1. Uraikan secara lengkap beberapa hal pertimbangan dan Kriteria Evaluasi yang dilakukan dalam
pemilihan Lokasi Baru Bandar Udara
Jawaban :
Dalam menganalisis dalam proses penentuan lokasi bandara yang sesuai dengan parameter yang telah
ditentukan, yaitu tata guna lahan, kemiringan lahan, curah hujan, kepadatan penduduk, jarak dari jalan
utam, jarak dari sungai utama, arah dan kecepatan angin.
Penetapan lokasi bandar udara Sebelum suatu bandar udara dibangun, perlu adanya suatu penetapan
lokasi bandar udara oleh Menteri Perhubungan. Penetapan tersebut berlaku selama 5 tahun
a. Dasar pertimbangan
Didalam menilai lokasi-lokasi alternatif yang potensial untuk bandar udara baru, beberapa hal pokok
yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
Biaya konstruksi yang ekonomis terkait dengan kondisi topografi, klasifikasi tanah dan kedalaman
lapisan tanah keras di didalam daerah bandara (Airport boundary). Karena aspek tersebut yang
menentukan volume pekerjaan tanah atau biaya pemantapan tanah/stabilisasi. Disamping itu
menentukan daya dukung tanah dasar yang berpengaruh besar terhadap tebalnya perkerasan
(pavement) dan sistem pondasi untuk struktur.
Sedangkan keberadaan sungai, danau dan rawa disekitar lokasi bandara akan menentukan perlu
tidaknya dibangun jembatan, atau tanggul dan penimbunan tanah untuk jalan dan lain-lain yang
memerlukan biaya tambahan yang besar.
Kondisi topografi yang baik di kawasan sekitar bandar udara, berpengaruh besar terhadap ketersediaan
ruang udara yang bebas rintangan/halangan untuk operasi penerbangan. Oleh karena itu keberadaan
bukit dan gunung di daerah approach dan take-off serta di Kawasan KKOP yang lain, perlu dikontrol
tinggi dan jaraknya terhadap ujung landasan atau as landasan, untuk mengetahui apakah melebihi
persyaratan Permukaan Batas Rintangan .
Pada kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) tidak dibenarkan adanya bangunan atau benda
tumbuh yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang diperkenankan sesuai dengan Aerodrome
Reference Code dan Runway Clasification dari suatu bandar udara.
Kawasan keselamatan Operasi penerbangan disekitar bandara terdiri dari ; Kawasan pendekatan dan
lepas landas, Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan dibawah permukaan transisi, kawasan
dibawah permukaan horizontal dalam, kawasan dibawah permukaan kerucut dan kawasan sekitar
penempatan alat bantu navigasi Udara.
Luas lahan bandar udara terutama ditentukan oleh kebutuhan fasilitas landasan, taxiway dan apron,
juga terminal penumpang. Kebutuhan fasilitas landasan terutama panjangnya ditentukan oleh jenis
pesawat terbesar (kritis) yang beroperasi, guna melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang.
Sedangkan sistem taxiway dan apron disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas per jam atau kapasitas
tahunan dari operasi pesawat udara. Terminal penumpang ditentukan terutama oleh jumlah
penumpang pada jam sibuk. Kebutuhan kapasitas tersebut berdampak kepada ukuran lahan yang
diperlukan, untuk periode Rencana Induk Bandar Udara, yaitu antara 20 -25 tahun kedepan. Calon lokasi
harus memenuhi kebutuhan luas dan ukuran lahan yang direncanakan untuk pengembangan.
4) Kondisi meteorologi
Kondisi meteorologi, terutama visibility dan ceiling, serta adanya kabut dan asap sangat berpengaruh
terhadap operasi penerbangan di suatu bandara. Sedangkan untuk operasi pesawat kecil juga
dipengaruhi oleh besarnya cross-wind component yang melebihi persyaratan, hal tersebut juga
mempengaruhi jam operasi bandar udara. Pada kondisi meteorologi tertentu kesulitan tersebut dapat
diatasi dengan pemasangan alat bantu navigasi ataupun komunikasi yang biayanya rata-rata lebih tinggi.
Arah angin, kecepatannya dan frekuensinya mempengaruhi orientasi landasan, dengan tujuan
tercapainya wind coverage yang dipersyaratkan.
a) Ketersediaan ruang udara yang bebas rintangan mencakup ketersediaan ruang udara untuk take off
dan landing serta untuk holding. Pengatura penggunaan ruang udara, sehingga dapat ditetapkan
standard procedure untuk operasi penerbangan serta pengendalian lalu lintas udara.
b) Kondisi cuaca yang mempengaruhi visibility, ceiling serta wind coverage bandar udara .
c)Kondisi rintangan (obstacle) di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara.
2) Aspek Teknik
e) Kemudahan pencapaian lokasi dengan mempertimbangkan ketersediaan jalan akses, jarak dari pusat
kota dan waktu tempuh perjalanan menuju lokasi.
3) Aspek Ekonomi
a) Ketersediaan lahan yang mempertimbangkan kemudahan pembebasan lahan serta status pemilikan
lahan sekarang.
b) Kondisi topografi, kemiringan muka tanah, kemudahan pengaliran air drainase, kondisi daya dukung
tanah dasar, lokasi quarry yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi.
4) Aspek Lingkungan
Standar kelayakan lokasi bandar udara baru selebihnya diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara ,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun 2018 tentang
Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara.
Jawaban :
Dengan cara menentukan kajian kelayakan lokasi bandar udara dalam menentukan titik koordinat
bandar udara, yang selanjutnya disebut dengan kajian kelayakan lokasi bandar udara, paling sedikit
memuat ke1ayakan:
a.pengembangan wilayah;
c.teknis pembangunan;
d.operasional;
e.angkutan udara;
f.lingkungan; dan
g.sosial.
Definisi poin poin di atas terdapat pada PM No. 20 tahun 2014 pasal 6 - 14.
Contoh kasus / tata cara kajian kelayakan lokasi bandar udara baru :
a. Gambaran Umum Lokasi Alternatif Bandar Udara (contoh KALTIM).Dari hasil pengumpulan data
primer dan sekunder telah diperoleh contoh data 2 (dua) alternatif lokasi bandar udara baru yaitu
pertama di Kampung Loakulu dan kedua di Kampung Tanjung Batu. Juga diperoleh data berupa peta
topografi daerah tersebut dan data angin .
1) Loakulu : https://www.openstreetmap.org/?mlat=-0.5280&mlon=117.0237#map=16/-
0.5280/117.0237
b) Lahan : luas 1.100 HA. Terletak antara Kampung Karang Mulyo dengan Kampung Polewali . Dari Kota
Kecamatan Loakulu lokasi landasan berjarak ± 1,50 km . Jarak lurus antara lokasi dengan bandara
Temindung-Samarinda ± 13,5 km .Jarak dengan Kota Samarinda ± 15 km dan dengan kota Tenggarong ±
10 km .
d)Keadaan topografi :
Ketinggian tanah antara +28 M sampai +72 m ,MSL. Kontur tanah relatif datar membentuk koridor
dari selatan ke utara, dengan barisan bukit rendah disebelah timur dan barat. Jenis tanah lempung
merah. Fisik tanah berupa perbukitan dan sawah yang ditinggalkan serta rawa dengan kedalaman tanah
keras 1- 5 m, di daerah calon terminal. Terdapat saluran pipa air minum memotong lokasi landasan,
yang harus dipindahkan.
e) Jalan akses
Belum ada jalan akses langsung ke lokasi, kecuali jalan inspeksi PDAM, sehingga belum ada transportasi
umum. Jalan transportasi umum yang ada berjarak 6 km dari rencana terminal, terletak disebelah timur
laut dari landasan.
f) Kontrol obstacle
g) Belum ada fasilitas utilitas di lokasi, seperti listrik dan telekomunikasi. Namun lokasi ini dilalui oleh
saluran PDAM, sehingga air dapat mudah disediakan. Sedangkan listrik dan telekomunikasi telah ada di
kampung Jongkang ± 5 km dari lokasi .
1) Lokasi Loakulu
a) Topografi tanah terletak didataran yang relatif rata, dan hanya sebagian yang berbentuk rawa.
Sehingga untuk perataan tanah dan penimbunan rawa, tanahnya dapat diambil dari pemotongan bukit-
bukit di lokasi yang sama. Jenis tanah lempung merah sehingga daya dukung CBR 4-6% dapat mudah
tercapai.
b) Lahan. Panjang lahan 7.000 m dengan lebar 2.000 m yang memotong daerah terminal . Kebutuhan
untuk landasan minimal 4.500 m < 7.000 m, jadi terpenuhi . Untuk terminal dan fasilitas sisi darat
diperlukan tanah lebar ± 500 m .Lebar tanah yang ada 674 m >500 m.
c) Meteorologi . Dari arah angin dominan yaitu arah selatan, orientasi landasan dibuat 1800 – 3600.
Vicibility dan ceiling cukup bagus, mendekati kondisi bandara Temindung –Samarinda.
d) Aksessibilitas. Belum ada jalan hubung langsung ke lokasi, tapi sudah ada jalan inspeksi, yang dapat
dikembangkan menjadi jalan akses. Panjang jalan hubung ± 6 km ke jalan raya Samarinda – Tenggarong.
e) kontrol obstacle : Bukit Malang, bukit + 68 m dan bukit + 113 m tidak menjadi obstacle/ rintangnan.
G.Perinjang berada di kawasan transisi merupakan obstacle dengan ketinggian bukit 16 m harus
dipotong .
f) Ketersediaan Utilitas. Fasilitas air dapat dikembangkan dengan mudah, karena saluran PDAM melalui
lokasi Loakulu. Fasilitas listrik dan telekomunikasi sudah ada di kampung Jongkang, 5 km dari lokasi.
3.Diketahui layout Bandar Udara Ngloram BLORA
Jelaskan
secara rinci :
Jawaban :
Kode referensinya : 3C
Dimensi Runway strip : 1620 x 90
Kriteria Taxiway : Code letter dan dimensi : C
Declared distances : 1500 x 30
1. Taxiway
Yaitu bagian dari apron yang didesain sebagai taxiway dan dimaksudkan hanya untuk menyediakan
akses ke aircraft stands.
b) Apron taxiway
Yaitu bagian dari sistem taxiway yang terletak pada suatu apron dan dimaksudkan untuk menyediakan
jalur taxi melintasi apron.
c) Parallel taxiway
d) Exit taxiway
Yaitu taxiway yang berhubungan langsung dengan runway dan dimaksudkan untuk jalur keluar masuk
dari dan ke runway. Fungsi exit taxiway adalah untuk mengurangi waktu pemakaian runway oleh
pesawat yang sedang landing.
Yaitu sebuah taxiway yang dihubungkan dengan runway yang bersudut tajam dan didesain agar pesawat
yang baru saja landing dapat secepatnya keluar dari runway. Jenis exit taxiway ini harus disediakan
untuk lapangan udara yang sibuk. Untuk pembuatan rapid exit taxiway ini yang perlu diperhatikan
adalah jari-jari lengkungan, panjang, dan sudut persimpangannya
Dalam perencanaannya, digunakan kriteria desain yang mengacu kepada ICAO Annex 14 dan dapat
dilihat secara tabelaris pada Tabel 4.
Keterangan:
a. Taxiway intended to be used by aeroplanes with a wheel base equal to or greater than 18 m
c. Taxiway intended to be used by aeroplanes with outer main gear wheel span equal to or greater than 9
m
d. Taxiway intended to be used by aeroplanes with outer main gear wheel span less than 9 m
Sesuai dengan Tabel 4, penentuan lebar taxiway ditentukan oleh kode huruf dan wheel base-nya.
1.3 Tikungan pada taxiway
Taxiway curves atau lengkung taxiway ialah garis yang terletak tepat di tengah taxiway yang sedang
berkelok. Jarak dari titik pusat rotasi belokan dengan lengkung taxiway ialah jari-jari belokan tersebut.
Perubahan arah dalam taxiway harus diusahakan sekecil mungkin dan desain dari taxiway curves harus
sedemikian rupa sehingga ketika pesawat sedang membelok, jarak bebas minimum dari roda utama
terluar pesawat ke tepi taxiway (minimum clearance distance of outer main wheel to taxiway edge) tidak
kurang dari batas yang telah ditentukan.
#) Taxiway direncanakan penggunaannya untuk pesawat dengan wheel base sama atau lebih besar dari
18 m (60 ft)
*) Taxiway direncanakan penggunaannya untuk pesawat dengan wheel base kurang dari 18 m (60 ft).
Bila taxiway curves tak dapat dihindari (ada kelokan pada taxiway), radius kelokan harus disesuaikan
dengan kemampuan manuver pesawat dan kecepatan pesawat ketika berbelok harus dibatasi agar
kecepatan rencana taxiway dapat terpenuhi. Berikut diberikan data nilai radius taxiway curves yang
dirancang untuk kecepatan rencana tertentu.
Jika direncanakan belokan yang tajam dan radiusnya tidak cukup memadai untuk memungkinkan roda
pesawat tetap berada dalam perkerasan, maka dibutuhkan pelebaran taxiway sehingga jarak bebas
minimumnya dapat memenuhi persyaratan minimum clearance di atas.
Gambar 13 - Taxiway curve
Jarak minimum pemisah taxiway dengan taxiway atau objek lain pada dasarnya dihitung berdasarkan
lebar wing span, deviasi lateral (lateral deviation), dan penambahan (increment). Secara umum batasan
untuk jarak pemisah taxiway dapat dilihat pada Tabel 7
All dimensions in meter
Gambar 14 - Jarak pemisah antara taxiway dengan objek
Jarak pemisah taxiway dengan runway didasarkan pada lebar strip dan wing span. Secara umum batasan
ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Gambar 15 - Jarak pemisah antara taxiway dengan runway
S = 0,5(Sw + Ws)
Rapid exit taxiway sering juga disebut express taxiway. Tujuan pembuatan rapid exit taxiway adalah
mengurangi waktu okupansi suatu pesawat sehingga runway dapat segera digunakan oleh pesawat yang
lain dan kapasitas aerodrome akan meningkat. Jika derajat kejenuhan runway pada saat jam sibuk
sekitar 25 operasi (baik take off maupun landing), maka sudut yang tepat untuk exit taxiway dibutuhkan,
atau dengan kata lain rapid exit taxiway dibutuhkan.
Sudut pertemuan (intersection angle) antara runway dengan rapid exit taxiway harus di antara 25 -
40^der dan yang terbaik ialah 30^der.
Gambar 16 - Skema rapid exit taxiway
a) Taxiway shoulder
Taxiway shoulders harus ditambahkan untuk taxiway dengan code letter C, D, dan E. Bahu taxiway harus
dibuat simetris di masing-masing sisi taxiway dan diukur dari centre line taxiway sehingga lebar taxiway
dan bahunya.
b) Kemiringan taxiway
Transverse slope dari taxiway harus mencukupi sehingga tidak terjadi genangan air di atas permukaan
taxiway, tetapi nilainya tidak boleh melebihi nilai:
a) Taxi-holding
Yaitu suatu holding bay yang disediakan pada persimpangan antara runway dengan taxiway, atau pada
persimpangan antara runway dengan runway.
b) Road-holding
Yaitu suatu holding bay yang disediakan pada persimpangan antara jalan dengan runway.
Jarak antara holding bay dengan sumbu runway tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan dalam tabel
berikut :
1.7 Marka
Merupakan tanda berupa garis dengan lebar 0,15 m berwarna kuning. Marka ini berfungsi untuk
memberi tuntunan kepada pesawat udara dari runway menuju apron atau sebaliknya.
Gambar 17 - Bentuk marka di taxiway
Merupakan tanda garis yang melintang di taxiway berupa 2 garis solid dan 2 garis terputus-putus
berwarna kuning. Dua garis terputus-putus berada terdekat dengan runway, marka ini berfungsu
sebagai tanda bagi pesawat untuk bergenti sebelum memperoleh izin memasuki runway.
Gambar 18 - Runway holding position
Merupakan garis berwarna kuning di sepanjang tepi taxiway dengan ketentuan sebagai berikut:
- Untuk lebar taxiway 7,5 m – 18 m (tidak termasuk 18 m), digunakan single yellow line dengan lebar
garis 0,15 m
- Untuk lebar taxiway ≥ 18 m, digunakan double yellow line dengan lebar garis 0,15 m dan celah 0,15 m
Merupakan tanda berupa garis-garis berwarna kuning dan merupakan bahu taxiway. Marka ini dipasang
apabila shoulder taxiway diperkeras. Marka ini berfungsi sebagai tanda yang menunjukkan tidak boleh
dilalui pesawat udara.
Merupakan tanda di persimpangan taxiway berupa garis terputus-putus yang berwarna kuning dan
ukurannya telah ditentukan. Marka ini berfungsi untuk menunjukkan letak persimpangan taxiway.
Merupakan tanda berupa garis berwarna kuning yang terletak di runway dan menghubungkan dengan
taxiway center line. Marka ini berfungsi memberikan tuntunan keluar masuk pesawat udara yang
sedang taxi menuju runway atau sebaliknya.
Merupakan tanda garis yang melintang di taxiway berupa dua garis solid dan dua garis terputus-putus
berwarna putih, dua garis terputus-putus berada terdekat dengan runway. Marka ini berfungsi sebagai
tanda kendaraan/ vehicle service untuk berhenti sebelum memperoleh izin memasuki/ menyeberang
runway.
Sebagai referensi dapat digunakan acuan lebar runway dari ICAO pada tabel berikut.
Untuk kasus precision approach runway, jika nomor kode adalah 1 atau 2, maka lebar
runway tidak kurang dari 30 meter.
Jika area balik bagi pesawat disediakan pada setiap titik di runway, lebar daerah harus
sedemikian rupa sehingga jarak antara roda gigi luar utama pesawat dan tepi area balik,
pada saat itu , tidak kurang dari jarak yang ditentukan dengan menggunakan tabel
berikut.
Catatan: Sebuah lereng seragam untuk setidaknya 300 m harus disediakan pada setiap
ujung landasan, dan di bandar udara di mana pesawat jet besar beroperasi, jarak ini harus
ditingkatkan untuk setidaknya 600 m.
Jika nomor kode runway adalah 4, kemiringan membujur sepanjang kuartal pertama dan
terakhir dari runway tidak harus lebih dari 0,8%.
Jika nomor kode runway adalah 3 dan itu adalah pendekatan presisi kategori II atau
kategori III runway, kemiringan membujur sepanjang kuartal pertama dan terakhir dari
runway tidak harus lebih dari 0,8%.
3). Jika perubahan kemiringan tidak dapat dihindari, perubahan kemiringan memanjang
antara dua bagian yang berdampingan landasan tidak harus lebih dari:
a. 1,5% - jika nomor kode runway adalah 3 atau 4; atau
b. 2% - jika nomor kode runway adalah 1 atau 2
4). Transisi dari satu lereng longitudinal untuk yang lain harus dicapai oleh kurva
vertikal, dengan tingkat perubahan tidak lebih dari:
a. 0,1% % - jika nomor kode runway adalah 4; untuk setiap 30 m (radius minimal
kelengkungan dari 30.000 m), atau
b. 0.2% - jika nomor kode runway adalah 3; untuk setiap 30 m (radius minimal
kelengkungan dari 15.000 m), atau
c. 0,4% - jika nomor kode runway adalah 1 atau 2; untuk setiap 30 m (minimal jari-jari
kelengkungan 7.500 m).
Catatan: laju perubahan kemiringan memanjang di luar pusat sepertiga dari landasan di
persimpangan, baik untuk memfasilitasi drainase atau untuk mengakomodasi persyaratan
kemiringan.
5). Jarak antara titik-titik perpotongan dua perubahan kemiringan memanjang berturut-
turut tidak boleh kurang dari yang lebih besar dari berikut ini:
a. 45 m, atau
b. jarak dalam meter bekerja dengan menggunakan rumus:
D = k (| S1 - S2 | + | S2 - S3 |) / 100, di mana 'k' adalah:
(1) 30.000 m - jika nomor kode runway adalah 4, atau
(2) 15.000 m - jika nomor kode runway adalah 3, atau
(3) 5.000 m - jika nomor kode runway adalah 1 atau 2,
(4), dan 'S1', 'S2' dan 'S3' adalah tiga berturut-turut lereng dinyatakan sebagai persentase
nilai.
2). Jika pencahayaan landasan disediakan, garis terhalang dari pandangan dari 3 m di
atas setiap titik pada permukaan landasan ke titik lain pada permukaanrunway tidak boleh
kurang dari 600 m.
3. Runway Strip
3.1 Ketentuan Runway Strip
Runway dan setiap stopway terkait harus terletak dalam runway strip.
2). Dalam kasus non precision approach runway, lebar runway strip termasuk flyover
area, mengikuti ketentuan tabel berikut.
3). Dalam kasus precision approach runway, lebar runway strip termasuk flyover area,
mengikuti ketentuan tabel berikut.
3.5 Kemiringan Membujur Runway Strip
Selama masih dapat diterapkan, kemiringan membujur runway strip tidak boleh lebih
dari:
1). 1,5% - jika kode nomor runway adalah 4.
2). 1,75% - jika kode nomor runway adalah 3.
3). 2% - jika kode nomor runway adalah 1 atau 2.
3.7 Perubahan Kemiringan Membujur Runway Strip pada Ujung Runway (Area Operasi
Radio Altimeter)
1). Untuk precision approach runway kategori II dan III, perubahan kemiringan dalam
area dengan lebar 60 m dan panjang 300 m, simmetri pada garis tengah, sebelum
threshold, harus dihindari.
2). Jika perubahan kemiringan tidak dapat dihindari pada area operasi radio altimeter, laju
perubahan tidak boleh lebih dari 2% per 30 meter (minimum radius of curvature adalah
1.500 meter).
6. Stopway
6.1 Panjang Stopway
Keputusan untuk menentukan panjang stopway adalah keputusan ekonomi bagi Operator
bandar udara, tetapi setiap stopway yang disediakan harus berada runway, dan selesai
setidaknya 60 m sebelum akhir, runway strip.
Dalam perencanaannya, digunakan kriteria desain yang mengacu kepada ICAO Annex 14
dan dapat dilihat secara tabelaris pada Tabel 4.
Keterangan:
a. Taxiway intended to be used by aeroplanes with a wheel base equal to or greater than
18 m
b. Taxiway intended to be used by aeroplanes with a wheel base less than 18 m
c. Taxiway intended to be used by aeroplanes with outer main gear wheel span equal to
or greater than 9 m
d. Taxiway intended to be used by aeroplanes with outer main gear wheel span less than
9m
e. Taxiway other than an aircraft stand taxilane
#) Taxiway direncanakan penggunaannya untuk pesawat dengan wheel base sama atau
lebih besar dari 18 m (60 ft)
*) Taxiway direncanakan penggunaannya untuk pesawat dengan wheel base kurang dari
18 m (60 ft).
Bila taxiway curves tak dapat dihindari (ada kelokan pada taxiway), radius kelokan harus
disesuaikan dengan kemampuan manuver pesawat dan kecepatan pesawat ketika
berbelok harus dibatasi agar kecepatan rencana taxiway dapat terpenuhi. Berikut
diberikan data nilai radius taxiway curves yang dirancang untuk kecepatan rencana
tertentu.
Jika direncanakan belokan yang tajam dan radiusnya tidak cukup memadai untuk
memungkinkan roda pesawat tetap berada dalam perkerasan, maka dibutuhkan pelebaran
taxiway sehingga jarak bebas minimumnya dapat memenuhi persyaratan minimum
clearance di atas.
a) Taxiway shoulder
Taxiway shoulders harus ditambahkan untuk taxiway dengan code letter C, D, dan E.
Bahu taxiway harus dibuat simetris di masing-masing sisi taxiway dan diukur dari centre
line taxiway sehingga lebar taxiway dan bahunya.
b) Kemiringan taxiway
- Kemiringan memanjang (Longitudinal Slope)
Longitudinal slope dari taxiway tidak boleh melebihi nilai:
i. 1,5 % untuk code letter C, D, dan E
ii. 3 % untuk code letter A dan B
b) Road-holding
Yaitu suatu holding bay yang disediakan pada persimpangan antara jalan dengan runway.
Jarak antara holding bay dengan sumbu runway tidak boleh kurang dari nilai yang
diberikan dalam tabel berikut :
1.7 Marka
Marka yang perlu digunakan di daerah taxiway antara lain adalah:
a) Taxiway center line marking
Merupakan tanda berupa garis dengan lebar 0,15 m berwarna kuning. Marka ini berfungsi
untuk memberi tuntunan kepada pesawat udara dari runway menuju apron atau
sebaliknya.
Gambar 17 - Bentuk marka di taxiway
b) Runway holding position marking
Merupakan tanda garis yang melintang di taxiway berupa 2 garis solid dan 2 garis
terputus-putus berwarna kuning. Dua garis terputus-putus berada terdekat dengan
runway, marka ini berfungsu sebagai tanda bagi pesawat untuk bergenti sebelum
memperoleh izin memasuki runway.
Gambar 18 - Runway holding position
c) Taxiway edge marking
Merupakan garis berwarna kuning di sepanjang tepi taxiway dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Untuk lebar taxiway 7,5 m – 18 m (tidak termasuk 18 m), digunakan single yellow line
dengan lebar garis 0,15 m
- Untuk lebar taxiway ≥ 18 m, digunakan double yellow line dengan lebar garis 0,15 m
dan celah 0,15 m
Marka ini berfungsi untuk menunjukkan batas pinggir taxiway.
Gambar 19 - Taxiway edge marking
d) Taxi shoulder marking
Merupakan tanda berupa garis-garis berwarna kuning dan merupakan bahu taxiway.
Marka ini dipasang apabila shoulder taxiway diperkeras. Marka ini berfungsi sebagai
tanda yang menunjukkan tidak boleh dilalui pesawat udara.
Gambar 20 - Taxi shoulder marking
5.Diketahui layout Bandar udara Kertajati dan Kriteria pesawat yang digunakan diberikan pada table
berikut :
Hitung
jarak minimum Runway dan Taxiway yang dipersyaratkan
Jawaban :