Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

NTSI 6069 ETIKA PROFESI


Dosen Pembina : Ir. Dian Ariestadi, M.T. Ars

TUGAS MINGGU 12

Oleh:
Novia Maulidina Saputri
180523630117
B3 – 13MB

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Maret 2021
Tugas Minggu 12

Permasalahan Etika pada Tahapan Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung/


Konstruksi
Berdasarkan materi yang diberikan dan dapat ditambahkan dari sumber-sumber
materi/referensi lain, uraikan dan jelaskan:
A. Tahapan-tahapan dan aspek-aspek rinci pada Tahapan Perencanaan Teknis
Pembangunan Gedung/Konstruksi
B. Para pihak yang terlibat pada setiap tahapan tersebut
C. Mencari dan menganalisis kasus pelanggaran etika pada Tahapan Perencanaan Teknis
Pembangunan Gedung/Konstruksi ini. Kasus harus merupakan peristiwa nyata yang
dibuktikan dari bukti artikel/berita yang dilampirkan. Analisis yang dilakukan meliputi:
tahapan yang dilanggar, pihak-pihak yang melakukan pelanggaran, aspek-aspek
norma/hukum/kode etik yang dilanggar, sangsi-sangsi (hukum dan etik) yang harusnya
diterima, serta dampak-dampak yang terjadi akibat pelanggaran tersebut.

Penyelesaian :

A. Tahapan-tahapan dan aspek-aspek rinci pada Tahapan Perencanaan Teknis


Pembangunan Gedung/Konstruksi
1. Persiapan Perencanaan Bangunan Gedung
Hal-hal yang wajib dipersiapkan oleh penyedia jasa (konsultan perencana) dalam
melaksanakan kegiatan perencanaan Bangunan Gedung antara lain :
a. KAK dan Dokumen FASILITAS
• Pemahaman terhadap muatan KAK

b. Tanggapan terhadap KAK


• Metodologi Pelaksanaan
• Mobilisasi surveyor dan tenaga ahli

c. Pengumpulan Data dan Informasi


• Benchmarking, diskusi dengan pengguna jasa, survei lokasi dan lingkungan,
survei pasar, survei infrastruktur, sosial, dampak dan permasalahan yang
timbul.
• Penelitian terhadap tanah : sondir dan boring, Pengukuran lahan/tapak.
d. Penyelesaian Administrasi
• Menyelesaikan administrasi setelah lelang: Surat Perjanjian Pekerjaan
Perencanaan (SPPP), Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

e. Program Kerja
• Program Kerja : Rencana dan Jadwal Kerja, Lingkup Pekerjaan

2. Konsepsi Perencanaan Bangunan Gedung


a. Aktivitas, Program Ruang, Program Bangunan, Sarana-Prasarana
Tujuan penyusunan program yaitu menghitung kebutuhan (luas dan volume)
ruang dan sarana-prasarana. Sedangkan manfaat metode penyusunan program antara
lain :
• Mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian pada desain;
• Membuat desain lebih imaginatif;
• Proses menjadi lebih sistematis;
• Prosedur desain lebih terarah;
• Pengambilan keputusan lebih mudah;
• Faktor-faktor desain lebih tepat;
• Waktu desain lebih singkat;
• Penghematan biaya;
• Permasalahan desain diselesaikan secara lebih pasti/jelas/akurat;
• Pengembangan alternatif yang lebih variatif.

Unsur Analisis Program :


• Analisis Program Ruang
Jenis Ruang, Luas Ruang, Persyaratan dan Dampak Ruang, Sifat Ruang dan
konstruksi ruang.

• Analisis Program Bangunan


Kebutuhan Luas Bangunan, Sistem dan Teknologi Konstruksi dan Bahan
Bangunan, Analisis bangunan tunggal atau jamak, Tinggi Bangunan

• Analisia Program Sarana dan Prasarana


Kebutuhan volume dan sistem air bersih, volume dan sistem pengolahan air
limbah, sistem plumbing, kebutuhan sistem dan jumlah energi, sistem penangkal
petir, kebutuhan jumlah transportasi vertikal dan diagonal, sistem proteksi thd
kebakaran, sistem keamanan, Sistem Data.

b. Interpretasi Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)


Interpretasi adalah upaya penyedia jasa untuk menemukan makna dari data dan
program yang disajikan dalam KAK guna menjawab kebutuhan pengguna jasa.
Intepretasi dilakukan dengan cara memilih, mengelompokkan data yang ada,
merangkuminya, kemudian menafsirkannya dalam bentuk ide gagasan.

c. Sketsa Gagasan
Sketsa gagasan diambil dengan mengedepankan keinginan pengguna jasa ataupun
penyedia jasa. Aspek-aspek yang ada pada sketsa gagasan :
• Tata Ruang
• Bentuk dan Massa Bangunan
• Ekspresi Bangunan
• Tata Ruang dan Bangunan Tampak Dalam Tapak
• Tata Ruang Luar Tapak

d. Konsepsi Perencanaan
Konsepsi merupakan dasar bagi perencana untuk mengembangkan rancangan
bangunan. Konsepsi adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu
kesatuan. Di dalam sebuah konsepsi terangkum syarat-syarat suatu rencana, konteks,
fakta-fakta dan idealisme dari perencana yang kemudian digabungkan secara
bersama-sama. Dengan demikian konsepsi dapat disebut sebagai landasan atau acuan
untuk memberikan arah dan batasan terhadap proses perencanaan dan perancangan
bangunan gedung.
• Tema rancangan menyeluruh
• Strategi dalam pemecahan masalah yang timbul baik bersifat non teknis
maupun teknis aygn ditinjau dari sosial, budaya maupun ekonomi

e. Perkiraan Biaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkiraan biaya :
3. Pengembangan Pra-rencana Bangunan Gedung
Pengembangan Pra-rencana Implementasi analisis dan gagasan ke dalam gambar
terukur dari gambar rencana sampai dengan detail spesifik. Atau juga Konsolidasi
Peraturan ke dalam Gambar Bangunan. Tahap sintetis merupakan penyatuan dari
berbagai aspek persyaratan teknis dalam asmet. Tahapan dalam Pra-rencana Bangunan
Gedung :
a. Rencana Tapak
Tahapan yang dilakukan adalah menentukan :
• Peruntutan Lokasi
 Undang Undang No. 26 Tahun 2017 tentang Penataan Ruang;
 Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah;
 Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang serta Pengaturan
Zoning.

• Kualitas Lingkungan
 Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup,
 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

• Ruang Terbuka Hijau


 Peraturan daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang serta Pengaturan
Zoning
 Peraturan daerah tentang bangunan gedung.
 SNI 06-2405-1991 Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air
Hujan Untuk Lahan Pekarangan
 Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Pekarangan

• Pengelolaan Persampahan
 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
 Permen PU No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
 Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pra Sarana
Persampahan

• Pengelolaan Air Hujan


 Permen PU No. 11 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Air Hujan pada
Bangunan dan Persilnya
 Permen LH No. 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan

• Proteksi Kebakaran
 Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan.
 SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan
Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran.

b. Pra Rencana Ruang


Susunan ruang disesuaikan dengan intensitas bangunan berupa : KDB, KLB,
GSB, KTB, KDH, TB dan keandalan bangunan gedung. Setelah ditentukan susunan
ruang maka dapat didesain rencana bentuk yang akan menghasilkan massa banyak,
massa tunggal, wajah bangunan, dan gaya bangunan.

c. Pra Rencana Massa Bangunan


• Keterbatasan Dan Efisiensi Lahan
• Keamanan Dan Keselamatan
• Kondisi Topografi
• Campuran Beberapa Fungsi
• Sistem dan Teknologi dan Konstruksi
d. Pra Rencana Sarpras
• Skema sistem jaringan dalam penataan ruang
• Penerapan Tata Letak Sarana dan Prasarana
• Penerapan Volume dan Luas Sarana dan Prasarana
• Sistem jaringan Mekanikal dan Elektrikal

e. Perizinan, KRK, RTBL


Keterangan Rencana Kota
• Menurut PP 36/2005, definisi Keterangan Rencana Kabupaten/Kota adalah
informasi tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota pada lokasi tertentu (Pasal 1 angka 5 PP
36/2005).
• Berdasarkan PP 36/2005, SKRK diberikan oleh pemerintah daerah berdasarkan
gambar peta lokasi tempat bangunan gedung yang akan didirikan oleh pemilik
(Pasal 14 ayat (3) PP 36/2005). Dalam praktiknya, pemerintah daerah setempat
akan mendelegasikan kewenangan tersebut kepada dinas terkait untuk
memberikan SKRK. Berdasarkan Pasal 14 ayat (4) PP 36/2005, dijelaskan
bahwa SKRK berisi:
 Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan
 Ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan
 Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB
yang diizinkan
 Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan
 KDB maksimum yang diizinkan
 KLB maksimum yang diizinkan
 KDH minimum yang diwajibkan
 KTB maksimum yang diizinkan
 Jaringan utilitas kota

Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan


• RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan gedung sebagai tindak
lanjut RTRW kabupaten/kota dan/atau RDTR Kabupaten/Kota, digunakan
dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan dan sebagai panduan
rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas
bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan.
• RTBL memuat materi pokok ketentuan program bangunan gedung dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan.
• Penyusunan RTBL didasarkan pada pola penataan bangunan gedung dan
lingkungan yang meliputi perbaikan, pengembangan kembali, pembangunan
baru, dan/atau pelestarian untuk:
– Kawasan terbangun;
– Kawasan yang dilindungi dan dilestarikan;
– Kawasan baru yang potensial berkembang; dan/atau
– Kawasan yang bersifat campuran.

f. Perkiraan Biaya
• Pada tahap ini perkiraan biaya sudah termasuk angka biaya rinci, karena
perhitungan biaya belum masuk ke bagian detail
• Perhitungan biaya ini sudah lebh fiks daripada perhitungan sebelumnya karena
dimensi ruang dan bangunan serta detail yang sudah terlihat.
• Perhitungan sudah dilakukan per pekerjaan:
– Pekerjaan Persiapan terdiri dari: pembersihan lahan, cut and fill, pagar
pengaman, mobilisasi dan demobilisasi.
– Pekerjaan Sipil, terdiri dari pondasi, sloof, kolom, dinding dan rangka
penutup atap.
– Pekerjaan finishing, terdiri dari lantai, dinding, plafond dan penutup atap.
– Pekerjaan Instalasi Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing, terdiri dari jaringan
listrik, telepon, tata suara, tata udara, air bersih dan air kotor.
– Pekerjan luar/halaman, terdiri dari perkerasan jalan, jalan setapak, pagar
halaman dan taman.

• Perhitungan biaya pada tahap ini masih diperlukan perhitungan biaya yang
terinci, misal talang, detil ornamen, detil lainnya yang membutuhkan biaya
tersendiri.
g. Laporan Perencanaan
Dalam laporan perencanaan yang dilakukan tahap ini juga memuat antara lain :
• Deskripsi dari maksud, tujuan dan sasaran dilaksanakannya penyelenggaraan
kegiatan pembangunan gedung.
• Lingkup kegiatan, perumusan identifikasi masalah dan metodologi wajib
tercantum di dalam laporan perencanaan.
• Proses pemecahan masalah yang dikembangkan dalam pra rencana tersebut
yang merupakan hasil keputusan antara tim perancangan dengan
pemilik/pengguna bangunan gedung tersebut.
• Dokumentasi dari sketsa gagasan
• Dokumentasi pra rencana yang disusun.

h. Penyiapan Permohonan IMB


Pada tahap pra rencana bangunan gedung, penyiapan untuk pengurusan IMB telah
dilakukan. Tujuannya adalah agar dalam persiapan IMB dapat dilakukan sejak dini
sehingga tidak menimbulkan permasalahan berikutnya. Persiapan sebagai alat untuk
pemantauan terhada pemenuhan persyaratan yang telah diatur dalam peraturan
dengan bangunan. Persiapan lainnya adalah persiapan tentang administrasi dan teknis
untuk memperlihatkan bahwa bangunan yang direncanakan telah mengikuti
persyaratan yang berlaku.

4. Rencana Detail Bangunan Gedung


Pengembangan rencana bangunan gedung dilakukan untuk :
• Penetapan Kepastian dan Keterukuran terhadap Sistem-sistem yang diterapkan
dalam ASMET
• Penetapan terhadap Spesifikasi Teknologi dan Bahan Bangunan yang digunakan
• Penetapan Volume dan Luas ASMET.
• Implementasi Gambar Pra Rencana yang lebih Presisi (skalatis) hingga Detail
Bangunan dalam ASMET.
Pengembangan rencana terdiri dari : rencana arsitektur, rencana struktur, rencana
ME, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang dalam, perhitungan dan sistem,
spesifikasi teknis, perkiraan biaya/komponen.
5. Dokumen Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung
Dokumen pelaksanaan konstruksi memuat :
a. Gambar Rencana Teknis
b. Gambar Detail Pelaksanaan
c. Perhitungan Struktur
d. Rencana Kerja Dan Syarat
e. BOQ & RAB
f. Laporan Perencanaan
g. Jaminan Atas Kegagalan Bangunan

6. Penjelasan dan Evaluasi Pengadaan Jasa Pelaksanaan Bangunan Gedung


Penjelasan dan Evaluasi Pengadaan
a. Penyusunan Dokumen Lelang
b. Penyusunan Jadwal Lelang
c. Penjelasan Berita Acara & Evaluasi
d. Penyusunan Kembali Dokumen Lelang

7. Pengawasan Berkala Bangunan Gedung


Kegiatan pengawasan berkala dilakukan oleh pemilik atau dengan menggunakan
penyedia jasa pengawasan. Pelaksanaan konstruksi yang mempunyai sertifikasi keahlian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terdiri dari :
a. Pemeriksaan Kesesuaian Pelaksanaan Pekerjaan
b. Penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis
c. Rekomendasi terhadap persoalan yang timbul
d. Rekomendasi penggunaan bahan
e. Laporan Akhir Pengawasan Berkala

8. Petunjuk Pemanfaatan Bangunan Gedung


Petunjuk Pemanfaatan Bangunan Gedung terdiri dari
a. Petunjuk penggunaan bangunan gedung
b. Petunjuk perawatan bangunan gedung
c. Petunjuk pemeliharaan bangunan gedung
d. Petunjuk pengunaan peralatan dan perlengkapan ME bangunan
9. Laporan Akhir Perencanaan Bangunan Gedung
Laporan akhir perencanaan bangunan gedung terdiri dari surat jaminan kegagalan
bangunan dan laporan akhir perencanaan.

B. Para pihak yang terlibat pada setiap tahapan tersebut


Pihak yang telibat dalam perencanaan teknis bangunan gedung antara lain adalah
penyedia jasa perencanaan teknis yang telah ditunjuk oleh owner atau pengguna jasa.
Berupa perencanaan persiapan, pra-desain bangunan, detail bangunan hingga perizinan
bangunan. Sedangkan dalam tahap pengawasan berkala dilakukan oleh pemilik atau
dengan menggunakan penyedia jasa pengawasan.

C. Kasus pelanggaran Etika pada Tahapan Perencanaan Teknis Pembangunan


Gedung/Konstruksi
Pelanggaran Etika Profesi yang Menyebabkan Runtuhnya Rukan Cendrawasih,
Samarinda (Juni 2014)

Sumber : https://juliansyahug17.blogspot.com/2018/06/pelanggaran-etika-profesi-
yang.html
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks Cendrawasih
Permai, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda Kalimantan Timur
runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses pengerjaan yang menyebabkan
12 pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar 25 m dan panjang 100 m dengan biaya
konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar rupiah.
Dari observasi yang dilakukan salah satu penyebab keruntuhan bangunan ini adalah
pelanggaran etika profesi yang dilakuan oleh kontraktor yaitu Kegagalan Struktur Utama.
Struktur utama yang dimaksud adalah balok- kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa
pekerja sempat diminta untuk mengecek kolom yang retak di lantai 2. Tidak ada data detail
mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi hal ini seharusnya telah menjadi
indikasi awal bahwa ada masalah dengan struktur yang sedang dibangun. Apalagi apabila
didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar yaitu “strong column- weak beam”
yang artinya kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur terlebih dahulu daripada
balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi antara perencanaan dan
pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan jumlah tulangan yang
dipakai.
Dalam undang-undang telah diatur tentang kegagalan konstruksi yang terjadi di
Indonesia. UU tersebut adalah UU RI No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pada bab
IV memuat tentang kegagalan konstruksi, bunyi pasal 25. pada ayat 1, Pengguna jasa
konstruksi dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. Ayat.2,
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana yang
dimaksud pada ayat.1 ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. Ayat.3, Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat.2 ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.
Dalam kasus ini juga dapat dimasukkan ke dalam Pasal 26, ayat.1, Jika terjadi
kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas
konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
profesi dan dikenakan ganti rugi. Ayat.2, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan
karena kesalahan pelaksana konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
usaha dan dikenakan ganti rugi.

Anda mungkin juga menyukai