TUGAS MINGGU 12
Oleh:
Novia Maulidina Saputri
180523630117
B3 – 13MB
Penyelesaian :
e. Program Kerja
• Program Kerja : Rencana dan Jadwal Kerja, Lingkup Pekerjaan
c. Sketsa Gagasan
Sketsa gagasan diambil dengan mengedepankan keinginan pengguna jasa ataupun
penyedia jasa. Aspek-aspek yang ada pada sketsa gagasan :
• Tata Ruang
• Bentuk dan Massa Bangunan
• Ekspresi Bangunan
• Tata Ruang dan Bangunan Tampak Dalam Tapak
• Tata Ruang Luar Tapak
d. Konsepsi Perencanaan
Konsepsi merupakan dasar bagi perencana untuk mengembangkan rancangan
bangunan. Konsepsi adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu
kesatuan. Di dalam sebuah konsepsi terangkum syarat-syarat suatu rencana, konteks,
fakta-fakta dan idealisme dari perencana yang kemudian digabungkan secara
bersama-sama. Dengan demikian konsepsi dapat disebut sebagai landasan atau acuan
untuk memberikan arah dan batasan terhadap proses perencanaan dan perancangan
bangunan gedung.
• Tema rancangan menyeluruh
• Strategi dalam pemecahan masalah yang timbul baik bersifat non teknis
maupun teknis aygn ditinjau dari sosial, budaya maupun ekonomi
e. Perkiraan Biaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkiraan biaya :
3. Pengembangan Pra-rencana Bangunan Gedung
Pengembangan Pra-rencana Implementasi analisis dan gagasan ke dalam gambar
terukur dari gambar rencana sampai dengan detail spesifik. Atau juga Konsolidasi
Peraturan ke dalam Gambar Bangunan. Tahap sintetis merupakan penyatuan dari
berbagai aspek persyaratan teknis dalam asmet. Tahapan dalam Pra-rencana Bangunan
Gedung :
a. Rencana Tapak
Tahapan yang dilakukan adalah menentukan :
• Peruntutan Lokasi
Undang Undang No. 26 Tahun 2017 tentang Penataan Ruang;
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah;
Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang serta Pengaturan
Zoning.
• Kualitas Lingkungan
Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
• Pengelolaan Persampahan
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
Permen PU No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pra Sarana
Persampahan
• Proteksi Kebakaran
Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan.
SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan
Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran.
f. Perkiraan Biaya
• Pada tahap ini perkiraan biaya sudah termasuk angka biaya rinci, karena
perhitungan biaya belum masuk ke bagian detail
• Perhitungan biaya ini sudah lebh fiks daripada perhitungan sebelumnya karena
dimensi ruang dan bangunan serta detail yang sudah terlihat.
• Perhitungan sudah dilakukan per pekerjaan:
– Pekerjaan Persiapan terdiri dari: pembersihan lahan, cut and fill, pagar
pengaman, mobilisasi dan demobilisasi.
– Pekerjaan Sipil, terdiri dari pondasi, sloof, kolom, dinding dan rangka
penutup atap.
– Pekerjaan finishing, terdiri dari lantai, dinding, plafond dan penutup atap.
– Pekerjaan Instalasi Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing, terdiri dari jaringan
listrik, telepon, tata suara, tata udara, air bersih dan air kotor.
– Pekerjan luar/halaman, terdiri dari perkerasan jalan, jalan setapak, pagar
halaman dan taman.
• Perhitungan biaya pada tahap ini masih diperlukan perhitungan biaya yang
terinci, misal talang, detil ornamen, detil lainnya yang membutuhkan biaya
tersendiri.
g. Laporan Perencanaan
Dalam laporan perencanaan yang dilakukan tahap ini juga memuat antara lain :
• Deskripsi dari maksud, tujuan dan sasaran dilaksanakannya penyelenggaraan
kegiatan pembangunan gedung.
• Lingkup kegiatan, perumusan identifikasi masalah dan metodologi wajib
tercantum di dalam laporan perencanaan.
• Proses pemecahan masalah yang dikembangkan dalam pra rencana tersebut
yang merupakan hasil keputusan antara tim perancangan dengan
pemilik/pengguna bangunan gedung tersebut.
• Dokumentasi dari sketsa gagasan
• Dokumentasi pra rencana yang disusun.
Sumber : https://juliansyahug17.blogspot.com/2018/06/pelanggaran-etika-profesi-
yang.html
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks Cendrawasih
Permai, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda Kalimantan Timur
runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses pengerjaan yang menyebabkan
12 pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar 25 m dan panjang 100 m dengan biaya
konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar rupiah.
Dari observasi yang dilakukan salah satu penyebab keruntuhan bangunan ini adalah
pelanggaran etika profesi yang dilakuan oleh kontraktor yaitu Kegagalan Struktur Utama.
Struktur utama yang dimaksud adalah balok- kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa
pekerja sempat diminta untuk mengecek kolom yang retak di lantai 2. Tidak ada data detail
mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi hal ini seharusnya telah menjadi
indikasi awal bahwa ada masalah dengan struktur yang sedang dibangun. Apalagi apabila
didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar yaitu “strong column- weak beam”
yang artinya kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur terlebih dahulu daripada
balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi antara perencanaan dan
pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan jumlah tulangan yang
dipakai.
Dalam undang-undang telah diatur tentang kegagalan konstruksi yang terjadi di
Indonesia. UU tersebut adalah UU RI No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pada bab
IV memuat tentang kegagalan konstruksi, bunyi pasal 25. pada ayat 1, Pengguna jasa
konstruksi dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. Ayat.2,
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana yang
dimaksud pada ayat.1 ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. Ayat.3, Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat.2 ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.
Dalam kasus ini juga dapat dimasukkan ke dalam Pasal 26, ayat.1, Jika terjadi
kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas
konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
profesi dan dikenakan ganti rugi. Ayat.2, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan
karena kesalahan pelaksana konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
usaha dan dikenakan ganti rugi.