Anda di halaman 1dari 14
MENTERI PERHUBUNGAN _-REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2005 TENTANG BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN DISEKITAR BANDAR UDARA SORONG DARATAN - SORONG Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa sesuai dengan pasal 15 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, fingkat kebisingan dikawasan di sekitar Bandar Udara ditetapkan oleh Menteri Perhubungan; bahwa sehubungan dengan huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Batas - batas Kawasan Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Sorong Daratan — Sorong; Undang - undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Undang - undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); Undang - undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215 ); Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak iingkungan ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838 ) esnectenpuerensnna roe 4 6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146 ); 8. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3853 ); 9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon | Kementerian Negara Republik Indonesia: 11. Keputusan Menter Perhubungan Nomor 1.11/2/4-U_ tahun 1960 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 27 Tahun 2003; 12. Keputusan Menterl Perhubungan Nomor SK.8/LT.504/PHB.98 ‘Tahun 1998 tentang Persetujuan Laporan Akhir Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL, RKL & RPL) Pengembangan Bandar Udara Sorong Daratan ~ Sorong; 13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan; 14, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2002; 15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 19 Tahun 2002 tentang Rencana Induk Bandar Udara Sorong Daratan — Sorong; 16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; 17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 47 tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara; oc sompeorenas ane A Nemperhatikan Nenetapkan 18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 tahun 2002 tentang Penyelenygaraan Dandar Udara Umum; Surat Menteri Negara _Lingkungan Hidup Nomar B- 4628/MENLH/08/2004" tanggal 31 Agustus | 2004 Perihal ‘Tanggapan Draft Batas Kawasan Kebisingan Bandara; MEMUTUSKAN : : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN DISEKITAR BANDAR UDARA SORONG DARATAN ~ SORONG. BAB | KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1, Bandar Udara adalah Bandar Udara Sorong Daratan — Sorong; 2. Landas Pacu untuk selanjutnya disebut landasan adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada bandar uudara yang dipersiapkan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara; 3. Kawasan kebisingan adalah kawasan tertentu disekitar bandar udara yang terpengarun gelombang suara mesin pesawat udara dan yang dapat mengganggu lingkungan; 4, Decibel atau A - Weighted Sound Level atau tingkat kebisingan tertimbang A selanjutnya disebut dB (A) adalah tingkat kebisingan maksimum yang dibaca pada skala A; 5, Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level atau tingkat Kebisingan yang dapat diterima terus menerus ekivalen tertimbang selanjutnya disingkat WECPNL adalah satuan untuk menyusun frekuensi pesawat udara pada siang, malam hari dan dini hari, pada saat kebisingan lebin terasa berdasarkan pada jumiah kebisingan harian dan penyesuaian terhadap dampak psikologis, 6. Koordinat Geografis adalah posisi suatu tempat / atau titk permukaan bumi yang dinyatakan dengan besaran lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan, det yang mengacu terhadap bidang referensi World Geodetic System 1984 (WGS '84) oo semeorona in tr i; 7. Menteri adalah Menteri Perhubungan; ©. Ditehtur Jenderal adalah Diroktur Jendoral Perhubungan’ Udara. Pasal 2 Kawasan kebisingan disekitar bandar udara diukur dengan peralatan ukur dan metodologi yang ditetapkan oleh_standar nasional serta ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara | Rencana Pengembangan Bandar Udara, Prakiraan jenis pesawat udara, frekwensi dan periode waktu operasi BAB II TINGKAT KEBISINGAN Pasal 3 Kawasan kebisingan disekitar Bandar Udara terdiri dari a. kawasan_ kebisingan__tingkat 1 mempunyai nilai_ tingkat kebisingan lebih besar atau_sama dengan 70 WECPNL sampai dengan lebih kecil 75 WECPNL (70 = WECPNL < 75); b. kawasan_kebisingan tingkat 2 mempunyai_ilai_tingkat kebisingan lebih besar atau sama dengan 75 WECPNL sampai dengan lebih kecil 80 WECPNL (75 < WECPNL < 80); c. kawasan kebisingan tingkat 3. mempunyai_nilai tingkat kebisingan lebin besar atau sama dengan 80 WECPNL (WECPNL > 80); Pasal 4 Hubungan antara satuan unit decibel dengan indeks tingkat kebisingan pesawat udara Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level sebagaimana tercantum pada Lampiran I BAB Ill BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN Pasal 5 Batas - batas kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dinyatakan_ dalam sistim koordinat bandar udara yang posisinya ditentukan terhadap fit -titik referensi sebagai berikut vane eanosernan una veenen ‘ fa. litk referonsi bandar udara terletak padia koorddinat geografis, 00° _53' 36,093" LS 131° 18° 38,734" BT b. Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Kebisingan (perpotongan sumbu X dan Y) terletak pada Ujung landasan 09 dengan koordinat geografis 00° §3' 36,092" LS 131° 16° 38,735" 6T atau koordinat tik ujung landasan 09; X=+ 20.000 meter; =F meter koordinat titik ujung landasan 27; X = + 22.400 meter ; = meter Sumbu X_berhimpit dengan garg tengah landasan dengan arah 91° 13! 55,88" - 271° 13' 65,88" terhadap_arah Utara sebenamya, Sumbu Y melalui ujung landasan 09 dan tegak lurus pada sumbu X. Pasal 6 (1) Kawasan kebisingan tingkat 1 ditentukan sebagai berikut: a. kawasan ini_merupakan daerah yang mengelilingi fandasan dimana tepi luar bagian Barat kawasan ini berjarak maksimum 130,570 meter dari ujung landasan 09 dan tepi luar bagian Timur berjarak maksimum 230,276 meter dari ujung landasan 27 serta tepi dalamnya merupakan batas - batas kawasan kebisingan tingkat 2: b, batas - batas kawasan yang dimaksud dalam huruf a digambarkan ‘dengan 2. ( dua, ), gas kontur, ya menghubungkan titik - tik 8.1, 6.2, B3, 848.5, B.6, , B.8, B.9, B.10, 8.11, 8.12, 8.13, B.14, 6.15 dan B.1, untuk tepi ivamya serta tit - tik A.1, A.2, A.3, A4, AS, A6_A7, A8 AS, A10, A11, A12, A13, A14, A15, 16, 4.17, A18, 19, A20, A21, A22, A23, A24, ‘A.25, A.26 dan A.1 untuk tepi dalamnya (2) Kawasan kebisingan tingkat 1 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran Il A dan Gambar | Pasal 7 (1) Kawasan kebisingan tingkat 2 ditentukan sebagai berikut ovaecsmmgtoronan es ar 5 a kawasan ini merupakan daerah yang mengelilingi landasan dimana tepi luar bagian rat kawasan ini berjarak maksimum 529,742 meter dari ujung landasan 09 dan_tepi luar bagian Timur berjarak maksimum 1150,337 meter dari ujung landasan 27 serta tepi dalamnya merupekan batas - batas Kawasan kebisingan tingkat 3; b. batas - batas kawasan yang dimaksud dalam huruf a digambarkan dengan 2 ( dua_) garis kontur_yar ‘menghubungkan tik - titk C.1, C2, C.3, C.4, C.5, C6, C7, C8 C9, C10 C11, 6.12 dan C1 untuk fey luamya serta tik - titk B.1,'B.2, B3 B4,B5 B6, B.7, 8.8, B.9, B10, B.11, 6.12, 6.13, 8.14, B.15 dan Bi untuk tepi dalamnya, (2) Kawasan kebisingan tingkat 2 sebagaimana_dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran Il 8 dan Gambar 2. Pasal 8 (1) Kawasan kebisingan tingkat 3 ditentukan sebagai berikut: a. kawasan ini merupakan daerah yang _mengelilingi landasan dimana tepi bagian Barat kawasan ini berjarab maksimum 1664,713 meter dari ujung landasan 09 dan tepi bagian Timur berjarak maksimum 2627,020 meter dari ujung landasan 27 serta garis tengahnya berhimpit dengan garis tengah landasan; b. batas - batas kawasan yang dimaksud dalam huruf a Aigambarkan hanya dengan 1 ( salu ) gals kontur yang menghubungkan titk - titk C.1, C.2, C3, C4, 6.5, C6, C.7,C.8, C8, C.10, C.11, 6.12 dan C.1 (2) Kawasan kebisingan tingkat 3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran IC dan Gambar 3. Pasal 9 Batas - batas kawasan_ kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 secara keseluruhan tercantum pada Lampiran Gambar 4. BAB IV PENGGUNAAN TANAH PADA KAWASAN KEBISINGAN Pasal 10 (1) Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat |, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau bangunan, kecuali Untuk jenis Kegiatan dan/atau bangunan sekolah dan rumah sal (2)Bangunan sekolan dan tumial sahil yang sudah ada dilengkapi_ dengan pemasangan insulasi‘suara_ sesual dengan prosedur yang standar sehingga tingkat bising yang terjadi ci dalam bangunan sesual dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Pasal 11 (1) Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 2, sebagaimana dimaksud dalam pasal_ 7 dapat dimanfaatkan untuk berbagai_jenis kegiatan dan/atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal. (2) Bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah, tinagal yang sudah ada dilengkapi dengan pemasangan insulasi suara sesual dengan prosedur yang. standar sehingga tingkat ising yang terjadi di dalam bangunan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku, Pasal 12 (1) Tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dapat dimanfaatkan untuk membangun bangunan atau’ fasiltas bandar udara yang dilengkapi dengan pemasangan insulasi gusta, sesual dengan jprosedur yang standar_sehingga tingkat bising yang terjadi di dalam bangunan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang beriaku. (2) Selain penggunaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tanah dan ruang udara pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3, dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalianlingkungan dan pertanian yang tidak ‘mengundang burung. BAB V KETENTUAN LAIN - LAIN Pasal 13 (1) Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan keputusan ini. @)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ciatur lebih lanjut dengan keputusan Direktur Jenderal oreecsomgcrens mena is BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan ini, semua peraturan perundang - tundangan yang setingkat dan/atau lebin rendan dari Keputusan ini yang mengatur mengenai Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara Sorong Daratan - Sorong dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Keputusan ini Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, Ditetapkan JAKARTA Padatanggal_: 21 MARET 2005 MENTERI PERHUBUNGAN itd M. HATTA RAJASA SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Sekretaris Negara; Menteri Keuangan: Menteri Hukum dan HAM; Menteri Pertahanan; Menteri Dalam Negeri; Menteri PU; Menteri Negara Lingkungan Hidup; Menteri Negara BUMN; Kepala Staf TNI Angkatan Udara; Gubernur Propinsi Papua; Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para Kepala Badan di ingkungan Departemen Perhubungan; Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Papua. LAMPIRAN | PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 1 KM 15 TAHUN 2005 TANGGAL : 21 MARET 2005 Rumus Perhitungan dB(A) dan WECPNL untuk Kawasan kebisingan saat ini WECPNL dB (A) N Dimana WECPNL dB (A) ui Ni Ne Ns Na " dB(A) + 10 log N-27 10 log [(4n) & Geena i= Na+3Ns + 10 (Ni +Na) Wielpiid Equivalent Conintions Petcetven Noio a level adalah satu diantara beberapa Index tingkat kebisingan pesawat udara yang ditetapkan dan direkomendasikan oleh ICAO (Internasional Civil Aviation Organization ). Nilai decibel bobot A rata-rata dari setiap puncak kesibukan pesawat dalam satu hari pengukuran. Jumiah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara selama periode 24 jam. Bacaan dB(A) tertinggi dari nomor penerbangan pesawat ke i dalam satu hari pengukuran Jumiah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara_ yang dihitung berdasarkan pemberian bobot yang berbeda untuk pagi, petang dan malam, Jumiah kedatangan dan keberangkatan pesawat —udara dari jam 00.00 - 07.00 Jumiah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 07.00 - 19.00. Jumlah’ kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 19.00 - 22.00. Jumlah_kedatangan dan keberangkatan pesawat udara dari jam 22.00 - 00.00. MENTERI PERHUBUNGAN ttd M. HATTA RAJASA LAMPIRAN : 1A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2005 TANGGAL_: 21 MARET 2005 BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT 1 BANDARA SORONG DARATAN - SORONG KOORDINAT KOORDINAT GEOGRAFIS WGS @4 BANDARA ts BT No. | TITIK x Y CEL A a) ees cer ye) ‘A4__| 20004 | 20457 | 00 1 2. 3 4. 21230| 131 | 16 [30.177 6 As_| 21203 | 20319 | 00 | 53 |26543| 131 | 17 | 17.809 6 7. 8 A ‘As | 22313 | 20408 | 00 | 53 | 22.420| 191 | 17 [53.790 AT_| 2617 | 20360 [00 | 63 | 25.006] 131 | 16 | oa.ss6 As | 22765 | 20232 | 00 | 53 | 30450] 131 | 18 | 08247 Ag | 23136 | 20163 | 00 | 53 | 32264] 131 | 18 | 20210 jo. |_A10 | 24065 [20000 | 00 | 83 | 38.62] 137 | 18 | s0.119 +1. |_A1t_| 23114 | 19014 | 00 | 83 [44274] 191 | 18 | 10.280 72.| At2 | 22780 | 19760 | 00 | 53 [45.169] 131 | 18 |084s0) 4a. | At | 22541 | 19586 53_[513a7| 131 | 18 [00.507 14, | Ata | 20312 | 10592 sata] tat | 17 [83.130 15. |_Ats | 21182 | 19681 53_[aza7e| 131 | 17 | 16723 16_| Ate | 19001 | 10543 | co | 53 |soove| 131 | 16 | 30.123 a7. | _At7_| 19577 | 19795 | 00 | 53 [42.401] 131 | 16 | 24927 sisi) 13 | Ate | 18636 | 19067 | 00 | 53 [s0483| 131 | 18 | 54.566 19 | Ai_| #7384 | 20000 [00 [ 63 _|s4903] 1317] 16 | 14.182 720.81 10 |] | KOORDINAT | KOORDINAT GEOGRAFIS wos #4] no. | rr | _ wANDARA ts BT x y rei URS ee) Pa arama ss pasar at repose 21, | B2 | 19880 | 20089 | 0 | 88 |32622| 131 | 16 | 25212 m2 | 83 | 20036 | 20800 0 | ~s2 [2800] 191 | 16 [40.177 a3. | B4 | 20585 | 2001 | 0 | 69 [2esce| 191 | 10 [s7.708 [24 [es | tae [aoe [0] sa | 2n.a8a a7 [7.908 3 [ ee] aabes “oss a7] a2 26. | 87 | 22312 | s3__|27-780 53684 7 22830 a | 83 [38.008 ta424 28. 22316 0 53 | 47.544 53.386 29. 22077 0 53 | 45.147 17 (| 45.722 30. | 811] 21208 o [63 [45.087 7 [17.68 31. B12 20550 0 53 | 44.098 16 | 56.320 32. B13 20038 oO 53 | 45.931 16 | 39.768 33. | B18 | 10878 0 [ss | seess 16 | 25021 34] Bt] 16880. 0 [3 fassta] tor | 16 [or a7 MENTER! PERHUBUNGAN td M. HATTA RAJASA " LAMPIRAN : IB PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR : KM 18 TAHUN 2005, TANGGAL : 21 MARET 2005 BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT 2 BANDARA SORONG DARATAN - SORONG: KOORDINAT KOORDINAT GEOGRAFIS WGS ‘@4 wo. | wrk BANDARA ts BT x Ye cil ec an 1 Bi | 16850 | 20000 [ 0 | 53 | 95019 16 _|o1sa7 [2 | 82 | 1950 | 20089 | 0 | 53 | se.sze 16 | 25212 “3 [| 83 | 20038 | 20300 | 0 | 63. | 26.330 16 | 40.177 4 | 84 | 20585 | 20231 | 0 | 53 | 28964 16_| 67.798| 3 | 85 | 21208 | 2027 | 0 | 63 | 20.003 i7_| 17.908 “e | Bs | 22086 | 20236 | 0 | 53 | 29845 17_| 46.294 7_| 87 | 22312 | 20903 [0 | 53 [27.700/ 13 17_| 53.664 8. Be 72930 | 20000 | 0 53 |380c4| 131 | 18 | 13.424 a | B9 | 22316 | 19607 | 0 | 53 [arses] i31 | 17 [53386 40. | e10 | 22077 | to7es | 0 | 53 [astai| isi | 17 [as.722 a1. | B11 | 21208 | 19703 | 0 | 53 | 4sge7| tai | 17 | 17.626 72. | B12 | 20860 | 976 | 0 | 63 |4aoce| 131 [ 16 | 56.320 33, | B13 | 20038 | 19609 | 0 | 53 |assai| 131 | 16 | 39.768 14 | B14 | 19578 0 | 83 [aeces| 191 [16 | 25.021 45. Bi | 16850 0 53_ [35.313] 131 | 16 | 01.547 716.1 “12 KOORDINAT KOORDINAT GEOGRAFIS WGS ‘84 No. | TITIK BANDARA ts BT x vi (aT) Gey a 76 | ca | 19770 | 20000 | 0 | 53 |35045/ 131 | fe | a1202 az_| ¢2 | 20068 | 20221 | 0 | 53 |2e042| 131 | te | 41.084 18, | c3 | 21265 | ore | o | 53 [aoa] 131 | 17 | 19.420) 1a | ca | 22322 | 20210 | o | 83 |s0eao| 131 | 17 | saee2 | 20. | cs | 22531 | 20000 [0 | 53 [370s] 131 | 18 | 00524 21. | 6 | 22200 | torez | 0 | 63 |4arae] 101 | 17 | 52575 22, c7_|[ 21247 | 19818 | 0 53 [42zea7| 191 | 17 | 18919 23. | 8 | 20072 | to779 | 0 | 53 |4ass0] 131 | 16 | 40.898 2a [ca [19770 | 20000 [0 [53 | 35.045] 791 | 16 | 31.292 8 MENTERI PERHUBUNGAN ta M. HATTA RAJASA LAMPIRAN = IC PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 15 TAHUN 2005 TANGGAL_; 21 MARET 2005 BATAS - BATAS KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT 3 BANDARA SORONG DARATAN - SORONG KOORDINAT KOORDINAT GEOGRAFIS WES no. | tir {__ BANDARA Ts BT x 7 Cy “) ) eC) ) om Tet] torre | 20000 | 0] ss osmes| tor | 18 atzae 2 | ca} 20086 |~z0221| 0 | sa [2e0az| 131 | 16 [41.084 [a [es atass [aoe | 0 | sa [araaa] 131 | 17 | teaze \|-a[ ea] zeae [~aczi0 | 0 | sa | aoeea] 1a [17] saaaa | 5 | 22531 | 20000 | 0 | 8a 7800] 131 | 18 | ooses | ce | 22200 | 972 | 0 | 63 |earaa] tat | 17 [2.575 x C7 21247 19818 0 53 | 42647| 131 | 17 | 18919 | ca | aoore | sa7r0 | 0 | 6a | aaaso| 131 | 16 | 40.808] @[ 4 | te770| 20000-| 0 | 53 [38.045 | tat | 16 [31.200 MENTERI PERHUBUNGAN tid M. HATTA RAJASA » Ya0t05102 14

Anda mungkin juga menyukai