Anda di halaman 1dari 7

Arahan Direktur Jenderal PKTL:

Panduan Penapisan Jenis Rencana Usaha


dan/atau Kegiatan Yang Wajib Amdal,
UKL-UPL dan SPPL
Jakarta, 12 Oktober 2022

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat pagi,
Salam Sejahtera untuk kita semua

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya kita dapat berkumpul pada hari ini untuk bersama-sama
mengikuti acara Sosialisasi Panduan Penapisan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Keghiatan Yang Wajib Memiliki Amdal, UKL-UPL dan SPPL.

Pelaksanaan sosialisasi ini merupakan bentuk pembinaan terhadap


penatalaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Persetujuan Lingkungan yang
diamanatkan oleh PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan bentuk
kewajiban Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
terkhususnya Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan dalam menjalankan pembinaan kepada seluruh
stakeholder perizinan di bidang lingkungan Hidup khususnya
stakeholder Persetujuan Lingkungan.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati,

Terhitung Sejak 2 November 2020, Pemerintah Republik Indonesia


telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja yang dimana dengan adanya Undang-Undang ini
dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi dan kemudahan dalam
menerbitkan Perizinan Berusaha yang bermuara kepada peningkatan
daya saing Negara di kancah internasional serta meningkatkan
perekonomian baik di level mikro dan makro.

1|Page
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 ini membuat beberapa
perubahan mendasar di antaranya untuk suatu usaha dan/atau
kegiatan hanya dibutuhkan satu jenis perizinan yaitu yang disebut
dengan Perizinan Berusaha. Sebelum adanya Undang-Undang ini,
setiap pelaku usaha haruslah mengurus lebih dari satu jenis perizinan
yang dapat berupa izin tata ruang, izin lokasi, izin lingkungan, izin
mendirikan bangunan, izin PPLH, izin prinsip, izin usaha dan berbagai
jenis perizinan lainnya. Namun dengan adanya Undang-Undang ini
membuat pelaku usaha hanya cukup memiliki satu jenis perizinan
yang disebut dengan Perizinan Berusaha.

Walaupun begitu, dalam pengurusan perizinan berusaha tersebut,


Pemerintah tetap mewajibkan beberapa hal mendasar yang tetap
harus dipenuhi oleh Pelaku Usaha yang disebut dengan persyaratan
dasar perizinan berusaha. Terdapat 3 persyaratan dasar yang harus
dipenuhi oleh Pelaku Usaha diantaranya:
a. Persetujuan tata ruang dalam bentuk kesesuaian kegiatan
pemanfaatan tata ruang yang sekarang lebih dikenal dengan
KKPR;
b. Persetujuan Lingkungan; dan
c. Persetujuan Bangunan Gedung atau yang lebih dikenal dengan
PBG.
Bila melihat kepada 3 persyaratan dasar di atas, dapat dilihat bahwa
pemerintah tetap mewajibkan setiap pelaku usaha untuk mengelola
lingkungan hidup dengan baik berupa kewajiban untuk tetap
memenuhi Persetujuan Lingkungan. Persetujuan Lingkungan
merupakan bentuk pengganti Izin Lingkungan yang dulunya dikenal
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati


Untuk dapat memudahkan dalam pelaksanaan Undang-Undang Cipta
Kerja, terutama memudahkan seluruh pihak dalam melaksanakan
Persetujuan Lingkungan, terhitung 2 Februari 2021, pemerintah telah

2|Page
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 terdiri atas 534 Pasal,
13 Bab dan 15 Lampiran, yang dimana dengan berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, maka 5 Peraturan Pemerintah sebelumnya yaitu:
a. PP Nomor 19 Tahun 1999;
b. PP Nomor 41 Tahun 1999;
c. PP Nomor 82 tahun 2001;
d. PP Nomor 27 Tahun 2012; dan
e. PP Nomor 101 Tahun 2014
Dinyatakan tidak berlaku dan dicabut. Sehingga dapat dibilang hanya
ada satu Peraturan Pemerintah yang mengatur Perizinan Lingkungan
Hidup yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 sendiri mengatur
beberapa hal mendasar antara lain:
a. Persetujuan Lingkungan;
b. Persetujuan Teknis baik Persetujuan Teknis terkait pemenuhan
baku mutu lingkungan hidup maupun Persetujuan Teknis
Pengelolaan Limbah B3;
c. Dana Penjaminan Pemulihan Fungsi Lingkungan;
d. Pengawasan Lingkungan Hidup serta Sanksi Administratif

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati


Terkait Persetujuan Lingkungan yang diatur, ada beberapa hal
mendasar yang perlu kami sampaikan antara lain:
a. Walaupun nomenklatur Izin Lingkungan tidak ada lagi dan telah
digantikan dengan Persetujuan Lingkungan, namun
pengaturan ini tidak mengurangi esensi dari Izin Lingkungan itu
sendiri, karena Persetujuan Lingkungan yang merupakan
bentuk pemenuhan aspek lingkungan tetap diintegrasikan ke
dalam Perizinan Berusaha. Pengaturan baru ini bukan
bermaksud memperlemah posisi lingkungan hidup dalam
perizinan berusaha namun memperkuat posisi lingkungan
hidup itu sendiri, karena semua aspek lingkungan hidup yang
tertuang dalam Persetujuan Lingkungan wajib dilaksanakan
oleh pelaku usaha dalam pelaksanaan perizinan berusahanya;
b. Persetujuan Lingkungan merupakan hasil dari Proses Amdal
atau UKL-UPL yang disusun oleh Pemrakarsa dan dinilai oleh

3|Page
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup atau diperiksa oleh
Instansi LH, sehingga bentuk Persetujuan Lingkungan tersebut
berupa SKKL yang merupakan bentuk persetujuan Amdal atau
persetujuan PKPLH yang merupakan bentuk dari persetujuan
Formulir UKL-UPL;
c. Keterlibatabatan masyarakat dalam penyusunan dokumen
Amdal tetap menjadi hal yang sangat penting. Namun dalam
pengaturan terbaru, Pelibatan masyarakat dilakukan secara
lebih proposional yang dimana tujuannnya adalah Untuk
Memberikan Perhatian Lebih Terhadap Kepentingan
Masyarakat Yang Terkena Dampak Langsung dari rencana
usaha dan/atau kegiatan oleh pemrakarsa kegiatan. Walaupun
begitu pelibatan masyarakat diluar masyarakat yang terkena
dampak secara langsung tetap diperhatikan dan dilakukan
secara lebih elegan yaitu dilakukan oleh pemerintah melalui
Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup.
d. Dalam pengaturan baru Pengawasan terhadap Persetujuan
Lingkungan merupakan kunci utama pelaksanaan persetujuan
lingkungan itu sendiri, yang dimana harus dipahami pola pikir
pengaturan ini adalah mempermudah pelaku usaha
mendapatkan persetujuan lingkungan namun memperketat
pengawasan dari persetujuan lingkungan itu sendiri, sehingga
bila tidak diikuti dengan pengawasan, pelaksanaan persetujuan
lingkungan tidak akan dapat telaksana dengan baik.
e. Transformasi penilaian Amdal dari Komisi Penilai Amdal
menjadi Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup. Tujuan
transformasi ini adalah untuk mengembalikan Amdal kembali
sebagai kajian ilmiah dan mengatasi bottleneck penilaian Amdal
akibat banyaknya Amdal yang harus di nilai oleh satu Komisi
Penilai Amdal. Dengan adanya kebijakan ini, memungkinkan
terbentuknya lebih dari 1 Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup
di satu daerah sehingga permasalahan bottleneck dapat
dihindari
f. Pengintegrasian Izin PPLH ke dalam Amdal dan UKL-UPL,
dengan adanya kebijakan baru ini, setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan tidak perlu lagi mengurus izin PPLH
setelah mendapatkan Persetujuan Lingkungan, namun telah
diproses dalam waktu yang bersamaan dengan penyelesaian

4|Page
Amdal dan UKL-UPL dalam bentuk penyelesaian Persetujuan
Teknis atau Rincian Teknis;
g. Penyederhanaan Amdal baik dalam proses penyusunan
ataupun penilaian Amdal itu sendiri dengan memberikan
panduan yang lebih detail dalam penyusunan Amdal baik dalam
penyusunan Formulir Kerangka Acuan dan penyusunan Andal
dan RKL-RPL. Di sisi lain juga dilakukan penyederhanaan
waktu penilaian Amdal termasuk memberikan pengaturan yang
jelas terkait lama penyusunan Amdal;
h. Penyederhanaan pemeriksaan Formulir UKL-UPL, yang dimana
dalam pengaturan terbaru telah membagi Formulir UKl-UPL ke
dalam 3 bentuk yaitu Formulir UKL-UPL Resiko Menengah
Rendah atau Rendah, Formulir UKL-UPL Resiko Menengah
Tinggi dan Formulir UKL-UPL Resiko Tinggi. Formulir UKL-UPL
Menengah Rendah atau Rendah akan diterbitkan secara
otomatis di sistem OSS, yang dimana penyusunan standar
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tidak lagi
dilakukan oleh pelaku usaha namun pemerintah langsung
membantu pelaku usaha dalam menyiapkan standar
pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk
setiap usaha dan/atau kegiatan, sedangkan untuk Formulir
UKL-UPL Resiko Menengah Tinggi dan Tinggi dilakukan
penyederhanaan waktu pemeriksaan Formulir UKL-UPL yang
sebelumnya 14 hari kerja menjadi cukup 5 hari kerja.
i. Penyerdehanaan penerbitan SPPL, yang dimana penerbitan
SPPL tidak lagi dilakukan secara manual namuntelah
terintegrasi dalam Nomor Induk Berusaha setiap pelaku usaha.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati


Setelah 1,5 tahun berjalan dan terimplementasinya PP Nomor 22
Tahun 2021, kami menyadari masih banyaknya permasalahan terkait
proses Persetujuan Lingkungan yang salah satunya yang mendasar
adalah penapisan dokumen lingkungan hidup dan penentuan
kewenangan penerbitan Persetujuan Lingkungan. Penapisan jenis
dokumen lingkungan dan penentuan kewenangan Persetujuan
Lingkungan menjadi sangat krusial di dalam proses Persetujuan
Lingkungan, karena proses ini adalah pintu gerbang pelaku Usaha

5|Page
dalam melakukan proses Persetujuan lingkungan, bila proses
penentuan jenis dokumen lingkungan dan penebntuan kewenangan
Persetujuan Lingkungan ini salah, maka salah lah semua proses
Persetujusn Lingkungan yang telah di lakukan.

Walaupun PP Nomor 22 Tahun 2021 Pasal 57 dan 79 telah mengatur


kewenangan Persetujuan lingkungan dan Permen LHK Nomor 4 Tahun
2021 telah mengatur tentang penentuan jenis dokumen lingkungan
hidup, namun kami melihat masih banyaknya kebingungan yang
dirasakan oleh Pelaku Usaha termasuk teman teman kami di Instansi
Lingkungan Hidup dalam menentukan jenis dokumen lingkungan
hidup dan menentukan kewenangan Persetujuan Lingkungan. Hal ini
dibuktikan dengan telah lebih dari 5000 permohonan arahan
penapisan dokumen lingkungan serta penentuan kewenangan
Persetujuan Lingkungan sejak PP 22 Tahun 2021 diterbitkan tanggal
2 Februari 2021, yang ini berbeda jauh dari permohonan arahan di
tahun 2020 yang berjumlah sekitar 300 an permohonan arahan.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati


Banyaknya permohonan arahan penapisan dan penentuan
kewenangan Persetujuan Lingkungan ini dapat kami pahami, karena
memang konsep penapisan dokumen lingkungan dan terutama
kewenangan Persetujuan Lingkungan yang ada di PP 22 Tahun 2021
sangat jauh berbeda dengan yang ada di PP 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan dan Permen turunannya yaitu Permen LH Nomor 8
Tahun 2013.

Penentuan kewenangan PL sekarang pada dasarnya berbasis pada


kewenangan Perizinan Berusaha, dimana pengaturan itu tidak
terdapat di PP 22 Tahun 2021 namun termuat di PP 5 Tahun 2021
yang pada akhirnya menyita waktu bapak dan ibu semua dalam
memahami apa yang dimaksud dalam PP Nomor 5 Tahun 2021.

Mengingat begitu besarnya permohonan yang disampaikan, dimana


hal itu akan mempengaruhi kinerja KLHK sebagai institusi dan untuk
menjamin kemudahan Perizinan Berusaha dan kemudahan dalam
memproses Persetujuan Lingkungan, maka sosialisasi ini diberikan.

6|Page
Sosialisasi ini adalah berdasarkan pengalaman Ditjen PKTL
terkhususnya Direktorat PDLUK dalam memproses permohonan
arahan persetujuan lingkungan selama 1,5 tahun ini dan demi
menjalankan amanat pasal 20 PP 22 Tahun 2021, dimana Pelaku
Usaha berhak melakukan penapisan secara mandiri.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati


Untuk menjamin bahwa tujuan sosialisasi ini tercapai sebagaimana
mestinya, maka sejak tahun 2021, kami telah menyempurnakan
sistem informasi dokumen lingkungan hidup yang dikenal dengan
Amdalnet. Sistem Informasi Amdalnet ini akan menjadi pintu gerbang
bapak dan ibu baik pelaku usaha maupun teman teman di instansi
lingkungan untuk melakukan penapisan dokumen lingkungan hidup
secara mandiri. Amdalnet telah dilengkapi fitur penapisan jenis
dokumen lingkungan serta fitur penentuan kewenangan Persetujuan
Lingkungan yang nantinya akan memudahkan bapak dan ibu dalam
melakukan penapisan secara mandiri.

Selain itu, untuk mendukung hal tersebut, maka telah menyiapkan


Surat Edaran Dirjen PKTL terkait panduan Penapisan dokumen
lingkungan hidup beserta panduan penapisan kewenangan
Persetujuan Lingkungan.

Akhir kata, kami berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang diskusi
dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang ada. Diharapkan
dengan sosialisasi ini, maka keruwetan proses persetujuan
lingkungan terutama penapisan dokumen lingkungan hidup dapat
terselesaikan.

Sekian dan Terima Kasih. Wabilahitaufik wal hidayah,


Wassalamu’alikum warhmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 12 Oktober 2022


Plt. Direktur Jenderal PKTL

Ruandha Agung Sugardiman

7|Page

Anda mungkin juga menyukai