Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MK : ETIKA PRANATA DAN PROFESI


DOSEN: WAHYU HENY K SAPARDI ST, MSC

Nama : EKO SUGIANTO


NIM. 2016731250012
KASUS 1

KAMPUNG PULO, JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Masyarakat mendirikan rumah permanen dan semi permanen di wilayah tersebut tanpa mengindahkan
aturan mengenai mekanisme Garis Sempadan Danau diantaranya :

1. Garis sepadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50M dari titik ketinggian kea rah darat
2. Untuk mata air, sekurang-kurangnya 200M di sekitar mata air
3. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, sekurang-kurangnya 100M dari tepi sungai
sebagai jalur hijau.

Pertanyaan :

1. Apakah Esensi/tujuan dari Garis Sepadan Sungai tersebut?


2. Termasuk dalam Pelanggaran apakah masyarakat yang mendirikan rumah disekitar sungai?
3. Apakah perlu diupayakan Relokasi, Metoda seperti apakah yang sesuai dan buatkan skemanya
jika memungkinkan dengan sketsa.
Jawaban :

1. Esensi garis sepadan bangunan terhadap pembatasan/peringatan/sungai adalah untuk


menciptakan, menjamin kelestarian dan fungsi sungai, serta menjaga masyarakat dari bahaya
bencana di sekitar sungai, seperti banjir dan longsor.
2. Termasuk dalam pelanggaran IMB, Kebersihan sungai dan peresapan air dan tata guna lahan
3. Seharusnya memang perlu direlokasikan ketempat yang lebih baik dan teratur, namun
terkadang kebiasaan dan pola hidup masyarakat yang tinggal disitu tidak memeungkinkan untuk
dipindahkan pasti alasanya sudah sejak dahulu, namun itulah saya sebagai arsitek yang harus
dipertimbangkan secara matang, bukan hanya membangun dan langusung menggusur namun
perlunya membangun komunikasi diantara masyarakat dan pemerintah untuk mengambil jalan
tengah, mungkin saja kita arsitek bisa menimbangkan jika membuat bangunan nampak diatas
sekali seperti konsep rumah burung, tidak ada yang tidak mungkin bagi si arsitek untuk
membuat konsep seperti itu jikalau memang sudah ada komitmen dan kelebihannya bisa
menjadi tempat wisata bagi kampung pulo.
KASUS 2

APARTEMEN SKY LOUNGE – TAMAN SARI TANGERANG

Pembangunan Apartemen Komersial Sky Lounge – Taman Sari yang berada di Jalan Marsekal Surya
Dharma Kota Tangerang merupakan tempat komersial dan kondotel. Apartemen ini bertingkat 8 dan
berada di kawasan bandara. Dari pintu M1 bandara ke Apartemen Sky Lounge sekitar 5 menit saja.

Sesuai aturan Mentri Kominfo Pasal 9 Bab IV yaitu setiap mendirikan suatu bangunan di daerah KKOP
bandar udara harus mendapat ijin dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan pasal 211 UU
No.1 th 2009 tentang penerbangan dan sesuai dengan IMB.

Pertanyaan :

1. Apakah bangunan tersebut melanggar ketentuan yang berlaku, jelaskan pendapat anda.
2. Bagaimana kondisi bangunan tersebut terkait aturan KKOP Kawasan Permukaan dalam,
Kawasan permukaan Luard an Kawasan Permukaan Kerucut? Jelaskan
3. Termasuk dalam pelanggaran kode etik yang manakah Pembangunan Apartemen tersebut,
jelaskan
Jawab :

1. Tentu Melanggar, karena seharusnya bangunan yg berada di radius 200 meter dekat bandara
bangunan tidak boleh tingkat, maka seharusnya pemerintah tidak bisa mengeluarkan IMB

2. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam kawasan pendekatan lepas landas, harus memenuhi
batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% (satu koma enam persen) arah ke atas
dan keluar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas
pacu.
Untuk mempergunakan tanah, perairan atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2010, harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
- Tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi penerbangan atau
komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara;
- Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan lampu-
lampu lain;
- Tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan bandar
udara;
- Tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; dan
- Tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain dapat
membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat
udara yang bermaksud mempergunakan bandar udara.
Bangunan atau sesuatu benda yang ada secara alami berada di KKOP dan ketinggiannya masih
dalam batas ketinggian yang diperkenankan, akan tetapi diduga dapat membahayakan KKOP,
harus diberi tanda dan atau dipasangu lampu.
Pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk pengoperasian dan pemeliharaannya
dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya.
3. Termasuk Melanggar Undang-Undang Nomor 1. Tahun 2009 tentang Penerbangan menetapkan
untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan, Bandar Udara dilengkapi dengan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). KKOP relatif sangat luas, mulai dari pinggir
landas pacu sampai radius 15.000 m dengan ketinggian yang berbeda-beda sampai 150 m relatif
terhadap Titik Reference Bandar Udara. Bangunan dan benda tumbuh di dalam KKOP harus
diatur dan dikendalikan, tidak melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan operasi
penerbangan. Penelitian menganalisis pengaturan pembangunan dan benda tumbuh di KKOP
dan pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengendalikan pembangunan dan
benda tumbuh di KKOP Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Metode penelitian yang digunakan
Yuridis Normatif, dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Pengaturan KKOP dirumuskan
dalam UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan berikut peraturan pelaksanaannya. UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak secara tegas menetapkan
penyerahan urusan kewajiban Pemerintah Daerah untuk mengendalikan daerah lingkungan
kepentingan bandar udara, termasuk di dalamnya adalah KKOP. Pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Daerah dalam pengaturan dan pengendalian KKOP Bandar Udara Ahmad Yani, baru
dituangkan secara umum di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah baik di Propinsi Jawa Tengah
maupun di Kota Semarang, belum ada Perda tentang rencana rinci tata ruang kawasan di sekitar
bandar udara
KASUS 3

GEDUNG G KOLFF JAKARTA

Kondisi bangunan tersebut hamper 90% rusa, di beberapa sudut bangunan terdapat tanaman liar dan
pohon beringin yang tumbuh di lokasi tersebut.

Gedung GKolff ini awalnya merupakan took buku pertama di Jakarta yang berdiri sejak abad 19
selanjutnya gedung ini masuk dalam Proyek Revitalisasi PT. Jakarta Old Town Revitalization Corporation
(JOTRC) sejak tahun 2016.

Pertanyaan :

1. Termasuk dalam cagar budaya Golongan A, B atau C kah gedung tersebut? Jelaskan
2. Jenis Revitalisasi seperti apakah yang sesuai untuk Gedung tersebut? Jelaskan pendapat anda
3. Apakah penghancuran bangunan lama termasuk ke dalam pelanggaran dan kode etik? Jelaskan
4. Bagaimanakah tahap Revitalisasi yang sesuai menurut asumsi desain anda? Jelaskan dengan
sketsa
Jawaban :

1. Termasuk Golongan I Karena kondisi bangunan masih 90% dan masih terjaga karakterisitiknya
sehingga masih terlihat dan original utuh
2. Pemugaran bangunan cagar budaya Golongan A dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

bangunan dilarang dibongkar dan/atau diubah;

- apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak harus dibangun
kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya;
- pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau
memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang
telah ada;
- dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian/perubahan fungsi sesuai
rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya;
- di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan
tambahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama, dengan
ketentuan penambahan bangunan hanya dapat dilakukan di belakang dan/atau di samping
bangunan cagar budaya dan harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam
keserasian lingkungan.
3. Tentu karena melanggar kode etik dalam melanggar pelestarian bangunan/arsitektur kawasan
bersejarah, karena gedung G. KLOFF sudah termasuk cagae budaya kawasan bersejarah.
Seharusnya kita lestarikan merevitalisasi bangunan tanpa merubah bentuk aslinya
4. Tidak merubah stuktur dalam merevitalisasinya, tidak merubah desain, hanya boleh merubah
fungsi.
- Membesirhkan puing-puing robohan bangunan
- Menambal bagian2 yang sudah rusak dan memperbaiki struktur yang sekiranya harus
diganti
- Mengganti dengan material yang sesuai dengan gedung yang lama, walaupun beda boleh
sedikit tapi yang mendekati
- Mengganti rangka atap keseluruhan kareana kondisi yg sudah lama memungkinkan akan
roboh
- Mengganti jendela dengan yang baru
- Finishing sesuai dengan bagunan semula

Anda mungkin juga menyukai