Filosofi tulangan torsi Elemen Beton Bertulang struktural pada umumnya difungsi kan untuk menanggung berbagai macam beban layan yang mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya dalam yang berupa momen lentur, gaya aksial, gaya geser, dan seringkali dijumpai pula bekerjanya momen puntir (torsi). Torsi dapat didefinisikan sebagai peristiwa bekerjanya momen puntir di sepanjang batang yang mengakibatkan terpilinnya elemen struktur dalam arah longitudinal. Pada prinsipnya torsi dapat terjadi karena bekerjanya beban transversal yang tidak segaris dengan posisi garis berat penampang. Dalam perhitungan beton bertulang, torsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) torsi keseimbangan (2) torsi keselarasan yang dibedakan atas dasar pemicu terjadinya puntiran pada elemen struktur yang dianalisis. Puntir pada balok Torsi keseimbangan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang disebabkan bekerjanya aksi primer, artinya titik tangkap beban yang bekerja pada elemen yang ditinjau secara individual memang tidak segaris dengan posisi garis berat penampang. Hal ini berakibat terpilinnya elemen struktur yang hanya bisa ditahan oleh kekuatan elemen yang bersangkutan dalam menahan momen puntir, sehingga dapat memenuhi prinsip keseimbangan (aksi sama dengan reaksi). Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis struktur statis tertentu. Torsi keseimbangan Torsi keselarasan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang disebabkan bekerjanya aksi sekunder. Jenis torsi ini terjadi karena adanya kesinambungan antar elemen struktur yang disatukan secara monolith (kaku sempurna) pada sambungan-sambungannya sehingga dalam pergerakan system struktur terjadi dengan mengikuti prinsip keselarasan (compatibility). Hal ini berakibat bekerjanya beban pada suatu elemen akan mempengaruhi kinerja elemen struktur yang lain. Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis struktur statis tak tertentu, contoh nyata yang paling mudah diamati pada struktur bangunan gedung adalah fenomena puntir yang terjadi pada balok tepi (eksterior). Torsi keselarasan
perencanaan puntir boleh
direduksi, karena dapat terjadi redistribusi momen Momen torsi dalam balok menimbulkan tegangan geser torsi sehingga secara akumulatif menambah besaran tegangan geser yang ditimbulkan akibat pengaruh geser lentur. Torsi menyebabkan timbulnya tegangan-tegangan geser memicu terjadi nya tegangan tarik miring yang membentuk sudut kira-kira 45o terhadap sumbu memanjang dari elemen struktur, dan apabila tegangan tarik yang terjadi melampaui kekuatan tarik beton maka akan terjadi retak-retak diagonal menyerupai spiral di sekeliling elemen tersebut. Pengaruh torsi dalam elemen struktur pada umumnya terjadi secara bersamaan dengan efek geser, maka secara otomatis tulangan torsi bisa digabungkan dengan tulangan geser. Akibat puntir balok dapat retak berarah miring searah dengan puntiran sehingga disebut retak geser puntir. Akibat geser puntir balok menjadi lebih panjang dan ukuran tampang menjadi lebih kecil. Analogi momen puntir itu dapat dijelaskan sebagai perkalian antara luasan dan tegangan (=gaya) dikalikan dengan lengan seperti berikut ini (Paulay, 1975). Penyebab momen puntir dapat berasal dari : 1) keseimbangan momen puntir (kondisi balok masih elastik, tidak ada retak sehingga tidak ada proses redistribusi momen puntir misalnya pada balok yang menahan puntir oleh plat luifel) atau 2) kompatibilitas momen puntir (balok sudah retak, ada proses redistribusi momen puntir terjadi pada balok menahan momen plat yang ditumpu balok pada dua atau lebih sisi- sisinya). Tulangan penahan puntir berupa tulangan longitudinal dan tulangan tegak lurus padanya yang dapat berupa : 1. Sengkang/ begel tertutup tegak lurus batang longitudinal 2. Jaring kawat las mengelilingi balok 3. Tulangan spiral Sehingga kombinasi gaya geser dan puntir harus memberikan luasan tulangan sengkang/ begel
Prosedur hitungan dijelaskan seperti berikut ini :
a) Hitung momen puntir terfaktor Tu. Bila Tu ≤ Tn maka pengaruh momen puntir boleh diabaikan. b) Bila Tu > Tn tetapi masih Tu ≤ Tc maka hitungan masih didasarkan pada cara elastik (momen puntir keseimbangan) c) Bila Tu > Tc maka hitungan didasarkan pada momen punter kompatibilitas. Bila ada gaya tarik selain puntir maka kemampuan balok menahan puntir menjadi sangat berkurang dan boleh dianggap Tc = 0 (seluruh momen puntir ditahan oleh baja tulangan) Menghitng kemampuan balok menahan puntir Tn dan Tc memerlukan pengertian tentang kekakuan puntir (tortional stiffness). Untuk balok dengan tampang T atau L maka lebar plat yang boleh diperhitungkan harus memenuhi gambar dibawah. Tampang itu kemudian harus dipotong menjadi beberapa tampang persegi panjang. Ada dua kemungkinan bentuk seperti tergambar di bawah. Untuk memudahkan memilih bentuk yang akan memberikan nilai kekakuan torsi maksimum sebenarnya dapat di lakukan dengan cara menghitung keduanya dan dipilih yang maksimu m (coba-ralat). TORSI PADA KONSOL PENDEK Yang dimaksud dengan konsol pendek adalah balok yang salah satunya dijepit penuh dan ujung lain bebas dengan beban titik (Vu) pada ujungnya. Jarak antara permukaan jepit dan beban titik disebut bentang geser. Tinggi balok dihitung pada permukaan jepit sedemikian sehingga nilai banding antara bentang geser dan tinggi balok bersih (a/d) ≤ 1. Balok pendek boleh dibebani gaya tarik (Nuc) oleh adanya gaya rangkak, susut atau perubahan suhu secara bersamaan dengan Vu namun Nuc ≤ Vu tetapi ≥ 0,2.Vu. Tinggi konsol pendek pada ujung balok harus ≥ 0,5.d. Pada permukaan jepit harus dirancang memikul momen sebesar Vu.a + Nuc.(h-d) dan gaya tarik harisontal Nuc. Faktor reduksi kekuatan (Ø) harus diambil sebesar 0,75 untuk menghitung Vn = Vu/Ø, dengan Vn < 0,2.fc’.bw.d atau < 5,5.bw.d. Tulangan geser friksi Avf dapat dihitung dengan rumus :
Vn = Avf.fy.µ.(sin α + cos α)
dengan α = sudut antara tulangan geser friksi dan bidang geser
( α antara 0o sampai 90o) Koefisien friksi µ dapat diambil = 1,4.λ untuk beton monolit atau µ = 1,0.λ untuk beton yang dicor pada permukaan beton lama yang dikasarkan dengan kedalaman kekasaran 5mm atau µ = 0,6.λ untuk permukaan beton lama yang tidak dikasarkan. Sedang koefisien λ = 1,0 untuk beton normal atau λ = 0,85 untuk beton ringan. Sengkang tertutup Ah ≥ 0,5.(As-An) dipasang pada 2/3 tinggi efektif konsol bersebelahan dan sejajar dengan As. Pada permukaan ujung kolom pendek tulangan As harus diangkurkan dengan : a. tulangan tegak lurus padanya (tegak lurus bidang gambar), berdiameter sama atau lebih besar, dengan bahan las struktural dengan kekuatan las sama dengan kekuatan tulangan sebanyak As, atau b. menekuk tulangan tarik As sebesar 180o , atau c. cara lain yang memberikan pengangkuran yang baik Daerah tumpuan tidak boleh melampaui bagian lurus tulangan As dan tidak melampaui ujung konsol pendek. Thank you Insert the title of your subtitle Here