Anda di halaman 1dari 237

MITSUBISHI SERVICE TECHNICIAN EDUCATION

PROGRAM

1
MEASUREMENT

Inside Caliper Vernier Stopper Screw


Depth Stick

Reguler Scale

Vernier Scale

Outside Caliper

Vernier Caliper dapat mengukur :


• Diameter luar, diameter dalam dan kedalaman suatu benda.
MEASUREMENT

• Jarak satu bagian skala regular adalah = 1 mm.

• Jarak satu bagian (tingkat ketelitian) vernier pada umumnya adalah = 0.05mm.
Yang perlu diperhatikan :
• Bersihkan permukaan alat ukur dan benda yang akan diukur.
• Periksa permukaan alat, untuk mengukur pada vernier caliper.
• Pergunakan bagian yang tipis dari “Jaw” untuk mengukur permukaan yang sempit & bagian
tengah untuk permukaan yang normal.
MEASUREMENT

Cara membaca
Perhatikan animasi berikut!
MEASUREMENT

A. B.

C. D.
MEASUREMENT

 Micrometer adalah alat ukur yang presisi dan digunakan untuk


mengukur diameter dalam dan diameter luar dari benda.

b. Micrometer untuk mengukur


a. Micrometer untuk mengukur diameter dalam
diameter luar
MEASUREMENT

PRINSIP KERJA.
 Prinsip kerja micrometer menggunakan
prinsip kerja bolt dan nut.
 Putar thimble 1 putaran, maka pada
skala sleeve terbaca 0.5mm.
 Skala thimble terdiri dari 50 bagian
yang sama.
 Jadi tingkat ketelitiannya adalah 0.01mm
(0.5mm : 50 bagian).
MEASUREMENT

YANG PERLU DIPERHATIKAN:


 Periksa micrometer lancar atau tidak.
 Bersihkan micrometer terutama pada
bagian anvil dan spindle.
 Lakukan kalibrasi 0 pada thimble harus
lurus dengan garis sumbu pada sleeve
bila tidak lurus harus disetel.
 Bersihkan benda yang akan diukur.
MEASUREMENT

CARA KALIBRASI MICROMETER


1. Jika penyimpangan titik nol dua garis atau kurang : 
 Kunci spindle dengan spindle lock/ clamp.
 Masukan adjusting key kedalam lubang di sleeve.
 Putar sleeve untuk memperbaiki penyimpangan tersebut.
 Periksa kembali titik nol nya. 
MEASUREMENT

CARA KALIBRASI MICROMETER


2. Jika penyimpangan titik nol lebih dari dua garis:
 Kunci spindle dengan spindle lock/ clamp.
 Masukan kunci pada lubang di rachet sleeve. 
 Pegang thimble, putar rachet sleeve berlawan jarum
jam
 Dorong thimble kearah luar (menuju rachet stop), dan
thimble dapat berputar dengan bebas.
 Posisikan thimble pada posisi yang diperlukan untuk
mengoreksi titik nol.
 Putar rachet sleeve kearah dalam dan kencangkan
dengan kunci.
 Periksa kembali titik nol, jika masih ada sedikit
penyimpangan, koreksi dengan metode 1.
MEASUREMENT

CARA MENGGUNAKAN MICROMETER

1. Anvil spindle ditempatkan ditengah-tengah benda


dilihat dari atas.
2. Anvil dan spindle tegak lurus terhadap benda
yang diukur diilihat dari samping.
3. Tempelkan anvil terlebih dahulu ke benda kerja,
kemudian spindle dimajukan sampai Rachet stop
berputar bebas. Micrometer measuring procedure
4. Setelah rachet berputar bebas dua / tiga putaran,
baca skala untuk mendapatkan pembacaan yang
benar.
MEASUREMENT

CARA BACA SKALA:


1. Lihat posisi tepi thimble terhadap posisi
sleep ( L ).
2. Lihat skala bawah pada sleeve sudah
nampak atau belum, bila sudah nampak
hasil skala atas ditambah 0.5mm ( X ).
3. Baca pada skala thimble yang satu garis
satu garis dengan sleeve ( X ).
4. Hasil pengukuran adalah ( D ).
MEASUREMENT

A. B.

C. D.
MEASUREMENT

3. DIAL INDICATOR/GAUGE.
Prinsip kerja dial indicator adalah merubah gerakan lurus
menjadi gerakan berputar, di mana gerakan berputar dapat
dilihat pada gerakan jarum.

CARA MEMBACA SKALA.


 Gerakan 1mm spindle maka jarum akan berputar satu
putaran ( 360 ).
 Skala terkecil dial gauge adalah = 0.01mm.
 Jarum kecil berfungsi untuk mencatat gerakan jarum besar,
jika jarum besar bergerak satu putaran maka jarum kecil
bergerak ke angka 1 berlawanan jarum jam.
 Lihat disamping menunjukan bahwa jarum panjang
bergerak searah jarum jam ke angka 15. Ini berarti bahwa
spindle bergerak keatas 0.15mm.
MEASUREMENT

Measuring procedure
MEASUREMENT

Tightening portion
Post

4. DIAL GAUGE & MAGNETIC BASE.

Dengan menggunakan alat bantu magnetic base,


Dial gauge dapat di pergunakan untuk mengukur :
1. Kebengkokan shaft.
Dial Indikator
2. Shaft end play (gerakan axial).
3. Run out.
Magnetic Base
4. Gear backlash. Changeover Lever

Dial indicator & magnetic base


MEASUREMENT

 Mengukur run out.


• Pasang dial gauge dibagian tepi fly wheel dan tegak
lurus.
• Spindle dipasang agak ditekan 1-2 mm.
• Putar fly wheel dan besarnya run out sesuai dengan
penunjukan jarum pada gauge.

 Mengukur kebengkokan shaft. Measurement of run-out


• Letakan benda kerja di V-block.
• Pasang dial gauge ditengah-tengah benda-benda
tersebut dan tegak lurus terhadap benda.
• Spindle dipasang agak ditekan 1-2 mm.
• Putar benda kerja tersebut.
• Besar kebengkokan adalah hasil : 2.

Measurement of bend
MEASUREMENT

5. CYLINDER GAUGE
Fungsi Cylinder gauge.
1. Mengukur keausan diameter cylinder (oil Clearance).
2. Mengukur diameter dalam cyinder.

Spacer

cylinder gauge
Replacement Rod
Cylinder gauge set
MEASUREMENT

Aplikasi penggunaan Cylinder Gauge untuk mengukur diameter cylinder liner:


1. Ukur skala kasar diameter cylinder liner dengan vernier caliper.
2. Pilih replacement rod yang cocok dengan ukuran kemudian pasang pada
gauge.
3. Set Micrometer sama dengan hasil pengukuran diameter Cyl.
4. Lakukan zero adjustment (setting 0) pada cylinder gauge.
5. Lakukan pengukuran pada diameter cylinder yang akan diukur, dan goyang-
goyangkan untuk mendapatkan hasil pengukuran.
( lihat gambar ).

Read scale Measurement of inside diameter Setting zero position of


of cylinder cylinder gauge
MEASUREMENT

6.Torque Wrench
Adalah alat yang digunakan untuk
mengencangkan baut atau mur, sambil
mengukur kekencangan-nya. Plate type

Jenis torque Wrench


1. Plate
2. preset Preset type
3. Adjustable

Adjustable type
MEASUREMENT

Cara menggunakan torque wrench


(Plate type)
1. Pastikan pointer pada posisi nol dan
tidak ada kontak dengan scale plate.
2. Ketika memberikan gaya pada torque
wrench, pastikan gayanya central pada
pingrip.
3. Ayunan torsi di indikasikan oleh posisi
pointer pada scala.
MEASUREMENT

7. Thickness Gauge.
Thickness gauge biasanya digunakan untuk
mengecek clearance.
Item-item yang diukur adalah :
• Distributor point clearance.
• Valve clearance.
• End play in axial direction.
• Various kinds of clearances.
Jika gauge bisa ditarik dengan gaya kira-kira
500 sampai 600 g, maka clearance-nya sama
dengan gauge thickness.

8. Plastic Gauge.
Mengukur lebar smashed plastic gauge mengunakan
scala yang di cetak pada palstic gauge bag.
MEASUREMENT

9. Plug gap gauge


Plug gap gauge digunakan untuk
mengecek dan menseting plug gap.

10. Straight edge Plug gap gauge


Straight edge digunakan untuk
mengecek deformed atau
distorted flat surface (kerataan).

Checking plug gap

Staight edge
MEASUREMENT

YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM MELAKUKAN PENGUKURAN:


 Periksa alat ukur lancar atau tidak.
 Bersihkan alat ukur (sebelum dan sesudah digunakan).
 Lakukan kalibrasi 0 untuk alat ukur yang memerlukan kalibrasi.
 Bersihkan benda kerja yang akan diukur.
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
25
BASIC ENGINE

A. Apa itu Engine?


Suatu alat yang memiliki kemampuan untuk merubah energi panas yang dimiliki
oleh bahan bakar menjadi energi gerak.

Apa fungsi Engine?


BASIC ENGINE

B. Tiga syarat engine dapat hidup


1. Adanya campuran udara dan bahan bakar yang
sesuai

2. Adanya tekanan kompresi yang memadai


(cukup)

3. Adanya pengapian yang tepat

27
BASIC ENGINE

C. KLASIFIKASI ENGINE
a. Berdasarkan jumlah langkah 2
2 Langkah

4 Langkah

b. Berdasarkan sistem penyalaan Spark Plug

Panas Kompresi

c. Berdasarkan sistem pendinginan Water Cooling

Air Cooling
d. Berdasarkan mekanisme valve
OHV

OHC
e. Berdasarkan susunan silinder
In-line

V type
28
BASIC ENGINE

D. 4 STROKE ENGINE

Engine dengan 4 langkah proses yang menghasilkan satu


usaha/tenaga.
1. 2.

Intake Compression

4. 3.

Exhaust Expansion

29
BASIC ENGINE 30

E. Proses Pembakaran

1. Gasoline Engine
BASIC ENGINE 31

E. Proses Pembakaran

2. Diesel Engine

Direct In-direct
BASIC ENGINE

F. SUSUNAN CYLINDER
1.

Straight/in-line

2.

V - type
32
BASIC ENGINE

3. Boxer 4. Radial 5. Rotary

Apakah ada tipe engine selain yang telah disebutkan?

33
BASIC ENGINE

I. SPESIFIKASI ENGINE
1. LONG STROKE ENGINE (BORE < STROKE)

2. SQUARE ENGINE (BORE = STROKE )

3. OVER SQUARE ENGINE (BORE > STROKE)

34
BASIC ENGINE 35

K. RUANG BAKAR GASOLINE ENGINE


3. Proses pembakaran engine gasoline

Titik A percikan bunga api, titik B mulai terbakar, titik C tekanan tertinggi, titik D
akhir pembakaran.
BASIC ENGINE

Proses pembakaran mesin diesel

36
BASIC ENGINE 37

Over Head Camshaft (OHC)

SOHC DOHC
BASIC ENGINE 38

L. VALVE TIMING
Waktu membuka dan menutupnya valve intake dan exhaust.

Valve Timing Total


Intake 10º+ 180º+ 40º 230º
Exhaust 35º+ 180º+ 10º 225º
Overlap 10º+ 10 20º
*Valve timing setiap kendaraan tidak sama

Overlap
Kondisi dimana kedua valve intake dan Penyetelan valve clearance hanya dapat
exhaust terbuka bersamaan dalam satu dilakukan pada saat valve tertutup (rocker arm
silinder. dalam kondisi bebas)
Apa tujuannya?
BASIC ENGINE 39

N. Istilah-istilah yang terjadi saat engine beroperasi:

Back fire = Pembakaran yang terjadi di Carburator karena igniton timing terlalu maju.

After fire = Terjadinya ledakan/pembakaran di muffler karena igniton timing terlalu lambat.

Run on = Engine tetap hidup meskipun ignition switch telah diputa ke off biasanya
disebabkan karena engine panas, penyetelan idling terlalu tinggi dsb.

Knocking = Timbulnya suara abnormal pada engine seperti suara ketukan valve karena
pembakaran campuran udara dan bahan bakar secara spontan dan meledak sebelum
datangnya “flame front” yang menyebabkan terjadinya pantulan tekanan gelombang
ultrasonic dari dinding cylinder.

Detonation = Terjadi pada engine dengan perbandingan kompressi yang tinggi, atau ketika
menggunakan bahan bakar dengan nilai octane rendah.
BASIC ENGINE 40

O. EMISSION CONTROL SYSTEM.

1. Gas berbahaya yang dihasilkan oleh


engine di kendaaran:
 CO (Carbon Monoxide)
 HC (Hydro Carbon)
 Nox (Oxide of Nitrogen)
BASIC ENGINE 41

O. EMISSION CONTROL SYSTEM.

2. Alat-alat Emission Control


a. Blow By Gas Reduction System b. Exhaust Gas Reciculation

c. Catalytic Converter
BASIC ENGINE 42

P. Perbandingan Antara Diesel dengan Gasoline Engine


KETERANGAN DIESEL ENGINE GASOLINE ENGINE
COMPRESSION RATIO 15 – 22 6 - 12
COMP. PRESSURE TINGGI RENDAH
COMBUSTION CHAMBER RUMIT SEDERHANA
GETARAN BESAR KECIL
METODE SALURAN B.BAKAR INJ. PUMP & NOZZLE CARBURETOR/INJECTION
FORMASI CAMPURAN INJEKSI BAHAN BAKAR CAMPURAN BAHAN BAKAR
SETELAHKOMPRESI & UDARA SEBELUM KOMP.
METODE KONTROL OUTPUT BANYAK BAHAN BAKAR CAMPURAN BB. & UDARA
YANG DIINJEKSI DAN THROTLE VALVE
METODE PEMBAKARAN PEMBAKARAN SENDIRI PEMBAKARAN OLEH SPARK
OLEH PANAS KOMPRESI PLUG
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
43
ENGINE COMPONENT 44

Komponen-komponen Engine Cylinder block, cylinder head

Piston, connecting rod

Engine Proper Crankshaft, flywheel

Camshaft, Valve mechanism


Engine
Lubrication system

Auxiliary devices Cooling system

Fuel system

Intake/exhaust system
Electrical system

Emission control system

4G15-MPI Engine
ENGINE COMPONENT 45

Fungsi Timing Belt Fungsi Damper Pulley

Menggerakkan camshaft Mengurangi backlash vibration dari


crankshaft.

Timing belt yang giginya bulat


V-ribbed belt
ENGINE COMPONENT

Timing Chain
ENGINE COMPONENT 47

Rocker Arm

Rocker Arm dengan Roller Follower Rocker Arm dan Lash adjuster (SOHC)

Rocker Arm

Rocker Arm dan Lash adjuster (DOHC)


ENGINE COMPONENT 48

Rocker Shaft

Rocker Shaft

Camshaft

Camshaft
ENGINE COMPONENT

Valve
ENGINE COMPONENT

Camshaft
ENGINE COMPONENT 51

Cylinder Head
ENGINE COMPONENT 52

Valve Spring
Fungsi Valve Spring
menekan valve kearah
menutup, untuk mencegah
supaya kedap udara dan tidak
ada kebocoran.
Pajero Sport

Cylinder Head Gasket

Fungsi Cylinder Head Gasket


sebagai packing untuk melindungi
kebocoran kompresi air, oli antara
cylinder block dan cylinder head
ENGINE COMPONENT 53

Silent Shaft (balancer shaft)

Lokasi dari silent shafts Operasi dari silent shafts


ENGINE COMPONENT 54

Piston

Motion of Piston Piston (1) Piston (2)


ENGINE COMPONENT 55

Piston Ring
Susunan piston ring
Piston ring dipasang pada groove yang ada pada piston, ini bertujuan :
a. Menjaga agar kerenggangan antara piston dan cylinder selalu ada
sehingga tidak terjadi kebocoran kompressi
b. Mengikis kelebihan oil dan kotoran pada didnding cylinder
c. Menyalurkan panas yang diterima piston ke dinding cylinder

Macam-macam piston ring


Compression Ring

Nama-nama piston ring

Tipe dari ring kompresi


ENGINE COMPONENT 56

Oil Ring
Oil Ring dengan expander

Sectional View
Oil ring dengan expander Combination Ring

Piston Pin (Pemasangan connecting rod terhadap piston)

Pemasangan connecting rod terhadap piston


ENGINE COMPONENT 57

Connecting Rod dan Bearing


Connecting Rod
Berfungsi sebagai penghubung antara piston dan crankshaft

Connecting rod
Jenis-jenis bearing
1. Terbuat dari white metal (Tin Antimony Alloy)
2. Kelmet (copper lead alloy)
3. Trimetal
Trimetal Bearing
ENGINE COMPONENT 58

Crankshaft

Nama parts pada crankshaft Working of Crankshaft

Oil Holes on Crankshaft Fillet Rolled Part


ENGINE COMPONENT 59

Flywheel
Untuk menyimpan tenaga putaran dari langkah combustion
mesin dan menjadikan putaran yang halus pada langkah
kompressi dan langkah yang lainnya.

Flywheel
Main Bearing
1. Sebagai bantalan block dengan
crankshaft
2. Sebagai Thrust bearing

Main Bearing
ENGINE COMPONENT 60

Cylinder block adalah bagian utama dari mesin, dengan lubang cylinder sebagai dasar block
untuk menahan dan penempatan piston crankshaft dan parts lainnya.

Mono block type

Tipe dari cylinder


Wet type
Cylinder liner type
Dry type

Monoblock Type

Cylinder Liner
ENGINE COMPONENT 61

Top Of Cylinder Block Siamese Cylinder Block


1. Dilengkapi dengan slit pada bagian cylinder block untuk menambah pendinginan,
air pendingin masuk pada slit ini dan mendinginkan cylinder block.
2. Lubang oil dengan angka 2 lingkaran satu oil yang datang dan diteruskan ke
cylinder head. Angka dua dengan dua buah lingkaran adalah lubang oil untuk
kembali ke oil pan.
3. Adalah lubang saluran air.
ENGINE COMPONENT 62

Water Pump

Impeller Water Pump


ENGINE COMPONENT 63

Thermostat
 Saat temperatur air pendingin masih dingin, air akan bersirkulasi didalam mesin
saja.
 Bila temperatur air naik, air akan bersirkulasi melalui radiator ke mesin.

Wax-Pellet Type Thermostat


Wax-Pellet Type Thermostat (Sectional view)
ENGINE COMPONENT 64

Coolant Temperature Gauge Unit


ENGINE COMPONENT 65

Fan
Mengalirkan udara pada radiator agar panas yang terdapat pada inti
radiator dapat dirambatkan dengan mudah ke udara.

Slip Fan (Fluid coupling type) Fan Clutch Electric Fan


ENGINE COMPONENT 66

Aliran Pelumasan

Flow of Engine Oil at Oil Filter

Tujuan Pelumasan :
1. Untuk mengurangi keausan pada bagian yang bergerak.
2. Mengurangi friction, hubungannya dengan power loss.
3. Menyerap panas/sebagai pendingin.
4. Sebagai sealing antara piston dan dinding cylinder.
5. Menyerap shock antara bagian parts dengan yang lain, memperkecil engine noise
dan memperpanjang pemakaian kendaraan.
ENGINE COMPONENT 67

Oil Pump
Fungsi :
Oil pump mengisap oil dari oil pan dan mengirimkannya dengan tekanan ke tiap bagian mesin.

Gear Pump
• External Gear Pump
• Internal Gear Pump

External Gear Pump Internal Gear Pump


Trochoid Pump
ENGINE COMPONENT 68

Oil Filter
Fungsi :
membantu menjaga kebersihan oil dan menahan serbuk-serbuk dari dalam mesin
yang dapat merusak bearing-bearing atau bagian mesin lainnya.
ENGINE COMPONENT 69

Oil Pressure Switch dan Oil Pressure Warning Lamp

Oil Pressure Switch


Warning Lamp
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
70
ENGINE OVERHAUL

Penyebab Engine di Overhaul

Overheat Boros Fuel

Kurang Tenaga Berasap

71
ENGINE OVERHAUL

Melepas Timing Belt


Jika timing belt akan digunakan kembali, tandai bagian
belakang dari timing belt agar dapat dipasang kembali
sesuai arah putaran sebelumnya
1. Geser tensioner ke arah water pump, kemudian
kencangkan boltnya
2. Lepas timing belt
Catatan:
a. Timing belt tidak boleh terkena air atau oli, maka
hindari sprocket dan tensioner dari air atau oli dan
tidak boleh dicuci
b. Jika terdapat oli atau air pada part, periksa frontcase
oil seal, camshaft oil seal dan water pump dari
kebocoran
Dengan menggunakan spesial tool untuk menahan
camshaft, kemudian kendurkan camshaft sprocket bolt.
72
ENGINE OVERHAUL

Pemeriksaan Timing Belt

Permukaan karet bagian luar belt mengeras, licin, tidak


elastis dan keras (bila digores dengan kuku tidak akan
meniggalkan bekas)

1. Retak pada bagian belakang belt


2. Permukaan (kanvas) yang retak atau terpisah
3. Retak pada bagian dalam tooth (gigi)
4. Retak pada bagian samping / sisi belt

Periksa apakah pulley dapat bergerak dengan halus tanpa


adanya play dan noise abnormal

73
ENGINE OVERHAUL

• Pemasangan dan Penyetelan Timing Belt

Luruskan timing mark pada camshaft sprocket dan crankshaft


sprocket dengan pasangannya maing - masing

Pertama, pasang timing belt pada crankshaft sprocket, lalu atur


ketegangan belt, kemudian pasang belt pada camshaft sprocket

1. Kendurkan tensioner mounting bolt 1 dan 2, untuk mengatur


tegangan belt melalui kekuatan tensioner spring
2. Putar crankshaft searah jarum jam sebanyak 2 putaran agar
kedudukan belt sudah benar – benar merata pada sprocket
(tidak meleset), dan juga periksa kelurusan timing mark pada
sprocket
74
ENGINE OVERHAUL

Putar crankshaft searah jarum jam sejauh 3 gigi dari crankshaft


sprocket

Kencangkan bolt no .2 lalu bolt no. 1 (jangan mengencangkan


bolt 1 dahulu, karena tensioner dapat bergerak bersama
dengan bolt ketika dikencangkan, sehingga akan terjadi
tegangan yang berlebihan

Pemeriksaan tegangan belt, pegang tensioner dan timing belt


bersamaan dan pastikan bagian timing belt mendekat
sedalam ¼ dari kepala bolt tensioner

75
ENGINE OVERHAUL

HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN INTAKE &
FUEL CONTROL SYSTEM

Melepaskan delivery pipe lalu melepaskan injector (jangan


sampai menjatuhkan injector assy)

Pada saat pemasangan thermostat, pasang water outlet fitting


gasket dengan tanda menghadap keatas (ke arah sisi water
outlet fitting)

Jika engine coolant temperatur gauge unit akan digunakan


kembali, berikan sealant pada bagian threadnya

76
ENGINE OVERHAUL

Jika engine coolant temperatur gauge unit akan digunakan


kembali, berikan sealant pada bagian threadnya

1. Berikan beberapa tetes engine oil baru pada O –ring


Perhatikan Pastikan bahwa engine oil tidak masuk ke
delivery pipe
2. Ketika memutar injektor, fuel high pressure hose dan fuel
pressure regulator, kekanan dan kekiri, pasang delivery pipe
dan jangan sampai merusak O-ring
3. Setelah pemasangan, periksa apakah hose berputar dengan
lancar, jika tidak maka O-ring mungkin tersangkut, lepaskan
injektor, fuel high pressure hose dan fuel pressure regulator,
kemudian masukkan kembali ke delivery pipe dan periksa
sekali lagi
4. Kencangkan fuel high pressure hose dan fuel pressure
regulator sesuai spesifikasi momen
77
ENGINE OVERHAUL
HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN EXHAUST
MANIFOLD & WATER PUMP

Berikan air pada O-ring untuk mempermudah memasukkan ke


water pump body

Perhatian
Jangan memberikan engine oil atau peluma apapun pada O-
ring

Pasang oxygen sensor ke exhaust manifold dan kencangkan


dengan menggunakan special tool (MB991953), sesuai
spesifikasi torque.
Torque pengencangan : 4 – 5 Kgf.m

78
ENGINE OVERHAUL

HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN ROCKER ARM DAN
CAMSHAFT
1. Pasang rocker shaft pada cylinder head
2. Kencangkan bolt yang terpasang pada rockershaft sedikit
demi sedikit secara rata
3. Kencangkan bolt sesuai dengan spesifikasi torquenya

1. Pasang spesial tool pada ujung camshaft


2. Berikan oli pada bibir oil seal, kemudian masukan oil seal
melalui guide sampai menyentuh cylinder head
3. Dorong oil seal kedalam cylinder head dengan menggunakan
spesial tool

Posisikan cylinder no. 1 ke posisi TDC (Top dead center) pada


langkah kompresi, setel valve clearance pada tempat yang
ditunjukan oleh gambar

79
ENGINE OVERHAUL

1. Kendurkan adjusting screw lock nut


2. Setel valve clearance dengan menggunakan feeler gauge
dengan cara memutar adjusting screw.
Nilai standar
Kondisi mesin dingin Kondisi mesin panas
Intake…………0.09 mm Intake……….0.20 mm
Exhaust………0.17 mm Exhaust…….0.25 mm

3. Kencangkan lock nut sambil menahan adjusting screw


menggunakan screwdriver

1. Putar crankshaft searah jarum jam, sejauh satu putaran


penuh (360’)
2. Setel valve clearance pada tempat yang ditunjukan oleh
gambar
3. Ulangi langkah (3) sampai (5) untuk menyetel valve
clearance
80
ENGINE OVERHAUL
HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN ROCKER ARM DAN
ROCKER SHAFT

1. Periksa permukaan roller, bila ditemukan adanya kerusakan /


terbakar (ganti)
2. Periksa perputaran roller, bila macet, aus atau noise (ganti)
3. Periksa permukaan yang bersentuhan dengan valve, bila
ditemukan adanya kerusakan / terbakar (ganti)
4. Periksa ujung adjusting screw (seperti ditunjukan pada
gambar) dsn gsnti bila bentuk keausannya datar

1. Periksa keausan atau kerusakan pada permukaan tempat


terpasangnya rocker arm
2. Periksa dan bersihkan lubang oli bila tersumbat
3. Letakkan bagian dengan permukaan chamfer yang besar ke
sisi flywheel

Perhatikan tanda identifikasi yang membedakan pada tiap rocker


arm

81
ENGINE OVERHAUL
HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN CYLINDER HEAD
& VALVE

1. Kendurkan cylinder head bolt dengan menggunakan


spesial tool
2. Kendurkan tiap bolt sedikit demi sedikit

1. Simpan valve, spring dan part lainnya


2. Valve spring mempunyai ukuran yang berbeda antara
intake dan exhaust
Tanda identifikasi
Intake……………A Exhaust…………..B
1. Stem seal yang sudah dibongkar tidak bisa digunakan
kembali (harus diganti dengan yang baru)
2. Pasang valve spring seat
3. Memasang steam seal harus dengan sst, kesalahan
pemasangan dapat menyebabkan kebocoran
82
ENGINE OVERHAUL

Pasang valve spring dengan tanda cat pada sisi rocker arm

1. Ukur panjang shank, jika diluar limit maka ganti


Limit : 103,2 mm
2. Oleskan sedikit engine oil ke ulir dan washer boltnya
3. Menggunakan SST

1. Gunakan SST MB991653


2. Kencangkan bolt sampai 4.9 kgm
3. Kendurkan bolt kembali secara penuh
4. Kencangkan bolt sampai torque 2.0 kgm
5. Tambahkan kencangkan bolt sejauh 90’
6. Kembali tambahkan pengencangan bolt sejauh 90’

83
ENGINE OVERHAUL
HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN FRONT CASE &
OIL PUMP
1. Gunakan sst MD998727
2. Pukul sst sampai masuk kedalam celah oil pan dengan
cylinder block
3. Pukul bagian sisi dari sst sampai bergeser ke seluruh
bagian celah dari oil pan untuk melepasnya

1. Beri tanda pelurus (alignment mark) pad outer dan inner


rotor, untuk memudahkan pada saat pemasangan
2. Pasang outer rotor (outer gear) pada posisi yang sama
seperti sebelum pelepasan
3. Berikan engine oil pada seluruh permukaan dari rotor
(gear)

1. Pasang spesial tool pada ujung crankshaft dan oleskan


engine oil pada sekeliling luarnya
2. Gunakan sst MD998304
84
ENGINE OVERHAUL
HAL – HAL POKOK PADA SAAT PELEPASAN & PEMASANGAN PISTON &
CONNECTING ROD

Beri tanda nomor cylinder dengan jelas pada sisi dari


connecting rod untuk memudahkan pemasangan kembali

1. Periksa permukaan bearing (secara visual) dari bekas


kontak, gores atau aus
2. Jika kerusakan parah , periksa juga permukaan crankshaft

Pasangkan piston dengan connecting rod sesuai tanda yang


menghadap kedepan

85
ENGINE OVERHAUL

Masukkan oil ring spacer ke piston ring groove (Side rail dan
spacer boleh dipasang pada semua arah)

1. Pasang upper side rail, dengan cara masukkan satu sisi rail
ke piston groove dan kemudian tekan sisi lainnya dengan
tangan
2. Jangan gunakan piston ring expander ketika memasang side
rail

1. Perhatikan perbedaan bentuk antara pistong ring no. 1 dan


no. 2
2. Pasang piston ring no. 1 dan no. 2 dengan posisi yang ada
tandanya menghadap ke atas (sisi atas piston)

86
ENGINE OVERHAUL

1. Oleskan engine oil ke permukaan piston, piston ring


dan oil ring
2. Atur posisi piston ring dan oil ring (side rail dan
spacer) posisinya harus berlawanan

1. Putar crankshaft sampai crank pin berada ditengah


cylinder bore
2. Berhati – hati agar tidak melukai crank pin
3. Gunakan piston ring compressor tool yang tepat dalam
pemasangan piston dan con rod ke cylinder block

Pemilihan bearing yang akan dipasang berdasarkan


identifikasi crankshaft dan con rod atau kode warna

87
ENGINE OVERHAUL

Kode warna untuk menentukan bearing

1. Dengan memperhatikan tanda yang dibuat saat


pelepasan, pasang bearing cap pada connecting rod
2. Jika connecting rod baru tidak ada tandanya, pastikan
bahwa bearing lock notches terpasang pada posisi yang
sama

1. Berikan oli pada ulir con rod


2. Kencangkan nut dengan tangan sampai keras
3. Lalu pengencangan menggunakan metode plastic region
4. Kencangkan nut 1.7 kgm
5. Beri tanda cat pada nut dan bolt jarak sekitar 90’
6. Jika nut diputar kurang dari 90’ maka bolt masih kendur
7. Jika nut diputar lebih dari 100’ maka bolt terlalu keras,
maka lakukan ulang kembali pengencangannya

88
ENGINE OVERHAUL

CRANKSHAFT DAN FLYWHEEL

Pemasangan bearing cap disesuaikan dengan nomor


yang tertera di bearing cap

Pemasangan bearing cap disesuaikan dengan tanda


panah (menghadap ke depan / arah fan)

Pemasangan oil seal dengan menggunakan sst


MB998011

89
ENGINE OVERHAUL

Catatan:Roundness (keovalan) = Diameter A atau B terbesar dikurangi A atau B terkecil pada satu jalur.
Ambil nilai yang paling BESAR .
Cylindricity(ketirusan) = Diameter A terbesar dikurangi A terkecil dan B terbesar dikurangi B
terkecil.Ambil nilai yang TERBESAR.
Oil clearence (celah ) = Diameter cylinder terkecil dikurangi Diameter piston terbesar (piston
skirt )

90
ENGINE OVERHAUL

91
ENGINE OVERHAUL

Catatan : ID = Inside Diameter ( diameter dalam )


OD= Outside Diameter ( diameter luar )

92
ENGINE OVERHAUL

93
ENGINE OVERHAUL

94
ENGINE OVERHAUL

95
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
96
MPI

PENGERTIAN MPI

MPI adalah Multi Point Injection

MPI SYSTEM adalah sebuah sistem penyemprotan bahan bakar yang


dikontrol secara elektronik untuk mendapatkan akurasi campuran udara dan
bahan bakar yang tepatsesuai kebutuhan engine agar didapat daya engine
yang optimal serta gas buang yang bersih.

97
MPI

Kelebihan M P I System

Engine performance sangat baik


Injeksi fuel sangat akurat, emisi lebih bersih
Lebih cepat Dan lebih halus Saat acclerasi dan decclerasi
Engine lebih mudah dihidupkan terutama dalam kondisi dingin

Terjadi fuel cut saat deccelerasi max.speed sehingga lebih ekonomis Dan
aman
Sangat baik dipakai untuk jalan yang kasar Dan menanjak

98
MPI

Input Processing Output


SENSOR ECU ACTUATOR

Sensor adalah: suatu komponen yang mendeteksi nilai-niali fisik


menjadi nilai listrik sehingga ECU menerima nilai tersebut sebagai
data masukan.
ECU (Engine Control Unit) yaitu unit pengendali kerja mesin
yang bekerja berdasarkan input dari sensor dan mengeluarkan
sinyal output ke actuator
ACTUATOR adalah: suatu komponen yang bekerja berdasarkan
sinyal yang dikeluarkan oleh ECU

99
FUEL LINE SYSTEM

filter

3,35 Kg/cm2

Fuel
Intake manifold press.reg
Delivery pipe

Fuel tank
injector filter
MPI

FUEL INJECTION

Yang
berperan
sebagai
actuatornya
adalah
INJECTOR

101
MPI

IGNITION

Yang berperan
sebagai
actuatornya
adalah POWER
TRANSISTOR

102
MPI

IDLE SPEED

Yang berperan
sebagai
actuatornya
adalah
STEPPER
MOTOR

Untuk engine yang menggunakan Electronic Throttle Valve (ETV) yang menjadi aktuator untuk idle speed
control adalah throttle valve control servo.

103
MPI

EMISSION

HC
HC

HC, CO & NOx

Yang berperan sebagai actuatornya adalah EGR solenoid valve dan Purge Control
solenoid valve
104
MPI

105
MPI

106
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
107
CRS

Kenapa semua Engine Diesel sekarang harus menggunakan Emission Odor


CRS?
Noisy

Difficult to Start

108
CRS

Vehicle Speed
Accelerator Opening
Intake Air Pressure
Intake Air Temperature
Coolant Temperature E.C.U.
Crankshaft Position Fuel Delivered to
Cylinder Recognition Injectors
Sensor
Intake Airflow Rate

Injector
Pressure
Limiter
Rail
Rail Pressure
Sensor

Supply
Pump

Fuel Temperature Suction Control Valve Fuel Tank


Sensor (SCV)
109 109
CRS

Common Rail Fuel Injection yaitu system injeksi bahan bakar (Fuel injection) yang
dikontrol secara electronic di diesel engine yang dikembangkan untuk meningkatkan
standar emission gas buang

Injection Timing Injection Rate Control


Injection Pressure Control
Control
Optimization, High Pressurization Optimization Pilot Injection

Injection Rate
Main
Injection Pressure

Common Rail Injection


Common

Injection Timing
System Crankshaft Angle

Rail
Particulate

System NOx
Injection Quantity Control
Cylinder Injection Volume
Conventional Correction
Pump

Speed
Conventional
Pump
Engine Injection Engine 1 3 4 2
Speed Pressure Speed

110
CRS

Cara Control

In-Line Type Common Rail System


Constant High Pressure
Un-Constant High Pressure
Two Way
Valve
High Pressure
System Pipe
Rail
Timer
Governor
Nozzle Supply Injector
In-Line Pump (HP3)
Pump
Injection Quantity Control Governor Engine ECU, Injector (Two Way Valve)
Injection Timing Control Timer Engine ECU, Injector (Two Way Valve)
Pressurization Pump Engine ECU, Supply Pump
Fuel Distribution Pump Engine ECU, Rail
Injection Pressure Control Depends on Speed and Injection Quantity. Engine ECU, Suction Control Valve

111
CRS

GAMBAR NAMA FUNGSI


Common Rail

Injector

Supply Pump

Suction Control
Valve

112
CRS

GAMBAR NAMA FUNGSI


Engine Control Unit

Fuel Pressure
Sensor

Fuel pressure
limiter

Fuel Filter

113
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
114
BASIC CHASSIS

Fungsi Suspension System


1. Untuk meningkatkan kenyamanan pengendaraan.
2. Bersama dengan tyre meredam getaran yang ditimbulkan karena permukaan jalan yang
tidak rata.

115
BASIC CHASSIS

Prinsip Kerja Suspension

Semakin berat sprung weight,


Semakin baik mutu pengendaraannya
Body akan semakin sulit untuk bergetar

Semakin berat Unsprung weight,


Body akan semakin mudah bergetar

116
BASIC CHASSIS

Fungsi Wheel Alignment


1. Mengurangi tenaga putar steer.
2. Menjamin kestabilan pengemudian.
3. Self aligning pada steering.
4. Memperpanjang umur tyre.

117
BASIC CHASSIS

Elemen-Elemen dari Wheel Alignment


1. TOE IN
Untuk menjaga agar kendaraan tetap lurus.

FRONT

118
BASIC CHASSIS

Elemen-Elemen dari Wheel Alignment


2. CAMBER.
Untuk mengurangi gaya yang diperlukan dalam mengendalikan steering Wheel.

119
BASIC CHASSIS

Elemen-Elemen dari Wheel Alignment

3. CASTER.
Untuk memberikan kemampuan mempertahankan arah roda-roda depan selama
pengendaraan.

120
BASIC CHASSIS

Elemen-Elemen dari Wheel Alignment


4. KINGPIN OFFSET
1. Mengurangi gaya yang di perlukan
untuk mengendalikan steering.
2. Untuk membuat self aligning yang
halus.

121
BASIC CHASSIS

Konstruksi Roda

Bias Ply Tire Radial Ply Tire

122
BASIC CHASSIS

Kode – kode pada tyre

123
BASIC CHASSIS

Tire Pressure

124
BASIC CHASSIS

Wheel Balance
Wheel yang tidak seimbang
dapat menimbulkan getaran
karena gaya sentrifugal, karena
itu wheel harus di balance.
Wheel balance dapat dilakukan
dengan Static balance & dinamic
Balance.

125
BASIC CHASSIS

Prinsip Steering
Steering dipergunakan untuk merubah arah putaran sesuai dengan keinginan pengemudi.
Persyaratan steering :
1. Arah kendaraan dapat dirubah dengan mudah dan lancar.
2. Radius putaran harus kecil, agar mampu merubah arah pada jarak yang sempit.
3. Arah harus tetap stabil saat kendaraan dikendarai.

126
BASIC CHASSIS

Steering Gear Type


Ball Nut
Rack dan Pinion

127
BASIC CHASSIS

Power Steering

128
BASIC CHASSIS

Electrical Power Steering System

EPS menggunakan electric motor untuk membantu


memutar steering wheel sehingga mengurangi
tenaga yang dibutuhkan untuk memutar steering
wheel tersebut. Power Steering sistem bekerja saat
engine hidup dan akan menjadi mechanical steering
apabila motor tidak mendapat supply.

129
BASIC CHASSIS

Fungsi Brake System


• Untuk mengurangi atau menghentikan kendaraan
saat dikendarai ( berjalan ) dan untuk mencegah
bergeraknya kendaraan saat diparkir.

Dasar dari Drum Brake Dasar dari Disc Brake

130
BASIC CHASSIS

Kerja Drum Brake

Self Servo Effect of Drum Brake

131
BASIC CHASSIS

Disc Brake

132
BASIC CHASSIS

Keunggulan dan Kekurangan Disc Brake

KEUNGGULAN KERUGIAN
1. PENYERAPAN PANAS NYA BAIK 1. TIDAK MEMPUNYAI AKSI SERVO, PADA
SEKALI. KECEPATAN RENDAH
2. PENGERINGAN DISC BAIK. 2. DIPERLUKAN TEKANAN HYDRAULIK &
3. PERAWATANNYA MUDAH TEKANAN KAKI YANG LEBIH KERAS

133
BASIC CHASSIS

Pemeriksaan Brake Hose dan Kebocoran Pipa


1. Periksa keseluruhan sepanjang hose dan pipa
2. Periksa semua clamp dan pengencangan konektor dan sambungan.

134
BASIC CHASSIS
Knowledge is Power, Character is more
Pemeriksaan Keausan Pad dan Disc

Pemeriksaan Ketebalan Pad

Pemeriksaan Ketebalan Disc

135
BASIC CHASSIS

Pemeriksaan Brake Shoe Lining, Keausan Drum dan Free Play Pedal:

Pemeriksaan Free Play Pedal


Pemeriksaan Keausan Lining dan Drum
1. Periksa Lining dari keausan
2. Periksa Brake Drum dari goresan/keausan
Limit ketebalan lining 1 mm semua model

136
BASIC CHASSIS

Pemeriksaan Parking Brake :

Lever Type Parking Brake Pedal Type Parking Brake

137
BASIC CHASSIS
Komponen AC :

138
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
KTB - TC. 139
BASIC POWERTRAIN

A. Fungsi Powertrain :
Untuk meneruskan putaran/tenaga Engine ke roda.

140
BASIC POWERTRAIN 141

B. Klasifikasi Pemasangan Powertrain


BASIC POWERTRAIN

C. Clutch:

Suatu komponen yang digunakan


untuk menghubungkan dan
melepaskan penyaluran tenaga
sesuai dengan Keperluannya,
seperti pada saat:
- mulai menjalankan kendaraan
- engine dihidupkan
- merubah perbandingan gigi

142
BASIC POWERTRAIN

Kontruksi Clutch :
A. Cable Control B. Hydrolic Clutch

143
BASIC POWERTRAIN

Kelebihan clutch control cable.


1. Konstuksinya sederhana.
2. Perawatannya mudah.

Kelebihan clutch control hydraulic.


1. Ringan.
2. Respon pemutusan dan penghubungannya cepat.
3. Penempatan clutch control mudah disesuaikan dg
kondisi

144
BASIC POWERTRAIN

D. Transmission

145
BASIC POWERTRAIN 146

1. Fungsi Transmisi

 Merubah kecepatan.
 Merubah output torque.
 Merubah arah kendaraan.
 Meneruskan putaran E/G.
BASIC POWERTRAIN

2. Jenis-jenis Transmisi
FF Type

147
BASIC POWERTRAIN

2. Jenis-jenis Transmisi
FR Type

148
BASIC POWERTRAIN

3. Gear Ratio
Driven gear : Drive gear
(D:A)

B D
T/ M. Ge a r ra tio = x
A C

149
BASIC POWERTRAIN

17 23 29 33 34 22 Gear Ratio
4th 3rd 2nd 1st Rev 5th

1st =
Input shaft output shaft
2nd =

3rd =

17 4th =
Counter
Gear
14
5th =

Rev.=
29 26 21 13 45

150
Pemeriksaan Transmission Oil

151
BASIC POWERTRAIN

4
2

152
BASIC POWERTRAIN

Bagian-bagian utama pada transmisi automatic adalah sebagai berikut :

1. Torque Converter  berfungsi untuk meneruskan engine torque ke transmisi serta


melipatgandakannya.

2. Oil Pump  berfungsi untuk membangkitkan oli bertekanan tinggi yang akan disalurkan ke sistem
hidrolik

3. Gear Unit  berfungsi untuk menciptakan gear rasio yang bervariasi dan gerakan maju/mundur
sesuai dengan kerja dari clutch dan brake yang terhubung, terputus, atau menahan gear yang
berbeda.

4. Electronic Control System  ECU menentukan perubahan gigi yang akan dilakukan dengan
menggunakan pola yang telah terprogram, tergantung dari kecepatan kendaraan, pembukaan
throttle, dan data lain yang relevan dari sensor yang ada.

5. Hydraulic Control System  sistem ini mengatur tekanan hidrolis yang dihasilkan oil pump dan
kemudian mengarahkan ATF melalui jalur2 yang ada ke clutch dan brake sesuai dengan sinyal
perintah yang dikirim dari ECU tergantung pada berbagai kondisi kendaraan dan input driver

153
BASIC POWERTRAIN

E. Drive Shaft

154
BASIC POWERTRAIN

Konstruksi Front Axle

155
BASIC POWERTRAIN

Pengecekan Front Wheel dan Play

156
BASIC POWERTRAIN

Pemeriksaan Kerusakan Drive Shaft Boot

157
BASIC POWERTRAIN

F. Differential
1. Membedakan putaran roda kiri dan kanan saat berbelok.
2. Menurunkan putaran mesin ( >>> output torque)
3. Merubah arah putaran PPS menjadi putaran roda.

158
BASIC POWERTRAIN

Kerja Differential

159
BASIC POWERTRAIN

Pengecekan Oil Differential

160
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
161
ELECTRICAL

A. Besaran Listrik
1. Tegangan Listrik (V)

Perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam


rangkaian listrik. Dinyatakan dalam satuan volt.

2. Arus Listrik (I)

Banyaknya muatanI
listrik yang mengalir melalui
suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu.
Dinyatakan dalam satuan Ampere

162
ELECTRICAL

A. Besaran Listrik

2. Arus Listrik (I)

Arus Listrik AC (Bolak-balik)


Arus listrik bolak-balik adalah arus listrik yang besar dan arahnya
berubah-ubah secara bergantian (bolak-balik), mengalir dari potensial
tinggi ke potensial rendah dan berubah menjadi mengalir dari potensial
rendah ke potensial tinggi.

Arus Listrik DC (Searah)


Arus listrik searah adalah arus listrik yang nilainya konstant, dan mengalir
dari potensial tinggi ke potensial rendah.

163
ELECTRICAL

A. Besaran Listrik

3. Tahanan Listrik (R)

komponen elektronik yang didesain untuk menahan arus listrik dengan


memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai
dengan arus yang mengalirinya. Satuannya adalah ohm (Ω).

Rangkaian Seri : Rtot = R1 + R2 + R3 + dst...

Rangkaian Pararel : 1 = 1 + 1 + 1 + dst...


Rtot R1 R2 R3

164
ELECTRICAL

B. Rangkaian Listrik

I3 R3

I I I2 R2
R1 V1
I1 R1
Vs
R2 V2
Vs
R3
V3

Rangkaian Seri : Vtot = V1 + V2 + V3 + dst... Rangkaian Pararel : Itot = I1 + I2 + I3 + dst...

Rangkaian Seri : Itot = I1 = I2 = I3 = dst... Rangkaian Pararel : Vtot = V1 = V2 = V3 = dst...

165
ELECTRICAL

C. Hubungan Tegangan, Arus, dan Tahanan

166
ELECTRICAL

F. Komponen Kelistrikan Pada Kendaraan


1. Battery

Periksa level elektrolit, level cairan antara batas rendah dan


tinggi pada battery

Berikan air murni sampai batas maksimum jika level cairannya


rendah.

Melepas dan memanag kabel Battery..


Lepaskan kabel negative terlebih dahulu kemudian kabel
posistifnya.
Hubungkan kabel positif terlebih dahulu kemudian kabel
negatifnya.

167
ELECTRICAL

F. Komponen Kelistrikan Pada Kendaraan


1. Battery

Hubungkan kabel booster pada battery sesuai dengan no


urut ( lihat gambar ).
Untuk melepaskannya, kebalikan dari pemasangan

Hati-hati jangan menghubung singkatkan kabel (+)


dan (-).

168
ELECTRICAL

F. Komponen Kelistrikan Pada Kendaraan


2. Fuse

169
ELECTRICAL

A. Menggunakan Multimeter/AVOmeter
Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan),
Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit.

Display

Probe

Saklar
Selektor

170
ELECTRICAL

B. Pengukuran Besaran Listrik


1. Mengukur Tegangan Listrik (V)
a. Menempatkan range selector pada DC voltmeter
tertinggi
(1000 - 250 – 50 – 10 - 2,5 – 0,25) Volt

b. Melakukan zero pointer

c. Menghubungkan voltmeter secara paralel dengan


beban yang di ukur (lihat gambar)

d. Penggunaan probe tidak terbalik.


Probe ( + / merah ) pada +
Probe ( - / hitam ) pada –

e. Pengukuran dilakukan pada rangkaian yang close


circuit (rangkaian tertutup) atau pada saat S/W ON.

171
ELECTRICAL

B. Pengukuran Besaran Listrik


2. Mengukur Hambatan Listrik (R)
a. Menempatkan range selector pada Ohmmeter (skala
yang diinginkan)
( x 100K – x 1K – x 10 – x 1 ) 

b. Melakukan zero setting dengan menghubungkan probe


merah dengan probe hitam, lalu putar zero knob

c. Pengukuran dilakukan pada rangkaian terbuka/open


circuit atau pada saat S/W OFF

d. Pengukuran dilakukan secara paralel terhadap bebannya

e. Polarity bebas (posisi probe boleh bolak-balik)

172
ELECTRICAL

B. Pengukuran Besaran Listrik


3. Mengukur Arus Listrik (I)
a. Menempatkan range selector pada DC ampere
tertinggi
(0,25A, 25mA, 2,5mA, 50A)

b. Melakukan zero pointer

c. Menghubungkan amperemeter secara seri dengan


beban yang di ukur (lihat gambar)

d. Penggunaan probe tidak terbalik.


Probe ( + / merah ) pada +
Probe ( - / hitam ) pada –

e. Pengukuran dilakukan pada rangkaian yang close


circuit (rangkaian tertutup) atau pada saat S/W ON.

173
ELECTRICAL

GROUP ISI KONTEN


00E General
70 Lokasi Komponen
80 Configuration Diagram
90 Circuit Diagram

174
ELECTRICAL

175
ELECTRICAL

176
ELECTRICAL

177
ELECTRICAL

178
ELECTRICAL

179
ELECTRICAL

Warna Connector
KODE WARNA WARNA
B Black/Hitam
BR Brown/Coklat
G Green/Hijau
GR Grey/Abu-abu
L Blue/Biru
None Milk White/Putih Susu
O Orange
R Red/Merah
V Violet
Y Yellow/Kuning

180
ELECTRICAL

Connector symbol
KODE LOKASI
A Engine Compartment
B Transmission
C Instrument Panel
D Floor & Roof
E Door
F Tailgate

181
ELECTRICAL

Engine Electrical

Starting System Ignition System Charging System Glow Plug System

182
ELECTRICAL

A. Starting System
Magnetic Switch
1. Fungsi Starter Motor
Untuk memutarkan/ menghidupkan engine

2. Bagian Stater Motor


a. Motor
Bagian yang mengeluarkan tenaga/ torque.
b. Powertrain
Bagian yang menyambungkan tenaga dari motor ke Power Train
engine. Motor
c. Magnetic Switch
Sebagai relay yang menghubungkan arus dari Battery ke
Motor dan menggerakan pinon ke Ring gear / Fly
wheel

183
ELECTRICAL

Checking Pull In Coil


Pinion must be pull out

Checking Hold In Coil


Pinion must be hold on

Checking Free Running


Motor starter must be rotate without
noise and abnormal
ELECTRICAL

B. Ignition System

1. Fungsi Ignition
a. Menyediakan bunga api yang baik agar dapat membakar campuran udara
dan bahan bakar.
b. Memberikan/mengatur pengapian yang tepat.

2. Jenis Ignition System

a. Contact point
b. Semi transistor
c. CDI
d. Full transistor ( MPI )

185
ELECTRICAL

3. Komponen Ignition System

Komponen Ignition System


a. Engine ECU
b. Power Transistor
c. Ignition Coil
d. Busi
Engine ECU Power Transistor

Ignition Coil Molded Tyoe Ignition Coil Plug On Top Type Busi

186
ELECTRICAL

C. Charging System
Charging System di dalam sistem kendaraaan adalah sebagai :
1. Sebagai Pembangkit listrik (generator)
2. Sebagai Penyedia listrik untuk komponen - komponen listrik di kendaraan
3. Sebagai Charging/mengisi batery

187
ELECTRICAL
Measurement Output Current

Std : Higher than 70% Capacity

Measurement Voltage regulator


Voltage (V)
ambient temp (oC)
Output Voltage -20 14.2 - 15.4
20 13.9 - 14.9.
60 13.4 - 14.6
80 13.2 - 14.5

Measurement Drop Voltage

Std : 0.3 V at 30 A
ELECTRICAL

D. Glow System
Sebuah perangkat untuk
memanaskan combustion chamber
dengan sebuah glow plug untuk
memudahkan waktu start pada
diesel engine

Glow Plug

189
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
190
PDI

PENDAHULUAN
1. Persaingan pasar yang semakin ketat
2. Untuk mempertahankan loyalitas konsumen
3. Mengembangkan standar pelayanan baru bagi
konsumen, yaitu ‘’ Only in Mitsubishi’’

191
PDI

192
PDI

TUJUAN PELAKSANAAN PDI


1. Supaya Kendaraan sampai ke tangan Customer dalam kondisi prima,
sehingga Customer puas dengan unit yang digunakannya

2. Apabila terjadi hal-hal yang abnormal pada kendaraan, sedini mungkin


dapat segera terdeteksi

3. Menjaga image / mutu kendaraan produksi Mitsubishi

193
CRS

SYARAT PELAKSANA PDI


1. Mekanik yang minimal sudah lulus MSTEP-1
2. Pakaian standar mekanik (overall)
3. Tanpa memakai aksesoris logam / benda tajam

194
PDI

AREA DAN KELENGKAPAN PDI


1. Peralatan
2. PDI dilakukan ditempat yang bersih, lapang dan terang.
3. PDI harus dilakukan di tempat yang dapat melakukan pemeriksaan
underbody (bagian bawah kendaraan), misal : lift / pit line

195
PDI

196
PDI

197
PDI

Cuci body Kendaraan sampai bersih. Perhatian: penggunaan spons/


busa / kanebo & cairan pembersih

198
PDI

199
PDI

200
PDI

201
PDI

202
PDI

203
PDI

204
PDI

205
PDI

206
PDI

207
PDI

208
PDI

209
PDI

210
PDI

211
PDI

212
PDI

213
PDI

214
PDI

215
PDI

216
PDI

217
218
PDI

219
PDI

220
PDI

221
PDI

222
PDI

223
PDI

224
PDI

225
PDI

226
PDI

227
PDI

228
PDI

229
PDI

230
PDI

231
PDI

232
PDI

233
PDI

234
PDI

235
PDI

Saat pengisian Tanggal PDI yang akan dilaporkan ke KTB harus berdasarkan
Tanggal Pelaksaan seperti yang tercantum pada Lembar PDI

236
KNOWLEDGE IS
POWER
CHARACTER IS
MORE
237

Anda mungkin juga menyukai