Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peraturan – Peraturan

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan wilayah


dengan ketentuan dan peraturan tertentu untuk mengamankan sisi darat dan sisi
udara dari kegiatan penerbangan dan juga mempunyai maksud mengamankan
kegiatan lalu lintas penerbangan. Wilayah KKOP ini merupakan suatu batasan lebar
dan tinggi yang mempunyai radius terjauh 15 km dari tiap ujung landasan, serta
mempunyai ketinggian tepi setinggi 150 meter dari tinggi landasan.

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) mempunyai fungsi


khusus yaitu untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan serta
melindungi masyarakat sekitar bandar udara terhadap kemungkinan bahaya
kecelakaan pesawat udara. Peraturan yang diberlakukan mengenai KKOP pada
bandar udara adalah :

1. ANNEX 14 Chapter 4: Obstacle Restriction and Removal. Document 9137:


Airport Service Manual, part 6: Control of Obstacle.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
3. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan.
4. Peraturan Pemerintah N0. 38 Tahun 2007 Tanggal 9 Juli 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2005 Tentang
Pemberlakuan ‘ Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7112-2005’ mengenai
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Sebagai Standar Wajib.
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 69 Tahun 2013 Tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

5
EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU
DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
6

2.2 Pengertian Bandar Udara

Bandar udara adalah suatu area yang didalamnya terdapat fasilitas arus lalu
lintas penumpang pesawat terbang yang diantaranya terdapat landas pacu (runway),
apron atau tempat parkir pesawat, Air Traffic Controller atau menara pemantau
yang dilengkapi radio control dan radar, serta terminal yang dipergunakan sebagai
tempat menunggu penumpang.

Berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, bandar udara adalah


kawasan di daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang, dan tempat perpindahan antarmoda transportasi yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilititas
pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

2.3 Studi Kelayakan Lingkungan

Studi kelayakan lingkungan merupakan suatu penelitian yang membahas


tentang layak tidaknya suatu pembangunan dengan memperhatikan komponen-
komponen lingkungan baik lingkungan fisik-kimia, biologi maupun sosial
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.

Studi kelayakan lingkungan dilakukan dengan maksud untuk


mempersiapkan kebutuhan fasilitas berdasarkan kelayakan-kelayakan
pengembangan wilayah, kelayakan teknis pembangunan, kelayakan operasional,
kelayakan lingkungan, kelayakan finansial, dan ekonomi. Tujuan dari studi
kelayakan ini adalah untuk memperoleh pedoman dalam proses pembangunan
berdasarkan kelayakan lokasi ditinjau dari aspek teknis dan kelayakan operasional.

2.4 Pengertian Aspek Kelayakan Operasi dan Teknis Pembangunan Bandara

Aspek kelayakan operasi dan teknis pembangunan bandar udara adalah


suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan yang didalamnya

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
7

terdapat kriteria-kriteria, seperti : ketersediaan ruang udara yang bebas rintangan


mencakup ruang udara untuk take-off dan landing serta untuk holding, pengaturan
penggunaan ruang udara, sehingga dapat ditetapkan standard procedure untuk
operasi penerbangan serta pengendalian lalu-lintas udara sedangkan aspek teknis
pembangunan di dalamnya memuat seperti: kesesuaian dengan rencana tata ruang
wilayah, tata guna/pemanfaatan lahan, kemudahan pembangunan konstruksi,
kemudahan pencapaian lokasi dengan mempertimbangkan ketersediaan jalan akses,
serta ketersediaan utilitas meliputi sarana listrik, air bersih, jaringan telepon.

2.5 Pemilihan Lokasi Bandar Udara Baru

Pemilihan lokasi bandar udara dilakukan melalui 2 (dua) tahapan yaitu


evaluasi awal untuk menentukan alternatif lokasi bandar udara dan tahap
selanjutnya adalah pemilihan lokasi terbaik melalui penilaian terhadap alternatif
bandar udara berdasarkan kriteria yang sesuai aspek terkait.

Di dalam menilai lokasi alternatif yang potensial untuk bandar udara baru,
beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan alternatif lokasi
adalah sebagai berikut:

2.5.1 Kondisi Topografi dan Geologi


Biaya konstruksi yang ekonomis terkait dengan kondisi topografi,
klasifikasi tanah dan kedalaman lapisan tanah keras di dalam daerah bandara.
Karena aspek tersebut menentukan volume pekerjaan tanah atau biaya pemantapan
tanah/stabilisasi. Disamping itu menentukan daya dukung tanah dasar yang
berpengaruh besar terhadap tebalnya perkerasan (pavement) dan sistem pondasi
untuk struktur.

2.5.2 Ruang Udara yang Bebas Rintangan


Kondisi topografi yang baik di kawasan sekitar bandar udara, berpengaruh
besar terhadap ketersediaan ruang udara yang bebas rintangan/halangan untuk

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
8

operasi penerbangan. Oleh karena itu, keberadaan bukit dan gunung di daerah
approach dan take-off serta di kawasan KKOP yang lain, perlu dikontrol tinggi dan
jaraknya terhadap ujung landasan atau as landasan, untuk mengetahui apakah
melebihi persyaratan permukaan batas rintangan. Pada kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP) tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda
tumbuh lebih tinggi dari batas ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan
Aerodrome Reference Code dan Runway Clasification dari suatu bandar udara.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandara terdiri dari :
kawasan pendekatan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan,
kawasan dibawah permukaan transisi, kawasan dibawah permukaan horizontal
dalam, kawasan dibawah permukaan kerucut, dan kawasan sekitar penempatan alat
bantu navigasi penerbangan.

2.5.3 Tersedia Luas Lahan yang Cukup untuk Pengembangan


Luas lahan bandar udara terutama ditentukan oleh kebutuhan fasilitas
landasan, taxiway dan apron, juga terminal penumpang. Kebutuhan fasilitas
landasan terutama panjangnya ditentukan oleh jenis pesawat terbesar (kritis) yang
beroperasi, guna melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang. Sedangkan
sistem taxiway dan apron disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas per jam atau
kapasitas tahunan dari operasi pesawat udara. Terminal penumpang ditentukan
terutama oleh jumlah penumpang pada jam sibuk. Calon lokasi harus memenuhi
kebutuhan luas dan ukuran lahan yang direncanakan untuk pengembangan.

2.5.4 Kondisi Meteorologi


Kondisi meteorologi, terutama visibility dan ceiling, serta adanya kabut dan
asap sangat berpengaruh terhadap operasi penerbangan di suatu bandara.
Sedangkan untuk operasi pesawat kecil juga dipengaruhi oleh besarnya cross-wind
component yang melebihi persyaratan, hal tersebut juga mempengaruhi jam operasi
bandar udara. Pada kondisi meteorologi tertentu kesulitan tersebut dapat diatasi

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
9

dengan pemasangan alat bantu navigasi ataupun komunikasi yang biayanya rata-
rata lebih tinggi. Arah angin, kecepatan, dan frekuensinya mempengaruhi orientasi
arah landasan dengan tujuan tercapainya wind coverage (Usability Factor) yang
dipersyaratkan.

2.5.5 Aksesibilitas yang Mudah dan Cepat


Bandar udara harus dapat dicapai dengan mudah dan cepat dari kota dan pusat
permukiman penduduk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Untuk maksud
tersebut letak lokasi bandar udara harus memenuhi persyaratan baik jaraknya
maupun aksesbilitas dengan kota/pusat permukiman tanpa menimbulkan dampak
lingkungan yang berarti dengan jarak antara 15-30 km. Selanjutnya agar dapat
dicapai dengan cepat diperlukan adanya sistem jaringan transpotasi yang baik,
seperti jalan raya dan kereta api yang didukung oleh sarana transportasi yang andal.
Sedapat mungkin jalan akses dari bandara pada jarak pendek sudah dapat
dihubungkan dengan jaringan transportasi umum yang ada.

2.5.6 Sesuai Rencana Pengembangan Kota


Letak calon lokasi bandar udara harus sesuai/tidak bertentangan dengan
rencana tata ruang wilayah yang ada. Hal ini sangat penting karena di sekitar bandar
udara terdapat Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang membatasi
ketinggian bangunan sampai batas yang tidak membahayakan operasi penerbangan.
Disamping itu terdapat daerah-daerah yang rawan kebisingan yang membatasi jenis
dan sifat bangunan serta peruntukannya, sehingga tidak menimbulkan gangguan
yang serius bagi penduduk yang mendiaminya, atau membangkitkan tuntutan
kepada pengelola bandar udara.

2.6 Aspek Kelayakan Teknis Bandar Udara Baru


Di dalam menilai suatu lokasi berdasarkan aspek kelayakan teknis ada
beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
10

2.6.1 Daya Dukung Tanah


Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah dalam mendukung beban
dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan berlebihan.
Kapasitas nilai daya dukung dari suatu tanah didasarkan pada karaktertistik tanah
dasar dan dipertimbangkan terhadap kriteria penurunan dan stabilitas yang
disyaratkan termasuk faktor aman terhadap keruntuhan.

2.6.2 Kondisi Permukaan Tanah


Kondisi permukaan tanah pada lokasi alternatif menggambarkan kondisi
dataran secara umum dalam hal tata guna/pemanfaatan lahan seperti misalnya
kondisi topografi yang relatif datar, pemanfaatan lahan yang akan digunakan, serta
kondisi lahan disekitar lokasi.

2.6.3 Kemiringan Rata-Rata Permukaan Tanah


Dalam survei topografi diperoleh peta kontur luasan yang digunakan pada
saat ultimate. Perhitungan kemiringan rata-rata permukaan tanah diperoleh dari
hasil total kemiringan dikalikan dengan jarak kemudian dibagi dengan total
jaraknya.

2.6.4 Jarak dari Pusat ke Kota


Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian lokasi dengan
mempertimbangkan ketersediaan jalan akses dan jarak dari pusat kota dan waktu
tempuh menuju lokasi.

2.6.5 Infrastruktur
Infrastruktur merupakan ketersediaan utilitas meliputi sarana listrik, air
bersih, dan jaringan telepon.

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
11

2.7 Aspek Kelayakan Operasi Bandar Udara Baru


2.7.1 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
2.7.1.a Batasan Bebas Hambatan

Berdasarkan ICAO, Dokumen 9137-AN/898, Manual Pelayanan Bandar


Udara, Bagian 6 mengenai pengendalian atas halangan, dinyatakan bahwa
keefektifan pemanfaatan suatu bandar udara sangat dipengaruhi oleh bentuk alami
dan bangunan buatan manusia baik di dalam maupun di luar batas lahan bandar
udara.

Hal ini dapat menentukan batasan-batasan jarak jangkauan yang dapat


diperoleh guna lepas landas dan pendaratan pesawat udara serta kondisi
meteorologis yang dipersyaratkan bilamana lepas landas maupun pendaratan dapat
dilakukan.

Objek yang direncanakan maupun eksisting di dalam batas areal bandar


udara atau pada jarak yang berdekatan dilakukan penilaian melalui penerapan 2
(dua) kriteria secara terpisah dalam persyaratan ruang udara.

- Kriteria pertama, terdiri atas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan


(KKOP) yang merupakan batas halangan pada ruang udara. Secara lebih
luas, permukaan ruang udara adalah menentukan ruang udara yang secara
ideal perlu dijaga bebas dari halangan untuk meminimalkan bahaya bagi
pesawat selama melakukan pendekatan mendarat atau lepas landas.
- Kriteria kedua, tertuju pada permukaan yang diperuntukkan bagi
pembangunan perangkat fasilitas untuk prosedur penerbangan dan
persyaratan ketinggian minimum yang aman bagi tiap segmen prosedur
penerbangan.

2.7.1.b Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan wilayah


dengan ketentuan dan peraturan tertentu untuk mengamankan sisi darat dan sisi

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
12

udara dari kegiatan penerbangan dan juga mempunyai maksud mengamankan


kegiatan lalu lintas penerbangan. Wilayah KKOP ini merupakan suatu batasan lebar
dan tinggi yang mempunyai radius terjauh 15 km dari tiap ujung landasan, serta
mempunyai tepi ketinggian setinggi 150 meter dari tinggi landasan.

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) mempunyai fungsi


khusus yaitu untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan serta
melindungi masyarakat sekitar bandar udara terhadap kemungkinan bahaya
kecelakaan pesawat udara.

a. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas


Kawasan Pendekatan ini mempunyai bidang pendekatan sebagai berikut :
- Jarak dari threshold 60 m, lebar bidang 60 m dari threshold 300 m,
divergensi masing-masing sisi 15% ;
- Bidang Bagian I : panjang 3.000 meter, kemiringan 2%, divergensi
masing-masing sisi 15 % ;
- Bidang II : panjang 3.600 meter, kemiringan 2,5% divergensi
masing-masing sisi 15% ;
- Bidang III : panjang 8.400 meter, kemiringan 0%, divergensi
masing-masing sisi 15% ;
- Lebar sisi terjauh 4.800 meter, panjang total 15.000 meter. Kawasan
pendekatan ini mempunyai batas ketinggian yang ditentukan oleh
batas kawasan ketinggian terendah dari gabungan Permukaan
Pendekatan, Permukaan Lepas Landas, Permukaan Horizontal
Dalam, Permukaan Kerucut, dan Permukaan Horizontal Luar.

b. Kawasan Lepas Landas

Kawasan ini dibatasi oleh tepi dalam yang berhimpit dengan ujung-ujung
permukaan utama berjarak 60 m dari ujung landasan pacu dengan lebar 180
meter, slope 2%, panjang total 15.000 meter, lebar final 1.800 meter dan tinggi
terjauh 300 meter. Pada kawasan ini yang meliputi area sepanjang 3.000 meter
dari ujung landasan pacu merupakan Kawasan Kemungkinan Bahaya

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
13

Kecelakaan menurut data statistik 95% kecelakaan pesawat terjadi pada


kawasan ini.

Pada kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan ini tidak diperkenankan


mendirikan bangunan yang dapat menambah tingkat fatalitas atau tingkat resiko
apabila terjadi kecelakaan pesawat.

c. Kawasan di Bawah Permukaan Transisi

Kawasan ini merupakan kawasan penghubung antara pinggir landasan atau


runway strip dengan permukaan udara pada kawasan dibawah permukaan
horizontal dalam. Kawasan ini berimpit dengan sisi panjang permukaan utama,
sisi kawasan pendekatan dan lepas landas serta meluas keluar sampai jarak
mendatar 315 meter dari sisi panjang permukaan utama. Batas ketinggian
ditentukan oleh kemiringan 1:7 (14,3%) dimulai dari sisi panjang dan pada
ketinggan yang sama seperti permukaan utama serta permukaan pendekatan dan
lepas landas sampai memotong permukaan horizontal dalam pada ketinggian
+45 meter di atas ketinggian ambang landasan.

d. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam

Kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 meter dari titik
tengah setiap ujung permukaan utama. Batas ketinggian pada kawasan ini
ditentukan +45 meter di atas ketinggian ambang landasan. Kawasan ini
digunakan antara lain untuk visual circling (berputar di atas bandar udara
menunggu kesempatan mendarat).

e. Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut

Kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 meter s/d 6.000
meter dari titik tengah setiap ujung permukaan utama dengan sudut kemiringan

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
14

sebesar 5%. Batas ketinggian ditentukan +45 meter s/d +145 meter di atas
ketinggian ambang landasan. Kawasan ini melindungi pergerakan pesawat
terutama dalam posisi manuver untuk melakukan pendekatan.

f. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar

Kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 6.000 meter s/d
15.000 meter dari titik tengah setiap ujung permukaan utama. Batas ketinggian
ditentukan + 150 meter di atas ketinggian ambang landasan. Kawasan ini
melindungi pergerakan pesawat terutama dalam posisi missed approach climb
parts. (misalnya : kegagalan pendaratan akibat cuaca buruk).

g. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara

Gambaran umum wilayah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di


sekitar bandar udara adalah seperti Gambar 2.1 dan Gambar 2.2

Gambar 2. 1 Tampak Atas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
15

Gambar 2. 2 Potongan Memanjang dan Melintang KKOP

(Sumber : https://perizinanrealestate.wordpress.com)

2.7.2 Analisis KKOP Masing-Masing Alternatif Lokasi


Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) meliputi wilayah
dengan ketentuan dan peraturan tertentu untuk mengamankan sisi darat dan sisi
udara dari kegiatan penerbangan dan juga mempunyai maksud mengamankan
kegiatan lalu lintas penerbangan.

2.7.3 Ruang Udara dan Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan


Penyediaan ruang udara sangat terkait dengan pengelolaan lalu-lintas
penerbangan (Air Traffic Management), di mana kegiatan ini meliputi; pelayananan
lalu-lintas penerbangan (Air Traffic Management) sebagai fungsi utama dari ATM,
pengelolaan Ruang Udara (Airspace Management) berisi tentang kegiatan terkait
dengan pengorganisasian ruang udara (Airspace Organization), serta Air Traffic
Flow Management yang merupakan kegiatan atau fungsi-fungsi Strategic, Pre-
tactical, dan Tactical Function.

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
16

2.7.4 Usability Factor dan Geometric Runway


2.7.4.a Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Letak dan Arah Landasan

Berbagai faktor yang mempengaruhi penetapan letak dan arah landasan dalam
rangka menentukan besaran fasilitas adalah sebagai berikut :

- Cuaca, khususnya “runway usability factor” sebagaimana ditentukan oleh


distribusi arah angin dan kondisi kabut setempat.
- Peta topografi yang menentukan posisi landasan dan sekitarnya.
- Jenis dan jumlah lalu-lintas penerbangan yang akan dilayani, termasuk
aspek “air traffic control”.
- Pertimbangan performa pesawat udara yang menjadi pesawat terbesar yang
akan mendarat di bandar tersebut.
- Pertimbangan aspek lingkungan, terutama letak dan arah landasan untuk
menentukan daerah kebisingan (zona kebisingan).

Arah landasan seharusnya diorientasikan sesuai dengan arah angin yang


terjadi (prevailing wind). Arah landasan juga harus diorientasikan terkait
dengan pendekatan dan keberangkatan pesawat udara, sehingga bebas dari
obstacle, serta tidak mengarah ke arah permukiman padat penduduk.

2.7.4.b Runway Usability

Orientasi arah landasan harus sedemikian rupa sehingga usability factor


dalam penggunaan runway oleh pesawat terbang yang melayani bandara tersebut
tidak kurang dari 95%. Dalam aplikasi 95% “usability factor” tersebut agar
diasumsikan bahwa dalam kondisi normal “take off and landing”oleh pesawat
terbang pada “runway” dimaksud tidak dapat dilakukan ketika “cross wind
component” melebihi :

- Bila melebihi 20 Kts dalam hal pesawat terbang dengan “reference field
length” 1.500 M atau lebih, kecuali apabila kondisi “braking action” adalah
“poor” karena koefisien kekesatan longitudinal landasan tidak mencukupi,

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
17

dengan frekuensi cukup sering, maka diasumsikan bahwa “cros wind


component” tidak melebihi 13 Kts.
- Bila melebihi 13 Kts, dalam hal pesawat terbang dengan “reference field
length” 1200 M atau lebih, namun tidak termasuk 1.500 M.
- Bila melebihi 10 Kts, dalam hal pesawat terbang dengan “reference field
length” kurang dari 1200M.

Tabel 2. 1 Maximum Crosswind Component

Panjang Landas Pacu Komponen crosswind maksimum


≥ 1500 m 37 km/h (20 knot)
1200-1500 m 24 km/h (13 knot)
≤ 1200 m 19 km/h (10 knot)

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
18

2.8 Kerangka Berpikir

Rencana Pembangunan Bandar Udara Baru yang berlokasi


di Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat.

Pengumpulan data sekunder terkait studi kelayakan


lingkungan yang ditinjau dari aspek kelayakan operasi dan
kelayakan teknis di lokasi bandar udara baru.

Penentuan/pemilihan lokasi bandar udara dan menentukan


beberapa alternatif lokasi dan penetapan suatu lokasi yang
paling sesuai dan memenuhi persyaratan peraturan yang
ada.

Evaluasi alternatif lokasi terpilih bandar udara yang optimal


dari sisi topografi dan kawasan keselamatan operasi
penerbangan.

Hasil analisis studi kelayakan mencakup analisis teknis


pembangunan dan kelayakan operasi untuk menentukan
lokasi bandara yang paling optimal.

Gambar
Gambar 2.
2. 13 Kerangka
Kerangka Berpikir
Berpikir

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
19

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


1 Ammar Rafhei 2018 Studi Penelitian pembangunan Bandar
Alqaf, Endang Kelayakan Udara Baru Rahadi Oesman di
Mulyani, Bandar Udara Kabupaten Ketapang dikatakan
Rafi’e Baru layak ditinjau dari aspek finansial
Kabupaten dan ekonomi. Secara ekonomi,
Ketapang pembangunan Bandar Udara
Kabupaten Ketapang memberikan
manfaat, antara lain berupa
meningkatnya peluang kerja di
sektor pertambangan/ perkebunan,
perdagangan, dan meningkatnya
pendapatan daerah.
2 Subagiyo, 2015 Pemilihan Dilihat dari aspek kelayakan dan
Aris. Lokasi Bandar keterpaduan dengan perencanaan
Udara wilayah maka bandara direncanakan
Kabupaten sebagai bandara pengumpan dari
Mahakam Ulu Bandara Datah Dawai. Selain itu,
dibangunnya Bandar Udara baru
akan menghubungkan simpul-
simpul transportasi dengan
Mahakam Ulu.
3 Eko Hadi 2013 Pemilihan Hasil kajian diperoleh dengan
Purwanto dan Kawasan mengambil referensi KKOP yang
Nurul Kamilah KKOP telah diterapkan ada Struktur Ruang
Berdasarkan Provinsi Sulawesi Selatan dan dari
Rencana Tata hasil kajian menunjukkan bahwa
Pembangunan KKOP melintasi batas wilayah
dan administrasi Kab. Tantoraja ke Kab.
Lingkungan di Toraja Utara, Luwu dan Enrekang,

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023
20

Kabupaten maka KKOP juga dibuat untuk


Tanatoraja wilayah kabupaten tersebut.
4 Ahmad Efendi 2019 Analisa Dilihat dari mobilitas penumpang
Kelayakan pada Bandar Udara Betoambari
Komersialisasi BauBau dikategorikan cukup tinggi.
Bandar Udara Penyebabnya adalah letak geografis
Betoambari yang cukup strategis yang
Kota Baubau dilengkapi dengan sarana
transportasi udara yang banyak
digunakan oleh masyarakat kota
tersebut.

EVALUASI STUDI KELAYAKAN LOKASI PADA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU


DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT-RAHEL EKTANTI TAMBUNAN, 2023

Anda mungkin juga menyukai