Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1. Pandangan Benda 1


Gambar lukisan atau foto menunjukkan suatu benda sebagaimana benda
itu tampak pada pengamatnya, tetapi tidak sebagaimana adanya. Gambar yang
demikian tidak dapat menguraikan benda tersebut sepenuhnya, tidak dari arah
mana pun benda tersebut dipandang, karena gambar tersebut tidak menunjukkan
bentuk dan ukuran yang tepat pada beberapa bagiannya.
Di bidang industri, uraian lengkap dan jelas tentang bentuk dan ukuran
benda yang akan dibuat setepat yang dimaksudkan oleh pendesainnya. Untuk
memberikan informasi ini, diberikan sejumlah pandangan yag secara sistematis
disusun. Sistem pandangan ini disebut proyeksi pandangan majemuk. Setiap
pandangan memberikan informasi yang jelas jika pandangan tersebut dari arah
yang tegak lurus dengan muka atau sisi utama bendanya.
Ketiga ukuran utama suatu benda ialah lebar, tinggi, dan kedalaman.
Pada gambar teknik, istilah tetap ini digunakan untuk ukuran-ukuran yang diambil
dari arah ini, tanpa memandang bentuk bendanya. Istilah “panjang” dan “tebal”
tidak digunakan karena kedua istilah ini tidak dapat digunakan untuk semu hal.

Sumber: Anonim, Proyeksi, diakses dari http://body-otomotif.blogspot


Gambar 1.1. Proyeksi Benda

1.1.1. Memutar Benda

1
Frederick E. Gieseke, Gambar Teknik (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm: 149.

I-1
I-2

Pandangan juga dapat diperoleh dengan memutar bendanya. Pertama,


pertahankan bendanya pada kedudukan pandangan depan. Untuk memperoleh
pandangan atas, putar bendanya untuk membuat bagian atas benda di atas dan
mengarah ke penglihat. Untuk memperoleh pandangan samping kanan, putar
bendanya untuk membuat sisi kanan ke arah penglihat. Untuk memperoleh
pandangan dari sisi lainnya, penglihat hanya perlu memutar benda untuk membuat
sisi dimaksud menghadap ke arah penglihat. Pandangan atas, depan, sisi kanan,
yang disusun berdekatan disebut dengan tiga pandangan biasa karena ketiganya
merupakan pandangan yang paling sering digunakan.

Sumber : Teknik Body Otomatif , Proyeksi, diakses dari http://body-otomotif.blogspot


Gambar 1.2. Tiga Pandangan Biasa

Pada pandangan ini, yang dapat diperhatikan hanyalah sebagai


penampakan saja. Pandangan haruslah diberi jarak yang bagus, tetapi masih masih
cukup dekat agar satu sama lain tampak berkaitan. Jarak antara pandangan depan
dan atas dapat saja sama atau tidak sama dengan jarak pandangan depan dan
2
samping. Keunggulan penting dari suatu pandangan dibandingkan dengan foto

2
Ibid., hlm. 151.
I-3

benda adalah bahwa bagan (features) yang tersembunyi atau tidak tampak dapat
secara jelas ditunjukkan dengan bantuan garis tak tampak.

1.1.2. Pandangan Keenam


Sembarang benda dapat dipandang dari enam arah yang saling tegak
lurus seperti pada gambar.

Sumber: Anonim, Pandangan Pokok, diakses dari http://dc118.4shared.com


Gambar 1.3. Keenam Pandangan

Pandangan atas, depan dan bawah disebariskan mendatar. Menggambar


gambar suatu pandangan di luar tempatnya umumnya dianggap sebagai salah satu
kesalahan yang terparah di dalam gambar.

1.1.3. Gambar Dua Pandangan


Sering terjadi hanya dua pandangan yang dibutuhkan untuk
3
menguraikan dengan jelas bentuk suatu benda. Jika suatu benda hanya
membutuhkan dua pandangan dan pandangan samping kiri dan samping kanan
sering sama uraiannya, maka pandangan samping kananlah yang lazim dipilih.
Jika hanya dua pandangan yang dibutuhkan dan pandangan atas dan bawah sama
uraiannya, maka pandaangan ataslah yang lazim dipilih. Jika hanya dua
pandangan yang diperlukan dan pandangan atas dan pandangan samping kanan

3
Ibid., hlm: 154.
I-4

sama uraiannya, pilihan gabungan ialah pandangan yang tempatnya paling sesuai
dengan kertas gambar.

1.1.4. Gambar Satu Pandangan


Pandangan tunggal yang dilengkapi dengan catatan atau lambing
berhuruf sudah cukup untuk menguraikan secara jelas bentuk suatu benda yang
relative sederhana. Misalnya, suatu pandangan pelat selip (shim) ditambahkan
catatan untuk memperlihatkan tebalnya saja sudah ukup. Hampir seluruh poros,
but, sekrup, dan bagian-bagian mesin yang serupa harus disajikan oleh pandangan
tunggal secara ini.

1.1.5. Garis-Garis Tak Tampak 4


Umumya, garis tak tampak harus bersambung dengan garis tampak
kecuali jika penyambungan itu membuat garis tampak diperpanjang terlalu jauh.
Dengan kata lain, biarkan ada celah manakala garis tak tampak merupakan
lanjutan dari garis tampak. Garis-garis tak tampak harus berpotongan membentuk
sudut L dan T. Garis-garis tak tampak yang sejajar harus digambar sedemikian
rupa sehingga goresannya berselang-seling. Apabila dua atau tiga garis tak tampak
bertemu pada satu titik, goresannya harus bertemu.
5
Garis-garis tak tampak yang digambar secara salah dapat dengan
mudah merusak gambar. Goresan haruslah kira-kira 5 mm panjangnya dan
berjarak 1 mm yang ditaksir dengan menggunakan mata. Perjelas awal dan ujung
goresan dengan menekan pensil, tanpa memandang apakah gambar dibuat tangan
atau secara mekanis.

1.1.6. Garis Sumbu


Garis sumbu digunakan untuk menandai sumbu-sumbu atau fitur-fitur
benda simetrik, lingkaran baut dan lintasan gerak. Garis sumbu tunggal dilukis

4
Ibid., hlm: 155.
5
Ibid., hlm: 156.
I-5

pada pandangan memanjang dan garis sumbu melintang dalam pandangan


lingkaran. Goresan harus memanjang secara seragam kira-kira 8 mm di luar bagan
untuk siapa garis sumbu ini dilukis.
Panjang goresan dari garis sumbu beragam dari 20 hingga 40 mm atau
lebih tergantung pada ukuran gambarnya. Goresan pendek haruslah kira-kira 5
mm panjangnya, dengan jarak kira-kira 2 mm. Garis sumbu harus diawali dan
diakhiri dengan coretan panjang. Garis sumbu yang pendek , khususnya untuk
lubang yang kecil, dapat dibuat garis menerus.

1.2. Proyeksi Benda 6


Untuk menyatakan wujud suatu benda dalam bentuk gambar diperlukan
suatu cara yang disebut proyeksi. Gambar proyeksi adalah gambar dari suatu
benda nyata atau khayalan, dilukiskan menurut garis-garis pandangan pengamat
pada suatu bidang datar (bidang gambar).
7
Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah
bidang horizontal dan bidang vertikal. Bidang-bidang utama ini membagi seluruh
ruang dalam empat kuadran. Bagian ruang di atas bidang horizontal dan di depan
bidang vertikal disebut kuadran pertama. Bagian ruang di atas bidang horizontal
dan di belakang bidang vertikal disebut kuadran kedua. Kuadran ketiga adalah
bagian ruang di bawah bidang horizontal dan di depan bidang vertikal dan
kuadran keempat adalah bagian ruang di bawah bidang horizontal dan di
belakang bidang vertikal.
8
Ada beberapa macam cara menggambar proyeksi. Cara-cara tersebut di
sini akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

1.2.1. Proyeksi Piktorial ( Proyeksi Pandangan Tunggal ) 9


Proyeksi piktorial (pictorial drawing) adalah suatu cara menampilkan
gambar benda yang mendekati bentuk dan ukuran sebenarnya secara tiga dimensi,

6
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung : Pustaka Grafika, 2000) , hlm: 77.
7
Takeshi Sato, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2003) ,
hlm: 65.
8
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung: Pustaka Grafika , 2000) , hlm: 77.
9
Ibid., hlm: 78
I-6

dengan pandangan tunggal. Dulu dikenal dengan istilah gambar bagan atau
gambar satu pandangan.
Gambar piktorial sering disebut juga gambar ilustrasi teknik, karena
sering digunakan sebagai gambar ilustrasi pada buku-buku keteknikan atau pada
katalog dari produk industri mesin dan sebagainya. Tetapi perlu dibedakan, bahwa
tidak setiap gambar ilustrasi teknik merupakan gambar pictorial. Gambar pictorial
menampilkan wujud benda hanya dengan goresan garis-garis, sedangkan gambar
ilustrasi teknik meliputi aneka ragam gambar, baik gambar hasil seni grafis
ataupun fotografis. Cara proyeksi yang termasuk ke dalam kelompok proyeksi
piktorial terdiri atas proyeksi aksonometri, proyeksi miring, dan proyeksi
perspektif.

1.2.1.1. Proyeksi Aksonometri


Pada bidang proyeksi hanya tergambar sebuah bidang saja. Cara
proyeksi seperti ini disebut sebagai proyeksi ortogonal. Apabila bidang-bidang
atau tepi-tepi benda dimiringkan terhadap bidang proyeksi, maka tiga muka dari
benda tersebut akan terlihat serentak dan memberikan gambaran bentuk benda
seperti sebenarnya. Cara demikian disebut proyeksi aksonometri.
10
Aksonometri adalah sebuh sebutan umum untuk pandangan yang
dihasilkan oleh garis-garis proyeksi suatu benda. Dalam penggambaran ini garis-
garis pemroyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang proyeksi. Aksonometri
merupakan salah satu modifikasi penggambaran satu bentuk yang berskala.
Gambar aksonometri berguna untuk dapat lebih menjelaskan bentuk suatu
bangunan, baik itu bentuk bangunan seutuhnya, potongan bangunan yang
memperlihatkan struktur atau interiornya, detail bagian bangunan atau sampai
menunjukkan skema utilitas suatu bangunan.

10
Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00.
I-7

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.4. Proyeksi Aksonometri

Proyeksi aksonometri adalah proyeksi miring di mana tiga muka


(dimensi) dari benda akan terlihat dengan bentuk dan ukuran yang sebanding
benda aslinya. Proyeksi ini disebut juga proyeksi sejajar karena garis-garis objek
yang sejajar tetap sejajar. Proyeksi ini dapat juga disebut sebagai proyeksi dengan
titik hilang tak terhingga.
Proyeksi aksonometri ini dibagi lagi menjadi tiga cara, yaitu isometri,
dimetri, dan trimetri. Ketiga cara ini dibedakan atas dasar besarnya sudut antara
sumbu-sumbu (x,y dan z) dan panjang garis pada sumbu-sumbu tersebut.

Tabel 1.1. Pembagian Perbedaan Proyeksi Aksonometri


Cara Sudut Proyeksi Skala Perpendekan
Proyeksi (α) o (β) Sumbu-x Sumbu-y Sumbu-z

Proyeksi Isometri 30 30 1 1 1

35 35 1 1
Proyeksi
Dimetri

15 15 1
Proyeksi
Trimetri
7 42 1 1

20 30 1
I-8

10 20 1

Sumber: Ohan Juhana, 2000, Menggambar Teknik Mesin


1.2.1.1.1. Proyeksi Isometri 11
Proyeksi isometri, yaitu proyeksi di mana bidang diagonal dari
bendanya (berupa kubus) diletakkan tegak lurus dengan bidang proyeksi dan
bidang yang horizontal dinaikkan hingga membentuk sudut 35° 16’. Akan didapat
suatu gambar proyeksi yang dimetris dan sebangun dengan bendanya. Proyeksi
Isometri yang berarti satu ukuran merupakan suatu bentuk proyeksi Aksonometri
yang didatarkan sehingga sudut siku-siku pada gambar akan digambarkan menjadi
120o atau 60o. Ukuran panjang, lebar dan tingginya tetap konstan dengan
perbandingan 1:1:1
12
Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara
isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan
proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk
menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat
proyeksi tersebut sebagai berikut :
1. Ciri pada sumbu.
a. Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
b. Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2. Ciri pada ukurannya.
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang
digambarnya.

11
Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , Diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00
12
Agusnie, Proyeksi, Diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.14
I-9

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.5. Proyeksi Isometri

Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan


beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horizontal
1. Proyeksi isometri dengan posisi normal.

120°
x y
30°

30°

Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari


http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.6. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal
I-10

x
y

titik referensi

z
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.7. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal

2. Proyeksi isometri dengan posisi terbalik


z

30°
30°

y 120° x

Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/


Gambar 1.8. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Terbalik

titik referensi

y x

Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/


Gambar 1.9. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Terbalik
I-11

3. Proyeksi isometri dengan posisi horizontal

y
30°

120°

z
30°
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
x

Gambar 1.10. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Horizontal


y

titik referensi
z
x

Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/


Gambar 1.11. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Horizontal

1.2.1.1.2. Proyeksi Dimetri


Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu
diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :
I-12

1. Ciri pada sumbu.


Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai
sudut 40°.
2. Ketentuan ukuran.
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 :
2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.

y
10°

40°
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.12. Sudut Proyeksi Dimetri

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.13. Proyeksi Dimetri

1.2.1.1.3. Proyeksi Trimetri


Proyeksi trimetri adalah proyeksi dengan skala pendekatan tiga sisi dan
tiga sudut tidak sama. Aturan yang mendasar untuk proyeksi trimetri adalah
terdapat skala pemendekan yang boleh sama / tidak sama terhadap ketiga sumbu
atau dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bisa dikatakan proyeksi dimetri
karena telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk dua
I-13

sumbu dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bisa dikatakan Proyeksi
Trimetri.

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.14. Proyeksi Trimetri

1.2.1.2. Proyeksi Miring 13


Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-
garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan
dengan cara ini disebut gambar proyeksi miring. Pada gambar proyeksi miring
adalah gabungan dari gambar ortogonal dan gambar isometri, gambar ini caranya
dengan menggambar lebih dahulu tampak depan dengan ukuran sebenarnya.
Setelah itu garisgaris proyeksi dibuat miring membentuk sudut terhadap bidang
proyeksi. Peletakan benda dapat dibuat sesukanya, tetapi biasanya yang
memberikan keterangan paling banyak dibuat sejajar dengan bidang proyeksi
vertikal (tampak depan). Dengan demikian satu sisi dibuat dengan ukuran
sebenarnya seperti gambar ortogonal.
Sudut yang menggambarkan kedalaman biasanya 300, 450 dan 600 terhadap
sumbu horisontal. Sudut-sudut ini dipakai karena sudah banyak garisan segitiga
yang mempunyai sudut ini. Skala pemendekan ditentukan yaitu 1/3, ½ dan ¾
tergantung dari sudut yang dipergunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

13
Rani Aulia dkk, Laboratorium Gambar dan Perencanaan, Diakses dari http://lgpunhas.blog
spot.com/2011/08/proyeksi-aksonometri.html, pada 17 Mei 2013 pukul 21.18
I-14

14
Jika garis-garis proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi, tetapi
membentuk sudut sembarang (miring), maka cara proyeksi seperti ini disebut
proyeksi miring dan gambarnya disebut gambar miring (oblique).
Panjang kedalaman benda dapat ditentukan sembarang. Jika panjang
kedalaman sama dengan panjang sebenarnya disebut proyeksi miring cavalier,
sedangkan untuk panjang kedalaman yang diperpendek disebut proyeksi miring
kabinet. Proyeksi miring kabinet dengan sudut kedalaman 45o dan skala
pemendekan adalah yang paling sering digunakan , karena dapat memberikan
kesan visual uang lebih baik dibandingkan proyeksi miring lainnya.

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.15. Proyeksi Miring

1.2.1.3. Proyeksi Perspektif 15


Pada proyeksi perspektif garis-garis pandangan (garis proyeksi)
dipusatkan pada satu titik. Titik tersebut dianggap sebagai mata penggambar.
Bayangan yang terbentuk pada bidang proyeksi disebut gambar perspektif.

14
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin , Pustaka Grafika, Bandung, 2000 , hlm: 80
15
Agusnie, Proyeksi, Diakses dari http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.16
I-15

Gambar perspektif merupakan gambar pictorial yang terbaik kesan visualnya,


tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit, apalagi untuk menggambar
bagian-bagian yang rumit dan kecil. Oleh karenanya, cara ini jarang sekali
digunakan dalam gambar teknik mesin. Ada tiga cara proyeksi yang paling sering
digunakan dalam gambar teknik mesin, yaitu proyeksi isometrik, proyeksi dimetri,
dan proyeksi miring kabinet. Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang
dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Perspektif Dengan Satu Titik Hilang.

TH (Titik Hilang)

Sumber: Anonim, Penyajian Benda 3 Dimensi, diakes dari blog.ub.ac.id


Gambar 1.16. Perspektif Sejajar 1 Titik

2. Perspektif Dengan Dua Titik Hilang.

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.17. Perspektif Sejajar 2 Titik
I-16

3. Perspektif dengan tiga titik hilang.

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT. Pradnya Paramitha
Jakarta, hlm. 62
Gambar 1.18. Perspektif Sejajar 3 Titik

1.2.2. Proyeksi Ortogonal 16


Kalau proyeksi piktoral menampilkan benda secara tiga dimensi dengan
pandangan tunggal, maka dalam proyeksi ortogonal benda ditampilkan secara dua
dimensi dengan beberapa pandangan.Oleh karena itu, proyeksi ortogonal sering
disebut juga proyeksi pandangan jamak (multiview projection). Pada proyeksi
ortogonal garis-garis proyeksinya sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap
bidang proyeksi.
Gambar proyeksi ortogonal dapat memberikan informasi yang lengkap
dan tepat mengenai bentuk dan ukuran suatu benda, karena cara ini dapat
menampilkan gambar hasil pandangan dari beberapa arah depan, belakang, atas,
bawah, kiri, dan kanan.

1.2.2.1. Proyeksi Ortogonal Pada Gambar Kerja 17


Proyeksi ortogonal untuk gambar kerja, menggunakan bidang
horizontal dan bidang vertikal sebagai bidang-bidang proyeksi. Bidang-bidang ini
membagi ruang menjadi empat sudut ruang atau kuadran.
Jika benda yang akan digambar diletakkan di kuadran I dan
diproyeksikan pada bidang-bidangnya, maka cara proyeksi ini disebut cara
16
Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung: Pustaka Grafika, 2000), hlm: 93.
17
Ibid., hlm: 94-97
I-17

proyeksi kuadran I atau sering disebut cara proyeksi Eropa. Jika bendanya
diletakkan di kuadran III, maka cara proyeksi ini disebut cara proyeksi kuadran
III atau sering disebut cara proyeksi Amerika.

Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.19. Proyeksi Ortogonal

1.2.2.1.1. Proyeksi Eropa (Proyeksi Kuadran I)


Benda yang diletakkan di kuadran I diproyeksikan pada bidang-bidang
belakang menurut pandangan A, B, dan C. Pandangan A diproyeksikan pada
bidang-bidang belakang, maka menghasilkan pandangan depan. Pandangan B
diproyeksikan pada bidang bawah, menghasilkan pandangan atas. Pandangan C
diproyeksikan pada bidang samping kiri menghasilkan pandangan samping kanan.
Bila bidang-bidang proyeksi tersebut dibuka, maka akan diperoleh gambar hasil
proyeksi.
I-18

1.2.2.1.2. Proyeksi Amerika (Proyeksi Kuadran III)


Menurut cara ini, benda yang akan digambar seolah-olah diletakkan
dalam peti yang sisi-sisinya tembus pandang sebagai bidang proyeksi. Pada tiap-
tiap bidang proyeksi akan tampak gambar pandangan dari benda menurut arah
pandangan yang ditunjukkan oleh arah panah. Pandangan A diproyeksikan pada
bidang depan, manghasilkan pandangan depan. Pandangan B diproyeksikan pada
bidang atas, menghasilkan pandangan atas. Pandangan C diproyeksikan pada
bidang samping kiri, manghasilkan samping kiri.

1.2.2.2. Dasar-Dasar Menggambar Proyeksi Ortogonal


Suatu bangun benda terbentuk dari bidang-bidang, bidang terbentuk
dari garis-garis dan garis terbentuk dari titik-titik. Dengan konsep dasar ini
dipelajari bagaimana cara menggambar proyeksi suatu benda.
Dasar-dasar menggambar proyeksi ortogonal yang akan dibahas berikut
ini menggunakan cara proyeksi kuadran III (proyeksi Amerika)
1. Proyeksi Titik
Proyeksi sebuah titik pada suatu bidang proyeksi ialah titik potong garis
proyeksi dengan bidang proyeksi. Jika jarak titik ke bidang proyeksi = 0, maka
proyeksinya merupakan titik itu sendiri.
Bila sebuah titik P terletak dalam ruang yang dibatasi oleh bidang a, d, dan s,
maka proyeksi titik pada bidang-bidang tersebut adalah P untuk pandangan
atas, P untuk pandangan depan, dan P untuk pandangan samping. Kemudian
bentangkan ketiga bidang tersebut sehingga membentuk bidang datar, maka
kedudukan titik-titik hasil proyeksi dapat dihubungkan oleh garis-garis tipis.
Garis-garis tipis pada bentangan bidang tersebut merupakan garis-garis bantu
proyeksi.
2. Proyeksi Garis
Garis lurus dibatasi oleh dua titik. Dengan demikian untuk memproyeksikan
sebuah garis lurus PQ sama dengan memproyeksikan dua titik batas garis itu
(titik P dan Q). Dua titik batas hasil proyeksi misalnya P dan Q kemudian
dihubungkan, maka akan diperoleh garis hasil proyeksi, yaitu garis PQ .
I-19

Sedangkan gambar yang memperlihatkan proyeksi garis PQ yang tegak lurus


bidang proyeksi, dimana hasil proyeksinya berupa titik.
3. Proyeksi Bidang
Memproyeksikan sebuah bidang datar artinya sama dengan memproyeksikan
garis-garis atau titik-titik yang membatasi bidang itu.
4. Proyeksi Benda
Bayangkan benda berada dalam sebuah ruang yang dibatasi bidang-bidang
proyeksi. Dari titik-titik atau garis-garis rusuk benda ditarik garis-garis
proyeksi sampai perpotongan tegak lurus dengan bidang-bidang proyeksi,
sehingga didapat titik-titik proyeksi. Titik-titik hasil proyeksi inilah yang akan
menentukan bentuk gambar hasil proyeksi benda.Gambar hasil proyeksi
tersebut dapat ditampilkan dengan bantuan koordinat sumbu. Dalam praktek
menggambar, dapat menggunakan langkah yang lebih cepat untuk
menampilkan hasil proyeksi suatu benda.

Anda mungkin juga menyukai