Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam Sejahtera untuk kita semua
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya kita dapat berkumpul pada hari ini untuk bersama-sama
mengikuti acara Sosialisasi Panduan Penapisan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Keghiatan Yang Wajib Memiliki Amdal, UKL-UPL dan SPPL.
1|Page
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 ini membuat beberapa
perubahan mendasar di antaranya untuk suatu usaha dan/atau
kegiatan hanya dibutuhkan satu jenis perizinan yaitu yang disebut
dengan Perizinan Berusaha. Sebelum adanya Undang-Undang ini,
setiap pelaku usaha haruslah mengurus lebih dari satu jenis perizinan
yang dapat berupa izin tata ruang, izin lokasi, izin lingkungan, izin
mendirikan bangunan, izin PPLH, izin prinsip, izin usaha dan berbagai
jenis perizinan lainnya. Namun dengan adanya Undang-Undang ini
membuat pelaku usaha hanya cukup memiliki satu jenis perizinan
yang disebut dengan Perizinan Berusaha.
2|Page
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 terdiri atas 534 Pasal,
13 Bab dan 15 Lampiran, yang dimana dengan berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, maka 5 Peraturan Pemerintah sebelumnya yaitu:
a. PP Nomor 19 Tahun 1999;
b. PP Nomor 41 Tahun 1999;
c. PP Nomor 82 tahun 2001;
d. PP Nomor 27 Tahun 2012; dan
e. PP Nomor 101 Tahun 2014
Dinyatakan tidak berlaku dan dicabut. Sehingga dapat dibilang hanya
ada satu Peraturan Pemerintah yang mengatur Perizinan Lingkungan
Hidup yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 sendiri mengatur
beberapa hal mendasar antara lain:
a. Persetujuan Lingkungan;
b. Persetujuan Teknis baik Persetujuan Teknis terkait pemenuhan
baku mutu lingkungan hidup maupun Persetujuan Teknis
Pengelolaan Limbah B3;
c. Dana Penjaminan Pemulihan Fungsi Lingkungan;
d. Pengawasan Lingkungan Hidup serta Sanksi Administratif
3|Page
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup atau diperiksa oleh
Instansi LH, sehingga bentuk Persetujuan Lingkungan tersebut
berupa SKKL yang merupakan bentuk persetujuan Amdal atau
persetujuan PKPLH yang merupakan bentuk dari persetujuan
Formulir UKL-UPL;
c. Keterlibatabatan masyarakat dalam penyusunan dokumen
Amdal tetap menjadi hal yang sangat penting. Namun dalam
pengaturan terbaru, Pelibatan masyarakat dilakukan secara
lebih proposional yang dimana tujuannnya adalah Untuk
Memberikan Perhatian Lebih Terhadap Kepentingan
Masyarakat Yang Terkena Dampak Langsung dari rencana
usaha dan/atau kegiatan oleh pemrakarsa kegiatan. Walaupun
begitu pelibatan masyarakat diluar masyarakat yang terkena
dampak secara langsung tetap diperhatikan dan dilakukan
secara lebih elegan yaitu dilakukan oleh pemerintah melalui
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup.
d. Dalam pengaturan baru Pengawasan terhadap Persetujuan
Lingkungan merupakan kunci utama pelaksanaan persetujuan
lingkungan itu sendiri, yang dimana harus dipahami pola pikir
pengaturan ini adalah mempermudah pelaku usaha
mendapatkan persetujuan lingkungan namun memperketat
pengawasan dari persetujuan lingkungan itu sendiri, sehingga
bila tidak diikuti dengan pengawasan, pelaksanaan persetujuan
lingkungan tidak akan dapat telaksana dengan baik.
e. Transformasi penilaian Amdal dari Komisi Penilai Amdal
menjadi Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup. Tujuan
transformasi ini adalah untuk mengembalikan Amdal kembali
sebagai kajian ilmiah dan mengatasi bottleneck penilaian Amdal
akibat banyaknya Amdal yang harus di nilai oleh satu Komisi
Penilai Amdal. Dengan adanya kebijakan ini, memungkinkan
terbentuknya lebih dari 1 Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup
di satu daerah sehingga permasalahan bottleneck dapat
dihindari
f. Pengintegrasian Izin PPLH ke dalam Amdal dan UKL-UPL,
dengan adanya kebijakan baru ini, setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan tidak perlu lagi mengurus izin PPLH
setelah mendapatkan Persetujuan Lingkungan, namun telah
diproses dalam waktu yang bersamaan dengan penyelesaian
4|Page
Amdal dan UKL-UPL dalam bentuk penyelesaian Persetujuan
Teknis atau Rincian Teknis;
g. Penyederhanaan Amdal baik dalam proses penyusunan
ataupun penilaian Amdal itu sendiri dengan memberikan
panduan yang lebih detail dalam penyusunan Amdal baik dalam
penyusunan Formulir Kerangka Acuan dan penyusunan Andal
dan RKL-RPL. Di sisi lain juga dilakukan penyederhanaan
waktu penilaian Amdal termasuk memberikan pengaturan yang
jelas terkait lama penyusunan Amdal;
h. Penyederhanaan pemeriksaan Formulir UKL-UPL, yang dimana
dalam pengaturan terbaru telah membagi Formulir UKl-UPL ke
dalam 3 bentuk yaitu Formulir UKL-UPL Resiko Menengah
Rendah atau Rendah, Formulir UKL-UPL Resiko Menengah
Tinggi dan Formulir UKL-UPL Resiko Tinggi. Formulir UKL-UPL
Menengah Rendah atau Rendah akan diterbitkan secara
otomatis di sistem OSS, yang dimana penyusunan standar
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tidak lagi
dilakukan oleh pelaku usaha namun pemerintah langsung
membantu pelaku usaha dalam menyiapkan standar
pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk
setiap usaha dan/atau kegiatan, sedangkan untuk Formulir
UKL-UPL Resiko Menengah Tinggi dan Tinggi dilakukan
penyederhanaan waktu pemeriksaan Formulir UKL-UPL yang
sebelumnya 14 hari kerja menjadi cukup 5 hari kerja.
i. Penyerdehanaan penerbitan SPPL, yang dimana penerbitan
SPPL tidak lagi dilakukan secara manual namuntelah
terintegrasi dalam Nomor Induk Berusaha setiap pelaku usaha.
5|Page
dalam melakukan proses Persetujuan lingkungan, bila proses
penentuan jenis dokumen lingkungan dan penebntuan kewenangan
Persetujuan Lingkungan ini salah, maka salah lah semua proses
Persetujusn Lingkungan yang telah di lakukan.
6|Page
Sosialisasi ini adalah berdasarkan pengalaman Ditjen PKTL
terkhususnya Direktorat PDLUK dalam memproses permohonan
arahan persetujuan lingkungan selama 1,5 tahun ini dan demi
menjalankan amanat pasal 20 PP 22 Tahun 2021, dimana Pelaku
Usaha berhak melakukan penapisan secara mandiri.
Akhir kata, kami berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang diskusi
dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang ada. Diharapkan
dengan sosialisasi ini, maka keruwetan proses persetujuan
lingkungan terutama penapisan dokumen lingkungan hidup dapat
terselesaikan.
7|Page