Anda di halaman 1dari 22

MATERI TATA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERDIRI DARI:


a. PERUNTUKAN LOKASI DAN INTENSITAS BANGUNAN GEDUNG
Bertujuan :
- menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan
yang ditetapkan di daeah bersangkutan
- Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya
- Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan
PENENTUAN LOKASI
Persyaratan
- sesuai dengan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) , rencana Rinci Tata Ruang (RRTR), dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
- untuk bangunan yg dibangun diatas sarana umum : Tidak mengganggu kelancaran arus lalu
lintas dan tidak mengganggu sarana prasaraan yang ada
- bangunan yg dibangun dibawah tanah da melintasi sarana umum: tidak berfungsi sebagai
hunian, tidak menggangu sarana prasarana yg dibawah tanah, memenuhi persyaratan kesehatan
bangunan
- memiliki sarana khusus untuk keamanana dan keselamatan pengguna
- bangunan di dalam air : tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi kawasan
lindung, tidak menimbulkan pencemaran, mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan
kesehatan dan aksesbilitas pengguna
- gedung pada daerah hantaran udara: minimal 10 meter dari as jalar tegangan tingi terluar, tidak
melebihi 45◦ dikur dari as jalur tinggi terluar, mendapat pertimbangan teknis dari ahli terkait.

INTENSITAS BANGUNAN

Persyaratan

- KEPADATAN DAN KETINGGIAN BANGUNAN:


 memenuhi ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yg dibedakan menjadi KDB
padat,sedang dan renggang;
 memenuhi ketentuan tentang Jumlah LAntai Bangunan (JLB) dan Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) yg dibedakan menjadi KLB tinggi, sedang dan rendah
 mmampu menjaga keseimbangan daya dukung tanah dan optimalnya intensitas
pembangunan, menjamin kesehatan dan kenyamanan pengguna masyarakat pada umumnya
- PENETAPAN KDB DAN JUMLAH LANTAI/KLB
 Ditetapkan atas pertimbangan perkembanagn kota, kebijakan intensitas pembanguna, daya
dukung lahan, keseimbangan dan keserasian lingkungan
 Ketita perpetakan belum ditetapkan maka KDB dan KLB diperhitugnkan berdasarakn luas
tanah di belakanh Garis Sepadan Jalan (GSJ),
- PERHITUNGAN KDB DAN KLB, ditentukan:
 Luas lantai bangunan (luas dari batas dinding terluar)
 Luas lantai ruang berates yg sisinya dibatasi dinding dengan tinggi 1,20 m diatas lantai
tersebut dihitung 100%
 Luas lantai ruangan beratap yg bersifat terbuka atau sisinya dibatasi oleh dnding tidak lebih
dari 1,2 m diatas lantai ruangan dihitung 50%
 Overstek alap yg melebihi kebar 1,5 m maka luas mendatar kelebhannya dianggap luas lantai
denah
 Luas parkir tidak dihitung dalam KLB asalkan tidak melebihi 50% dari KLB yg ditetapkan
 Ram dan tangga terbuka dihitung 50% asal tidak melebihi 10% dari luas latai dasar
 Luas tapak yg diperhitungkan adalah luas dibelakang GSJ
 Besmen ditetapkan oleh kepala daerah dgn pertimbangan keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan pendapat teknis
 Pebangunan skala kawasan (superblock) dihitung KDB dan KLBnya terhadap seluruh lantai
dasar bangunan, total keseluruhan luas lantai banunan dalam kawasan tersebut tergadap
total keseluruhan luas kawasan
 Ketinggian bangunan, jarak vertical dari langai penuh ke lantai berikutnya lebih dari 5m, maka
ketinggian bangunan tersebut dianggap 2 lantai
 Mezanin yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh
- GARIS SEPADAN (MUKA) BANGUNAN GEDUNG)
 Memeprtimbangkan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keserasian dengan lingkungan
serta ketinggian bangunan
 Daerah menentukan garis sepadan pagar, garis sepadan muka bangunan, garis sepadan
loteng, podium, menara, pantai, sungai, danau, jaringan umum dan lapangan umum
- GARIS SEPADAN (SAMPING DANBELAKANG) BANGUNAN GEDUNG
 Bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan
 Struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya 10cm kearas
dalam dari batas pekarangan
 Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terda[at jarak bebas samping, sednagka jarak bebas
belakang ditentukan minimal setengah dari besanrnya garis sepadan muka bangunan
- JARAK BEBAS BANGUNAN
 Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum 4 m pada lantai dasar
dan pasa setiap penambahan tingkat bangunan, jarak bebas ;antai dibawahnya mencapai
jarak bebas terbauj 12.5m kecuali bangunan rumah tinggal
 Harus mempunyai jarak bebas disamping kiri kanan serta belakang bangunan
 Dinding batas pekarangan tidk bolej dibuatkan bukaan apapun
 Dalam hal pemisahan berbentuk pagar, maka tinggi pagar pada GSJ dan natraa GSJ dengan
GSB pada bangunan rumah rumah tinggal maksimal 1,50m diatas permukaan tanah, dan
untuk bangunan bukan rumah tinggal termasuk untuk bangunan industry maksimal 2m diatas
permukaan tanah pekarangan
 Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk bangunan
renggang maksimal 3m diatas permukaan tanah pekarangan dan apabila pagar tersebut
merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat termbok maksimal 7m dari
permukaan tanah pekarangan

b. ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG


Bertujuan:
- Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan,
ketentuan wujud bangunan dan budaya daerah, agar serasi dans elaras dengan lingkungannya
- Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang memberikan keseimbangan dan keserasian
bangunan terhadap lingkungannya
- Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak
negative terhadap lingkungan
Persyaratan
- PERSYARATAN PENAMPILAN BANGUNAN GEDUNG
 Bentuk denah bangunan sedapat mungkin smetri dan sederhana, guna mengantisipasi
kerusaan yang diakibatkan gempa
 Denah bentuk T,L atau U dilakukan pemisahan struktur atau dilatasi untuk mencegah terjadi
kerusakan akbita gempa atau penurunan tanah
 atap dibuat menggunakan konstruksi bahan yg ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan
akibat gempa
 bangunan gedung tidak mengganggu funsi prasarana kota dan lalulintas umum
 bentuk bangunan harus diranvang dengan memepertumbangkan terciptanya ruang luas
bangunan yang nyaman dan serasi terhadap lingkungannya
 bentuk, tampak, profil, material maupun warna benagunan harus diranvang memenuhi
syarat keindahan dan keserasian lingkungan yang ada
 mempertimbangkan kestabilan struktur dan ketahanan terhadap gempa
 penambahan lantai atau tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan struktur
 bangunan memaksimalkan penghawan dan pencahayaan alami
 bangunan lantai banyak, kulita atau selubunh harus memenuhi peryaratan konservasi energy
 akesebilitas bangunan harus mempertimbangkan semudahan bagi penyandang cacat dn
lansia
- TATA RUANG DALAM
 Dinding sebaiknya membentuk kotak tertutup untuk mengatasi terjadinya kerusakan akibat
gempa
 Tinggi ruangan adalah jarak terpendek dalam ruangan diukur dari permukaan bawah langit-
langit ke permukaan lantai
 bangunan tidak ada langit-langit, tinggi ruangan diukur dari permukaan atas lantai sampai
pmukaan bawah dari lantai diatasnya atau sampai permukaan bawah kaso-kaso
 bangunan mengalami perbaikan, perluasan dan penamahan tidak boleh menyebabkan
perubahan fungsi utama
 ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan kegiatan
bangunan, tidak menyimpang dari fungsi utamanya
 bangunan tempat tinggal sekurng-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang
mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan keluarga dan kegiatan pelayanan
 bangunan kantor sekurangkurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi
kegiatan kerja, ruang umum dan ruang pelayanan
 bangunan toko sekurang-kurangna memiliki ruang fungsi utama kegiatan took, kegiatan
umum dan pelayanan
 bangunan gudang sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan kamar mandi dan kakus serta
ruan gkebutuhan karyawan
 bangunan pabrik; kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian karyawan, ruang makan,
ruang istirahat, ruang pelayanan kesehatan yang memadai
 ketinggian bangunan, apabila jarak vertical dari lantai penuh ke lantai penuh bertikutnya lebih
dari 5m, makan ketinggian bangunan dianggap 2 lantai, kecuali penggunaakn lobby atau
ruang pertemuan komersil(hotel, perkantoran, pertokoan dll)
 mezanian yang luasnya melebihi 50% dari luas lamtai dasar dianggap sebagai lantai penuh.
 Kamarmandi dan kakus untuk pria dan wanita harus dipisah
 Ruang rongga atap dapa diizinkan apabila penggunaanya tidak menyimpang dari fungsi utama
bangunan serta memeprhatikan segi kesehatan, keamanan dan keselamatan bangunan dan
linbgkungan
 Rongga atap untuk rumah tinggal harus mempunyai penghawaan dan penvcahayaan alami
yang memadai
 Setiap penggunaan rongga atap yg luasnya tidak lebih dari 50% dari luas lantai dibawahnya
tidak dianggap sebagai penambahan tingkat bangunan
 Tinggi lantai dasar bangunan diperkenankan mencapai maksmal 1,2m diatas tinggi rata-rata
tanah pekarangan atau tinggi rata-rata jalan
 Permukaan atas lantai denah ahrus sekurang-kurangnay 15 cm diatas titik tertinggi dari
pekarangan yang sudah dipersiapkan, dan sekurang-kurangna 25 cm diatas titik tertinggi dari
sumbu jalan dan berbatasan
 Lantai tanah atau tanah dibawah lantai sekurang-kiarngnya 15 cm diatas tanah pekarangan
serta dibaut aliran air
- KESEIMBANAG, KESERASIAN DAN KELARASAN DENGAN LIGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG
 Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP) : berfungsi untuk ekologis, social, ekonomi,
estetika; berhubungan langsung dengan gedung; sebagai resapan air, siklusasi, unsur
estetik;
 Ruang Sepadan Bangunan Gedung: harus mengindahkan keserasian langsekap sepeti pagar
dan erbang, vergetasi, bangunan penunjanh, tiang bendera, bak sampah,dl;
memeprtimbangkan keserasian tampak depan bangunan, pagar, jalur pealan kaki, jalur
kendaraan dan jalur hijau median jalan erikut utilitasnya (tiang listrik, telepon dll); Koefisien
Dasar Hijau (KDH) minimal 10% pada daerah sangat padat/padat; RTH sebanga mungkin
diperuntukan untuk penghijauan
 Tampak Besmen Terhadap Lingkungan: kebutuhan besmen dan besaran koefisien tampak
besmen (KTR) ditetapkan berdasarkan peruntukan lahan, ketentuan teknis dan kebijakan
daerah setempat; untuk penyediaan RTHP yg menadau makan lantai besmen pertama (B-1)
tidak dibenarkan keluar dari tabak bangunan, dan atapbesmen keduan (B-2) yang diluar
tapak bangunan haus berkedalaan sekurang-kurangnya 2 m dari permukiman tanah tempat
penanaman.
 Hijau Pada Bangunan: Daerah HIjau BAngunan (DHB) dapat berupa tanakam atap (roof-
garden) maupun penanaman pada sisi bangunan seperti balkon dan pada dindin bangunan;
DBH diperhitungkan sebahagi RTHP namun luasnya tidak lebih dari 24% luas RTHP
 Tata Tanaman
 Sirkulasi dan Fasilitas Parkir: harus mendukung antara sijlukasi eksternal dan internal
bangunan, harus memerikan pencapaian yang mudah dan jelas; sirkulasi harus
memeperhatikan kepentingan bagi aksesbilitas pejalan kaki;adanya ruang gerak vertical dan
lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran dan
kendaraan pelayanan lainnya; sirkulasi harus dilengkapi tanda petunjuk; penataan ruang
jalan tidak dapat dipisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan dan raung terbuka
umum; pedestrian harus harus berhasil menciptakan pergerakan manusia yang tidak
terganggu oleh lalulintas kendaraan, harus nyaman, aman dan memberikan nilai estetika;
area parkir sesuai dgn jumlah parkir proporsional dan aksesbilitas pejalan kaki tidak ternaggu
oleh siklulasi kendaraan;
 Pertandaan (Signage)
 Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung; memperhatikan karakter lingkungan, fungsi
dan arsiektur serta estetika; memenuhi keserasian pencahayaan di dalam bangunan dan
PJU;

c. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN


Bertujuan
- Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan dan keserasian
bangunan terhadap lingkungannya
- Menjamin keselamatan penguuna, masyarakat dan lingkungan

DAMPAK PENTING

- Dampak penting Harus dilengkapi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sesuai
ketentuan berlaku. Perkiraan dampak penting sebagai betikut:
 Perubahan sifat fisik hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkunagn
 Perubahan mendasar pada komponen yang melampaui kriteria yang diakui
 Sepies langka atau endemic yg dilindungi erancam punah atau habitat alamninya mengalami
kerusakan
 Kerusakan pada kawasan lindung
 Kerusakan benda benda dan bangunan peninggalan sejarah bernilai tinggi
 Menimbulkan kntoversi dan konflik dengan masyarakat dan pemerintah
- Dampak tidak penting diharuskan melaulakn Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang berlaku
d. RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
Bertujuan: Menjamin bangunan didirikan bersadarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang
ditetapkan di daerah yang bersangkutan
- RTBL adalah istrumrn guna meningkatkan perwujudan kesatuan karakter, kualitas bangunan
gedung, dan lingkungna yang berkelanjutan; digunakan sebagai panduan dalam mengendalikan
pemanfaatan ruangan suatu lingkungan/kawasan.
e. PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DIATAS ATAU DIBAWAH TANAH, AIR DAN SARANA
PRASARANA UMUM
Bertujuan:
- Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana teknik ruang kab/kota atau RTBL
- Tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada disekitarnya
- Mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan dan kesehatan dan kemudahan bangi
penguna bangunan
Ketentuan :
- Permbangunan gedung diatas prasarana dan sarana umum harus: sesuai dgn RTBL, tidak
mengganggu fungsi sarana dan prasara yang berada dibawahnya atau disekitarnya,
memeprthatikan keserasian bangunandgn lingkungan
- Pembangunan gedung dibawah tanah yg melintasi prasarana dan sarana umu harus: sesuai
RTBL, tidak difungsikan sebagai hunian, tidak menggagu funsi sapras yg berada di abwah tanah,
memiliki sarana khusus kesehatan, keamanan dan keselamatan bagi pengguna bangunan
- Pembangunan gedung dibawah atau diatas air arus : sesuai RTBL, tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan dan funsi lindung kawasan, tidak menimbulkan perubahan arus yg
dapat merusak lingkungan, tidk menimbulkan pencemaran, memeperhatikan keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan
- Pembagunan gedung pada daerah tantaran udara (transmisi) tegangan tinggi atau menara
teleomunikasi atau menara air harus : sesuai RTBL; mempertimbangkan faktor keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna; mengikuti pedoman dan standar teknis
yang berlaku
2. PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG TERDIRI DARI:
a. PERSYARATAN KESELAMATAAN BANGUNAN GEDUNG
Bertujuan:
- Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
perilaku manusia
- Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakan atau luka yang disebabkan oleh
kegagalan struktur bangunan
- Menjamin kepentingn manusia dan kehilangan atau kerusakan benda yang disebabka oleh
perilaku struktur
- Menjamin perlindungan property laninya dari kerusakan fisik yang dsiebabkan oleh kegagalan
stuktur
- Menjamin terpasangnya instalasi gas secara aman da;am menunjang terselenggaranya kegiatan
di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsi
- Menjamin terpenuhinya pemakaian gas yang ama dan cukup
- menjamin upaya beroperasinnya peralatan dan kelengkapan gas sevcara baik
- menjamin terwujudnya bangunan edung yang dpata mendukung beban yang timbul akibat
perilaku alam dan manusia pada saat kebakaran terjadi
- mnjadim terwujidnya bangunan gedung yang mapu secara structural stabil selama kebakaran
sehingga:
 cukup waktu bagi penghuni melaukan evakuasi seacara aman
 cukup waktu bagi pemadam kebakaran ntuk memasuki lokais untuk memadamkan api
 dapat meghindari kerusakan pada property lainnya
- menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang aktifitas di
dalam bangunan
- menjami terwujidnya keamana bangunan dan penguhuninya dari bahaya akibat petir
- menjamin tersediannya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang aktifitas di dalam
bangunan gedung

PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN

- STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG :


 Kokoh, kuat dan stabil dalam memikul beban dan memenuhi peryaratan keselamatan serta
persyaratan kelayakan selama umur bangunan yang direncanakan dengan pertimbangan
fungsi, lokasi, keawetan dan kemungkinan pelaksanaan konstruksi
 Kemampuan memikul beban terhadap pengaruh aksi sebagai akibat dari beban yang mungkin
bekerja selama umur layanan strukturm baik beban muatan ataupun beban sementara yang
timbul akibat gempa, angina, korosi,jamur dan serangga perusak
 Sub struktur maupunstruktur harus mampu memikul pengaruh gempa
 Struktur bangunan gedung harus direncakan secara daktail sehingga kondisi pembebanan
maksimun yang direncanakan apabila terjadi keruntuhan kondis strukturnya masih dapat
memungkinkan pengguna gedung menyelamatkan diri
 Struktur bawah bangunan gedung harus ampu menahan gaya likuifaksi tanah
 Pemeriksaan keandalan struktur bangunan secara berskala
 Pembongkaran dilakukan ketika geduk tidak laik fungsi, dan memeprhatikan keselamatan
masyarakat dan lingkungan
- PEMBEBANAN PADA BANGUNAN GEDUNG
 Analisis struktur harus dilaksanakan untuk ememriksa respon struktur terhadap beban beban
yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur termasuk beban tetap, beban
sementara (angina, gempa) dan beba khusus
- STURKTUR ATAS BANGUNAN GEDUNG
 KONSTRUKSI BETON meliputi : BETON BERTULANG (SNI SNI 03-1734-1989); BLOK BETON
BERONGGA BERTULANG (SNI 03-3430-1994); BETON NORMAL (SNI 03-2834-200); BETON
RINGAN DENGAN AGREGAT RINGAN (SNI 03-3449-2002).
 Kontruksi beton pracetak dan prategang : Tata cara perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi beton pracetak danpreategang untuk bangunan gedung; metoda pengujian dan
penentuan parameter perencanaan tahan gempa konstruksi beton pracetak dan prategang
untuk bangunan gedung; spesifikasi sistemn dan material konstruksi beton pracetak dan
prategang
 KONSTRUKSI BAJA, mengikuti : SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja
untuk gedung, atau edisi terbaru; Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam
perencanaan konstruksi baja; Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan Tata
Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan Konstruksi.
 KONSTRUKSI KAYU mengikuti : SNI 03-2407-1994 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah
dan gedung, atau edisi terbaru; Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan
Gedung; dan Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu;
 KONSTRUKSI BAMBU
 KONSTRUKSI DENGAN BAHAN DAN TEKNOLOGI KHUSUS
- STRUKTUR BAWAH BANGUNAN
 Pondasi Langsung: dasarnya terletak diatas lapisan yang mantap degan daya dukung tanah yg
cukup kuat agar bangunan tidak mengalami penurunan yang melampaui batas; tidak boleh
menyalahi spesfikasi teknis yang berlaku; pondasi dibuat dari pasangan bary atau konstruksi
beton bertulang
 Pondasi Dalam; digunakan dalam lapisan tanah denagn daya dukung yang cukup teletak jauh
dibawah permukaan tanah; harus dilakukan percobaan pembebanan daya dukung; jumlah
percobaab pembebanan pada pondasi dalam adalah 1% dari kumlah pondasi yang akan
dilaksakan secara random; untuk di daerah laut harus memperhatikan pengamanan baja pada
saat pemancangan terhadap korosi
- KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
 Keselamatan Struktur; harus dilakukan pemeriksaan keandalan struktur bangunan secara
berkala sesuai dengan ketentuan; perbaikan atau perkuatan struktur harus segea dilakukan
sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung;
 Keruntuhan Struktur
 Persyaratan Bahan; memenuhi persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhdapa
lingkungan dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI); bahan harus diproses
dan dibuat ditempat harus sesuai standar tata cara yg baku; bahan pabrkasi harus dirancang
sehingga memiliki system hubunan yang bak dan mampu mengembangkan bahan-bahan
yang dihubungkan, serta mampu ertahan terhadp gaya angkat pada saat pemasangan atau
pelaksanaan.
 PESYARATAN KEMAMPUAN BANGUNAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN:
o Sistem Proteks Pasif, meliputi persyaratan kinerja, ketahaan api dan stabilitas, tipe
kontruksi tahan api, tipe konstruksi yang wajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan,
perlindungan pada bukaan
o System Proteksi Aktif, meliputi system pemadam kebakaran; system deteksi dan alaram
kebakaran; pusat pengendalian kebakaran.
b. PERSYARATAN KESEHATAN BANGUNAN GEDUNG
Bertujuan
- Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yan cukup, baik alami maupun buatan untuk
menunjang aktifitas dalam bangunan gedung
- Menjamin beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik
- Menjamin terpenuhinya pencahayaan yang cukup, baik alami mapun buatan
- Menjamin upaya beroperasina perlatan dan perlengkapan pencahayaan secara baik
- Menjamin tersediannya sarana sanitasi yang memadai
- Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi penghuni
bangunan dan lingkungan
- Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan penglengkapan sanitasi secara baik

PERSYARATAN SISTEM PENGHAWAAN:

- Pesyaratan Ventilasi: setiap bangunan harus memiliki ventlasi alami atau ventilasi buatan;
bangunan gedung tempat tinggal, bangunan gedung pelayanan kesehatan, bangunan pelayanan
umum harus mempunyasi bukaan permanen
- Persyaratan Sistem Pencahayaan : memiliki pencahayaan alami mauoun buatan; geudng
hunian, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan umum harus mempunyaai bukaan
untuk pencahayaan alami; pencahayaan alami disesuaikan dengan fungsi ruangan dalam,
efisiensi, penghematan energy dan penempatan agar tidak silau; pencahayaan buatan yg
difungsikanuntuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja otomatis dan pencahayaan yg cukup
untuk evakuasi aman; pencahayaan buatan yg digunakan bukan untuk pencahayaan darurat
harus dilengkapi pengendali manual atau otomatis serta ditempatkan di tempat yg mudah
dijangkau.
- Persyaratan Sanitasi :
 Persyaratan Plambing dalam Gedung: system air minum direncanakan dan dipasang dengan
memeprtimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, system dstribusi dan
penampungnya; system pengelolaan dan pembunagan air limbah ahrus direncanakan dan
dipasang dengan memeprtimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
 Persyaratan Instalasi Gas medic; wajib untuk fasilitas pelayanan kesehatan
 Persyaratan penyaluran air hujan; memprtimbangkan ketinggian permukaan air tanah,
permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota;
 Persyaratan fasilitas sanitasi dalam bangunan gedung (Saluran pembuangan air kotor,
tempat sampa, penampungan sampah dan pengolahan sampah): system pembuangan
sampah padat dipasang dan direncanakan sesuai fasilitaspenampung dan jenis; pertimbangan
penampungan diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, julah penghuni dan volume
sampah; bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul
dan tempat pembuangan sampah sementara
- PERSYARATAN PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN GEDUNG:
 Aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negative erhadap
lingkungan
 Tidak mengandung bahan berbahaya, beracun bagi kesehatan, aman bagi pengguna
bangunan gedung
 Menggunakan bahan bangunan yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan seperti
tidak menimbulkan efek silau dan pantulan bagu pengguna gedung lain, masyaratak dan
lingkungan sekitarnya; meninghindari efek peningkatan temperature lingkungan sekitar;
memeprtimbangan prinsip-prinsip konservasi; menggunakan bahan bahan yg ramah
kingkungan
 Menggunakan bahan bangunan yan menunjang pelestarian lingkungan
c. PERSYARATAN KENYAMANAN BANGUNAN GEDUNG
Bertujuan:
- Menjamin terwujudnya kehiduapan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran ayng tidak
diinginkan
- Menjamin adanya kepastan bahwa setia[ usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak
negative suara atau getaran perlu melaukan upaya pengendalian pencemaran dan mencegak
perusakan lignkungan.
PERSYARATAN KENYAMANA BANGUNAN GEDUNG meliputi kenyamanan ruang gerak dan
hunungan antar ruang, kenyamanan termal dalam ruang, kenyamanan pandangan (visual), serta
kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan
- Persyaratan ruang gerak dalam bangnan gedung: memeprtimbangkan fungsi ruang, aksesbilitas
ruang, jumlah pengguna, perabot di dalam ruangan; sirkulasi antar ruang horizontal dan vertical.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan
- Persyaratan kenyamanan kondisi udara dalam ruang; kenyamaman termal didalam ruang ahrus
memeprtimbangkan temperature dan kelembaban udara; mempertimbangkan fungsi
bangunan/ruang, jumlah pengguna, letak geografis, orientasi bangunan, volume ruang, jenis
peraalatan dan penggunaan bahan bangunan, kemudahan ppemeliharaan dan perawatan dan
prinsip-prinsip penghematan energy dam ramah lingkungan
- Persyaratan kenyamanan pandangan; memeprtimbangkan kenyamanan pandangan di dari
dalam dan keluat dan dai luar ke ruang-ruang dalam bangunan; gubahan massa bangunan,
rancangan bukaan, tata ruang dalam dan ruang luar, rancanhan bentuk luar bangunan;
pemanfaatan pontensi ruang luar; rancangan bukaan, tata ruang dalam dan luar bangunan, fan
rancangan bentu luar bangunan gedung; keberadaan bangunan gedung ug ada disekitarn;
pencegarahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar
- Perysratan kenyamana terhadap tingkat geratan dan kebisingan; memperhatikan bahan
bangunan, komponen bangunan yang data menahan kebisingan eksternal ke dalam bangunan,
komponen bangunan yg dapat mencegah kebisingan,
d. PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG
Bertujuan:
- Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan nyaman
kedalam banguna gedung dan fasilitas serta layanan di dalamnya
- Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saat evakuasi keadaan
darurat
- Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacar, khusunya untuk banguna fasilitas
umum dan social
- Menjamin tersedianya alat transportasi layak, aman dan nyaman di dalam banguna gedung
- Menjamin tersedianya pertandaan dini yang inofatif di dalam bangunan gedung apabila terjadi
keadaan darurat
- Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudan dan aman apabila terjaid keadaan
darurat

PERSYARATAN

- Didalam Bangunan Gedung


 Tersedanya fasilitas dan aksesbilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi semua orang
termaksud penyandang cacat dan lansia
 Fasilitas dan aksesbilitas harus memeprtimbangkan tersedianya hubungan horizontal antar
ruang dalam bangunan gedung, akses evakuasi bagi semua org termasuk penyandang cacar
dan lansia
 jumlah, ukuran da jenis pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan besaram
ruang, fnsi ruang, dan jumlah pengguna ruang
 arah bukaan mempertimbankan fungsi ruang
 ukuran koridor memeprtimbangkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah pengguna
 sarana verfikal antar lantai yg memadai untuk menunjang aktifitas di dalam bangunan gedung
berupa tangga, ram, lift, escalator, dan travelator
 jumlah, ukuran dan konstruksi sarana penghubung vertical harus berdasarkan fungsi
bangunan, luas da jumlah penggua, serta keselamatan pengguna bangunan gedung
 setiap gedung dengan ketinggian 5 lantai harus menyediakan lift
 bangunan gedung umum yg fungsinya untuk kepentingan public harus menyediakan sarana
hununan vertical bagi semua org termasuk penyandang cacat dan lansia
 jumlah, kapasitas dan spesifikasi lift harus mampu melakukan pelayanan yg optimal untuk
sirkulasi vertical penggua bangunan sesuai dgn fungsi dan jumlah pengguna bangunan gedung
 bangunan yg menggunakan lif harus tersedia lif kebakaram yg di mulai dari lana dasar
bangunan
 lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumang biasa atau lif barang yang
dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan secara
khusu oleh pemadam kebakaran
- persyaratan Evakuasi: harus menyediakan sarana evakuasi bagi semua org termasuk
penyandang cacat dan lansia yg meliputi system peringatan bahaya bagi pengguna, pintu kelar
darurat, jalur evakuasi yg dapat menjamin pengguna bangunan gedung untuk melakukan
evakuasidari dalam bangunan gedung secara aman
- Pesyaratan Aksesbilitas Bagi Penyandang Catat:
 Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal danrumah deret sederhana, harus
menyediakan fasilitas dan aksesbilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi
penyandang cacar dan lansia masuk dan kelur, dari bangunan gedung serta beraktivitas dalam
bangunan gedung secara mudah, aman, nyaman dan mandiri
 Fasilitas dan aksesbilitas meliputi toilet, tempat aprkir, telepon umum, jalu pemandu, rambu
dan marka, ram, tangga, dan lif bagi penyandang cacat dan lansia
 Penyediaan fasilitas dan aksesbilitas disesuaikan dengan fungus, luas, dan ketinggian
bangunan gedung
3. FUNGSI BANGUAN GEDUNG
a. FUNGSI HUNIAN : bangunan hunian tunggal, bangunan hnian jamak, bangunan hunian campuran
dan bnangunan hunian sementara
b. FUNGSI KEAGAAMAAN: masjid-musholah, gereja-kapel, pura, vihara dan klenteng
c. FUNGSI USAHA: perkantoran, perdagangan, perindistrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal,
penyimpanan (gudang parkir dll)
d. FUNGSI SOSIAL DAN BUDAYA: bangunan pelayanan pendidikan, kesehatan, kebudayaan,
laboratorium, pelayanan umum (GOR)
e. FUNGSI KHUSUS: tingkat kerahasiaan tinggi (bangunan militer dll) , tingkat resiko bahaya tinggi
(bangunan reactor dll)
f. BANGUNA FUNGSI LEBIH DARI SATU

4. PENETAPAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG


a. Diusulkan oleh pemilik bangunan namun tidak boleh bertentangan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
b. Memenuhi persyaratan teknis bangunan gedung baik ditinjau dari segi tata bangunan dan
lingkungan maupun keandalannya
c. Dilakukan oleh pemerintah saat pembeian IMB berdsarkan rencana teknis yang disampaikan oleh
calon pemilik bangunan gedung dan memenuhi persyaratan

5. RTRW adalah rencana pemanfaatan ruang wilayah yang disusun untuk menjaga keserasian dan
keseimbangan pembanguanan antar sector jangka panjang
6. KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG

a. BERDASARKAN TINGKAT KOMPEKSITAS:


- BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA: terdiri dari
 Desain prototype dengan jumlah 2 lantai dan luas 500m2
 Bangunan tidak bertingat dengan luas 70 m2
 Puskesmas
 Bangunan sekolah SD-SMA dgn 2 lantai
- BANGUNAN GEDUNG TIDAK SEDERHANA, terdiri dari
 Dedain prototype lantai diatas 2 dengan luas diatas 500m2
 Bangunan rumah tidak bertingkat dengan luas diatas 70m2
 Rumah sakit kelas A,B dan C
 Bangunan sekolah SD-SMA jumlah lantai diatas 2 dan bangunan kampus
- BANGUNAN GEDUNG KHUSUS, terdiri dari
 istana Negara atau rumah jawabatan presiden dan wakil presiden
 wisma Negara
 gedung instalasi nuklir
 gedung labolatorium
 terminal udara, laut dan darat
 stasum kereta api
 stadion olah raga
 rumah tahanan dan lembaga permasyarakatan
 gudnag penyimpanan barang berbahaya
 geung monumental
 gedung fungsi pertahanan
 gedung perwakilan Negara RI di luar negeri
b. BERDASARKAN TINGKAT PERMANENSI : bangunan gedung permanen, semi permanen, dan
bangunan gedung darurat atau sementara
c. BERDASARKAN TINGKAT RESIKO KEBAKARAN : bangunan dengan resiko tinggi, sedang dan rendah
d. BERDASARKAN ZONASI GEMPA
e. BERDASARKAN LOKASI : lokasi padat, sedang dan renggang
f. BERDASARKAN KETINGGIAN : banguann tingkat tinggi, sedang dan rendah
g. BERDASARKAN KEPEMILIKAN: milik Negara, milik badan usaha dan milik perseorangan
7. PENENTUAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG
a. KLAS 1 BANGUNAN GEDUNG HUNIAN BIASA, terbagi:
- Klas 1a bangunan gedung hunian tunggal ( 1 rumah tunggal atau lebih bangunan hunian
gandeng yg dipisahkan dinding )
- Klas 1b bangunan asrama/ kost, rumah tamu, hosel dll dgn luas luas lantai kurang dari 300 m2
dan tidak ditinggali 12 org secaea tetap dan tidak terletas atas atau dibawah bangunan hunian
lain
b. KLAS 2 BANGUNAN GEDUNG YANG TERDIRI ATAS 2 ATAU LEBIH UNIT HUNIAN YANG MASING
MASING TERPISAH
c. KALS 3 BANGUNAN GEDUNG HUNIAN YG TIDAK TERMASUK 1 & 2, Y DIGUNAKAN SEBAGAI
TEMPAT TINGGAL LAMA ATAU SEMENTARA OLEH SEJUMLAH ORANG YANG TIDAK
BERHUBUNGAN (rumah asrama, losmen,hotel, tempat tinggal sekolah, panti jomp, panti asuhan
dan panti cacat)
d. KALS 4 BANGUNAN HUNIAN CAMPURAN
e. KLAS 5 BANGUNAN GEDUNG KANTOR
f. KLAS 6 BANGUNAN GEDUNG PERDAGANGAN ( rumah makan dll, bar dll, salon, pasar dll)
g. KLAS 7 BANGUNAN PERNYIMPAN ( gedung parkir umum dan gudang)
h. KLAS 8 BANGUNAN LABORATORIUM, INDUSTRI PABRIK
i. KLAS 9 BANGUAN GEDUNG UMUM, terdiri dari
- KLAS 9a gedung perwatan kesehatan/ rumah sakit
- KLAS 9b gedung pertemuan, sekolaj, bangunan udaya, peribadatan
j. KLAS 10 BANGUNAN GEDUNG YANG MERUPAKAN SARANA/PRASARANA BANGUNAN GEDUNG
YG DIBANGUN SECARA TERPISAH, seperti
- KLAS 10a bangunan gedung bukan hunian seperti garasi pribadi, garasi umum dan sejenisnya
- KLAS 10b struktur berupa pagar, tonggak, antenna, dinding penyangga, kolam renang
TIM AHLI BANGUNAN KEGUNG

1. TABG (tim ahli nagunan gedung) adalah tm yg terdiri dari para ahli yg terkait drngan penyelenggaraan bangunan
gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses penelitian dikumen rencana teknis dan juga untuk
memberikan masukan dalam penyelesaian maslah penyelenggaraan bangunan gedung
2. TABG TERDIRI DARI UNSUR:
- Perguruan Tinggi,
- Asosiasi Profesi Khusus,
- Masyarakat Ahli
- Instansi Pemerintah: meliputi,
 Pejabat structural bidang tata bangunan/bangunan gedung pada dinas yg membidangi sub urusang bangunan
gedung
 Pejabat fungsional teknik tata bangunan dan perumahan
 Pejabat structural dari instansi teknis terkait di daerah; berasalh dari jalan, perhubungan/transportasi,
telekomunikasi, K3, pertahanan, keamanan, penataan ruang, lingkungan hidup, perhubungan, kebakaran,
ketenagakerjaan, energy dan sumber daya mineral, komunikasi dan informatika, kesehatan, ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindingan masyarakat
 Pejabat fungsional dari instasi terkait di daerah
3. TABG memiliki keahlian di bidang Bangunan Gedung yang meliputi: arsitektur bangunan gedung dan perkotaan,
struktur dan konstruksi, mekanikal dan elektrikal, pertanaman/lanskap, tata ruang dalam/interior, keselamatan
dan kesehatan kerja, keahlian lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi bangunan
4. TABG mempunyai tugas:
- Memberikan pertimbangan teknis kepada dinas yang menangani sub-urusan BAngunan Gedung dalam proses
penelitian dokumen rencana teknis untu banguna gedung kepentingan umum dan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan untuk penertiban IMB
- Memberikan masukan dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan gedung kepentingan umum
- Memberikan pertimbangan teknis terkait penyelenggaraan bangunan gedung cagar budaya dan bangunan
gedung hijau
- Memebrikan masukan dalam penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait
bangunan gedung
5. TABG meliputi kegiatan; perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
6. TABG mneyelenggarakan fungssi:
- Pengkajian dokumen rencana teknis untu bangunan gedung kepentingan umum dan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan untuk penerbitan IMB
- Pengkajian dan analisis dalam penyelesaian maslaah penyelenggaraan bangunan gedung untuk kepentingan
umum berdasarkan bidang keahlian tiap anggota
- Pengkajian dan analisis dalam penyelenggaraan bangunan gedung cagar budaya dan gedung hijau
- Pengkajian dan analisi dalam penyepurnaan peraturan perundangan terkait banguna gedung di daerah
7. PENGKAJIAN TEKNIS :
- Melakukan pemeriksaan kelaikan banguan gedung
- Melakukan pemeriksaan berkala Bangunan Gedung: memastikan keandalan seluruh atau sebagian Bangunan
Gedung, komponen, bahan bangun dan sarana prasarana; memverifikasi catatan riwayat kegiatan operasi,
pemeliharaan, dan perawatan Bangunan Gedung.
- Pemeriksaan pemenuhan persyaratan teknis meliputi;
 Pemeriksaan fisik bangunan Gedung Terhadap kesesuaiannya dengan persyaratan teknis meliput: pemeriksan
visual; pengujian nondestruktif dan pengujian destruktif digunakan menggunakan alat bantu dokumen gambar
terbangun, peralatan uji nondestruktif, dan peralatan uji dektruktif
 Pelaksanaan verifikasi dokumen riwayat operasional, pemeliharaan dan perawatan BAngunan Gedung
8. PENGKAJI TEKNIS HARUS MEMENUHI
- Persyaratan administrative meliputi :
 Memiliki oendidikan paling rendah S1 dalam budang teknik arsitektru atau teknik sipil
 Memiliki oengalaman kerja paling sedikit 3 tahun dalam melakukan pengkajia teknis, pemeliharaan,
pengoperasian dan pengawasan konstruksi bangunan gedung
- Persyaratan teknis ; memiliki keahlian teknis dalam bidanh arsitektur, struktur dan utiltas yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi kerja kualifikasi ahli
9. Pengkaji teknis berbentuk penyedia jasa badan usaha harus memiliki: pengalaman paling sedikit 2 tahun dalam
melakukan pengkajian teknis dan pengawasan konstruksi bangunan gedung, memiliki tenaga ahli dibidang
arsitektur, mekanikal, elektrikal dan tata ruang luas yang masing maisng palingseidkit 1 org
10. Pengkaji teknis perorangan harus memiliki kemampuan:
- melaukan pengecekan kesesuaian gambar terbangun terhadap dokumen IMB;
- melakkan pengecekan kesesuaian fisik bangunan gedung terhadap gambar terbangun;
- melakukan pemeriksaan komponen terbangun arsitektural bangunan gedung (dinding dalam, langit-langit,
lantai, oenutup atap, dinding luas, pintu dan jendela, lisplank, talang)
- melalukan pemeriksaan structural (pondasi, dinding geser, kolom dan balok, plat lantai dan atap)
- pemeriksaan komponen terpasang utulitas(system mekanikal, system atau jaringan elektrikal, perpipaan)
- pemeriksaan komponen terbangun tata ruang luar bangunan gedung (jalan setapak, jalan lingkungan, tanga
luar, dili dili, parkir, dinding penahan tanah, pagar, penerangan luar, pertamanan, saluran)
11. kesesuaian intensitas banguna gedung dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata tentang:
- luas lantai dasar bangunan gedung
- luas dasar basemen
- luas total lantai bangunan gedung
- jumlah lantai bangunan gedung
- jumlah lantai basemen banguna gedung
- ketinggian bangunan gedung
- luas daerah hijau dalam persil
- jarak sempadan bangunan gedung terhadap jalan, sungai, pantai danau, rel kereta api dan jalur teganggan
tinggi
- jarak bangunan gedung dengan batas persil
- jarak antar bangungan gedung
12. kesesuaian intensitas bangunan gedung dilakukan menggunakan metode:
- pengukuran menggunakan peralatan
- peemriksaan kesesuaian kondisi nyata dengan rencana teknis dan gambar sesuai dengan terbangun
- pendokumentasian
13. pemenuhan persyaratan arsitektur bangunan gedung untuk mengetahui kondisi nyata tentang: penampilan
bangunan gedung; tata ruang dalam bangunan gedung; keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan
lingkungan bangunan gedung
14. pemeriksaan penampilan bangunan gedung meliputi: bentuk bangunan; bentuk denah; tampak bangunan; bentuk
dan penutup atap; profil, detail, material dan warna; batas disik atau pagar pekarangan; kulit atau selubung
bangunan
15. pemeriksaan tata rang dalam bangunan meliputi: kebutuhan ruang utama; bidang-bidang dinding; bidang-bidang
penyekat; pintu/jedela; tinggi ruangan; tinggi lantai dasar; ruang rongga atap; penutup lantai; penutup langit-langit
16. pemeriksaan keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam lingkungan bangunan meliputi: tinggi pekarangan;
ruang terbuka hijau pekarangan; pemanfaatan ruang sempadan bangunan; daerah hijau bangunan; tata tanaman;
tata perkerasan pekarangan; sirkulasi manusa dan kendaraan; jalur utama pedestrian; perabot lanskep;
pertandaan; pencahayaan ruang luar bangunan gedung
17. pemeriksaan pemenuhan persyaratan keselamatan bangnan gedung dilakukan untuk mengetahui:
- Sistem Struktur Bangunan Gedung, meliputi: fondasi, kolom, balok, pelat lantai, rangka atap, dinding inti,
basemen, dinding pemikul dan penahan geser, pengaku, dan peredam.
- Sistem Proteksi Kebakaran meliputi: akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran yaitu akses pada
lingkungan bangunan, akses petugas pemadam kebakaran ke lingkungan, akses petugas pemadan kebakarn ke
bangunan gedung dan pasokan air untuk pemadam kebakaran; sarana penyelamatan yaitu akses eksit, jalan
keluar, pintu ruang terlindung dan proteksi tangga, jalur terusan eksit, kapasitas sarana jalan keluar, jarak
tempuh, jumlh sarana jalan keluar, pencahayaan darurat, penandaan sarana jalan keluar, sarana penyelamatan
sekunder, evakuasi, system peringatan bahaya dagi penggua, area perlindungan, titik berkumul, dan lift
kebakaran; system proteksi pasif yaitu pnt dan jendela tahan api, partisi penghalang asap dan atrium; system
proteksi aktif yaitu pipa tegas, system pemercik putar (sprinkler) otomatis, pompa pemadam kebakaran,
penyediaan air, system deketisi kebakaran, system alarm kebakaran, system komunikasi darurat, ventilasi
mekanis dan system pengendali asap;
- Sistem Penangkal Petir meliputi; system kepala penagkal petir atau terminasi udara; system hantaran penangkal
petir atau konduktor penyalur, system pembumian aatu terminasi bumi
- Sistem instalasi listirk meliputi; sumber listrik; panel listrik; instalasi listrik; system pembumian
18. Pemeriksaan pemenuhan kesehatan bangunan gedung untuk mengetahuo kondisi nyata tentang:
- Sistem penghawaan, meliputi; ventilasi alami; system pengkondisian udara; kadar karbonmonoksida dan
karbondioksida
- System pencahayaan, meliputi: pencahayaan alami; pencahayaan buatal/artifisial; tingkat luminasi
- System utilitas meliputi: air bersih; pembungan air kotor/limba; pembunagan kotoran dan sampah; penyaluran
air hujan
MATERI BERSADARKAN PENGALAMAN TES

1. MACAM-MACAM ALAT BERAT KONSTRUKSI DAN FUNGSINYA


- Bulldozer => digunakan untuk mengolah lahan, sebagai alat pendorong tanah lurus ke depan mapupun
kesamping
- Excavator => alat penggali tanah, dapat digunakan sebagai alat pengangkut material ke dalam truk
- Wheel Loader, Track Loader => untuk memindahkan material
- Motor Scraper => untuk memotong lereng tanggul atau lereng bendungan, menggali tanah yang terdapat
diantara bangunan betin atau beratakan jalan raya
- Motor Grader => meratakan pembukaan tanah secara mekanis dan untuk keperluan lain misalnya untuk
penggusuran tanah, pencampuran tanah, meratakan tanggul, pengurugan kembali galian tanah dsb
- Asphalt Finisher => menghamparkan aspal yang dihasilkan dari alat produksi aspal
- Mobile crane => alat pengankut material, alat ini dapat berpindah tempat dengan mudah namun tidk bias di
ginakan di eprmukaan air
- Pneumatic Tire Roller => penggilasan bahan granular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix

Klasifikasi Alat Berat

- Alat Pengolah Lahan = dozer, scraper, motor grader


- Alat penggali = excavator, front shovel, back hoe, dragline, clamshell
- Alat oengangkut material = belt, truck dan wagon, untuk arah vertival crane
- Alat pemindah material = loader dan dozer
- Alat pemadat = tamping roller, pneumatic tired roller, compactor
- Alat pemroses maerial = crusher dan concrete mixer truck
- Alat penempatan akhir material = concrete spreader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat

Momen merupakan gaya dikali jarak. Momen terjadi akibat bekerjanya gaya-gaya pada suatu balok
yang mengakibatkan balok tersebut akan melentur dengan demikian serat bagian terluar akan
mengalami tarikan dan serat bagian dalam akan mengalami perpendekan ( tekanan ). Gejala yang
terlihat pada serat terluar akan mengalami retak-retak bila kemampuan balok melebihi dari tahanan
balok tersebut, bahkan yang lebih fatal balok bisa patah.

Pada beton bertulang dimana bahan yang dipakai adalah beton dan besi tulangan, beton hanya kuat
menahan desakan atau gaya tekan sedangkan untuk tarikan ini adalah merupakan tugas dari besi
tulangan. Dengan demikian pada serat terluar ( daerah tarikan ) perlu diberikan tulangan pokok untuk
menjaga agar balok tersebut dapat menahan kombinasi pembebanan yang bekerja padanya. Momen
(M) merupakan Gaya (P) dengan satuan ton (t) dan jarak (l) dengan satuan meter (m), dari perkalian
ini akan didapatkan satuan momen yaitu ton meter (t.m). Pelaksanaan perhitungan momen ini juga
memakai prinsip-prinsip kesetimbangan. Langkah untuk menentukan momen ini adalah : penentuan
reaksi, selanjutnya menentukan momen-momen pada setiap titik dimana gaya-gayabekerja. Melalui
momen-momen setiap titik yang didapatkantersebut selanjutnya dapat digambarkan bidang
momennya. Khusus dalam mekanika statis tertentu ini menggunakan kesetimbangan, baik momen,
gaya vertikal maupun gaya horizontal.

Gaya Lintang/Bidang Geser


Gaya Lintang (D) adalah merupakan gaya-gaya yang akan menahan Geser yang terjadi pada Balok.
Penentuannya juga ditinjau pada setiap titik dimana gaya bekerja. Dalam proses penggambarannya
gaya lintang ini perlu diperhatikan persyaratannya, dimana gaya lintang tersebut  bernilai positif
untuk gaya-gaya yang bekerja ke arah atas dan sebaliknya bernilai positif apabila bekerja kearah
bawah. Gaya-gaya tersebut hanya bekerja pada satu arah yaitu (vertikal). Gaya lintang positif
dilukiskan disebelah atas garis netral dan sebaliknya gaya lintang negatif dilukiskan dibagian bawah
garis netral.

Gaya Normal

Gaya Normal adalah merupakan gaya-gaya yang bekerja searah sumbu balok  atau sejajar sumbu
balok. Untuk menentukan apakah suatu gaya normal positif atau negatif dapat diambil patokan : bila
gaya normal meninggalkan titik yang ditinjau maka gaya normal adalah positif dan sebaliknya bila
menuju titik yang ditinjau maka akan bernilai negatif. Gaya normal ini banyak digunakan pada
konstruksi rangka batang. Melalui gaya normal ini kita dapat mengetahui lebih jauh apakah terjadi
Tekukan dan apakah terjadi Zetting ( besarnya penurunan ).

Penggambaran Bidang Momen , Gaya Lintang , dan Gaya Normal

Jenis Baja Berdasarkan Unsur Penyusunnya

 Dari berbagai unsur-unsur penyusunnya, baja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu baja karbon
(carbon steel) dan baja paduan (alloy steel). Dari dua jenis baja ini, ternyata masing-masing memiliki
banyak macam dan jenis lainnya yang sangat beragam. Untuk mengetahui lebih jelasnya, mari simak
terlebih dahulu penjelasan di bawah ini tentang berbagai macam serta jenis baja yang ada. Berikut ini
di antaranya.

 Baja Karbon (Carbon Steel)

 Baja karbon ini memiliki tiga tipe berbeda, yaitu baja karbon rendah, baja karbon menengah, dan
baja karbon tinggi. Dari masing-masing ini tentu memiliki kadar serta kemampuan yang berbeda.

 Baja Karbon Rendah

 Dari namanya, tentu baja karbon ini memiliki dan mengandung unsur kadar yang rendah yaitu
sekitar 0,05-0,3 persen. Karakteristik dari baja karbon rendah ini adalah mudah ditempa serta sangat
mudah jika diolah menggunakan mesin. Baja karbon rendah yang memiliki kadar sekitar 0,05-0,2
persen, biasanya digunakan untuk membuat bodi mobil, struktur bangunan, rantai, sekrup, pipa,
paku, dan sebagainya. Sedangkan pada kadar baja karbon rendah sekitar 0,2-0,3 persen, biasanya
digunakan untuk membuat baut, gigi kendaraan, maupun jembatan.

 Baja Karbon Menengah

 Baja karbon menengah tentu mengandung unsur kadar yang lebih tinggi dari baja karbon rendah,
yaitu sekitar 0,3-0,4 persen. Biasanya baja karbon menengah ini lebih sulit untuk dibengkokkan,
dipotong, atau pun dilas. Karbon ini biasa dibuat sebagai batang penghubung, pin engkol, dan as
roda.

 Untuk baja karbon menengah dengan kadar 0,4-0,5 persen, biasanya digunakan sebagai bahan
pembuat as roda mobil, rel, poros engkol, obeng, dan boiler. Sedangkan pada baja karbon menengah
dengan kadar 0,5-0,6 persen, biasanya digunakan untuk membuat bahan baku palu dan kereta luncur.

 Baja Karbon Tinggi

 Baja karbon tinggi merupakan baja karbon dengan kandungan kadar yang paling tinggi, yaitu
berkisar antara 0,6-1,5 persen. Baja karbon tinggi ini sangat sulit dipotong, dibengkokkan, maupun
dilas. Maka dari itu, kualitas dari bahan pembuat baja karbon tinggi ini sangat bagus dan kuat. Baja
karbon tinggi ini memiliki kegunaan sebagai bahan baku pembuat sekrup, pisau, palu, kawat, gergaji,
serta sebagai bahan pembuat alat-alat pertukangan lainnya.

 Baja Paduan (Alloy Steel)

 Baja paduan ini tidak hanya terbuat dari bahan dasar besi dan karbon, melainkan juga terdapat
campuran dan tambahan unsur-unsur lainnya. Tujuan penambahan unsur-unsur pada baja paduan ini
sebenarnya untuk meningkatkan sifat mekanik baja, meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia,
menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah, dan juga untuk menciptakan baja dengan sifat-
sifat khusus.

 Jika dilihat dari kandungan kadarnya, baja karbon paduan pun juga terbagi dalam tiga jenis. Yaitu
baja paduan rendah dengan kadar kurang dari atau sama dengan 2,5 persen, baja paduan menengah
memiliki kadar sekitar 2,5-10 persen, dan sedangkan baja paduan tinggi memiliki kandungan kadar
lebih dari atau sama dengan 10 persen.

 Berdasarkan tambahan unsur-unsur paduannya, baja paduan ini juga dibagi


menjadi dua jenis, yaitu:

 Baja Paduan Khusus

 Baja paduan khusus ini dibuat dengan unsur-unsur tertentu yang digunakan untuk keperluan khusus.
Pembuatannya pun dilakukan dengan menambahkan satu atau lebih unsur-unsur yang berjenis
logam, sehingga nantinya akan menghasilkan baja yang memiliki sifat dan karakteristik sesuai
dengan keinginan. Di antaranya baja menjadi lebih kuat, lebih ulet, lebih kerat dibandingkan dengan
baja karbon.

 Baja High Speed

 Baja high speed biasa digunakan sebagai bahan utama dalam membuat alat-alat potong, di antaranya
adalah seperti reamer, drill, milling cutter, lathe tool bit, dan countersink. Baja high speed ini
memiliki kandungan kadar berkisar antara 0,7-1,5 persen. Jika Anda menggunakan serta
memanfaatkan baja high speed ini, segala peralatan mampu dioperasikan dengan lebih cepat.

Selain itu, baja paduan juga memiliki beberapa sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh baja pada
umumnya. Baja-baja tersebut antara lain :

 Baja tahan garam (acid-resisting steel)

 Baja tahan panas (heat resistant steel)


 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Baja elektrik (electric steel)
 Baja magnetik (magnetic steel)
 Baja non-magnetic (non magnetic steel)

Kombinasi Baja

Jika baja dikombinasikan dengan dua klasifikasi baja menurut kegunaannya dan komposisi kimia,
maka akan diperoleh lima kelompok jenis baja.

1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)


2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (highly alloy structural steel)

Anda mungkin juga menyukai