2
Kata Pengantar
Buku ini adalah buku kedua dari rangkaian buku kami. Kami
berharap buku ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi perencana
dan urban enthusiast yang tertarik pada perencanaan gedung
tinggi terutama dari sisi perencanaan dan pembangunan
Basemen. Buku ini berisi definisi, persyaratan dan kriteria serta
poin-poin penilaian dari para ahli. Informasi dari buku ini kami
susun apik agar bisa menjadi pedoman bagi perencana untuk
merencanakan pembangunan basemen di gedung tinggi
khususnya di DKI Jakarta.
Wendy Haryanto
Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute
i
Kompendium Peraturan Bangunan di Jakarta
Basemen
Tim Penyusun
Stevanus J Manahampi
Urfi Amaliah
Kontributor
PDW Architects
1
Daftar
Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi 2
2
Bab 1
3
Definisi Basemen
Sumber :
1. SNI 03-1735- 2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
4
• Tetap memperhatikan keserasian bangunan gedung terhadap
lingkungannya.
• Memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan sesuai
fungsi bangunan gedung.
Sumber :
1. Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
2. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 167 Tahun 2012
tentang Ruang Bawah Tanah.
5
12. Tujuan dari pengaturan ruang bawah tanah adalah:
Fungsi Basemen
Sumber :
1. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135 Tahun 2019
tentang Pedoman Tata Bangunan.
6
Ketentuan Basemen
2. Persyaratan dasar
Sumber :
SNI 1726:2019 tentang Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-gedung.
7
• Ketebalan dinding minimum harus sesuai dengan tabel
dibawah. Dinding yang lebih tipis diizinkan bila hasil
analisis struktur menunjukkan kekuatan dan stabilitas yang
mencukupi.
100 mm (a)
100 mm (c)
3. Untuk dinding dengan h lebih besar dari 250 mm, kecuali dinding
basemen dan dinding penahan kantilever, distribusi tulangan untuk
tiap arah harus diletakkan dalam dua lapis parallel dengan muka
dinding sesuai dengan:
• Satu lapis terdiri atas paling sedikit setengah dan tidak melebihi
dua per tiga total kebutuhan tulangan untuk tiap arah dan
harus diletakkan sejarak paling tidak 50 mm tapi tidak melebihi
h/3 dari permukaan eksterior.
• Lapisan lainnya terdiri atas sisa tulangan yang dibutuhkan pada
arah tersebut, harus diletakkan sejarak paling tidak 20 mm, tapi
tidak melebihi h/3 dari permukaan interior.
8
• Gaya tak-sebidang diafragma akibat beban gravitasi dan beban
lainnya yang bekerja pada permukaan diafragma
Fondasi 190 mm
9
7. Lantai basemen, slab di atas tanah, fondasi, dan elemen-elemen
yang hampir horizontal sejenis lainnya yang berada di bawah
permukaan tanah harus dirancang untuk menahan beban angkat
yang bekerja. Tekanan air ke atas harus diperhitungkan sebesar
tekanan hidrostatik penuh yang bekerja di seluruh luasan. Beban
hidrostatik harus diukur dari sisi bawah konstruksi. Fondasi, slab di
atas tanah, dan komponen lainnya yang ditempatkan pada tanah
ekspansif harus dirancang untuk mengakomodasi pergerakan atau
menahan beban ke atas yang disebabkan oleh tanah ekspansif, atau
tanah ekspansif harus dibuang atau distabilisasi di sekitar dan di
bawah struktur1.
11. Basemen 2 (dua) atau lapis kedua yang berada di bawah permukaan
tanah paling kurang 3 m (tiga meter) KTB diperkenankan paling
besar 75 % (tujuh puluh lima persen).
Sumber :
1. SNI 1727-2020 tentang Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan
Gedung dan Struktur Lain.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.
3. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014
tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
10
12. Penggunaan basemen yang dimanfaatkan untuk kegiatan lain
kecuali parkir dan fasilitasnya tetap diperhitungkan dalam KLB1.
13. Bangunan gedung atau basemen lebih dari 1 (satu) lantai dan
berada paling kurang 3 m (tiga meter) di bawah permukaan tanah
pada basemen lantai kedua diperkenankan paling besar 75 % (tujuh
puluh lima persen) dengan tidak mengurangi KDH.
14. Jarak dinding terluar basemen paling kurang 3 m (tiga meter) dari
GSJ, pengaman saluran dan/atau kaveling.
19. Apabila tangga dari lantai ruang bawah tanah (basemen) dan
tangga dari lantai tingkat bertemu pada suatu sarana jalan keluar
yang sama, maka harus diberikan pemisah dan tanda petunjuk jalan
ke luar yang jelas.
Sumber :
1. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014
tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
2. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 1991 tentang
Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
11
22. Penggalian pondasi pada basemen yang memerlukan dewatering,
pelaksanaannya tidak boleh merusak lingkungan sekitarnya1.
23. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (basemen) yang terdiri dari
lebih satu lantai, gas buangan mobil pada setiap lantai tidak boleh
mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
12
3. Pembebasan perhitungan nilai KTB dengan ketentuan:
13
• Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KTB, harus sesuai
dengan RDTR dan PZ, kecuali pada:
ݕSub zona R.1, R.2, R.3, R.4, R.5, R.6 dan R.9, KTB paling
tinggi sama dengan KDB yang telah ditetapkan, dan
hanya digunakan sebagai fungsi penunjang kegiatan
utama hunian.
ݕKegiatan rumah susun (rumah susun komersial/
apartemen dan rumah susun terjangkau) dan rumah
susun umum yang menggunakan ketentuan khusus
sesuai RDTR dan PZ besar KTB pada:
1. PSL sangat padat paling tinggi 60% (enam
puluh persen)
2. PSL padat paling tinggi 55% (lima puluh lima
Persen)
3. PSL kurang padat paling tinggi 50% (lima
puluh persen)
4. PSL tidak padat paling tinggi 45% (empat
puluh lima persen)
5. Sub zona KDB rendah dan sub zona rumah
vertikal KDB rendah besar KTB paling tinggi
50% (lima puluh persen).
14
15
Komponen dalam Basemen untuk Parkir
3. Pada setiap lantai untuk ruang parkir bila dapat menampung lebih
dari 20 kendaraan harus disediakan ruang tunggu/kantin sopir.
16
Standar Desain Lerengan (ramp) Kendaraan
17
3. Kemiringan Jalan:
Sumber :
1. Metric Handbook Planning and Design Data (Third Edition).
2. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135 Tahun 2019 tentang
18 Pedoman Tata Bangunan
(Sumber: Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135
Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Bangunan)
19
7. Setiap lantai untuk fungsi parkir dengan luas diatas 5.000 m² (lima
ribu meter persegi) atau minimum 250 (dua ratus lima puluh) SRP
(Satuan Ruang Parkir) harus dilengkapi ramp kendaraan paling
sedikit masing-masing 1 (satu) unit untuk ramp naik dan ramp
turun.
20
• Kemiringan ramp lurus dengan lantai parkir minimum 1 (satu)
berbanding 20 (dua puluh).
21
• Lebar ramp kendaraan lurus untuk 2 (dua) arah harus diberi
pemisah dengan lebar 50 cm (lima puluh sentimeter) sehingga
lebar minimum (3,00 + 0,50 + 3,00) m (enam koma lima meter),
dan tinggi pemisah sebesar 10 cm (sepuluh sentimeter).
22
10. Ramp kendaraan spiral harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
23
(Sumber: Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135
Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Bangunan)
24
Standar Desain Parkir
25
ݕTempat parkir penyandang disabilitas disediakan dengan
ketentuan:
1-25 1
26-50 2
51-75 3
76-100 4
101-150 5
151-200 6
201-300 7
301-400 8
401-500 9
14/Prt/M/2017 tentang
0
23
Persyaratan Kemud ah an
Bangunan Gedung)
350 cm 350 cm
26 m
26
500 cm 550 cm 500 cm
34
5c
m
230 cm
250 cm
50
0
0c
cm
m
cm
m
0c
14
0
23
5c
23
27
cm
0
50
350 cm 350 cm
350 cm
Dimensi ruang parkir 45⁰ hanya dengan 1 (satu) arah lalu lintas
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 14/Prt/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung)
28
Jalur Kendaraan Jalur Kendaraan
500 cm
500 cm
230 cm 230 cm 160 cm 230 cm
370 cm 620 cm
Penahan ban
90 cm
70 cm
70 cm 70 cm
29
• Gambar tempat parkir sepeda (Sumber: Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14/Prt/M/2017
tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung)
20 cm 80 cm
min
70 cm ± 5 cm 55 cm
120 cm
70 cm ± 5 cm
maks
R200
90 cm
Jalan Keluar
min
25 cm
: 220 cm
min 80 cm min 50 cm
205 cm
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 14/Prt/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung)
3. Gedung Parkir
• Kriteria
ݕTersedia tata guna lahan.
ݕMemenuhi persyaratan konstruksi dan perundang
-undangan yang berlaku.
ݕTidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
ݕMemberikan kemudahan bagi pengguna jasa
30
• Tata letak gedung parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
ݕLantai terpisah
Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai
banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk
kendaraan yang masuk dan ramp yang tirim digunakan
untuk kendaraan yang keluar (Gambar b, Gambar c dan
Gambar d).
31
Selanjutnya Gambar c dan Gambar d menunjukkan jalan
masuk dan keluar tersendiri (terpisah), serta mempunyai
jalan masuk dan jalan keluar yang lebih pendek. Gambar
b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan
(masuk) dan keberangkatan (keluar). Ramp berada pada
pintu keluar. kendaraan yang masuk melewati semua
ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat
dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti itu memiliki
kapasitas dinamik yang rendah karena jarak pandang
kendaraan yang datang agak sempit.
ݕLantai gedung yang berfungsi sebagai ramp
Pada Gambar e sampai Gambar g terlihat kendaraan yang
masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp.
Ramp tersebut berbentuk dua arah.
34
• Apabila disediakan pedestrian pada posisi parkir tegak lurus/
menyudut, maka lebar pedestrian ditentukan minimum 1,50 m
(satu koma lima meter).
• Ketentuan di atas dikecualikan untuk fasilitas parkir dengan
sistem mekanikal bertingkat, dan dilengkapi dengan kajian
sistem perparkiran tersebut.
• Alternatif tata letak (lay out) parkir dijelaskan seperti Ilustrasi.
Keterangan:
h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir (minimum 2 m)
w = lebar terjauh satuan ruang parkir pulau (minimum 0,75 m)
b = lebar jalur gang (minimum 1,5 m)
(Sumber : Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135 Tahun 2019
tentang Pedoman Tata Bangunan)
35
(Sumber : Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135 Tahun 2019
tentang Pedoman Tata Bangunan)
36
(Sumber : Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 135 Tahun 2019
tentang Pedoman Tata Bangunan)
37
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14/
Prt/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung)
38
Standar Manuver Kendaraan
39
2. Kurva melingkar
3. Dimensi landing
40
Kurva campuran
4. Jalur melingkar
41
5. Jalur mobil berbentuk elips
42
6. Landing and easing
Nilai Minimum
R = 8,84 m
r = 5,49 m
W = 3,35 m
K M
22,68 m 0
22,86 m 2,44 m
23,16 m 3,69 m
23,47 m 4,60 m
23,77 m 5,73 m
24,08 m 6,46 m
24,38 m 7,26 m
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14/
Prt/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung)
43
Prinsip Dasar Perhitungan Parkir pada Basemen
44
3. Bangunan gedung dengan dua atau lebih lantai basemen yang
luasnya lebih dari 900 m2 harus dilengkapi dengan saf tangga
kebakaran yang tidak perlu memasang lif pemadam kebakaran.
45
6. Jumlah saf untuk pemadaman kebakaran harus:
10. Penandaan jalur tangga untuk angka level lantai harus ditempatkan
di tengah-tengah penandaan dengan tinggi angka minimum 12,5
cm (5 inci). Level mezanine harus mempunyai huruf “M” atau huruf
identifikasi lainnya yang tepat di depan angka lantai, sementara itu
level basemen harus mempunyai huruf “B” atau huruf identifikasi
lainnya yang tepat di depan angka level lantai.
11. Level basemen harus mempunyai huruf “B” atau huruf identifikasi
lainnya yang tepat di depan angka level lantai.
Sumber :
Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
46
12. Basemen dengan luas lebih dari 232 m2 dalam bangunan gedung
baru harus dilindungi seluruhnya dengan sistem springkler
otomatis yang disetujui OBS1.
14. Jalur evakuasi mempunyai lebar yang sama atau lebih lebar dari
pintu keluar dan harus memiliki lebar yang sama. Lebar jalan keluar
harus sama dengan rute yang dilayaninya. Rute yang terlayani terdiri
dari total jumlah orang yang menuruni tangga ditambah populasi
lantai dasar ditambah mereka yang naik dari basemen.
15. Ada dua tipe traksi lift yang digunakan yaitu elektrik dan
hidrolik. Untuk lif dengan traksi elektrik, ruang mesin lif biasanya
ditempatkan di atas poros dan membutuhkan ruang tambahan.
Dalam sebuah kasus, dimana ada batasan ketinggian bangunan.
Maka ruang mesin dapat ditempatkan bersebelahan dengan saf
kebakaran di tingkat mana saja. Contohnya seperti di basemen.
Tentunya dengan kabel dibawa pada diverter pulleys.
47
Fire 42-3
when brought into contact with combustible material; all new elec- should be used where hazardous conditions are anticipated or
trical installations should be installed in accordance with the current there is a need to maintain the integrity of a structure for the
edition of the regulations of the Institution of Electrical Engineers maximum time, e.g. a compartment wall or floor, or an escape
16. Tingkat
and existing ketahanan
installations api. Kebutuhan
periodically examined and tested for akan
stair in atingkat ketahanan api
high building.
dalam suatu struktur ditentukan oleh Peraturan Bangunan
potential risks.
($)
Basement storey including Ground or upper storey
floor over
Depth (m) of a lowest Height (m) of top floor above ground, in a building or
basement separated part of a building
More Not more Not more Not more Not more More
than 10 than 10 than 5 than 18 than 30 than 30
1 Residential:
a. Block of flats
– not sprinklered 90 60 30� 60�� y 90� � Not permitted
– sprinklered 90 60 30� 60�� y 90� � 120��
b. Institutional 90 60 30� 60 90 120#
c. Other residential 90 60 30� 60 90 120#
2 Office:
– not sprinklered 90 60 30� 60 90 Not permitted
– sprinklered(2) 60 60 30� 30� 60 120#
3 Shop and commercial:
– not sprinklered 90 60 60 60 90 Not permitted
– sprinklered(2) 60 60 30� 60 60 120#
4 Assembly and recreation:
– not sprinklered 90 60 60 60 90 Not permitted
– sprinklered(2) 60 60 30� 60 60 120#
5 Industrial:
– not sprinklered 120 90 60 90 120 Not permitted
– sprinklered(2) 90 60 30� 60 90 120#
6 Storage and other non-residential:
a. any building or part not described elsewhere:
– not sprinklered 120 90 60 90 120 Not permitted
– sprinklered(2) 90 60 30� 60 90 120#
b. car park for light vehicles:
i. open sided car park(3) Not applicable Not applicable 15� þ 15� þ(4) 15� þ(4) 60
ii. any other car park 90 60 30� 60 90 120#
Single storey buildings are subject to the periods under the heading ‘not more than 5’. If they have basements, the basement storeys are subject to the period appropriate
to their depth.
$
The floor over a basement (or if there is more than 1 basement, the floor over the topmost basement) should meet the provisions for the ground and upper storeys if that
period is higher.
�
Increased to a minimum of 60 minutes for compartment walls separating buildings.
��
Reduced to 30 minutes for any floor within a flat with more than one storey, but not if the floor contributes to the support of the building.
# Reduced to 90 minutes for elements not forming part of the structural frame.
þ Increased to 30 minutes for elements protecting the means of escape.
y
Refer to paragraph 7.9 regarding the acceptability of 30 minutes in flat conversions.
Notes:
1. Refer to Table A1 for the specific provisions of test.
Sumber:
3. The car parkHandbook
should comply withPlanning andinDesign
the guidanceData (Third
on requirement Edition)
2. ‘Sprinklered’ means that the building is fitted throughout with an automatic sprinkler system in accordance with paragraph 0.16.
the relevant provisions B3, Section 11.
4. For the purposes of meeting the Building Regulations, the following types of steel elements are deemed to have satisfied the minimum period of fire resistance of
15 minutes when tested to the European test method:
(i) Beams supporting concrete floors maximum Hp/A ¼ 230 m�1 operating under full design load.
(ii) Free standing columns, maximum Hp/A ¼ 180 m�1 operating under full design load.
(iii) Wind bracing and struts, maximum HP/A � 210 m�1 operating under full design load.
Guidance is also available in BS 5950 Structural use of steelwork in building. Part 8 Code of practice for fire resistant design.
48
17. Ventilasi alami. Ventilasi alami disediakan dengan pertimbangan
jumlah ventilasi terbuka, ventilasi yang dapat dibuka atau ventilasi
yang dapat pecah. Hal ini dimaksudkan untuk pergerakan petugas
pemadam kebakaran yang akan mempertimbangkan aspek angin
dll. Bukaan ventilasi harus mengagregasi tidak kurang dari 5% dari
total luas lantai di dalam basemen dan area dengan risiko tinggi
atau khusus. Serta 2,5% di atas tanah. Jika ventilasi tidak dapat
diakses, ventilasi harus permanen atau terbuka secara otomatis atau
terbuka dengan remote control.
18. Lobi atau koridor konstruksi tahan api harus disediakan untuk
memberikan perlindungan tambahan untuk tangga pada posisi:
Sumber:
Handbook Planning and Design Data (Third Edition)
49
Khusus DKI Jakarta:
Sumber:
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 200 Tahun 2015
tentang Persyaratan Teknis Akses Pemadam Kebakaran.
50
51
Desain dan Implementasi
52
Bahana Tower
Jl. Lingkar Mega Kuningan blok E22, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta
53
54
International Financial Center II
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 23, Jakarta
55
56
SCBD Lot 10
Jl. SCBD, Lot 10, Jakarta
57
58
59
Telkom Landmark Tower
Jl. Gatot Subroto, Jakartra
60
61
South Hills Apartment
Jl. Denpasar Raya Kav. 5-7 Kel. Karet Kuningan Kec. Setiabudi
Kota Jakarta Selatan
DENAH Basemen 1
62
DENAH Basemen 2
63
64
65
66
Millennium Centennial Tower
Jl. Jend. Sudirman Kav. 25 Kel. Karet Kec. Setiabudi Kota Jakarta Selatan.
DENAH BASEMEN 1
67
DENAH BASEMEN 3
68
69
70
71
Pemeriksaan dan Penilaian Basemen
72
1. KTB
2. Jarak bebas basemen
3. Luasan vs kompartemen
4. Jumlah lapis dan kedalaman
5. Saf kebakaran dan tangga kebakaran
6. Kapasitas eksit (jika ada fungsi dengan kepadatan tinggi
seperti foodcourt, dll)
7. Ramp ( jumlah, kemiringan dan ukuran)
8. Sirkulasi (alur, arah)
9. Lebar jalan
10. Radius putar
11. Tinggi bersih
12. Penghawaan/ventilasi
73
Implementasi Basemen
74
75