Anda di halaman 1dari 79

Pengantar

PENYELENGGARAAN
PENATAAN BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN
Antonius Budiono
Widyaiswara Utama
diskripsi singkat
PENYELENGGARAAN BINA PENATAAN BANGUNAN
Pembelajaran tentang penyelenggaraan bina
penataan bangunan yang meliputi dasar
hukum dan pengertian, penyelenggaraan
bangunan gedung, bantuan teknis
pembangunan bangunan gedung negara,
pengelolaan rumah negara,
penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan khusus, dan kebijakan dan
program BPB melalui ceramah interaktif,
diskusi, dan latihan.
HASIL BELAJAR
Peserta mampu memahami
penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan.
Indikator HASIL BELAJAR
Peserta mampu menjelaskan:
1. dasar hukum dan pengertian penyelenggaraan
bina penataan bangunan;
2. penyelenggaraan bangunan gedung;
3. pembangunan bangunan gedung negara;
4. pengelolaan rumah negara;
5. penataan bangunan dan lingkungan khusus; dan
6. kebijakan dan program BPB.
Outline MATERI PENYELENGGARAAN PBL
1. Dasar Hukum dan Tusi Bina Penataan
Bangunan
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
3. Bantuan Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
4. Pengelolaan Rumah Negara
5. Fasilitasi Penataan Bangunan dan Lingkungan
khusus
1 DASAR HUKUM
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
2. Undang-Undang No. 72 Tahun 57 Tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah-rumah
Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan UUBG;
4. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara;
5. Peraturan Pemerintah N0. 31 Tahun 2005 Tentang Perubahan PP No.
40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara;
6. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara dan
7. Peraturan Menteri PUPR No. 15 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian PUPR.
TUSI DIT. BINA PENATAAN BANGUNAN
(sesuai Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015)

Penyiapan kebijakan dan strategi,


1 perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

2 Pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Rumah Negara Gol. III

Fasilitasi PBL Khusus


Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan - Ruang Terbuka Hijau
3 Kriteria (NSPK) - Kawasan Pusaka
- Permukiman Tradisional
Pemberian bimbingan teknis dan supervisi - Destinasi Wisata
4 - Pos Lintas Batas Negara (Perbatasan)
- Kawasan Rawan Bencana
Fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan - Kawasan Tematik perkotaan khusus
5 kelembagaan lainnya

Fasilitasi Pembangunan Gedung Istana


6 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Kepresidenan dan Proyek Strategis
1 3
PENYELENGGARAAN
BANGUNAN GEDUNG TUGAS BINA PENGELOLAAN RUMAH
NEGARA GOL. III
PENATAAN
BANGUNAN

2 4
BANTUAN TEKNIS
PEMBANGUNAN BANGUNAN FASILITASI PENATAAN
GEDUNG NEGARA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
KHUSUS
PENYELENGGARAAN
2 BANGUNAN GEDUNG
DIT. PBL
PENGERTIAN

1. Bangunan Gedung: wujud fisik hasil pekerjaan


konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung: kegiatan
pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis
dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran.
DIT. PBL
FUNGSI - PERSYARATAN BG

FUNGSI

HUNIAN PERSYARATAN
USAHA
ASMINISTRASI
SOSIAL&BUDAY
A
KEAGAMAAN TEKNIS

KHUSUS
DIT. PBL
Persyaratan BG UUBG

administratif teknis
Status Hak atas Tanah Tata Bangunan Keandalan BG
Peruntukan dan Intensitas
Status Kepemilikan BG BG
Keselamatan

Perizinan (IMB) Arsitektur BG Kesehatan

Pengendalian Dampak
Kenyamanan
Pembangunan BG di atas Tanah Milik Lingkungan
Orang/Pihak Lain dengan
Perjanjian Tertulis Kemudahan

Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, semi permanen,
darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan
oleh PemDa sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat.

Persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung fungsi khusus, juga harus
memenuhi persyaratan administratif dan teknis khusus yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang.
DIT. PBL
TAHAPAN PENYELENGGARAAN BG

PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

STATUS LAHAN/IZIN IZIN MENDIRIKAN BGN STATUS KEPEMILIKAN BG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI PERSETUJUAN
LOK

PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBONG-


PERSIAPAN PEMANFAATAN
TEKNIS KONSTRUKSI KARAN

PENGAWASAN PELESTARIAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN
PEMELIHARAAN
PERAWATAN

PERATURAN, PEDOMAN, STANDAR TEKNIS


DIT. PBL
UNDANG-UNDANG NO. 28/2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
BAB VII
PEMBINAAN

Pasal 43 (1) Pemerintah menyelenggarakan pembinaan


bangunan gedung secara nasional untuk
meningkatkan pemenuhan persyaratan dan
tertib penyelenggaraan bangunan gedung.

(2) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan


penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di daerah.

(3) Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan


pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan bersama-sama
dengan masyarakat yang terkait dengan
bangunan gedung.
DIT. PBL
UNDANG-UNDANG NO. 28/2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
BAB VII
PEMBINAAN

Pasal 43
(4) Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
melakukan pemberdayaan masyarakat yang
belum mampu untuk memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.

(5) Ketentuan mengenai pembinaan bangunan


gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
DIT. PBL
PERATURAN PEMERINTAH NO. 36/2005
BAB VI
PEMBINAAN

Pasal (1) Pembinaan penyelenggaraan BG dilakukan oleh


105 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melalui
kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan agar:
 penyelenggaraan BG dapat berlangsung
tertib dan tercapai keandalan BG yang
sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya
kepastian hukum.

(2) Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah


ditujukan kepada pemerintah daerah dan
penyelenggara BG

(3) Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah


daerah ditujukan kepada penyelenggara BG
DIT. PBL
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH
PERATURAN

PENYUSUNAN DAN PENYEBARLUASAN NSPM YG BERSIFAT


NASIONAL

BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN PERDA DAN KEBIJAKAN


DAERAH BIDANG BANGUNAN GEDUNG

PEMBERDAYAAN

PEMBERDAYAAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH DAN


PENYELENGGARA BG MELALUI:
 DISEMINASI, SOSIALISASI, dan DIKLAT UNTUK
PENINGKATAN KESADARAN AKAN HAK, PERAN dan
KEWAJIBAN

PENGAWASAN

PEMANTAUAN PELAKSANAAN PENERAPAN PER-UU-AN


BIDANG BG DAN UPAYA PENEGAKAN HUKUM

EVALUASI SUBSTANSI PERDA SESUAI PER-UU-AN


DIT. PBL
PEMBINAAN PENGATURAN OLEH
PEMERINTAH
NO.28/2002: BANGUNAN GEDUNG

PP NO.36/2005: PERATURAN PELAKSANAAN UUBG

PERMEN PU NO.29/2006: PERSYARATAN TEKNIS BG

PERMEN PU NO.30/2006: PERSY.TEKNIS FASILITAS DAN


AKSESIBILTAS PADA BG & LINGKUNGAN

PERMEN PU NO.06/2007: PEDOMAN UMUM RTBL

PERMEN PU NO.24/2007: PEDOMAN IMB

PERMEN PU NO.25/2007: PEDOMAN SLF

PERMEN PU NO.26/2007: PEDOMAN TABG

PERMEN PU NO.45/2007: PEDOMAN TEKNIS PBGN


DIT. PBL
PEMBINAAN PENGATURAN OLEH
PEMERINTAH
PERMEN PU NO.24/2008: PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN
PERAWATAAN BANGUNAN GEDUNG

PERMEN PU NO.26/2008: PERSY.TEKNIS SISTEM PROTEKSI


KEBAKARAN PADA BG & LINGKUNGAN

PERMEN PU NO.16/2010: PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN


BERKALA PADA BG

PERMEN PUPR NO.17/2010: PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN


BANGUNAN GEDUNG

PERMEN PU NO.18/2010: PEDOMAN REVITALISASI


KAWASAN

PERMEN PUPR NO.01/2015: BANGUNAN GEDUNG


CAGAR BUDAYA

PERMEN PUPR NO.02/2015: BANGUNAN GEDUNG


HIJAU

PERMEN PUPR NO.05/2016: IMB


DIT. PBL
PEMBINAAN PENGATURAN OLEH
PEMERINTAH
PENYEBARLUASAN NSPM YANG BERSIFAT NASIONAL

 SURAT EDARAN MENTERI PUPR KEPADA


GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA, DAN KA
DINAS PU TERKAIT DI SELURUH
INDONESIA.
 DALAM SURAT EDARAN ADA
PERMINTAAN UNTUK
MENGIMPLENTASIKAN DAN TINDAK
LANJUT
DIT. PBL
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
PERATURAN

PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH BIDANG


BANGUNAN GEDUNG DENGAN MEMPERTIMBANGKAN
PENDAPAT PENYELENGGARA BG

MENYEBARLUASKAN NSPM DENGAN MELIBATKAN


MASYARAKAT TERKAIT

 PERATURAN DAERAH TENTANG


BANGUNAN GEDUNG TELAH
TERSUSUN/TERBIT SEBANYAK 445 PERDA
DI SELURUH INDONESIA (88%)
 DARI JUMLAH TERSEBUT YANG
TERIMPLEMENTASI BARU 2% (SEKITAR 9
PERDA).
DIT. PBL
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
PEMBERDAYAAN

PEMBERDAYAAN KEPADA PENYELENGGARA BG


MELALUI: PENDATAAN, SOSIALISASI, dan DIKLAT
UTK PENINGKATAN KESADARAN AKAN HAK,
KEWAJIBAN dan PERAN

BERSAMA-SAMA DENGAN MASYARAKAT


TERKAIT BG MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
TIDAK MAMPU MELALUI:
 PENYEBARLUASAN POSTER/BOOKLET
BANGUNAN SEDERHANA TAHAN GEMPA,
 PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN,
 PERCONTOHAN RUMAH TINGGAL, DAN
 BANTUAN PENATAAN BANGUNAN &
LINGKUNGAN
DIT. PBL
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
PENGAWASAN

PENGAWASAN PELAKSANAAN PENERAPAN PERDA BG


MELALUI:
 PENERBITAN IMB,
 PENERTIBAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
YANG TIDAK SESUAI IMB,
 PENERBITAN SLF,
 PENERTIBAN PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG
YANG TUDAK SESUAI IMB/SLF,
 PEMERIKSAAN BERKALA BANGUNAN GEDUNG,
 PERSETUJUAN & PENETAPAN PEMBONGKARAN BG

DALAM PELAKSANAAN
PENGAWASAN DAPAT
MELIBATKAN MASYARAKAT
BANTEK PEMBANGUNAN
3 BANGUNAN GEDUNG NEGARA
DIT. PBL
PENGERTIAN
 Pembangunan BGN adalah kegiatan mendirikan BGN yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi, dan pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru,
perawatan bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung
yang sudah ada, dan/atau lanjutan
 BGN adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi
barang milik negara/daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan
yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya
yang sah.
 Pengelolaan Teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang
bersertifikat.
 Tenaga Pengelola Teknis bertugas membantu dalam pengelolaan
kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di bidang teknis
administratif.
DIT. PBL
Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
DIT. PBL
BANTUAN TEKNIS
Informasi: peraturan, pedoman/
petunjuk/ standar teknis

Tenaga: Tim Analis, Pengelola


Teknis, Tim Koordinasi Bantuan
Teknis, Pokja Pengadaan, Tim
Narasumber, Kepala Satuan
Kerja, Pejabat Pembuat
Komitmen, dan/atau penatar/
penuyuluh

Kegiatan percontohan: fisik


dan/atau model peraturan
DIT. PBL
DESKRIPSI SINGKAT
Setiap pembangunan BGN yang
dilaksanakan oleh K/L/SKPD harus
mendapat bantuan teknis dalam bentuk
pengelolaan teknis

bantuan teknis

tenaga pengelola teknis

 Pengelolaan teknis pembangunan bangunan


gedung negara adalah pemberian bantuan teknis
oleh Menteri Pekerjaan Umum kepada
kementerian/lembaga/SKPD dalam
pembangunan BGN
DIT. PBL
PERPRES 73/2011
 UMUM konsideran, definisi
 PERSYARATAN
BANGUNAN
GEDUNG NEGARA Pasal 11 Ayat (2)
Pengelola teknis
 PROSEDUR yang
PEMBANGUNAN bersertifikat

BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
 BIAYA
PEMBANGUNAN
 PEMBINAAN
DIT. PBL
Latar Belakang terbitnya PERPRES 73/2011

(beberapa)
Gedung Kantor dan
Rumah Dinas dibangun
terlalu mewah dan
berlebihan
DIT. PBL
Persyaratan BGN

administrasi teknis
Status Hak atas Tanah Tata Bangunan Keandalan BG
Peruntukan dan Intensitas
Status Kepemilikan BG BG
Keselamatan

Perizinan (IMB) Arsitektur BG Kesehatan

Pengendalian Dampak
Kemudahan
Lingkungan

Kenyamanan

DOKUMEN: PENDANAAN, KETENTUAN : KLASIFIKASI,


PERENCANAAN, STANDAR LUAS,
PEMBANGUNAN, STANDAR JUMLAH LANTAI,
PENDAFTARANAN SPESIFIKASI TEKNIS
DIT. PBL
KLASIFIKASI BGN
berdasarkan TINGKAT KOMPLEKSITAS
Sederhana: BGN
dengan teknologi-spesifikasi
sederhana

Tidak Sederhana:
Klasifikasi BGN dengan teknologi-
spesifikasi tidak sederhana

Khusus: BGN dengan


fungsi, teknologi, dan
spesifikasi khusus
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan
gedung negara berpedoman kepada Peraturan Menteri PU
No. 45/PRT/M/2007 (belum direvisi).
DIT. PBL
STANDAR LUAS BGN
Gedung Kantor Rincian standar luas ruang
Standar Luas 10M2/pesonil gedung kantor sesuai Lampiran I
Peraturan Presiden RI Nomor 73
BGN Ruang layanan dihitung
berdasarkan analisis Tahun 2011 tentang
Pembangunan BGN

Rincian standar luas ruang RN


Rumah Negara sesuai Lampiran I Peraturan
Tipe RN berdasarkan Presiden RI Nomor 73 Tahun
jabatan/golongan 2011 tentang Pembangunan
BGN

Standar luas BGN lainnya,


BGN lainnya
dikeluarkan oleh instansi yang
Ketentuan menteri yang bersangkutan setelah konsultasi
bersangkutan dengan Menteri Pekerjaan
Umum
Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan di luar ruang penunjang,
fungsi dan luasnya dihitung tersendiri berdasarkan analisis kebutuhan ruang pelayanan
DIT. PBL
STANDAR JUMLAH LANTAI BGN

 Maksimal 8 lantai
 Bangunan gedung
Gedung Kantor negara yang dibangun
> 8 lantai 
Standar persetujuan MenteriPU

Jumlah Lantai  Non Rusun 


Maksimal 2 lantai
Rumah Negara  Rusun, sesuai
ketentuan Gedung
Kantor

Besaran Koefisien Pengali untuk HSBGN


bertingkat sd. 8 lantai mengikuti ketentuan
Peraturan Menteri PU
DIT. PBL
PROSEDUR PEMBANGUNAN BGN
1. Pengelolaan Teknis
2. Tahapan Pembangunan

a. Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan


oleh kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat bantuan teknis
dalam bentuk pengelolaan teknis.

b. Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang


bersertifikat.

c. Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan


kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di bidang teknis
administratif.
DIT. PBL
TAHAPAN PEMBANGUNAN BGN

PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

STATUS LAHAN/IZIN IZIN MENDIRIKAN BGN STATUS KEPEMILIKAN BG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
LOK

PERENCANAAN PELAKSANAAN PASCA


PERSIAPAN
TEKNIS KONSTRUKSI KONSTRUKSI

PENGAWASAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI

DOK. PEMBIAYAAN DOK. PERENCANAAN FISIK BGN STATUS BMN

ORG. KEGIATAN DOK. PELELANGAN DOK. PENDAFTARAN


DOK. PELAKSANAAN

PERATURAN, PEDOMAN, STANDAR TEKNIS


DIT. PBL
TAHAPAN PEMBANGUNAN BGN

TAHAP PENYUSUNAN RENCANA


PENDANAAN
PERENCANAAN
KONSTRUKSI

PELAKSANAAN
TAHAP KONSTRUKSI
KONSTRUKSI

PENGAWASAN
KONSTRUKSI
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
DIT. PBL
UNIT KERJA PEMBINA PENGELOLA TEKNIS
Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasai dan Tata Kerja PUPR

Direktorat Bina untuk pembagunan BGN yang dilakukan


Penataan
oleh kementerian/lembaga yang
Bangunan,
DJCK,
berkedudukan di Provinsi DKI Jakarta atau
KemPUPR perwakilan RI di luar negeri.

Dinas
Pekerjaan
untuk pembagunan BGN yang dilakukan
Umum/SKP oleh kementerian/lembaga yang
D Provinsi berkedudukan di luar Provinsi DKI Jakarta.

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum/yang bertanggung jawab dalam
pembinaan BGN/daerah yang ditugaskan oleh Gubernur sebagai tugas pembantuan Kementerian PUPR
DIT. PBL
LINGKUP PEMBANGUNAN BGN
yang harus mendapat bantuan teknis
Dalam nota keuangan APBN 2012 terdapat 94 kementerian/lembaga secara
nasional
1. Berdasarkan peraturan perundang undangan ada lima tugas pemerintahan
yang bersifat dekonsentrasi atau tugas dan fungsi kemeterian/lembaga
ditangani langsung oleh unit kerja vertikal pemerintah pusat di daerah
dalam bentuk kantor wilayah.
Kelima tugas yang bersifat dekonsentrasi meliputi bidang pertahanan/
keamanan, keuangan, hukum, agama, dan urusan hubungan luar negeri.
2. Seluruh kementerian/lembaga sebagaimana tersebut di atas, apabila
mendapat alokasi APBN untuk pembangunan bangunan gedung negara,
harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk pengelolaan teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum.
(Untuk APBD berlaku mutatis mutandis)
DIT. PBL
TENAGA PENGELOLA TEKNIS bersertifikat

1. Tenaga pengelola teknis bersertifikat adalah:


 pegawai negeri sipil bidang teknik (sarjana
teknik arsitektur, teknik sipil, teknik
lingkungan, teknik elektro, teknik mesin dan
lainnya yang berkaitan dengan bangunan
gedung) atau
 pejabat fungsional tata bangunan dan
perumahan jenjang ahli
Kementerian PUPR/ Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi/SKPD Provinsi yang bertanggung jawab
dalam bidang pembinaan gedung negara yang
bersertifikat pengelola teknis
DIT. PBL
TENAGA PENGELOLA TEKNIS bersertifikat

2. Sertifikat pengelola teknis diterbitkan


setelah melalui pelatihan pengelola
teknis pembangunan BGN, yang
diadakan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kementerian PUPR

Tenaga pengelola teknis bertugas


mambantu Kuasa Pengguna Anggaran
kementerian/ lembaga dalam
pengelolaan kegiatan pembangunan
BGN di bidang teknis administratif.
DIT. PBL
TUGAS PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
Tugas Penyedia Jasa Konstruksi membantu Pengguna Anggaran
Kementerian/Lembaga dalam pembangunan BGN di bidang teknis
teknologis

Bidang teknis teknologis mempunyai pengertian


yang terkait dengan kualitas, kuantitas, waktu,
biaya, dan kesesuaian sasaran fungsional
BGN atas perencanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawasan konstruksi yang merupakan tanggung jawab
profesionalnya sesuai kontrak yang disepakati untuk menghindarkan
terjadinya kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan gedung.
DIT. PBL
BIAYA PEMBANGUNAN BGN

PEMBANGUNAN BGN
STANDAR
BIAYA HARGA SATUAN
1
STANDAR PER M2
TERTINGGI BGN

BIAYA NON MAKSIMUM


2 150% BIAYA
STANDAR STANDAR
DIT. PBL
BIAYA PENGELOLAAN TEKNIS
KOMPONEN BIAYA
PEMBANGUNAN BGN
BIAYA OPERASIONAL
BIAYA PENGELOLA PENGGUNA ANGGARAN

1 KEGIATAN BIAYA PENGELOLAAN


TEKNIS

BIAYA PERENCANAAN
2 KONSTRUKSI nilai biaya pengelolaan kegiatan
maksimum dihitung berdasarkan
prosentase biaya pengelolaan
kegiatan terhadap nilai biaya
BIAYA PENGAWASAN/MK
3 KONSTRUKSI
konstruksi fisik bangunan yang
tercantum dalam Tabel B1 dan B2
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis
BIAYA PELAKSANAAN
4 KONSTRUKSI
Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
PENGELOLAAN
4 RUMAH NEGARA
DIT. PBL
PENGERTIAN

Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki


negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas Pejbat dan/atau
Pegawai Negeri;

Pengelolaan Rumah Negara adalah kegiatan


penetapan status, pendaftaran, dan penghapusan
Rumah Negara;
47
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
1. UNDANG‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1957
TENTANG PENETAPAN UNDANG‐UNDANG DARURAT NOMOR 19 TAHUN
1955 TENTANG PENJUALAN RUMAH‐RUMAH NEGERI KEPADA PEGAWAI
NEGERI SEBAGAI UNDANG‐UNDANG
Pasal 1 : Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan
persetujuan Menteri Keuangan dapat menjual rumah-
rumah Negeri termasuk golongan III sebagai termaksud
pada "Burgerlijkewoningregeling" Staatsblad 1925 No.
48, dengan semua perubahan dan tambahannya, beserta
atau tidak beserta tanahnya kepada Pegawai-pegawai
Negeri menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan
oleh Menteri-menteri tersebut.
48
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA
Rumah Negara:
a. Rumah Negara Gol. I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi
pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus
bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya
terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan
tertentu tersebut;
b. Rumah Negara Gol. II adalah Rumah Negara yang mempunyai
hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya
disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah
berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara;
c. Rumah Negara Gol. III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk
Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya.49
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

PENETAPAN STATUS

PENGELOLAAN
PENDAFTARAN
RUMAH NEGARA

PENGHAPUSAN

50
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN MENTERI PU NO.
22/PRT/M/2008 TENTANG PENGADAAN
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA
PENGADAAN, PENETAPAN STATUS, PENDAFTARAN
PENGHUNIAN, PENGALIHAN
STATUS, DAN PENGALIHAN HAK
ATAS RUMAH NEGARA. PENETAPAN STATUS

PENGHUNIAN
PENGELOLAAN
PENGALIHAN STATUS
RUMAH NEGARA
PENGALIHAN HAK 51
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
Pengadaan rumah negara dapat dilakukan dengan cara pembangunan,
pembelian, tukar menukar atau tukar bangun; atau hibah, yang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

LUAS LUAS
TIPE
Pembangunan RN TNH
Khusus 400 1.000
Pembelian A 250 600
Pengadaan RN B 120 350
Tukar menukar/
Tukar Bangun C 70 200
D 50 120
Hibah E 36 100

52
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
Pendaftaran rumah negara merupakan kegiatan pencatatan/inventarisasi rumah
negara baik yang berdiri sendiri dan/atau berupa Satuan Rumah Susun beserta atau
tidak beserta tanahnya yang dilaksanakan untuk tertib administrasi kekayaan
negara.
Menteri PUPR

diluar
jabodetabek Direktur BPB Kadis PUPR Prov. jabodetabek

Pimpinan
Instansi

RN 53
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
Untuk menentukan Gol. Rumah Negara dilakukan penetapan status Rumah
Negara sebagai Rumah Negara Gol. I, Rumah Negara Gol. II, dan Rumah
Negara Gol. III.

RN Gol. I & Gol II Pimpinan K/L Ybs.

Penetapan Status RN

RN Gol. III Menteri PUPR


54
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
Penghunian rumah negara oleh pejabat atau pegawai negeri sipil dilakukan
berdasarkan surat izin penghunian (SIP) yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang.

RN
Pimpinan Instansi SIP Gol I

SIP RN
Pejabat Es1 Gol II

Dirjen CK
RN
SIP Gol III
55
Kadis PUPR Prov.
 Pemilik SIP wajib menempati Rumah Negara selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak SIP diterima.
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Penetapan Status
 Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumah
negara yang berada dibawah kewenangannya menjadi Rumah
Negara Golongan I atau Rumah Negara Golongan II;
 Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsung
melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi,
rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara,
pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitian ditetapkan
menjadi Rumah Negara Golongan I

56
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Pengalihan status dan hak atas rumah negara


 Rumah Negara Gol. I tidak dapat dialihkan
statusnya.
 Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya
hanya Rumah Negara Gol. II menjadi Rumah
Negara Gol. III.

57
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Pengalihan status dan hak atas rumah negara


Rumah Negara Gol. II yang tidak dapat dialihkan statusnya
menjadi Rumah Negara Gol. III adalah:
a. Rumah Negara Gol. II yang berfungsi sebagai mess/
asrama sipil dan ABRI;
b. Rumah Negara Gol. II yang mempunyai fungsi secara
langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu
kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/
balai penelitian. 58
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Pengalihan Status
 Rumah Negara Gol. I yang golongannya tidak sesuai
lagi karena adanya perubahan organisasi atau sudah
tidak memenuhi fungsi yang ditetapkan semula,
dapat diubah status golongannya menjadi Rumah
Negara Golongan II setelah mendapat pertimbangan
Menteri PU;

59
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Pengalihan Status
 Pengalihan status rumah negara yang berbentuk
rumah susun dari Gol. II menjadi Gol. III dilakukan
untuk satu blok rumah susun yang status tanahnya
sudah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku;

60
DIT. PBL
PENGELOLAAN RUMAH NEGARA
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG RUMAH NEGARA

Pengalihan Hak
 Rumah Negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah Negara
Gol. III
 Rumah Negara Gol. III beserta atau tidak beserta tanahnya hanya
dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan
penghuni.
 Rumah Negara Gol. III yang berada dalam sengketa tidak dapat
dialihkan haknya.
 Suami dan istri yang masing-masing mendapat izin untuk
menghuni Rumah Negara hanya dapat diberikan kepada salah satu
dari suami dan istri yang bersangkutan
61
DIT. PBL
Tabel Standar Luas Rumah Negara
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 73 TAHUN 2011
TANGGAL : 11 OKTOBER 211
STANDAR LUAS RUMAH NEGARA
LUAS (M2)
TIPE PENGGUNA
BANGUNAN TANAH

1) MENTERI / KEPALA LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN,


KHUSUS KEPALA LEMBAGA TINGGI/ TERTINGGI NEGARA 400 1.000
2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1)
1) SEKJEN, IRJEN, DIRJEN, KEPALA BADAN, DEPUTI
A 2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1) 250 600
1) DIREKTUR, KEPALA BIRO, INSPEKTUR, KAKANWIL, ASISTEN DEPUTI
B 2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1) 120 350
3) PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN GOLONGAN IV/d DAN IVe
1) KEPALA SUB DIREKTORAT, KEPALA BAGIAN, KEPALA BIDANG
C 2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1) 70 200
3) PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN GOLONGAN IV/a SD IV/c
1) KEPALA SEKSI, KEPALA SUB BAGIAN, KEPALA SUB BIDANG
D 2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1) 50 120
3) PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN GOLONGAN III/a SD III/d
1) KEPALA SUB SEKSI
E 2) PEJABAT YANG JABATANNYA SETINGKAT DENGAN 1) 36 100
3) PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN GOLONGAN II/d KEBAWAH 62
DIT. PBL
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 138/PMK.06/2010
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA
BERUPA RUMAH NEGARA

63
DIT. PBL
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki


kewenangan:
a. menetapkan status penggunaan BMN berupa Rumah
Negara;
b. memberikan persetujuan atas usulan alih status
penggunaan, pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN
berupa Rumah Negara; dan
c. melakukan pengawasan dan pengendalian BMN berupa
Rumah Negara
64
FASILITASI PENATAAN BANGUNAN
5 DAN LINGKUNGAN KHUSUS
PENATAAN
KAWASAN 4
PENATAAN
BANGUNAN
DAN
LINGKUNGAN
KHUSUS PBL
STRATEGIS
Penataan Kawasan
Terdiri atas kegiatan penataan dan/atau revitalisasi:
 Ruang Terbuka Hijau
 Kawasan Pusaka melalui:
bantuan teknis
 Permukiman Tradisional penyusunan
 Destinasi Wisata RTBL, DED,
 Pos Lintas Batas Negara dan Fisik
Pecontohan
 Kawasan Rawan Bencana
 Kawasan Tematik perkotaan khusus lainnya
Program Dit BPB terkait PBL

 PROGRAM PENGEMBANGAN DAN


PELESTARIAN KOTA PUSAKA

 PROGRAM PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU
DAFTAR LOKASI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA

1. Kebun Raya Balikpapan 7. Kebun Raya Parepare


2. Kebun Raya Banua 8. Kebun Raya Bogor
3. Kebun Raya Batam 9. Kebun Raya Cibinong
4. Kebun Raya Baturraden 10. Kebun Raya Cibodas
5. Kebun Raya Kendari 11. Kebun Raya Eka Karya
6. Kebun Raya Liwa 12. Kebun Raya Purwodadi
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
1. KSPN Tanjung Kelayang
2. KSPN Danau Toba
3. KSPN Pulau Seribu
4. KSPN Mandalika
5. KSPN Borobudur
6. KSPN Komodo Labuan Bajo
7. KSPN Tanjung Lesung
8. KSPN Morotai
9. KSPN Wakatobi
10. KSPN Bromo-Tengger-Semeru
PENGEMBANGAN ECODISTRICT

TUJUAN
Mewujudkan tata kelola kota
berkelanjutan dengan pemenuhan
standar pelayanan perkotaan.

SASARAN
1. Peningkatan kualitas hidup
2. Peningkatan efisiensi
3. Peningkatan keberlanjutan
DAFTAR LOKASI PENGEMBANGAN ECO
DISTRICT
1. Kawasan Tamansari, Kota Bandung
2. Kawasan Kota Tua Ampenan, Kota Mataram
3. Kawasan Iringmulyo, Kota Metro
4. Kawasan Banjir Kanal Barat, Kota Semarang
5. Kawasan Umbulharjo, Kota Jogjakarta
6. Kota Singkawang
7. Kabupaten Wonosobo
8. Kabupaten Purbalingga
9. Kawasan Kebonrojo, Kabupaten Jombang
PENGEMBANGAN SMART CITY
Kontribusi Dit. BPB dalam mengembangkan Smart City melalui
salah satu komponen Smart city: smart environment
 Smart environment  energy, environment, public
space
 Energy
 Kementerian PUPR mengeluarkan Permen PUPR No. 2
Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau
 Environment
 Kementerian PUPR memiliki program P2KH
(Program Pengembangan Kota Hijau). Program ini
juga merupakan pengembangan atribut kota hijau skala
kota
 Public Space
 Kementerian PUPR berkomitmen untuk menyediakan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) bersama dengan Pemda
untuk pemenuhan 20% RTH publik dan 10% RTH
private.
DAFTAR LOKASI PENGEMBANGAN SMART
CITY Kota diatas 1 juta penduduk
 Kota Surabaya, Jawa Timur
 Kota Tangerang, Banten
 Kota Bandung, Jawa Barat Kota antara 200 ribu – 1 juta
 Kota Depok, Jawa Barat penduduk
 Kota Semarang, Jawa Tengah  Kota Yogyakarta, DIY
 Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
 Kota Surakarta, Jawa Tengah
 Kota Pontianak, Kalimantan Barat

Kota dibawah 200 ribu  Kota Malang, Jawa Timurs


Kota Magelang, Jawa Tengah
Kota Madiun, Jawa Timur
Kota Bontang, Kalimantan Timur
Kota Mojokerto, Jawa Timur
Kota Salatiga, Jawa Tengah

Sumber: Pemenang Anugrah Kota Cerdas, IKCI


PEMBANGUNAN TEMPAT
EVAKUASI SEMENTARA (TES)

 Kel. Ulak Karang Utara, Kota


Padang, Sumatera barat
 Kec. Pangandaran, Kab. TES Pangandaran

Pangandaran, Jawa barat


 Kec. Sradakan, Kab. Bantul, DIY
Yogyakarta

TES Padang
FASILITASI PEMBANGUNAN GEDUNG
ISTANA KEPRESIDENAN
Pembangunan
Gedung Istana Kepresidenan
Kegiatan pembangunan gedung Istana Kepresidenan merupakan instruksi
Presiden karena adanya kondisi atau acara tertentu.

Istana MERDEKA Istana NEGARA Istana BOGOR


Pembangunan
Gedung Istana Kepresidenan
Kegiatan pembangunan gedung Istana Kepresidenan merupakan instruksi
Presiden karena adanya kondisi atau acara tertentu.

Istana YOGYAKARTA Istana CIPANAS


Istana
TAMPAK SIRING
TERIMA KASIH

DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Anda mungkin juga menyukai