Anda di halaman 1dari 20

INTEGRASI SISTEM PERANCANGAN BANGUNAN

Dalam perancangan bangunan tinggi yang melibatkan


aplikasi teknologi dan sistem bangunan secara terpadu,
ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan bangunan tinggi yang lebih peduli terhadap
lingkungan.

Pendekatan pertama

Dilakukan berdasarkan kepedulian atas bahaya menipisnya


lapisan Ozon yang diakibatkan oleh efek rumah kaca.

Adanya hubungan yang erat antara kondisi lklim setempat


dengan tipologi bangunan, dan oleh karenanya bentuk
lansekap juga mempengaruhi bentuk bangunan.
Pendekatan strategi ini tentunya tidak terbatas pada suatu
lingkup yang hanya dibatasi oleh pemilihan bahan bangunan
tradisional, kepercayaan, metode pelaksanaan yang
digunakan, tetapi juga oleh pengaruh budaya dan tradisi
masyarakat setempat

Hal ini terlihat dari bentuk yang masif dan bukaan yang
sedikit, untuk menghindari iklim yang panas dan kering, atau

bangunan yang terkesan ringan dengan bukaan besar, pada


daerah yang beriklim panas dan lembab, untuk menangkap
sebanyak mungkin manfaat dari matahari dan sirkulasi udara
Pada pendekatan strategi ini, orientasi bukaan bangunan,
dimensi dan tata letak serta pemilihan bahan bangunan
yang sesuai menjadi titik tolak perancangan, sehingga
menghasilkan bangunan yang banyak memanfaatkan
potensi alam, terutama sinar matahari dan angin.

Bangunan yang terbentuk dapat berupa bangunan tropis


atau bangunan bioklimatik.
Pendekatan kedua,

karena manusia sadar untuk melakukan penghematan atas


penggunaan sumber daya alam yang ada di bumi.

Ini khususnya ditujukan pada penggunaan tenaga listrik yang


dihasilkan dari pembakaran minyak atau batu bara yang
merupakan penyebab utama menipisnya lapisan Ozon.

Strategi rancangan ini erat kaitannya dengan strategi yang


sebelumnya, rancangan dengan pertimbangan iklim, sekaligus
menjaga potensi lingkungan setempat agar tidak tercemar atau
rusak dengan keberadaan bangunan.

Rancangan ini juga terintegrasi dengan sistem pengendalian


lingkungan di mana bangunan tersebut didirikan.
Pendekatan ketiga,

Selanjutnya ada juga pendekatan yang tidak sepenuhnya


memperhatikan lingkungan sekitar, tetapi lebih pada upaya
menyediakan ruang dan sekaligus menyembunyikan jaringan
utilitas bangunan, seperti saluran ventilasi, pengkondisian
udara, sirkulasi vertikal, jaringan listrik dan pemipaan.

Pada strategi ini, seakan-akan terlihat pembagian yang jelas


antara ruang-ruang pelayanan dan ruang-ruang yang
dilayani, sehingga kebutuhan ruangan yang digunakan untuk
sistem mekanikal dan elektrikal dapat dialokasikan secara
baik.
Dengan demikian, bangunan merupakan suatu kompleks
sistem layanan di mana jaringan utilitas merupakan
bagian yang perlu diperhatikan dalam rancangan.

Dalam perancangan bangunan tinggi, ketiga strategi


perancangan tersebut merupakan dasar bagi tercapainya
integrasi sistem bangunan yang ditujukan demi
tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa
mengabaikan kekuatan sruktur dan kenyamanan di
dalam bangunan
1. Peraturan dan standar yang berlaku.

 Peraturan bangunan berfungsi untuk mengatur agar


bangunan yang akan didirikan nantinya aman bagi pelaku
aktivitas di dalamnya. Aman yang dimaksud adalah aman
dari ancaman bencana yang berpotensi menimbulkan
kerusakan pada bangunan, seperti tanah longsor, banjir, atau
kecelakaan; juga aman dari kemungkinan-kemungkinan
adanya pengembangan terhadap area di sekitar bangunan
pada masa yang akan datang seperti adanya pelebaran jalan
atau adanya rencana pemerintah untuk membangun fasilitas
umum (bandara, stasiun, terminal, rumah sakit, atau
bangunan publik lainnya).
Peraturan-peraturan bangunan yang harus kita
perhatikan saat akan mendirikan bangunan

1. Garis Sempadan Bangunan (GSB)


 Garis sempadan merupakan jarak bebas minimum
bangunan yang diizinkan. Hal ini biasanya berkaitan
dengan bangunan yang dibangun di pinggir jalan atau di
pinggir sungai. Maksud adanya peraturan tentang garis
sempadan adalah memberikan batas dari bangunan
sehingga bangunan aman.
Persyaratan jarak bebas ini meliputi:
 1) garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi
pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;
 2) jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak
antara as jalan dan yang bersangkutan.

Pada daerah pagar halaman yang diizinkan pada lokasi intensitas bangunan
rendah/renggang, maka jarak bebas samping dan belakang bangunan harus
memenuhi persyaratan:
 1. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum
4 m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat
bangunan, jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai
di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m, kecuali untuk
bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk bangunan gudang serta
industri dapat diatur tersendiri;
 2. sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak
dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian belakang
yang berbatasan dengan pekarangan.
Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan
dalam bentuk apapun.
Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur
sebagai berikut:
 1. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang
saling berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang
tersebut minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
 2. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan
merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain
merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak
antara dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang
ditetapkan;
 3. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang
saling berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal
setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.
2. Ketinggian Bangunan (KB)
 Ini adalah ketinggian maksimum yang diperbolehkan
untuk suatu bangunan dibangun di atas suatu
lahan/tanah. Hal ini biasanya dikaitkan dengan lokasi
lahan yang berdekatan dengan area tertentu, misalnya:
Bandara.

3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


 Ini adalah koefisien angka persentase perbandingan luas
seluruh lantai bangunan dengan luas tanah/lahan yang
dimiliki. Peraturan tentang koefisien lantai bangunan
hanya berlaku pada bangunan dengan jumlah lantai lebih
dari satu.
4. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
 Ini merupakan angka persentase perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan dan luas area tanah/lahan
yang dimiliki. Koefisien dasar bangunan ini yang nantinya
akan menjadi patokan seberapa luas area lantai dasar
bangunan yang diizinkan untuk dibangun.
5. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
 Adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan untuk
penghijauan dan luas lahan/tanah yang dimiliki.
6. Koefisien Tapak Basemen (KTB)
 Adalah persentase perbandingan antara luas tapak basemen
dan luas lahan/tanah yang dimiliki. Hal ini hanya berlaku
untuk bangunan yang memiliki basemen
Persyaratan Peruntukan Lokasi

 Setiap mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai


dengan peruntukan lokasi yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (“RTRW”) kabupaten/kota, Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (“RDTRKP”),
dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (“RTBL”)

 Dalam hal terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP


dan/atau RTBL yang mengakibatkan perubahan peruntukan lokasi,
fungsi bangunan gedung yang tidak sesuai dengan peruntukan
yang baru harus disesuaikan. Terhadap kerugian yang timbul
akibat perubahan peruntukan lokasi pemerintah daerah
memberikan penggantian yang layak kepada pemilik bangunan
gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka
jarak bebas samping dan belakang bangunan harus memenuhi
persyaratan:
 1. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan
minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap
penambahan lantai/tingkat bangunan, jarak bebas di atasnya
ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai
mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m, kecuali untuk
bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk bangunan
gudang serta industri dapat diatur tersendiri;
 2. sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas
yang tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan
serta bagian belakang yang berbatasan dengan pekarangan.
2. SISTEM STRUKTUR
Sistem struktur dasar penahan beban lateral secara umum dapat
dibedakan atas
1. Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM),
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB),
b. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM),
c. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK),
2. Sistem Dinding Struktural (SDS),dan
a. Sistem Dinding Struktural Biasa (SDSB)
Dinding ini memiliki tingkat daktilitas terbatas
b. Sistem Dinding Struktural Khusus (SDSK),
Sistem ini pada prinsipnya memeiliki tingkat daktilitas penuh
3. Sistem Ganda (gabungan SRPM dan SDS).
Sistem ini terdiri dari sistem rangka yang digabung dengan sistem
dinding struktural
Persyaratan Sistem Struktur :
 Memiliki kekakuan yang memadai
 Memiliki daktilitas yang memadai

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-
elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban
gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan
dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada
dalam kondisi di ambang keruntuhan.Faktor daktilitas (μ) adalah parameter yang digunakan
untuk menentukan daktilitas suatu struktur. Semakin tinggi nilai μ, semakin daktail struktur
tersebut

 Memiliki kekuatan yang memadai


3. SISTEM AKUSTIK
4. SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL
5. SISTEM PERPIPAAN/PLUMBING
6. SISTEM MEKANIKAL / ELEKTRIKAL
7. SISTEM PENCAHAYAAN
8. SISTEM TATA UDARA
4. SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL

Kegiatan transportasi vertikal adalah merupakan jantungnya


kegiatan pelaksanaan, oleh karena itu pemilihan alat angkat
yang digunakan serta letak dan pergerakannya perlu
ditetapkan/direncanakan lebih dahulu

Dari objek yang diangkat, maka alat angkat dibagi menjadi


dua, yaitu:

1. Alat angkat barang-barang kecil dan tenaga kerja/orang


(passenger hoist)
2. Alat angkut barang-barang besar dan berat, yaitu: mobile
crane dan atau tower crane.

Anda mungkin juga menyukai