ABSTRAK
Dalam tercapainya tujuan pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di
atur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (42) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan, yang berbunyi : Yang dimaksud dengan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara
di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan. Rumusan masalah adalah bagaimanakah penegakan
hukum terhadap pemilik bangunan yang tidak sesuai dengan pengaturan mengenai Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap pemilik bangunan yang tidak sesuai dengan pengaturan mengenai Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di Kota Balikpapan. Metode yang digunakan
yaitu pendekatan yuridis empiris yang ditunjang dengan data primer dan data sekunder, terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian
bahwa penegakan hukum administrasi negara terhadap pemilik bangunan yang mendirikan
bangunaan tidak sesuai dengan pengaturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan di Kota Balikpapan dilakukan dengan cara preventif dan represif. Preventif
dengan cara sosialisasi terencana yang dilakukan oleh Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah
VII serta Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu dan represif dengan cara surat
peringatan untuk melakukan perubahan atau menyesuaikan dengan bangunan sekarang atau
menyesuaikan dengan rekomendasi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum terhadap pemilik bangunan yang tidak sesuai dengan pengaturan mengenai
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Kota Balikpapan adalah faktor penegak
hukum, kurangnya personil yang melakukan pengawasan dan pengendalian bangunan yang
berdiri sesuai dengan pengaturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan.
ABSTRACT
The achievement of the objectives of the Aviation Safety Operations Area (KKOP) set in the
general provisions article 1 paragraph (42) of the Law of the Republic of Indonesia No. 1 of
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
3
Dosen Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
853
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
2009 on flights, which reads: What is the safety area Aviation operations are the land area of
the air and the airspace around the airport used for flight operation in order to ensure the
safety of the flight. The problem formulation is how law enforcement against building owners
does not conform to the arrangements of the aviation operations safety area and what factors
affect law enforcement against the building owners In accordance with the arrangement of
the Aviation safety operations area in Balikpapan City. The methods used are empirical
approaches that are supported with primary data and secondary data, consisting of primary
legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. The results of the
study that the State Administration law enforcement against the building owners who
established buildings are not in accordance with the arrangement of the Aviation safety
operations area in the city of Balikpapan is done by preventive and repressive. Preventive
with planned socialization conducted by the Office of Regional Airport Authority VII and the
Department of Investment and integrated licensing and repressive by means of warning letter
to make changes or adjust to the building Present or adapt to a given recommendation.
Factors affecting law enforcement against building owners who do not conform to the
arrangement of the Aviation safety operations area in Balikpapan is a law enforcement
factor, a lack of supervisory personnel and Control of the building that stood according to the
arrangement of the aviation safety operations.
Keywords: law enforcement, building, aviation safety operation area.
mensyaratkan bahwa Kawasan Udara di
I. PENDAHULUAN sekitar bandar udara harus bebas dari
A. Latar Belakang segala bentuk hambatan yang akan
Transportasi udara merupakan sarana mengganggu pergerakan pesawat udara
bagi manusia, yang sangat berperan dengan menetapkan batasan ketinggian
penting untuk menghubungkan antar tertentu terhadap obyek-obyek di sekitar
wilayah di seluruh Negara, dan merupakan bandar udara.5 Dalam tercapainya tujuan
salah satu transportasi paling dinamis yang pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi
mampu mencapai jarak jauh, dengan waktu Penerbangan (KKOP) di atur dalam
yang singkat untuk mencapai tujuan dan Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (42)
menggunakan alat teknologi yang sesuai Undang-Undang Republik Indonesia
dengan kemajuan jaman. Keamanan dan Nomor 1 Tahun 2009 tentang
keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil Penerbangan, yang berbunyi : Yang
sangatlah tergantung pula pada keamanan dimaksud dengan Kawasan Keselamatan
dari bandar udara yang memberangkatkan Operasi Penerbangan adalah wilayah
pesawat tersebut. Mengingat banyaknya daratan dan/atau perairan serta ruang udara
ancaman dari tindakan gangguan melawan di sekitar bandar udara yang digunakan
hukum baik saat pesawat di darat maupun di untuk kegiatan operasi penerbangan dalam
udara.4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun rangka menjamin keselamatan
2009 tentang Penerbangan menetapkan penerbangan.
untuk menjamin keselamatan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
keamanan penerbangan, Bandar Udara 44 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan
dilengkapi dengan Kawasan Keselamatan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
Operasi Penerbangan (KKOP) yang 71123-2005 Mengenai Kawasan
4
Keselamatan Operasi Penerbangan Sebagai
Suhadi Suhadi, Elsa Aprina, and Abdul Wahab,
Standar Wajib menjelaskan bahwa pada
“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
PENUMPANG YANG MEROKOK DI Kawasan Keselamatan Operasi
PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA
SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN
SEPINGGAN,” Jurnal De Jure 11, no. 2 (2019): 5
https://www.researchgate.net/publication diakses
hlm 18. pada tanggal 30 Januari 2019
854
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
16
Eko Yulian Isnur, “Tata Cara Mengurus Surat-
14
Nandang Sudrajat, Ibid, hal.27 Surat Rumah Dan Tanah,” Jakarta: Pustaka
15
Santoyo Santoyo, Op-Cit, hal.28 Yustisia, 2008, hlm. 53.
860
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
landasan dan pada bagian atas dibatasi permukaan pendekatan dan lepas
oleh garis perpotongan dengan landas, permukaan horizontal dalam,
sspermukaan horizontal dalam; permukaan kerucut dan permukaan
d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar pada kawasan
horizontal dalam, merupakan bidang keselamatan operasi penerbangan.
datar di atas dan sekitar Bandar udara 2. Pada kawasan kemuungkinan bahaya
yang dibatasi oleh radius dan kecelakaan, batas-batas ini ditentukan
ketinggian dengan ukuran tertentu oleh kemiringan 2% atau 2,5% atau
untuk kepentingan pesawat udara 3,3% atau 4% atau 5% (sesuai
melakukan terbang rendah pada waktu klasifikasi landas pacu) arah keataas
akan mendarat atau setelah lepas dan keluar dimulai dari ujung
landas; permukaan utama pada ketinggian
e. Kawasan di bawah permukaan kerucut, masing-masing ambang landas pacu
merupakan bidang dari suatu kerucut sampai denggan ketinggian (45+H)
yang bagian bawahnya dibatasi oleh meter diatas elevasi ambang landas
garis perpotongan dengan permukaan pacu terendah sepanjang jarak
horizontal luar, masing-masing dengan mendatar 3.000 meter dari permukaan
radius dan ketinggian tertentu dihitung utama melalui perpanjangan garis
dari titik referensi yang ditentukan; tengah landas pacu.
f. Kawasan di bawah permukaan kerucut, 3. Pada kawasan di bawah permukaan
merupakan bidang dari suatu kerucut horizontal dalam : batas-batas ini
yang bagian bawahnya dibatasi oleh ditentukan (45+H) meter diatas elevasi
garis perpotongan dengan permukaan ambang landas terendah.
horizontal luar, masing-masing dengan 4. Pada kawasan di bawah permukaan
radius dan ketinggian tertentu dihitung horizontal luar : batas-batas ini
dari titik referensi yang ditentukan. ditentukan (150+H) meter diatas
Kawasan di sekitar penempatan alat elevasi ambang landas pacu terendah.
bantu navigasi penerbangan, merupakan 5. Pada kawasan di bawah permukaan
kawasan di sekitar penempatan alat bantu kerucut : batas-batas ini ditentukan
navigasi penerbangan di dalam dan/atau di oleh kemiringgan 5% arah keatas dan
luar derah lingkungan kerja bandar udara, keluar, dimulai dari tepi luar kawasan
yang penggunaannya harus memenuuhi di bawah permukaan horizontal dalam
persyaratan tertentu guna menjamin pada ketinggian (45+H) meter diatas
kinerja/efesiensi alat bantu navigasi elevasi ambang landas pacu terendah
penerbangan dan keselamatan sampai ketinggian (80+H) atau
penerbangan. (105+H) atau (120+H) atau (145+H)
Adapun batas-batas ketinggian yang sesuai klasifikasi landas pacu).
diizinkan di dalam Kawasan Keselamatan 6. Pada kawasan di bawah permukaan
Operasi Penerbangan (KKOP) di uraikan transisi : batas-batas ini dittenttukan
dalam Peraturan Menteri Perhubungan oleh kemiringann 14,3% atau 20%
Nomor 44 Tahun 2005 tentang (sesuai klasifikasi landas pacu) arah
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia keatas dan keluar, dimulai dari sisi
(SNI) 03-711323-2005 Mengenai Kawasan panjang dan pada ketinggian yang
Keselamatan Operasi Penerbangan Sebagai sama seperti permukaan utama dan
Standar Wajib yaitu sebagai berikut : permukaan pendekatan menerus
1. Pada kawasan ancangan pendaratan sampai memotong permukaan
dan tinggal landas : batas-batas ini horizintal dalam pada ketinggian
ditentukan oleh ketinggian terendah (45+H) meter diatas elevasi ambang
dari pertampalan (superimpose) landas pacu terendah.
861
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VII menjamin keselamatan penerbangan serta
untuk memantau dan mengkaji kembali keselamatan masyarakat yang tinggal di
dasar yang di pakai dalam proses sekitar daerah bandar udara.19
pembangunan bangunan tersebut. Demikian pula dengan Pemerintah
daerah telah melakukan sosialisasi dan
3. Penegakan Hukum Secara Preventif penyuluhan untuk memberikan
Penegakan hukum preventif pemahaman dan pemaparan mengenai
merupakan serangkaian upaya tindakan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor
yang dimaksudkan sebagai pencegahan 3 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung
agar tidak terjadi pelanggaran atau kepada masyarakat dan ketua rukun
penyimpangan ketentuan yang ada. Dalam tetangga (RT) yang didalamnya mengatur
hal ini, didasarkan pengandaian bahwa tentang penyelenggaraan bangunan gedung
hukum yang dibuat dalam bentuk terkait seluruh proses mulai dari
peraturan itu sekaligus mencerminkan perencanaan teknis, pembangunan,
kehendak pembuatnya. Kehendak pembuat pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan
hukum merupakan hal yang selaras dengan sampai dengan pembongkaran.
cita-cita hukum yang akan diwujudkan. 17
Penegakan hukum preventif dapat
dilakukan dengan memberi bekal
pemahaman dan kesadaran bagi 4. Penegakan Hukum Secara Represif
masyarakat maupun pihak-pihak yang Penegakan hukum secara represif
berkaitan dengan masalah perizinan agar dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran
memahami apa yang diinginkan oleh hukum, khususnya menyangkut soal
peraturan perundang-undangan. Hal itu perizinan, maksud dari penegakan hukum
dapat dilakukan dengan penyuluhan, represif bukan sebagai upaya untuk
sosialisasi dan motivasi dengan mencegah pelanggaran dibidang perizinan,
pelaksanaan ketentuan yang ada dan tetapi lebih dimaksudkan untuk
diinginkan oleh pembuat peraturan menanggulangi kalau ada persoalan hukum
perundang-undangan. 18 pidana, atau penegakan hukum perdata,
Saat ini di Kota Balikpapan masih penegakan hukum ada yang dilakukan oleh
banyak masyarakat yang belum memahami aparatur peradilan dan ada pula yang
tentang bahaya ketinggian bangunan yang dilakukan aparatur pemerintah.20
melebihi batas rekomendasi yang Penegakan hukum represif yaitu suatu
dikeluarkan, untuk itu Kantor Otoritas tindakan langsung ke sanksi, sanksi dapat
Bandar Udara Wilayah VII Direktorat menyebabkan perubahan dan/atau
Jenderal Perhubungan Udara Kementerian pencabutan izin ialah adanya kesalahan
Perhubungan selaku pembina dari pihak pemegang izin sehingga dikenal
terlaksananya amanat Undang-Undang sanksi pencabutan. Dapatlah dipahami
Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan bahwa dalam perizinan, pencabutan bisa
mempunyai kewajiban untuk melakukan merupakan salah satu wujud penegakan
sosialisai mengenai bahaya-bahaya terkait hukum. Apabila terjadi pelanggaran dalam
penerbangan terutama tentang Kawasan penggunaan izin dan kepada pemegang
Keselamatan Operasi Penerbangan agar izin telah diberikan teguran dan peringatan,
kesadaran masyarakat untuk turut berupaya namun tidak diindahkan maka ada
17 19
Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem Dan Upaya Hasil wawancara dengan bapak Dede Gunaefi,
Pembeda (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana ST selaku Inspektur Bandar Udara Kantor
Indonesia Kompas Gramedia Building, n.d.), Otoritas Bandar Udara Wilayah VII pada tanggal
hlm.7. 20 Mei 2019
18 20
Sri Pudyatmoko , Op. Cit., hlm 112 Sri Pudyatmoko , Op. Cit., hlm 113
865
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 2 Nomor I Maret 2020
Artikel
Isnur, Eko Yulian. “Tata Cara Mengurus Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3
Surat-Surat Rumah Dan Tanah.” Tahun 2016 tentang Bangunan
Jakarta: Pustaka Yustisia, 2008. Gedung kepada masyarakat dan ketua
Pudyatmoko, Sri. Perizinan Problem Dan rukun tetangga (RT)
Upaya Pembeda. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Kompas Gramedia Building, n.d. Tahun 2009 tentang Penerbangan
Sanyoto, Sanyoto. “Penegakan Hukum Di
Indonesia.” Jurnal Dinamika Hukum Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3
8, no. 3 (2008): 199–204. Tahun 2016 tentang Bangunan
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor Yang Gedung
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 4
Sudrajat, Nandang. Teori Dan Praktik Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Pertambangan Indonesia. Yogyakarta: Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
Media Pressindo, 2018. 2012 tentang Izin Mendirikan
Suhadi, Suhadi, Elsa Aprina, and Abdul Bangunan
Wahab. “PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP PENUMPANG YANG
MEROKOK DI PESAWAT UDARA
DI BANDAR UDARA SULTAN AJI
MUHAMMAD SULAIMAN
SEPINGGAN.” Jurnal De Jure 11, no.
2 (2019).
Winaya, Ida Bagus Gde, and Lita Tyesta
ALW. “PENGATURAN KAWASAN
KESELAMATAN OPERASI
PENERBANGAN: STUDI
TENTANG PELAKSANAAN
KEWENANGAN PEMERINTAH
DAERAH DALAM
MENGENDALIKAN
PEMBANGUNAN DAN BENDA
TUMBUH DI KAWASAN
KESELAMATAN OPERASI
PENERBANGAN BANDAR
UDARA AHMAD YANI
SEMARANG.” LAW REFORM 12,
no. 1 (2016): 17–46.
870