Nomor :
Tanggal :
I. LATAR BELAKANG
Kantor Otoritas Bandar Udara adalah Unit Penyelenggara Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Hal ini tertuang dalam PM 41
Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara. Kantor Otoritas
Bandar Udara diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, terdiri dari Kantor Otoritas Bandar Udara
Kelas Utama, Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I, dan Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas
II. Terdapat 10 (Sepuluh) Kantor Otoritas Bandar Udara yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke.
Tahun 2024 merupakan tahun dimana akan dilaksanakannya ICAO USAP & USOAP.
ICAO USAP merupakan audit keamanan penerbangan yang dilakukan bagi Negara-negara
anggota ICAO untuk menilai performa keamanan penerbangan di Indonesia dengan
menitikberatkan pada pemenuhan dan pengawasan serta review terhadap regulasi, kebijakan,
program, dokumen dan record pengawasan keamanan penerbangan ditingkat nasional.
Sedangkan ICAO USOAP merupakan audit pengawasan keselamatan penerbangan untuk
menentukan kemampuan Negara-negara anggota ICAO dalam pengawasan keselamatan. Hal
ini dilakukan dengan menilai implementasi efektif elemen-elemen penting dari system
pengawasan keselamatan dan status penerapan ICAO SARPs (ICAO Standard and
Recommended Practices). Tentunya selaku bagian dari Kementerian Perhubungan, Kantor
Otoritas Bandar Udara harus ikut berperan aktif dalam persiapan audit tersebut.
Dalam hal Pemenuhan SDM di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, saat ini
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sedang menyusun simplifikasi (penyederhanaan)
Jabatan Pelaksana di lingkungan DJU sesuai amanah yang tertuang dalam Keputusan Menteri
PAN RB Nomor 11 Tahun 2024 Tentang Jabatan Pelaksana ASN di Lingkungan Instansi
Pemerintah dimana dalam kurun waktu 1 (satu) tahun semenjak Keputusan Menteri ini di
tetapkan harus segera diimplementasikan. Kedepannya pada Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara hanya akan ada 3 kelompok Jabatan Pelaksana yaitu Klerek, Operator dan Teknisi.
Dampak adanya penyederhanaan jabatan pelaksana ini, pegawai dituntut untuk dapat
memenuhi standar pendidikan S-1 atau D-IV untuk dapat menduduki jabatan pelaksana
dengan kelas jabatan 7. Masa transisi Pemenuhan Syarat Jabatan ini adalah 8 tahun sejak
ditetapkannya KM 11 Tahun 2024. Selain itu, pemangku Jabatan Pelaksana didorong untuk
segera dapat mengisi Jabatan Fungsional, oleh karena itu saat ini KM 155 Tahun 2019 sedang
dalam proses revisi untuk mengakomodir nomenklatur jabatan terbaru sesuai KM 11 Tahun
2024. Pengelolaan Kinerja Jabatan Fungsional berbasis pada pemenuhan ekspektasi kinerja
dan pengembangan kompetensi sehingga Pengembangan Karir JF berbasis Talent Mobility
dalam pola karir horizontal, vertical dan diagonal. Disini jelas bahwa sistem penilaian kinerja
berbasis pemenuhan Angka Kredit dipandang terlalu administratif dan menyulitkan dalam
pengusulan penilaiannya sementara Instansi Pembina belum optimal pada pengembangan
kompetensi pejabat fungsional. Selain itu, dengan system penilaian kinerja pemenuhann
Angka Kredit, Pejabat Fungsional terkooptasi dengan butir kegiatan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya sehingga pejabat fungsional dipandang kurang agile, untuk itu diperlukan
adanya pencerahan sebagai tambahan informasi terkait hal ini.
Kantor Otoritas Bandar Udara berperan sebagai UPT yang membawahi wilayah kerjanya
masing-masing. Dalam wilayah-wilayah tersebut terdapat Bandar Udara baru yang akan
segera dioperasikan. Pembangunan bandara-bandara baru ini memiliki prioritas diantaranya
adalah di daerah rawan bencana dengan tujuan untuk penanganan bencana, pengembangan
bandara di daerah perbatasan negara untuk mendukung keamanan wilayah, pengembangan
bandara untuk membuka isolasi daerah dan terakhir pengembangan bandara di daerah tujuan
wisata sebagai pintu gerbang dan hubungan pariwisata nasional. Penetapan lokasi Bandar
Udara diatur dalam PM 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi
Bandar Udara yang telah diubah dengan PM 64 Tahun 2018 Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2014 Tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan
Lokasi Bandar Udara. Contoh 5 (lima) Bandar Udara baru yang akan segera dioperasikan
yaitu Bandara Banggai Laut, Bolaang Mongondow, Jenderal Besar Ahmad Haris Nasution,
Pohuwato dan Singkawang. Diharapkan bandara-bandara baru ini, di Tahun 2024 dapat
segera beroperasi secara optimal.
Isu strategi lainnya saat ini adalah adanya aktivitas pengoperasian Pesawat Udara Tanpa
Awak (PUTA) di area Bandar Udara atau lebih dikenal dengan istilah drone. Regulasi-
regulasi tekait PUTA telah banyak disahkan seperti PM 63 Tahun 2021 (CASR Part 107)
tentang Small Unmanned Aircraft System dan PM 37 Tahun 2020 tentang Pengoperasian
Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Adapun kendala-
kendala yang muncul diantaranya adalah masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui
ketentuan/peraturan terkait PUTA tersebut, masyarakat juga belum mengetahui kategori area
yang diizinkan untuk PUTA dapat dioperasikan serta data pertumbuhan utilisasi PUTA yang
semakin meningkat memberikan kendala dalam melakukan surveillance karena SDM yang
terbatas dan jangkauannya yang luas. Oleh karena itu diperlukan pembahasan lebih lanjut
terkait perijinan dan pengawasan PUTA tersebut.
Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU) juga merupakan salah satu objek pengawasan
dimana Kantor Otoritas Bandar Udara memiliki peran penting dalam pengawasan Standar
Pelayanan Minimal Penumpang Angkutan Udara. Masing-masing BUAU harus comply pada
aturan Standar Pelayanan Minimal penumpang angkutan udara sebagaimana diatur dalam PM
30 Tahun 2021 Tentang Standar Pelayanan Minimal Penumpang. Dalam PM ini dijelaskan
tentang pelayanan penumpang kelas ekonomi rute penerbangan dalam negeri hingga
ketentuan pengembalian biaya jasa angkutan udara yang telah dibayarkan oleh calon
penumpang. Aturan ini perlu dibahas kembali dan airlines harus menelaah aturan ini dengan
sebaik-baiknya agar pelayanan kepada penumpang angkutan udara dapat terus ditingkatkan
serta dapat memberikan kepastian hukum yang lebih relevan bagi masyarakat terkait standar
pelayanan minimal penumpang angkutan udara.
Objek pengawasan lainnya yang menjadi concern Kantor Otoritas Bandar Udara adalah
kargo. Salah satu langkah strategis pemerintah dalam menghadapi tantangan kinerja logistik
ke depan untuk memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian adalah melalui National
Logistics Ecosystem (NLE). Penataan NLE diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Dengan adanya NLE ini, ekspor dan
impor barang dapat berjalan lebih efisien. Melalui NLE ini, durasi pemeriksaan barang pada
karantina dan bea cukai dapat dilaksanakan dengan lebih singkat. Penerapan NLE ini harus
disosialisasikan dan didiskusikan lebih dalam agar penerapannya dapat dilaksanakan secara
optimal.
B. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan Kegiatan Rakornis ini adalah:
1. Saling memberikan saran dan masukan terkait kesiapan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara (DJPU) dalam menghadapi ICAO USAP dan USOAP;
2. Mendapatkan gambaran informasi update terkait Pemenuhan SDM di Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara/ Kantor Otoritas Bandar Udara;
3. Memberikan saran dan masukan terkait langkah-langkah untuk optimalisasi bandara-
bandara baru Tahun 2024;
4. Mendapatkan gambaran lebih lanjut terkait perijinan pengoperasian dan pengawasan
Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA);
5. Mendapatkan gambaran lebih lanjut terkait kebijakan tarif dan pelayanan minimal bagi
operator penerbangan dan masyarakat pengguna jasa transportasi udara;
6. Mendapatkan informasi terkait rencana pengembangan armada dan rencana
penerbangan;
7. Mendapatkan informasi terkait pengembangan bandara di bawah AP Indonesia;
8. Mendapatkan informasi terkait Bandara Singkawang dan Bandara Kertajati;
9. Mendapatkan informasi terkait penerapan National Logistic Ecosystem (NLE).
Moderator yang akan memandu acara pada kegiatan Rakornis ini adalah:
1. Kepala Seksi Operasi Bandar Udara Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas
Utama;
2. Kepala Seksi Fasilitas dan Pelayanan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas
Utama;
3. Kepala Seksi Keamanan Penerbangan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas
Utama;
4. Kepala Seksi Angkutan Udara Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas Utama.
Moderator :
Andi Ahmad Putra
Pemberian Piagam Apresiasi kepada
16. 15.10 – 15.20 Panitia
Narasumber dan Para Kepala Kantor
Kepala Kantor Otoritas Bandar
17. 15.20 – 15.30 Penutupan Rakornis
Udara Wilayah I Kelas Utama
VIII. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (Term of References) ini dibuat sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Kantor Otoritas Bandar Udara
Wilayah I – X Tahun 2024.