Anda di halaman 1dari 55

PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP
BIDANG
J A L A N
Ir. Agus Nugroho, MM
PEJABAT FUNGSINAL JALAN DAN JEMBATAN AHLI MADYA
Breaking
News
Sudahkah Anda memiliki
Izin Lingkungan ?

 Pekerjaan peningkatan jalan


terancam di STOP dikarenakan
belum memiliki Izin Lingkungan
TRASE
DI DAERAH SENSITIF
Jalan Perbatasan
PROV - KALBAR
JEMBATAN MERAH PUTIH
MALUKU
Wamena
Habema

Kenyam

Batas Batu
Trase rencana jalan memotong zona inti di 2 lokasi, sepanjang + 4 Km dari
total panjang 140 Km
TAMAN NASIONAL – LORENZ
PAPUA
SE-MENLH Pasal 121 UU 32/2009
dan DELH/DPLH
Kebijakan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
• PP 29 Tahun 1986;
SEMDAL
1986
• Berlaku selama 13 Tahun
(1986-1999)

Upaya • Keputusan MENLH No. 30 Tahun


‘Pemutihan’
DPL
1999 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Berlaku selama 3 Bulan
(12 Okt 199-31 Des 1999)
2001
• Peraturan MENLH No. 12 Tahun
DPPL 2007
• Berlaku selama 2 Tahun Audit LH Wajib
(2007-2009) sesuai dengan
Keputusan
• Pasal 121 UU 32/2009 MENLH No. 30
DELH/DPLH • Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010 Tahun 2001
• Berlaku selama 2 Tahun (2009-2011)

Upaya 2012
‘Penegakan • Pasal 121 UU 32/2009 (PP27/2012)
Hukum’ DELH/DPLH •

Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010
SE MENLH 27 Desember 2013
• Berlaku selama 2 Tahun (2013-2015)
Undang-undang No. 32 tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 121

(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling


lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen amdal wajib menyelesaikan Audit Lingkungan Hidup.

(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling


lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL wajib membuat Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH).
Isi SE-MENLH B1413-4/MENLH/KP/12/2013
Tanggal 27 Desember 2013
1. Target SE Usaha dan/atau Kegiatan yang sudah miliki izin usaha dan/atau kegiatan
sebalum UU 32/2009 (Kriterianya Sesuai dengan Peraturan MENLH No. 14
Tahun 2010)
2. Kebijakan a. Bentuk Kebijakan: Penerapan Sanksi Administrasi berupa teguran
tertulis  Perintah membuat dokumen LH (BUKAN PEMUTIHAN);
b. Pelaksana kebijakan: MENLH, Gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya;
c. Waktu penerapan sanksi administrasi: 18 Bulan (27 Desember 2013-27
Juli 2015).
d. Waktu penyelesaian dan mendapat keputusan dokumen LH: 6 (enam)
bulan sejak sanksi teguran tertulis diterbitkan
3. Dokumen LH a. DELH untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
b. DPLH untuk Usaha dam/atau Kegiatan Wajiab UKL-UPL
c. Tata cara penyusunan dan penilaiannya sesuai dengan Peraturan MENLH
No 14 Tahun 2010
4. DELH dan DPLH Keputusan Dokumen LH (DELH/DPLH) digunakan sebagai dasar penerbitan
serta Izin izin lingkungan
Lingkungan
5. Tindak lanjut Tidak menyelesaikan kewajiban membuat dan mendapat keputusan
SE MENLH DELH/DPLH sampai batas yang telah ditentukan (6 bulan setelah mendapat
sanksi administrasi)- Dikenakan pasal 109 UU 32/2009
SE-MENLH Pasal 121 UU 32/2009: Penegakan Hukum untuk Usaha dan/atau Kegiatan
sudah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan

SE-MENLH tentang
Pelaksanaan
Pasal 121 UU 32/2009
1. Usaha dan/atau Belum Memiliki
Kegiatan sudah DELH atau DPLH
memiliki Izin Usaha • Sanksi Administrasi
yang Telah
SEBELUM 3 Oktober
Disetujui
SE- Teguran Tertulis (Paling
2009, Lambat 18 bulan setelah
2. Sudah beroperasi MENLH SE)
SEBELUM 3 Oktober Tidak • Penyusunan dan Penilaian
2009; DELH/DPLH (6 Bulan) 
3. Lokasi usaha Berlaku Izin Lingkungan
dan/atau kegiatan
sesuai dengan
rencana tata ruang,;
1. Usaha dan/atau Kegiatan sudah memiliki Izin Jika Tidak
dan,
Usaha SETELAH 3 Oktober 2009, dan
4. belum memiliki
dokumen lingkungan 2. belum memiliki dokumen lingkungan Pasal 109
UU32/2009
Waktu/Time Line UU 32/2009 PP 27/2012 Saat ini
3 Okt 2011
3 Okt 2009 23 Feb 2012
Timeline Pelaksaan SE-MENLH Pasal 121 UU No. 32 Tahun 2009
Batas akhir penerbitan
SE-MENLH Pasal Batas akhir
persetujuan DELH/DPLH dan Izin
121 UU 32/2009 penerapan sanksi
Lingkungan untuk penerapan
(mulai berlaku 27 Administrasi
sanksi Administrasi
Desember 2013) (27 Juni 2015)
27 Juni 2015

Penegakan Hukum
Administrasi LH:
Penerapan sanksi
administrasi
27 Des teguran tertulis 27 Juni 27 Des
2013 2015 2015

Masa penyusunan, penilian/pemeriksaan DELH/DPLH dan


Penerbitan Izin Lingkungan

Keterangan: (PENTING)
• Jika penerapan sanksi administrasi dilakukan pada tanggal 1 Januari 2014, maka dalam masa 6 (enam)
bulan, DELH/DPLH sudah harus disusun dan dinilai/diperiksa serta diterbitkan persetujuannya dan izin
lingkungan (JIKA DISETUJUI), (1 Juli 2014).
• Untuk usaha dan/atau kegiatan pemerintah, masa penerapan sanksi administrasi disesuaikan dengan
penganggaran untuk penyusunan dan penilaian/pemeriksaan DELH dan DPLH
UU NO. 32 TAHUN 2009 ttg PPLH

PENEKANAN: perlindungan lingkungan


PENGGANTI UU NO. 23 dgn penambahan penerapan sanksi
TAHUN 1997 thd pelanggaran yg dilakukan.

PASAL 109
Setiap orang yg melakukan usaha dan/atau
keg. tanpa memiliki izin lingkungan,
dipidana dgn pidana penjara paling singkat
1 thn & paling lama 3 thn & denda plg
sedikit Rp. 1.000.000.000,- & plg banyak
Rp. 3.000.000.000
ACUAN NORMATIF
Aspek LINGKUNGAN bidang JALAN ( 1 )
1) Undang Undang Dasar RI 1945, Pembangunan ekonomi
nasional, berdasar prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
2) Undang – Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
 Pasal 2: Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas
kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian,
keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi
dan akuntabilitas, keberdayaan dan keberhasilgunaan,
serta kebersamaan kemitraan.
 Pasal 5 Ayat 1: Jalan sebagai bagian prasarana
transportasi mempunyai peran penting dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,
pertanahan dan keamanan, serta dipergunakan untuk
sebesar kemakmuran rakyat.
UU NO. 41/1999 PP No. 24 /2010: PENGGUNAAN
KAWASAN HUTAN
ttg KEHUTANAN
Ps 3:
Penggunaan utk kepentingan
pembangunan diluar keg. Kehutanan
Pengelompokkan hanya dapat dilakukan di dalam
KAWASAN HUTAN: Kw. Hutan Produksi
Kw. Hutan lindung
Hutan Konservasi
Ps 4:
(suaka alam, hutan Kepentingan pembangunan diluar keg.
pelestarian alam & Kehutanan:
a.…
hutan buru) e. Jalan umum, jalan tol, dan jalur
Hutan Lindung kereta api
Ps 6:
Hutan Produksi. Dilakukan berdasarkan IZIN PINJAM
PAKAI
IZIN PINJAM PAKAI
• Diberikan oleh MENTERI KEHUTANAN
berdasarkan permohonan
• JANGKA WAKTU utk kepentingan
pertahanan negara, sarana keselamatan
lalu lintas laut atau udara, jalan umum,
…berlaku selama digunakan untuk
kepentingan dimaksud (PP No.24/2010
Ps 18)
• Menyusun AMDAL (PP NO. 34 Tahun
2002)
• BENTUK KOMPENSASI:
• Hutan Provinsi < 30 %  lahan
ratio 1 : 1
• Hutan Provinsi > 30 % 
membayar Penerimaan Negara
Bukan Pajak Penggunaan Kawasan
Hutan dan melakukan penanaman
• Tanpa kompensasi  tertentu
KONDISI HUTAN INDONESIA

Hutan di Kalimantan yang


hilang dari tahun 1950 – 2010.
Warna hjiau adalah hutan yang
tersisa
KONDISI HUTAN INDONESIA

Penggundulan hutan
di Papua dan Papua
New Guinea di tahun
1980 dan perkiraan
di tahun 2020
Hutan Berdasarkan Fungsi Pokok
Hutan Konservasi.
• adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan
konservasi terdiri atas :
a.Hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa
dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa
b.Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan
pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan
taman wisata alam.
c.Taman Buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata
berburu
Penggunaan Kawasan Hutan Konservasi
Untuk Pembangunan Jalan
Pada dasarnya kegiatan pembangunan jalan tidak diijinkan apabila
melintasi kawasan konservasi. UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya mengatur
bahwa :
• Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengaki-batkan
perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam (pasal 19 ayat 1)
• Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengaki-batkan
perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. (pasal 35
ayat 1)
• Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman
hutan raya, dan taman wisata alam (pasal 35 ayat 3)
TRASE JALAN MELALUI KAWASAN
HUTAN?
• konsultasi dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH)/ atau Ditjen Planologi Kehutanan, Kementerian
Kehutanan
• Instruksi Presiden (Inpres) No.10/2011 tentang
Penundaan Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut atau lebih
dikenal sebagai Moratorium, yang dituangkan ke dalam
Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPIB).
Inpres No. 10/2011 yang berakhir pada Mei 2013 telah
dilanjutkan oleh Inpres No. 6/2013 dengan isi serupa,
tentang Penundaan Izin Baru dan Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
Lokasi/Sensitifitas

INPRES No. 6 Thn 2013


ttg Penundaan Pemberian Izin Baru & Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer & Lahan Gambut

Menteri Kehutanan:
a) Melanjutkan penundaan terhadap penerbitan izin baru hutan
alam primer dan lahan gambut yang berada di hutan
konservasi, hutan lindung, hutan produksi (hutan produksi
terbatas, hutan produksi biasa/tetap, hutan produksi yang
dapat dikonversi) berdasarkan Peta Indikatif Penundaan
Izin Baru (PIPIB).
b) ...
c) Melakukan revisi terhadap PIPIB pada kawasan hutan setiap
6 (enam) bulan sekali.
PIPIB

IMPLIKASI: Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam


PIPIB, kecuali untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang
tercantum dalam Inpres Nomor 10 Tahun 2011,(dilanjutkan dgn Inpres No.
6/2013) maka dokumen KA tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut. (Permen LH
No. 16/2012 ttg Pedoman Penyusunan Dokumen lingkungan Hidup: Lamp. I)
webgis.dephut.go.id
Pengelompokkan KAWASAN HUTAN :
(berdasarkan UU No. 41/1999 ttg Kehutanan)
1. Hutan Konservasi (suaka alam, hutan pelestarian alam & hutan buru)
2. Hutan Lindung
3. Hutan Produksi.

Penggunaan Kawasan Kehutanan


(berdasarkan Permenhut No. 18 Thn 2011)
Pasal 3:
Penggunaan kw. Hutan utk kepentingan pembangunan diluar keg. Kehutanan hanya
dapat dilakukan di dalam :
 Kw. hutan produksi
 Kw. Hutan lindung

Pasal 4:
Kepentingan pembangunan diluar keg. Kehutanan:
a. …
e. Jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api

Pasal 6:
Dilakukan berdasarkan IZIN PINJAM PAKAI
(Permohonan Menteri PU/Gubernur/Bupati kepada Menteri Kehutanan)
Pembangunan Jalan di Kawasan Hutan

• Rencana kegiatan yang akan melalui hutan lindung,


dan/atau hutan produksi, maka rencana kegiatan
ini perlu proses izin pinjam pakai kawasan hutan.
• Rencana kegiatan yang melalui kawasan cagar alam,
suaka alam, dan daerah hutan konservasi lainnya
diperlukan proses kolaborasi.
Persyaratan Permohonan Izin Pinjam Pakai
PERSYARATAN ADMINISTRASI
i. surat permohonan dari Menteri PU yang dilampiri dengan peta lokasi
kawasan hutan yang dimohon;
ii. Rekomendasi yang memuat persetujuan atas penggunaan kawasan
hutan yang dimohon, berdasarkan pertimbangan teknis Kepala Dinas
Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
Kehutanan dan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan setempat.
dari :
1. gubernur untuk pinjam pakai kawasan hutan bagi perizinan di luar
bidang kehutanan yang diterbitkan oleh bupati/walikota dan
Pemerintah (Pusat); atau
2. bupati/walikota untuk pinjam pakai kawasan hutan bagi perizinan di
luar bidang kehutanan yang diterbitkan oleh gubernur; atau
3. bupati/walikota untuk pinjam pakai kawasan hutan yang tidak
memerlukan perizinan sesuai bidangnya; dan
Persyaratan Permohonan Izin Pinjam Pakai
iii. pernyataan bermeterai cukup yang memuat:
1. kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan kesanggupan
menanggung seluruh biaya sehubungan dengan permohonan;
2. semua dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah sah; dan
3. belum melakukan kegiatan di lapangan dan tidak akan melakukan
kegiatan sebelum ada izin pinjam pakai dari Menteri Kehutanan.

(seluruh dokumen asli atau copy dokumen yang dilegalisasi


oleh instansi penerbit atau notaris)
Persyaratan Permohonan Izin Pinjam Pakai
PERSYARATAN TEKNIS
i. rencana kerja penggunaan kawasan hutan dilampiri dengan peta lokasi
skala 1:50.000 atau skala terbesar pada lokasi tersebut dengan informasi
luas kawasan hutan yang dimohon;
ii. citra satelit terbaru dengan resolusi detail 15 (lima belas) meter atau
resolusi lebih detail dari 15 (lima belas) meter dan hasil penafsiran citra
satelit dalam bentuk digital dan hard copy yang ditandatangani oleh
pemohon dengan mencantumkan sumber citra satelit dan pernyataan
bahwa citra satelit dan hasil penafsiran benar;
catatan: apabila peta citra satelit dihasilkan oleh jasa konsultan, maka
konsuktan tersebut harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Kementerian Kehutanan atau konsultan yang ditunjuk oleh Kementerian
Kehutanan.
iii. SK Kelayakan Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
Dan Kawasan Pelestarian Alam
• Apabila rencana jalan melintasi Taman Nasional (dan kawasan sejenisnya), jalan
yang akan dibangun harus sangat dibutuhkan untuk kepentingan umum (membuka
daerah terisolir, menghubungkan kawasan pemukiman (adat) yang sebelumnya
sudah ada di kawasan Taman Nasional. Bila tidak, maka trase jalan harus
menghindari kawasan taman nasional.
• Kolaborasi dalam rangka pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam adalah proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang
bersepakat atas dasar prinsip-prinsip saling menghormati,saling menghargai, saling
percaya dan saling memberikan kemanfaatan
• Permohonan untuk pembangunan infrastruktur jalan/kegiatan berkaitan dengan
jalan pada Taman Nasional atas sejenisnya dilaksanakan oleh Menteri Pekerjaan
Umum (atau Dirjen Bina Marga atas nama Menteri Pekerjaan Umum) melelui surat
yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan dengan persyaratan yang sama dengan
untuk izin pinjam pakai kawasan hutan.
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
Dan Kawasan Pelestarian Alam
• Kementerian Kehutanan akan mengundang untuk
menjelaskan rencana kegiatan dan jenis konstruksi yang akan
dibangun. Hasil dari diskusi menghasilkan kajian lebih lanjut
yang diperlukan, misalnya flora dan fauna atau ekosistem
yang ada pada kawasan tersebut, jenis konstruksi jalan atau
jenis konstruksi lainnya untuk pengamanan kawasan. Kajian
ini menjadi acuan penerbitan SK Menteri Kehutanan untuk
mengakomodir kegiatan pembangunan jalan tersebut.
• Pembuatan naskah kolaborasi antara pelaksana kegiatan
konstruksi (Kepala B(B)PJN Kementerian PU dengan Kepala
Balai TN/ Balai KSDA, Kepala Pemerintah Daerah (sesuai
dengan wilayah yang dilintasi rencana jalan), dan diketahui
oleh Dirjen masing-masing dan untuk yang mengetahui dari
Bupati.
JENIS KEGIATAN PENGELOLAAN KAWASAN
SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
YANG DAPAT DIKOLABORASIKAN
A. Penataan Kawasan
1. Dukungan dalam rangka percepatan tata batas kawasan/
pemeliharaan batas.
2. Penataan Zonasi.
B. Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
atau Kawasan Pelestarian Alam
C. Pembinaan Daya Dukung Kawasan
1. Inventarisasi/ monitoring flora fauna dan ekosistem.
2. Pembinaan populasi dan habitat jenis.
3. Monitoring populasi dan habitat jenis.
4. Rehabilitasi kawasan di luar cagar alam dan zona inti taman
nasional
JENIS KEGIATAN PENGELOLAAN KAWASAN
SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
YANG DAPAT DIKOLABORASIKAN
D. Pemanfaatan Kawasan
1. Pariwisata alam dan jasa lingkungan
a. Studi potensi dan obyek wisata alam dan jasa lingkungan
b. Perencanaan aktivitas wisata alam
2. Pendidikan bina cinta alam dan interpretasi
a. Menyusun program interpretasi
b. Pengembangan media, sarana-prasarana interpretasi
E. Penelitian dan Pengembangan
1. Pengembangan program penelitian flora, fauna dan ekosistemnya
2. Identifikasi/ inventarisasi sosial, budaya masyarakat
F. Perlindungan dan Pengamanan Potensi Kawasan
1. Penguatan pelaksanaan perlindungan dan pengamanan
2. Penguatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
UU No. 41 Tahun 1999

PASAL 1:
•adalah bidang lahan pertanian yg ditetapkan untuk
dilindungi & dikembangkan secara konsisten  pangan
pokok bagi kemandirian, ketahanan, & kedaulatan pangan
nasional.
PASAL 44 dilindungi & PASAL 46 Kompensasi
Sawah Abadi
dilarang dialihfungsikan
• untuk kepentingan umum Penyediaan lahan pengganti :
dpt dialihfungsikan, dgn  Minimal 3X luas lahan u/ lahan
syarat : beririgasi;
kajian kelayakan strategis;  Minimal 2 X u/ lahan reklamasi
rencana alih fungsi lahan; rawa pasang surut &
dibebaskan kepemilikan nonpasang surut (lebak)
haknya dari pemilik  Minimal 1 X luas u/ lahan tdk
disediakan lahan beririgasi.
pengganti Lahan pengganti sudah harus
dimasukkan ke dalam;
• Penyediaan lahan
 Rencana Program Tahunan
pengganti untuk
 Rencana Program Jangka
infrastruktur akibat
bencana  paling Menengah (RPJM)
lama 24 bulan  Rencana Program Jangka
Panjang (RPJP)
PERMEN PU Nomor : 19 /PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN DAN
PERENCANAAN TEKNIS JALAN

Pasal 59
1) Kelestarian lingkungan hidup wajib dipertimbangkan untuk
setiap Perencanaan Teknis Jalan
2) Setiap perencanaan teknis Jalan harus dilengkapi dengan
dokumen AMDAL atau UKL-UPL atau SPPL sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
3) Integrasi pertimbangan lingkungan dilakukan dengan
memasukan rekomendasi lingkungan yang terdapat didalam
AMDAL/UKL-UPL/SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ke dalam Perencanaan Teknis Rinci.
PERMEN PU No. 11/PRT/M/2010 ttg TATA CARA DAN
PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN
ORGANISASI DAN PERSONIL TEAM ELFJ
Persyaratan kompetensi Teknis:
Ahli bidang perkerasan jalan,
Team ELFJ-Pusat Ahli bidang Geoteknis jalan
(minimum 5 orang) Ahli bidang Geometrik & Teknik Lalu-lintas
Ahli bangunan pelengkap jalan
1 Ketua merangkap anggota Ahli bangunan perlengkapan jalan
1 Sekretaris merangkap anggota Ahli penegakan hukum lalu-lintas
3 Anggota
Persyaratan kompetensi Administrasi:
Ahli Jalan yang paham dokumen:
Anggota Team terdiri dari: Administrasi perlengkapan jalan;
- Unsur keBina-Margaan Status jalan;
- Unsur Perhubungan Kelas jalan;
- Unsur Kepolisian Lalu-lintas Sertifikat Rumija;
Leger Jalan;
AMDAL jalan ( Dokumen Lingkungan )
PERMASALAHAN
DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PERMASALAHAN
• Di internal, masalah lingkungan masih disikapi secara beragam.
• Dokumen lingkungan, tebal dan dianggap kelengkapan administrasi semata
• Penyusunannya masih dianggap beban dan bukan kewajiban.
• Dokumen bersifat kualitatif ( tidak bisa diukur )
• Tidak sebanding jumlah konsultan lingkungan dengan kebutuhan.
(Jumlah penyusun Amdal bersertifikat: 640 orang (sumber:
http://www.amdal.intakindo.org))
. Kecenderungan pekerjaan jalan mengutamakam pelaksanaan fisik jalan saja.
• Tidak sinkron dokumen lingkungan dengan DED dan pelaksanaan fisik
• Waktu legalisasi dokumen sulit diprediksi (ketergantungan eksternal -
KLH/BLHD )
 Merupakan keharusan, sesuai UU 32/2009 tentang
SEHARUSNYA PPLH, ada sanksi ( tidak menyusun ),
 Integrasi Dok Lingkungan ke dalam Detailed
Engineering Design (DED) dan Pelaksanaan fisik ,
 Diatur dalam Spek, TOR Perencanaan, dok kontrak dan
TOR supervisi  SPESIFIKASI UMUM 2010 Revisi 2,
 Harus terkuantifikasi.
Bagan Alir Pembangunan Jalan yang
Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

- Benefit & manfaat (1) PERENCANAAN UMUM -Rencana Umum


Jaringan Jalan
- Pelaksanaan RKL/UKL-
RPL/UPL Kesesuaian Rencana Tata Ruang • Koridor Jalan
(Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota/ Pulau) •Data Teknis, LH & Ekonomi

(7) EVALUASI PASCA KEGIATAN


(2) PERENCANAAN TEKNIS AWAL:

Evaluasi Kinerja RKL/UKL-RPL/UPL, Pelaporan Pra Studi Kelayakan dan/atau


Studi Kelayakan

Penyaringan Lingkungan
(6) PASCA KONSTRUKSI
(Operational & Maintenance) Penyusunan AMDAL/UKL-UPL/SPPL
- As build drawing
- RKL/UKL-RPL/UPL (3) PERENCANAAN TEKNIS AKHIR:
Implementasi RKL/UKL-RPL/UPL, Pelaporan - SPPL
DED yg terintegrasi oleh Rekomendasi RKL/UKL-RPL/UPL
dan Audit Keselamatan Jalan

(5) KONSTRUKSI

Implementasi RKL/UKL-RPL/UPL
(4) PRA-KONSTRUKSI

Implementasi RKL/UKL (thd dampak sosial), LARAP, -Data kepemilikan


tanah
Perencanan Pengadaan Tanah (PT), Persiapan PT,
•Dokumen kontrak (ketentuan umum, gambar -Opsi kompensasi
Pelaksanaan PT, Penyerahan Ganti Kerugian,
rencana, spesifikasi umum , spesifikasi khusus,
Bill Of Quantity)
•RKL/UKL-RPL/UPL, SPPL
PROSEDUR PENYARINGAN
RENCANA KEGIATAN

Ya I P
WAJIB AMDAL AMDAL Z E
I K
Tidak N E
R
L J
DAERAH SENSITIF Ya
DAMPAK Ya I A
PENTING N A
G N
Tidak K
U F
Tidak N I
G S
Ya
WAJIB UKL-UPL UKL–UPL A I
N K

Tidak
SPPL
KAWASAN LINDUNG DAN DAERAH SENSITIF LAINNYA
1. Kawasan Hutan Lindung;
2. Kawasan Bergambut & Kawasan Resapan Air;
3. Sempadan Pantai & Sempadan Sungai;
4. Kawasan Sekitar Danau/Waduk & Kawasan Sekitar Mata Air;
5. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan
Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian
Satwa);
6. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya yang Mempunyai Ciri
Khas berupa Keanekaragaman dan/atau Keunikan Ekosistem;
7. Kawasan Pantai berhutan Bakau (mangrove);
8. Taman Nasional, Taman Hutan Raya & Taman Wisata Alam;
9. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan;
10. Kawasan Rawan Bencana Alam & Daerah berlereng Curam;
11. Komunitas Rentan (Komunitas Adat, termasuk KAT & kelompok Fakir
Miskin);
12. Daerah Pemukiman Padat, Daerah Komersial;
13. Lahan Produktif.
MATRIK RKL - RPL
TIDAK
DOK SEKEDAR :
LINGKUNGAN  KEBISINGAN
 PENCEMARAN
BIDANG UDARA
JALAN

NAMUN HARUS
Dokumen Lingkungan, DED dan Fisik Jalan

Dok Ling Terintegrasi DED dan Fisik jalan

Tidak terintegrasi

GGGGAMBAR DESAIN
JALAN

DOKUMEN FISIK
LINGKUNGAN
Longsor terjadi sepanjang 30 m pada ruas
jalan atambua-haliwen STA 3+450 s/d STA
3+480.

Opsi Penanganan:
1. Pemasangan retaining wall dan/atau bronjong
pada STA 3+450 s/d STA 3+480
2. Penguatan konstruksi badan & perkerasan
jalan.
3. Penanaman rumput vetiver pada STA 3+450
s/d STA 3+480
CONTOH
ISU LINGKUNGAN SOSIAL; POTENSI DAMPAK; DAN OPSI MITIGASI
DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP RENCANA KEGIATAN

No Isu lingkungan sosial Potensi dampak Opsi Mitigasi


 Pemotongan/penggalian
sebagian badan jalan
 Terdapat slope alinyemen
untuk menurunkan
vertical > 10 % ( km .....)
Sebagian tapak trase jalan berada grade jalan (perbaikan
 Banyak terdapat tikungan alinyemen vertical).
1 di kawasan perbukitan terjal ( di tajam ( R = ....., dimana ...)
km ........, sepanjang .......m )  Perbaikan bentuk
 Intensitas kerusakan saluran tikungan.
tanah sangat tinggi ?
 Pemasangan saluran
samping tertutup
CONTOH
ISU LINGKUNGAN SOSIAL; POTENSI DAMPAK; DAN OPSI MITIGASI
DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP RENCANA KEGIATAN

No Isu lingkungan sosial Potensi dampak Opsi Mitigasi


Sebagian tapak trase jalan berada  Peninggian badan
di kawasan rawan genangan di jalan (raising) dan
6  Rawan banjir
penambahan cross
musim penghujan ( di km.........,
sepanjang .........m ) drainage
KERANGKA ACUAN KERJA
PERENCANAAN TEKNIS DAN
SUPERVISI
SERTA SPESIFIKASI DIVISI 1.17
ANALISIS TUGAS POKOK FUNGSI
AHLI LINGKUNGAN
PADA KEGIATAN PERENCANAAN/DETAILED ENGINEERING
DESIGN

KUALIFIKASI DAN PERSYARATAN PERSONIL:


Penentuan kualifikasi dan persyaratan personil ahli lingkungan sebagai berikut:

Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil atau yang relevan yang pernah mengikuti minimal Kursus
Dasar AMDAL (yang dibuktikan dengan kepemilikan Sertifikat AMDAL A) dan berpengalaman
dalam kegiatan perencanaan teknik jalan/jembatan.
ANALISIS TUGAS POKOK FUNGSI
AHLI LINGKUNGAN
PADA KEGIATAN PENGAWASAN TEKNIS (SUPERVISION CONSULTANT)

RINCIAN TUGAS:
KUALIFIKASI DAN PERSYARATAN PERSONIL:
Penentuan kualifikasi dan persyaratan personil ahli lingkungan sebagai berikut:

Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil atau yang relevan yang pernah mengikuti minimal Kursus
Dasar AMDAL (yang dibuktikan dengan kepemilikan Sertifikat AMDAL A) dan berpengalaman
dalam perencanaan teknik dan/atau pengawasan jalan/jembatan.
SPESIFIKASI
DIVISI I UMUM
SEKSI 1.17
PENGAMANAN
LINGKUNGAN HIDUP
• Penyedia Jasa harus memenuhi setiap rekomendasi
yang telah dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan
(AMDAL/UKL-UPL/SPPL).
• PPK/Satker harus menyampaikan dokumen
lingkungan kepada penyedia jasa dan/atau Direksi
teknik sebagai rujukan pelaksanaan pengamanan
lingkungan hidup.
• Kegiatan integrasi rekomendasi dokumen lingkungan
harus dilaksanakan pada tahap perencanaan dan
diimplementasikan pada tahap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
• PEMBAYARAN dilakukan untuk pekerjaan:
1. Pengelolaan lingkungan
2. Pengambilan sampel:
a. baku mutu air tanah,
b. baku mutu air permukaan
c. baku mutu udara dan kebisingan
.
Nomor Mata Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran

1.17.5 Pengamanan Lump


Lingkungan Sum
hidup

Anda mungkin juga menyukai