PRASARANA WILAYAH
NOMOR: 332/KPTS/M/2002
TANGGAL 21 AGUSTUS 2002
TENTANG
Pedoman Teknis
PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
KEPUTUSAN MENTERI
PERMUKIMAN DAN PRASARNA WILAYAH
NOMOR: 332/KPTS/M/2002
TENTANG
i
Mengingat: 1. Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 No. 60 Tambahan Lembaran Negara No. 3839);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 No. 54 Tambahan Lembaran
Negara No. 3952);
3. Keputusan Presiden RI Nomor 228/M tahun 2001 tentang
Pembentukan Kabinet Gotong Royong;
4. Keputusan Presiden RI Nomor 102 tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen;
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 61/KPTS/1981
tentang Prosedur Pokok Pengadaan Bangunan Gedung
Negara;
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor: 01/KPTS/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan
dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan
dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan atau APBD,
dan atau sumber pembiayaan lainnya, antara lain seperti: gedung kantor,
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara.
ii
2. Pembangunan adalah proses mendirikan bangunan gedung baik
merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya,
maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan atau lanjutan
pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan atau perawatan
(rehabilitasi, renovasi, restorasi), yang terdiri dari tahap perencanaan
konstruksi dan tahap pelaksanaan konstruksi.
3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para
Menteri.
4. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur beserta perangkat Daerah
Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah Provinsi.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota beserta
perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah
Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara ini dimaksudkan
sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para penyelenggara dalam
melaksanakan pembangunan bangunan gedung negara.
(2) Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara ini bertujuan terwujudnya
bangunan gedung negara sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kemudahan, kenyamanan, efisien dalam
penggunaan sumber daya, dan serasi dengan lingkungannya, serta
diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.
BAB II
PENGATURAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bagian Pertama
Substansi Pedoman Teknis
Pasal 3
(1) Pembangunan Bangunan Gedung Negara meliputi :
a. Persyaratan Bangunan Gedung Negara yang terdiri dari :
1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara
2. Tipe Bangunan Rumah Negara
iii
3. Standar Luas
4. Persyaratan Teknis
5. Persyaratan Administrasi
b. Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Perencanaan Konstruksi
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
4. Masa Pemeliharaan Konstruksi
5. Pendaftaran Bangunan Gedung Negara
c. Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari :
1. Umum
2. Standar Harga Satuan Tertinggi
3. Komponen Biaya Pembangunan
4. Pembiayaan Bangunan/Komponen tertentu
5. Pembiayaan Pekerjaan Non Standar
6. Prosentase Komponen Pekerjaan
d. Tata cara Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari :
1. Penyelenggara Pembangunan Bangunan Gedung Negara
2. Organisasi dan Tata Laksana
3. Penyelenggaraan Pembangunan tertentu
4. Pedoman Pemeliharaan / Perawatan Bangunan Gedung Negara
5. Pembinaan dan Pengawasan Teknis
(2) Rincian Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal ini tercantum pada lampiran Keputusan Menteri ini,
yang merupakan satu kesatuan pengaturan dalam Keputusan Menteri ini.
(3) Setiap orang atau Badan Hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara wajib
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal
ini.
Bagian Kedua
Pengaturan Penyelenggaraan
Pasal 4
(1) Untuk pelaksanaan Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara di daerah yang biayanya bersumber dari APBD diatur dengan
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota yang didasarkan pada ketentuan-
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
iv
(2) Dalam hal Daerah belum mempunyai Keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota
pada ayat (1) pasal ini diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3.
(3) Daerah yang telah mempunyai Keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini sebelum Keputusan Menteri
ini ditetapkan, harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
persyaratan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3.
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan bangunan gedung
negara, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota maupun masyarakat dalam
memenuhi ketentuan Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 3
untuk terwujudnya tertib pembangunan bangunan gedung negara.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunan gedung
negara Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menggunakan
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Terhadap aparat Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan atau
Kabupaten/Kota yang bertugas dalam pembangunan bangunan gedung
negara yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan
sanksi sesuai ketentuan dalam Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN dan Undang-
undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam pembangunan
bangunan gedung negara yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam
Pasal 3 dikenakan sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai dengan
Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 6
(1) Keputusan Menteri tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara ini merupakan bagian dari Pedoman Teknis Pengelolaan
Fisik Bangunan Gedung Negara yang meliputi pembangunan,
pemanfaatan, dan penghapusan.
v
(2) Pedoman Teknis Pengelolaan Fisik Bangunan Gedung Negara yang
menyangkut Pemanfaatan Bangunan gedung Negara, dan Penghapusan
Bangunan Gedung Negara diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
(1) Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Direktur
Jenderal Cipta Karya Nomor: 295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara tidak berlaku
lagi.
(2) Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini maka semua ketentuan
Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang telah ada sepanjang tidak
bertentangan dengan Keputusan Menteri ini masih berlaku sampai
digantikan dengan yang baru.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Keputusan Menteri ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21 Agustus 2002
SOENARNO
vi
DAFTAR ISI
BAB I UMUM
A. PENGERTIAN
1. Bangunan Gedung …………………..………………….…… 1
2. Bangunan Gedung Negara ………………………..….…… 1
3. Pengadaan…...……………………………………………….. 1
4. Pembangunan ..……………………………..……………….. 2
5. Instansi Teknis Setempat…………………………….………. 2
B. ASAS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA……… 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN .……………………………………………. 3
D. LINGKUP MATERI PEDOMAN ……………………………………... 3
vii
D. PERSYARATAN TEKNIS
1. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan…….…….. 7
2. Persyaratan Bahan Bangunan………………...…………… 10
3. Persyaratan Struktur Bangunan ……………… …………… 12
4. Persyaratan Utilitas Bangunan …………………………….. 15
5. Persyaratan Sarana Penyelamatan …………………….. 19
E. PERSYARATAN ADMINISTRASI
1. Dokumen Pembiayaan ……..…………………………….… 21
2. Status Hak Atas Tanah ………………………………..……… 21
3. Perizinan ……………….………..…………………..………... 21
4. Dokumen Perencanaan .…..………………….……..…….. 21
5. Dokumen Pembangunan……………………….…….…... 21
6. Dokumen Pendaftaran ……………………..…………….. 22
viii
1. Harga Satuan per-m2 Tertinggi Untuk Pembangunan
Bangunan Gedung Negara Klasifikasi Sederhana
dan Tidak Sederhana ………………………………………... 31
2. Harga Satuan per-m2 Tertinggi Untuk Pembangunan
Bangunan Rumah Negara………………………………….. 32
3. Harga Satuan per-m1 tertinggi Untuk Pembangunan
Bangunan Pagar Gedung Negara ..…………………….. 32
C. KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
1. Biaya Konstruksi Fisik ………… ………………………………. 33
2. Biaya Manajemen Konstruksi ….…….……………………… 33
3. Biaya Perencanaan Konstruksi ………..……….….……….. 35
4. Biaya Pengawasan Konstruksi ..…………………...…….. .. 36
5. Biaya Pengelolaan Proyek ………………………………….. 37
D. PEMBIAYAAN BANGUNAN/KOMPONEN BANGUNAN TERTENTU
1. Harga Satuan tertinggi rata-rata per m2 bangunan
bertingkat untuk bangunan gedung negara…………… 38
2. Harga Satuan tertinggi rata-rata per m2 bangunan/
ruang dengan fungsi khusus untuk bangunan gedung
negara….……………………………………………………….. 39
E. BIAYA PEKERJAAN NON-STANDAR
1. Pekerjaan/Kegiatan yang diklasifikasikan sebagai Pekerjaan
non-Standar.…………………………………………………………. 39
2. Pembiayaan Pekerjaan Non-Standar……………………. 40
F. PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA ……………….………………………………… 42
ix
Pengelola Proyek (Pengguna Jasa Konstruksi)……..…… 59
C. PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN TERTENTU
1. Pelaksanaan Pembangunan Lebih dari Satu Tahun
Anggaran ………………………………………………….…… 60
2. Pelaksanaan Pembangunan dengan Desain Berulang 61
3. Pelaksanaan Pembangunan dengan Desain Prototipe 62
D. PEMELIHARAAN/PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
1. Umur Bangunan dan Penyusutan ..………………………... 63
2. Kerusakan Bangunan ……………...………………………... 63
3. Perawatan Bangunan .. …………………………………….. 64
4. Pemeliharaan Bangunan …….…………………………….. 64
E. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS ………………………. 65
TABEL-TABEL :
TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA.. 68
TABEL A2 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA…….. 71
TABEL B1 PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI
SEDERAHANA………………………………………………… 74
TABEL B2 PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI TIDAK
SEDERHANA………………………………………….………. 75
TABEL B3 PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI KHUSUS…. 76
TABEL C STANDAR LUAS RUANG GEDUNG KANTOR……………... 77
TABEL D KETENTUAN JENIS DAN JUMLAH RUANG RUMAH
NEGARA………………………………………………………. 78
TABEL E1 DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI
SEDERHANA…………………………………… 79
TABEL E2 DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI TIDAK
SEDERHANA …………………………… 102
x
TABEL E3 DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
KLASIFIKASI KHUSUS…………………………………………. 125
xi
Lampiran
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor : 332 /KPTS/M/2002
Tanggal : 21 Agustus 2002
Tentang : Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
BAB I
UMUM
A. PENGERTIAN
1. BANGUNAN GEDUNG
Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk
kegiatan hunian atau tinggal, kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan
budaya, dan/atau kegiatan khusus.
3. PENGADAAN
Yang dimaksud dengan pengadaan adalah proses menyediakan
bangunan gedung baik melalui proses pembangunan, pembelian,
hibah maupun proses tukar menukar, tukar bangun, maupun kerjasama
operasi.
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. PEMBANGUNAN
Yang dimaksud dengan pembangunan adalah proses mendirikan
bangunan gedung baik merupakan pembangunan baru, perbaikan
sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, maupun lanjutan pembangunan bangunan gedung yang
belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi),
yang terdiri dari tahap perencanaan konstruksi dan tahap pelaksanaan
konstruksi.
2
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB II
PERSYARATAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
1. BANGUNAN SEDERHANA
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara
dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi
sederhana, atau bangunan gedung negara yang sudah ada disain
prototipenya. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah
selama 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan
gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas
sampai dengan 500 m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah
lantai s.d. 2 lantai.
4
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. BANGUNAN KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang
memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/
teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya minimum
adalah 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden
wisma negara
gedung instalasi nuklir
gedung laboratorium
gedung terminal udara/laut/darat
stasiun kereta api
stadion olah raga
rumah tahanan
gudang benda berbahaya
gedung bersifat monumental
gedung untuk pertahanan
gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.
5
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. GEDUNG KANTOR
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang
diperlukan, dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk
klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil.
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk
klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 8 m2 per-personil.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah
personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan
klasifikasi bangunannya.
Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus
atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara
tersendiri di luar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan
ditampung. Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum
pada Tabel C.
2. RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe
peruntukannya, sebagai berikut:
Tipe Luas Bangunan Luas lahan *)
6
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
D. PERSYARATAN TEKNIS
7
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
8
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
9
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
10
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
11
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
12
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
13
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
c. Struktur Kolom
1) Struktur kolom kayu
Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan SNI/SKSNI/SKBI yang berlaku.
2) Struktur kolom pasangan bata
adukan yang digunakan sekurang-kurangnya harus
mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3
PS.
bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan SNI/SKSNI/SKBI yang berlaku.
3) Struktur kolom beton bertulang
kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus
mempunyai tebal minimum 15 cm.
selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm.
bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan SKBI/SKSNI/SNI yang berlaku.
4) Struktur kolom baja
kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum
150.
kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun
harus mempunyai minimum 2 sumbu simetris.
sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat
tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara
balok dengan kolom, dan harus mempunyai kekuatan
minimum sama dengan kolom.
sambungan kolom baja yang menggunakan las harus
menggunakan las listrik, sedangkan yang menggunakan
baut harus menggunakan baut mutu tinggi.
penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin, harus
berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi
syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup.
bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam SKBI/SKSNI/SNI yang
berlaku.
d. Rangka atap, dan kemiringan atap
1) Umum
konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan-
perhitungan yang dilakukan secara keilmuan/keahlian teknis
yang sesuai.
kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup
atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan
mengakibatkan kebocoran.
14
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
15
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
16
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
17
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
18
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
19
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
E. PERSYARATAN ADMINISTRASI
Setiap Bangunan Gedung Negara harus memenuhi persyaratan administrasi
baik dalam tahap pembangunan maupun tahap pemanfaatan bangunan
gedung negara.
Persyaratan administrasi bangunan gedung negara meliputi pemenuhan
persyaratan:
20
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. DOKUMEN PEMBIAYAAN
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus
disertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk
pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang
berwenang sesuai peraturan perundangan yang berlaku yang dapat
berupa Daftar Isian Proyek (DIP) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Pimpinan Proyek.
Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung
negara terdiri atas:
a. biaya pelaksanaan konstruksi fisik;
b. biaya perencanaan konstruksi;
c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
d. biaya pengelolaan proyek.
3. PERIZINAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perizinan
yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin Penggunaan
Bangunan dalam hal Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan mengharuskan adanya IPB dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota setempat, serta Izin Penghunian dari Satminkal yang
bersangkutan bagi rumah negara.
4. DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen
perencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik
yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, Tim Swakelola
Perencanaan, ataupun yang berupa Disain Prototipe dari bangunan
gedung negara yang bersangkutan.
5. DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen
pembangunan yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan
Bangunan, Dokumen Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan
As Built Drawings, hasil uji coba/test run operational, dan Sertifikat
Penjaminan atas Kegagalan bangunan sesuai ketentuan yang berlaku.
21
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
6. DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran
untuk pencatatan dan penetapan HDNO meliputi:
a. Fotokopi Dokumen Pembiayaan/DIP (otorisasi pembiayaan);
b. Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
d. Berita Acara Serah Terima I dan II;
e. As built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan) disertai
gambar leger;
f. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin
Penggunaan Bangunan (IPB) dalam hal Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB.
22
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB III
TAHAPAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
A. PERSIAPAN
23
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
24
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. PERSIAPAN PROYEK
a. Tahap persiapan proyek merupakan kegiatan persiapan setelah
program dan pembiayaan tahunan yang diajukan telah disetujui
atau DIP telah diterima oleh pemimpin proyek.
b. Tahap persiapan proyek dilakukan oleh pemegang mata anggaran,
yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemimpin proyek,
berdasarkan program dan pembiayaan yang telah disusun
sebelumnya.
c. Kegiatan yang harus dilakukan oleh pemimpin proyek
pembangunan bangunan gedung negara meliputi:
1) Pembentukan Organisasi Pengelola Proyek dan Panitia
Pengadaan Barang dan Jasa yang diperlukan.
2) Pengadaan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk proyek yang
menggunakan penyedia jasa manajemen konstruksi.
B. PERENCANAAN KONSTRUKSI
1. Perencanaan konstruksi merupakan tahap penyusunan rencana teknis
(disain) bangunan, termasuk yang penyusunannya dilakukan dengan
menggunakan disain berulang atau dengan disain prototipe, sampai
dengan penyiapan dokumen lelang.
2. Penyusunan rencana teknis bangunan dilakukan dengan menggunakan
penyedia jasa perencana konstruksi, baik perorangan ahli maupun
badan hukum yang kompeten, sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
disusun oleh pengelola proyek dan ketentuan teknis (pedoman dan
standar teknis) yang berlaku.
4. Dokumen rencana teknis bangunan secara umum meliputi:
25
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
C. PELAKSANAAN KONSTRUKSI
1. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan,
memperbaiki, dan atau memperluas bangunan gedung negara
dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi,
yang merupakan badan hukum yang kompeten.
3. Pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan
yang telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan
26
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
27
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
D. PEMELIHARAAN KONSTRUKSI
1. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas
hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini
penyedia jasa pelaksana konstruksi berkewajiban memperbaiki segala
cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa
konstruksi.
2. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam
dan di luar gedung, harus diuji coba sesuai fungsinya. Apabila terjadi
kekurangan atau kerusakan yang menyebabkan peralatan tidak
berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan sempurna.
3. Masa pemeliharaan konstruksi apabila tidak ditentukan lain dalam
kontrak kerja pelaksanaan konstruksi, untuk bangunan sederhana
minimal selama 2 (dua) bulan, sedangkan untuk bangunan tidak
sederhana dan khusus minimal selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
1. DOKUMEN PENDAFTARAN
Dokumen pendaftaran bangunan gedung negara untuk pencatatan
dan penetapan HDNO meliputi:
a. Fotokopi Dokumen Pembiayaan/DIP (otorisasi pembiayaan)
b. Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah
c. Kontrak atau Perjanjian Pemborongan
d. Berita Acara Serah Terima I dan II
e. As built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan) disertai
gambar leger
f. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat izin
Penggunaan Bangunan (IPB) dalam hal Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB.
28
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. PROSEDUR PENDAFTARAN
Khusus untuk bangunan gedung negara yang sumber pembiayaannya
berasal dari APBN, maka prosedur pendaftarannya adalah sebagai
berikut:
a. Bila suatu proyek seluruhnya atau sebagian telah selesai, Pemimpin
Proyek/Bagian Proyek harus segera menyerahkan proyek atau
bangunan yang telah selesai dibangun berikut seluruh kekayaannya
kepada Departemen/Lembaga c.q. Satminkal Eselon I yang
bersangkutan melalui Kakanwil Departemen/ Lembaga atau Direktur
pada Direktorat yang bersangkutan selaku Sub Penguasa Barang
dengan dibuatkan Berita Acara Serah Terima.
b. Departemen/Lembaga c.q. Satminkal Eselon I menyerahkan
kepengurusan/pengelolaan/pemanfaatan bangunan tersebut
kepada salah satu Pengurus Barang di lingkungannya dengan Berita
Acara Serah Terima. Selanjutnya Pengurus Barang mendaftarkan
bangunan tersebut dengan menggunakan Dokumen Pendaftaran
yang telah disiapkan oleh Proyek kepada Direktorat Bina Teknik,
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
c. Untuk bangunan gedung Negara yang berada di luar wilayah DKI
Jakarta pendaftarannya melalui Dinas Permukiman dan Prasarana
wilayah Provinsi/Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Dinas Provinsi yang
bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung sebagai
bentuk penyelenggaraan tugas dekonsentrasi.
d. Untuk pendaftaran bangunan Gedung Negara dari Pengurus
Barang yang ada di luar DKI Jakarta, Dinas Permukiman dan
Prasarana wilayah Provinsi/Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Dinas
Provinsi yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan
gedung meneruskan pendaftarannya kepada Direktorat Bina Teknik,
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, dengan menyampaikan
Dokumen Pendaftaran yang terdiri atas: daftar inventaris, kartu leger
dan gambar leger, sedangkan lampiran dokumen pendaftaran
lainnya menjadi data/arsip Instansi Teknis setempat.
e. Tembusan pendaftaran bangunan gedung Negara oleh Pengurus
Barang/Pengelola Barang, Penguasa Barang, juga disampaikan
kepada Inspektur Jenderal Departemen/Pimpinan Bidang
Pengawasan pada Lembaga Non Departemen/Lembaga Tinggi
dan Tertinggi Negara yang bersangkutan serta Direktorat Jenderal
Anggaran Departemen Keuangan.
29
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
30
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB IV
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
A. UMUM
31
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
32
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
33
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
34
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
35
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
36
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
37
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
38
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2
per m -nya didasarkan pada harga satuan tertinggi untuk klasifikasi
bangunan yang bersangkutan setelah dikalikan koefisien seperti berikut:
Fungsi
Harga Satuan per m2 Tertinggi
Bangunan/Ruang
ICU/ICCU/UGD/CMU 1,10 standar harga bangunan Rumah Sakit
Ruang Operasi 1,20 standar harga bangunan Rumah Sakit
Ruang Radiology 1,25 standar harga bangunan Rumah Sakit
Laundry/CSSD 1,10 standar harga bangunan Rumah Sakit
Perawatan/ Dapur 1,00 standar harga bangunan Rumah Sakit
Asrama Perawat 1,00 standar harga bangunan Rumah Sakit
Laboratorium RS 1,10 standar harga bangunan Rumah Sakit
Workshop 1,00 standar harga bangunan
Power house 1,25 standar harga bangunan
Lab. SLTP/SMU 1,15 standar harga bangunan
UGB & prasarananya 1,05 standar harga bangunan
selasar luar beratap 0,50 standar harga bangunan klasifikasi yang
bangunan sama
Untuk bangunan gedung/ruang yang mempunyai fungsi khusus lainnya,
yang memerlukan standar harga yang khusus, agar pada tahap
penyusunan anggaran berkonsultasi dengan Instansi Teknis setempat.
39
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
40
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
41
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
42
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB V
43
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. PEMBINA TEKNIS
a. Sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000,
tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Propinsi
sebagai Daerah Otonom, Pembina Teknis penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung adalah Menteri yang
membidangi bidang permukiman, yaitu Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah.
b. Pembina Teknis bertanggung jawab untuk melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung negara.
c. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis di daerah
dilakukan oleh Instansi Teknis setempat dan melaporkan hasil
pelaksanaan pembinaannya kepada Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah.
1. PENGELOLA PROYEK
44
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
45
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
46
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
47
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
48
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
49
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
50
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
51
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
52
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
53
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
54
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
55
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
56
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
57
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
58
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
59
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
60
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
61
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
62
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. KERUSAKAN BANGUNAN
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan,
atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang
berlebih, kebakaran, gema bumi, atau sebab lain yang sejenis.
Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat
kerusakan, yaitu:
a. Kerusakan ringan,
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-
struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan
dinding pengisi.
b. Kerusakan sedang,
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non
struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai,
dll.
c. Kerusakan berat,
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila
setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya.
63
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. PERAWATAN BANGUNAN
a. Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang
terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya. Perawatan bangunan dapat digolongkan sesuai dengan
tingkat kerusakan pada bangunan yaitu:
1) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan;
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang;
3) Perawatan untuk tingkat kerusakan berat.
b. Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat
kerusakannya, yang ditentukan sebagai berikut:
1) Perawatan tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum
adalah sebesar 30% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi
yang sama.
2) Perawatan tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum
adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi
yang sama.
3) Perawatan tingkat kerusakan berat, biayanya maksimum adalah
sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi
yang sama.
c. Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau
dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti melalui
kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan dengan
perawatan bangunan gedung bersejarah), besarnya biaya
perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
4. PEMELIHARAAN BANGUNAN
a. Pemeliharaan bangunan adalah usaha mempertahankan kondisi
bangunan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau dalam
usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap
pengaruh yang merusak.
b. Pemeliharaan bangunan juga merupakan upaya untuk menghindari
kerusakan komponen/elemen bangunan akibat keusangan/
kelusuhan sebelum umurnya berakhir.
64
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
65
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
66
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VI
PENUTUP
67
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
9. Pagar Halaman **) Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan bahan
lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan.
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapis kayu klas kuat II, baja dilapis
anti karat anti karat
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
11. Aksesibilitas bagi Sesuai ketentuan dalam Kep.Men. PU No. 468/KPTS/1998, minimal ramp untuk bangunan
penyandang cacat*) klasifikasi sederhana.
12. Telepon *) sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
13. Penangkal petir penangkal petir lokal penangkal petir lokal penangkal petir lokal
E SARANA PENYELAMATAN
1. Tangga Penyelamatan lebar minimal = 1, 20m , dan lebar minimal = 1, 20m , dan lebar minimal = 1, 20m , dan jarak antar tangga
(khusus untuk bangunan bukan tangga putar bukan tangga putar bukan tangga putar maksimum 25 m
bertingkat)
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
**) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2 bangunan gedung negara, dan dianggarkan tersendiri sesuai dengan harga
satuan tertinggi per-m' bangunan pagar gedung negara
TABEL A2
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m. untuk bangunan bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangan keselamatan, Terutama berdasarkan
kesehatan, dan kenyamanan. ketentuan dalam
Peraturan Daerah
2. Ketinggian Bangunan
setempat tentang
3. Ketinggian Langit-langit min. 2,70 m min. 2,70 m min. 2,70 m
Bangunan atau
4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat Rencana Tata Ruang
5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat Wilayah
6. Koefisien Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat Kabupaten/Kota untuk
7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat lokasi yang
8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi rumah & kaidah sesuai fungsi rumah & kaidah sesuai fungsi & kaidah bersangkutan.
arsitektur arsitektur arsitektur sederhana
71
9. Pagar Halaman Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu), besi, baja , kayu, dan bahan Biayanya mengikuti
lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan rumah negara. standar harga satuan
10. Tandon Air Bersih min. 3 m3 min. 2 m3 min. 1 m3 per-m' pagar
5. Bahan Kosen dan Daun kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicat
Pintu/ Jendela
TABEL A2
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-175, baja,
kayu klas kuat II kayu klas kuat II kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-175, baja,
kayu klas kuat II kayu klas kuat II kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
72
D UTILITAS
1. Air Bersih PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek PAM, sumur pantek
2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan talang, saluran lingkungan
3. Pembuangan Air Kotor bak penampung bak penampung bak penampung
4. Pembuangan Kotoran bak penampung bak penampung bak penampung
5. Bak SeptikTank & resapan 6 m3 5 m3 2-4 m3
6. Sarana Pengamanan Mengkuti ketentuan dalam Kep. Meneg. PU No. 10/KPTS/2000 dan Standar Nasional
BahayaKebakaran *) Indonesia (SNI) yang berlaku.
7. Sumber daya listrik *) PLN, 2200-4400 VA PLN, 1350-2200 VA PLN, 450-1350 VA
8. Penerangan (alam & 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2
9. Tata Udara 6-10% bukaan atau dengan 6-10% bukaan 6-10% bukaan
tata udara buatan (AC)*)
10. Telepon *) sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan tidak disyaratkan
11. Penangkal petir penangkal petir lokal penangkal petir lokal tidak disyaratkan
TABEL A2
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
E SARANA PENYELAMATAN
1. Tangga Penyelamatan lebar min.=1, 20m lebar min.=1, 20m lebar min.=1, 20m
(khusus untuk yang
bertingkat)
2. Tanda Penunjuk Arah Keluar tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan
3. Pintu lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m
4. Koridor/selasar lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan harus dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
- untuk Perumahan Dinas klas C, D, dan E, pelaksanaan pembangunannya disamping seperti ketentuan pada tabel tersebut diatas, dibangun
berdasarkan "Dokumen Pelelangan Disain Prototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman atau
menggunakan disain Perum Perumnas yang telah disetujui leh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman.
- untuk bangunan rumah negara yang dibangun dalam bangunan gedung bertingkat banyak (rumah susun), maka ketentuan-ketentuan teknisnya
mengikuti ketentuan teknis untuk bangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.
73
- apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpa mengurangi
persyaratan fungsi dan mutu dengan pengesahan Instansi Teknis Setempat.
TABEL B1
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI SEDERHANA SEDERHANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. PERENCANAAN 8.23 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94 1.80
KONSTRUKSI 8.23 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94 1.80 1.72
74
2. PENGAWASAN 5.35 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26 1.18
KONSTRUKSI 5.35 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26 1.18 1.14
3. PENGELOLAAN 1.75 1.45 1.16 0.86 0.65 0.50 0.37 0.28 0.21 0.18 0.16
PROYEK 1.75 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 1.45 1.16 0.86 0.65 0.50 0.37 0.28 0.21 0.18 0.16 0.14
TABEL B2
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA TIDAK SEDERHANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. PERENCANAAN 9.00 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50 2.32
KONSTRUKSI 9.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50 2.32 2.25
75
2. MANAJEMEN 7.25 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00 1.89
KONSTRUKSI 7.25 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00 1.89 1.84
atau
3. PENGAWASAN 6.00 5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60 1.50
KONSTRUKSI 6.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60 1.50 1.45
4. PENGELOLAAN 1.90 1.50 1.20 0.90 0.68 0.53 0.40 0.30 0.23 0.19 0.17
PROYEK 1.90 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 1.50 1.20 0.90 0.68 0.53 0.40 0.30 0.23 0.19 0.17 0.15
TABEL B3
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI KHUSUS KHUSUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. PERENCANAAN 9.75 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90 2.75
KONSTRUKSI 9.75 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
76
(dalam %) 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90 2.75 2.70
2. MANAJEMEN 7.95 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30 2.17
KONSTRUKSI 7.95 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30 2.17 2.12
3 PENGELOLAAN 1.90 1.44 1.18 0.86 0.80 0.55 0.43 0.34 0.26 0.21 0.17
PROYEK 1.90 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 1.50 1.20 0.90 0.68 0.53 0.40 0.30 0.23 0.19 0.17 0.15
TABEL C
STANDAR LUAS RUANG GEDUNG KANTOR
A. RUANG KERJA
LUAS RUANG (M2)
JABATAN KETERANGAN
RG. KERJA RG. TAMU RG. RAPAT RG. SEKRET RG. TUNGGU RG. SIMPAN RG. TOILET JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menteri 9.00 10.00 20.00 8.00 20.00 5.00 4.00 76.00 Standar luas
2 Eselon IA 9.00 10.00 15.00 6.00 12.00 5.00 4.00 61.00 ruang tersebut
merupakan
3 Eselon IB 9.00 10.00 10.00 3.00 6.00 5.00 4.00 47.00
acuan dasar,
4 Eselon IIA 8.00 6.00 10.00 4.00 9.00 3.00 0.00 40.00 yang dapat
5 Eselon IIB 8.00 6.00 4.00 3.00 5.00 3.00 0.00 29.00
77
disesuaikan
6 Eselon IIIA 6.00 6.00 0.00 3.00 0.00 3.00 0.00 18.00 berdasarkan
fungsi/sifat tiap
7 Eselon IIIB 6.00 6.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 15.00
eselon/jabatan.
8 Eselon IV 4.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 6.00
9 Eselon V 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 4.00
10 Staf 2.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00
B. RUANG PENUNJANG
1. Ruang Rapat = 1,2 M2/ orang
2. Ruang Arsip = 0,4 M2/ orang
3. WC/Urinoir = 2 M2/ 25 orang
4. Mushola = 0,8 M2/ orang
5. Ruang Sirkulasi = 25% total luas ruang
TABEL D
KETENTUAN JENIS & JUMLAH RUANG BANGUNAN RUMAH NEGARA
TIPE
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus A/250 m2 B/120 m2 C/70 m2 D/50 m2 E/36 m2
1 2 3 4 5 6
79
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
80
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
81
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
82
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
83
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
84
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
85
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
86
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
87
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
88
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
89
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
90
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
91
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
92
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
93
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
94
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
95
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
96
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
97
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
98
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
99
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
100
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
101
TABEL E2
DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
102
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
103
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
104
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
105
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
106
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
107
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
108
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
109
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
110
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
111
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
112
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
113
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
114
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
115
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
116
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
117
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
118
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
119
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
120
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
121
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
122
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
123
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK DENGAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK MANAJEMEN
PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
124
TABEL E3
DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
125
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
126
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
127
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
128
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
129
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
130
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
131
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
132
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
133
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
134
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
135
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
136
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
137
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
138
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
139
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
140
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
141
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
142
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
143
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
144
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
145
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
146
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI PROYEK
1 2 3 4 5 6
147