proyeksi miring lainnya.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.15. Proyeksi Miring
14
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin , Pustaka Grafika, Bandung, 2000 , hlm: 80
15
Agusnie, Proyeksi, Diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.16
I-15
TH (Titik Hilang)
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.17. Perspektif Sejajar 2 Titik
I-16
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT. Pradnya Paramitha
Jakarta, hlm. 62
Gambar 1.18. Perspektif Sejajar 3 Titik
proyeksi kuadran I atau sering disebut cara proyeksi Eropa. Jika bendanya
diletakkan di kuadran III, maka cara proyeksi ini disebut cara proyeksi kuadran
III atau sering disebut cara proyeksi Amerika.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.19. Proyeksi Ortogonal