Anda di halaman 1dari 24

Usulan Teknis

Tabel B.1

Tabel B.2

E. Pendekatan

E.1 Dasar Pemikiran

Secara garis besar, yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud
fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatan, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Dalam hal ini Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Pemerintahan Kabupaten Bekasi Tahun 2023 merupakan salah satu bentuk
bangunan Negara, sehingga di dalam melakukan perencanaan harus selalu
berpedoman pada peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Secara definisi, bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk
keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti:
gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah
negara, dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana
APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
Sedangkan pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan
pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi,
restorasi). Selanjutnya, untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung
Milik BUMN/BUMD mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Menteri.

E.2 Azas – Azas Perencanaan Gedung Negara

E-1
Usulan Teknis

Dalam merencanakan bangunan gedung, hal yang perlu diperhatikan dari segi
fungsi khusus bangunan dan segi teknis lainnya adalah:
1. Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada.
2. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar,
seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan.
3. Solusi dan batasan – batasan klimatologi, dan lain – lain.
Selain dari kriteria teknis tersebut diatas, dalam melaksanakan pekerjaan ini
hendaknya memperhatikan azas – azas bangunan gedung negara sebagai
berikut:
a. Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi
tidak berlebihan.
b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekan pada kelatahan gaya dan
kemewahan material tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi
antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan, terutama sebagai
bangunan pelayanan kepada masyarakat.
c. Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi dan
pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, hendaknya diusahan
serendah mungkin.
d. Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga bangunan
dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan
secepatnya.
e. Bangunan gedung negara hendaknya dapat mengikatkan kualitas
lingkungan, dan menjadi acuan tata bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.

E.3 Kriteria Perencanaan Gedung Negara

Beberapa kriteria perencanaan gedung negara adalah:

1. Harus memenuhi persyaratan teknis

Dalam setiap pembangunan harus memperhatikan persyaratan teknis yaitu


bangunan yang didirikan harus kuat untuk menerima beban yang
dipikulnya baik itu beban sendiri gedung maupun beban yang berasal dari
luar seperti beban hidup, beban angin dan beban gempa. Bila persyaratan
teknis tersebut tidak diperhitungkan maka akan membahayakan orang
yang berada di dalam bangunan dan juga bisa merusak bangunan itu
sendiri. Jadi dalam perencanaan harus berpedoman pada peraturan -
peraturan yang berlaku dan harus memenuhi persyaratan teknis yang ada.

2. Harus memenuhi persyaratan ekonomis

E-2
Usulan Teknis

Dalam setiap pembangunan, persyaratan ekonomis juga harus


diperhitungkan agar tidak ada aktivitas-aktivitas yang mengakibatkan
membengkaknya biaya pembangunan sehingga akan menimbulkan
kerugian bagi pihak kontraktor. Persyaratan ekonomis ini bisa dicapai
dengan adanya penyusunan time schedule yang tepat, pemilihan bahan-
bahan bangunan yang digunakan dan pengaturan serta pengerahan tenaga
kerja yang profesional. Dengan pengaturan biaya dan waktu pekerjaan
secara tepat diharapkan bisa menghasilkan bangunan yang berkualitas
tanpa menimbulkan pemborosan.

3. Harus memenuhi persyaratan aspek fungsional

Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang. Biasanya hal tersebut akan
mempengaruhi penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan.

4. Harus memenuhi persyaratan estetika

Agar bangunan terkesan menarik dan indah maka bangunan harus


direncanakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah estetika. Namun
persyaratan estetika ini harus dikoordinasikan dengan persyaratan teknis
yang ada untuk menghasilkan bangunan yang kuat, indah dan menarik.
Jadi dalam sebuah perencanaan bangunan harus diperhatikan pula segi
artistik bangunan tersebut.
5. Harus memenuhi persyaratan aspek lingkungan

Setiap proses pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan


karena hal ini sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kelangsungan
bangunan baik dalam jangka pendek (waktu selama proses pembangunan)
maupun jangka panjang (pasca pembangunan). Persyaratan aspek
lingkungan ini dilakukan dengan mengadakan analisis terhadap dampak
lingkungan di sekitar bangunan tersebut berdiri. Diharapkan dengan
terpenuhinya aspek lingkungan ini dapat ditekan seminimal mungkin
dampak negatif dan kerugian bagi lingkungan.
6. Harus memenuhi aspek ketersediaan bahan di pasaran

Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan


maka harus diperhatikan pula tentang aspek ketersediaan bahan di
pasaran. Dengan kata lain sedapat mungkin bahan-bahan yang
direncanakan akan dipakai dalam proyek tersebut ada dan lazim di
pasaran sehingga mudah didapat.

B. Persyaratan Teknis
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung Negara mengikuti
ketentuan yang diatur dalam:

E-3
Usulan Teknis

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
4. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Aksesibilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Penyusunan RTBL;
8. Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung; serta
9. Standar teknis dan pedoman teknis yang dipersyaratkan.
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap
dan jelas pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen
Perencanaan.
Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung Negara adalah
sebagai berikut :
a. Persyaratan Tata Bangunan Dan Lingkungan
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara
meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam
pembangunan bangunan gedung Negara dari segi tata bangunan dan
lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/ Kota atau
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, yaitu :

E-4
Usulan Teknis

1) Peruntukan lokasi
Setiap bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW
Kabupaten/Kota dan/atau RTBL yang bersangkutan.
2) Koefisien dasar bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan
yang diatur dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
3) Koefisien lantai bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan
yang diatur dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
4) Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan daerah setempat tentang ketinggian maksimum
bangunan pada lokasi, maksimum adalah 8 lantai. Untuk bangunan
gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai, harus
mendapat persetujuan dari:
a) Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri/Ketua Lembaga,
untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya
bersumber dari APBN dan/atau APBD;
b) Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri Negara BUMN,
untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya
bersumber dari anggaran BUMN.
5) Ketinggian langit-langit
Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah
2,80 meter dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan
gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan bangunan lainnya dengan
fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar
mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan.
6) Jarak antar blok/massa bangunan
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat
tentang bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan
harus mempertimbangkan hal-hal seperti:
a) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan
c) Kenyamanan;
d) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

E-5
Usulan Teknis

e) Koefisien daerah hijau (KDH) Perbandingan antara luas area


hijau dengan luas persil bangunan gedung negara.
7) Garis sempadan bangunan
Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan
bangunan maupun garis sempadan pagar harus mengikuti
ketentuan yang diatur dalam RTBL, peraturan daerah tentang
bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garis sempadan
bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.
8) Wujud arsitektur
Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a) mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;
b) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
c) indah namun tidak berlebihan;
d) efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam
pemanfaatan maupun dalam pemeliharaannya;
e) mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam
menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa; dan
f) mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari
segi sejarah maupun langgam arsitekturnya.
9) Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan
Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan
sarana bangunan yang memadai, dengan biaya pembangunannya
diperhitungkan sebagai pekerjaan non-standar. Prasarana dan
sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara,
seperti:
a) Sarana parkir kendaraan;
b) Sarana untuk penyandang cacat dan lansia;
c) Sarana penyediaan air minum;
d) Sarana drainase, limbah, dan sampah;
e) Sarana ruang terbuka hijau;
f) Sarana hidran kebakaran halaman;
g) Sarana pencahayaan halaman;
h) Sarana jalan masuk dan keluar;
i) Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi/ibu,
toilet, dan fasilitas komunikasi dan informasi.
10) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi

E-6
Usulan Teknis

a) Setiap pembangunan bangunan gedung Negara harus


memenuhi persyaratan K3 sesuai yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/
1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Satuan Kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya;
b) Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung negara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Persyaratan Tapak Bangunan


Proses perencanaan tapak dimulai dengan pengumpulan data dasar
yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah
sekitarnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi : rencana induk dan
penelaahannya; peraturan penzonaan; peta dasar dan udara; survey;
data topografi; informasi geologi; hidrologi; tipe tanah; vegetasi; dan
ruang terbuka yang ada.
Setelah semua informasi yang ada diperoleh, selanjutnya dikaji dan
dianalisis. Salah satu sasarannya adalah untuk menentukan
keunggulan serta keterbatasan tapak yang ada. Berdasarkan
kesimpulan yang sudah diperoleh tersebut, selanjutnya menentukan
apakah tapak tersebut sesuai dengan kegunaan yang direncanakan.
Apabila sesuai, maka data tersebut dianalisis lebih lanjut untuk
menetapkan parameter khusus lainnya dari tapak itu. Termasuk
penentuan daerah yang terbaik untuk lokasi suatu bangunan dengan
mempertimbangkan kondisi tanahnya sesuai ; daerah yang harus dihindari
karena lerengnya curam ; daerah yang mempunyai masalah erosi karena pola
drainasenya atau daerah yang harus dilestarikan sesuai kondisi alamiahnya
karena vegetasi.
1) Rincian Tapak dan Analisis Sumberdaya
Membangun sebuah lingkungan menuntut pengetahuan yang
seksama akan sistem sumberdaya alam, ciri budaya, dan data
relevan lainnya. Apabila semua informasi ini telah terkumpul,
untuk selanjutnya kita dapat menentukan alokasi penggunaan
akhir yang tepat.
Merinci dan menganalisis sumberdaya alam yang ada bertujuan
untuk :
a) Mewujudkan pemahaman mengenai berbagai komponen
ekosistem terpisah yang ada (tanah, vegetasi, hidrologi dan
lain-lain)
b) Mewujudkan pemahaman terhadap keterkaitan antara berbagai
komponen ekosistem (tanah, dan air, iklim, vegetasi tanah dan
lain-lain)

E-7
Usulan Teknis

c) Menentukan kesesuaian dari unsur-unsur sumberdaya dan


kumpulan sumberdaya untuk tataguna tanah dan fungsi
tertentu.
Langkah pertama dalam perencanaan sumberdaya adalah
menentukan sumberdaya yang harus diselidiki. Sumberdaya yang
diselidiki harus relevan dengan fungsi atau tataguna tanah yang
sedang ditinjau. Kegiatan perencanaan sumberdaya juga harus
disesuaikan terhadap sifat-sifat fisiografi setempat.
Kerangka kerja dalam perencanaan struktur sumberdaya alam dan
budaya yaitu :
1. Tanah
2. Vegetasi
3. Hidrologi
4. Iklim
5. Topografi
6. Ciri historis
7. Tataguna tanah
8. Rintangan fisiografi
Setiap komponen struktur sumberdaya di atas menunjukkan
daerah pengaruh lingkungan utama terhadap sebagian besar
fungsi. Pengaruh setiap komponen biasanya bergantung pada
jenis dan intensitas fungsi yang direncanakan. Demikian pula
harus ditekankan bahwa jenis informasi yang diperlukan untuk
setiap komponen akan tergantung pada fungsi atau tataguna yang
sedang dipertimbangkan.
Tanah
Pemahaman terhadap pembentukan tanah, yang tergantung
pada : bahan induk, topografi, iklim, gaya biotik dan waktu akan
memberi gambaran terhadap berbagai fenomena yang berkaitan
dengan sumberdaya alam. Pemahaman terhadap tanah sangat
penting tidak hanya dari segi rekayasa saja tetapi juga dalam
kaitannya dengan sistem sumberdaya alam yang lain. Pemahaman
yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan
membantu untuk menentukan kesesuaian tapak dalam
menunjang bangunan gedung dan jalan, demikian pula dapat
memberikan wawasan terhadap komunitas tanaman yang ada
serta habitat satwa liar yang berkaitan dengannya.
Vegetasi
Jenis dan pola vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi visual
dan ekologi yang penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan erat

E-8
Usulan Teknis

dengan tanah, demikian pula terhadap mikro-iklim, hidrologi dan


topografi. Komponen ini berpengaruh terhadap penentuan lokasi
dari sebagian besar fungsi yang bersifat alami.
Hidrologi
Jenis dan kualitas air pada suatu tapak merupakan sumberdaya
visual dan rekreasi yang penting. Akan tetapi yang lebih penting
adalah pertimbangan sistem hidrologis atau tata air yang saling
berkaitan. Air permukaan dan drainase akan sangat
mempengaruhi vegetasi, kehidupan satwa liar, dan bahkan sistem
iklim. Kemampuan tata air harus diperhatikan apabila sistem
hidrologis tersebut akan dimanfaatkan sebagai sumberdaya yang
berarti.
Iklim
Curah hujan keseluruhan dan perbedaan temperatur akan
berpengaruh terhadap tapak, seperti halnya angin, awan dan
perubahan musim. Pertimbangan gejala iklim dalam skala besar
maupun kecil sangat penting. Sering terjadi bahwa perubahan
iklim pada tapak dipengaruhi atau berkaitan dengan perubahan
pada topografi, orientasi lereng, vegetasi dan kehadiran air.
Kondisi iklim berkaitan erat dengan pola iklim regional yang
menyeluruh maupun oleh sifat khas tapak lain yang kurang
berarti.
Topografi
Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu
tapak merupakan sumberdaya visual dan estetika yang sangat
mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah serta fungsi
rekreasi, interpretatif dan sebagainya. Pemahaman lengkap
terhadap struktur topografi tidak hanya memberikan petunjuk
terhadap pemilihan lokasi untuk jalan dan rute lintas alamnya
misalnya, tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak.
Ciri Sejarah
Suatu daerah tertentu sedikit banyaknya memiliki ciri sejarah
berupa benda acuan (landmark). Pengetahuan terhadap letak dan
kegunaan benda acuan ini sangat berharga untuk suatu penafsiran
terhadap daerah yang akan dikelola secara menyeluruh, juga
dalam hal meletakan tampilan khusus dan menjadikannya sebagai
pusat perhatian.
Tataguna Tanah
Pengetahuan yang mendalam terhadap keadaan tataguna tanah
pada tapak atau daerah sekitar yang berdekatan akan memberikan
gambaran yang terkendali dan bahkan keuntungan yang dapat
diraih. Tataguna tanah seringkali menuntut pembiayaan yang

E-9
Usulan Teknis

cukup tinggi dan harus dipertimbangkan dengan cermat. Suatu


hal yang juga penting adalah untuk mencatat fungsi-fungsi yang
tidak digolongkan sebagai tataguna tanah, tetapi diasosiasikan
dengan tataguna tanah tertentu seperti jalan, pagar dan utilitas.
Rintangan Fisiografik
Adalah unsur-unsur alamiah yang merintangi atau
membahayakan berbagai jenis pembangunan. Unsur-unsur
rintangan ini berkaitan dengan fungsi yang akan direncanakan.
Kondisi seperti, gempa, dan daerah banjir merupakan rintangan
fisiografik yang sama sekali tidak memungkinkan bagi suatu
kegiatan pembangunan pada lokasi tersebut.
2) Pelandaian (Grading)
Rancangan pelandaian harus dipertimbangkan pada tahap awal
perencanaan dengan tujuan utama untuk :
a) Mengembangkan tapak bangunan yang menarik, sesuai dan
ekonomis.
b) Memberikan pencapaian yang aman, nyaman dan fungsional
ke seluruh tapak, untuk penggunaan dan pemeliharaan.
c) Membagi limpasan permukaan dari tapak tanpa
mengakibatkan erosi dan sedimentasi, atau mengumpulkannya
untuk keperluan ciri air, cekungan lumpur atau irigasi.
d) Membagi aliran air permukaan maupun air bawah permukaan
menjauhi bangunan dan perkerasan trotoar untuk menghindari
kejenuhan lapisan dasar yang dapat merusak struktur
bangunan atau melemahkan perkerasan.
e) Mempertahankan sifat alamiah dari tapak, dengan gangguan
sesedikit mungkin terhadap bentuk permukaan tanah dan
untuk menentukan peil yang sesuai dalam mempertahankan
pepohonan yang ada.
f) Mendapat perimbangan kupasan dan urugan yang optimum
pada tapak; menimbun untuk menggunakan kembali tanah
urug yang memadai bagi pemantapan lapisan penutup atau
penanaman.
g) Menghindari daerah urugan yang akan berakibat penambahan
kedalaman atau ketidakstabilan pondasi bangunan atau lapisan
dasar suatu perkerasan.
h) Menghindari timbulnya penampang bergelombang untuk jalan,
trotoar dan perkerasan lainnya.
i) Menghindari pembuatan bantaran tanah yang memerlukan
biaya pengendalian erosi yang tinggi , kecuali ditempat-tempat

E - 10
Usulan Teknis

yang benar-benar diperlukan, sebagai pengganti dinding


penahan yang mahal.
j) Menetapkan pelandaian akhir setinggi mungkin pada tempat-
tempat ditemukannya batuan di dekat permukaan tanah,
sehingga mengurtangi biaya galian utilitas dan galian lainnya
serta menyempurnakan kondisi tumbuh bagi vegetasi.
k) Menghindari air limpasan ke jalan.
l) Bagian tapak yang tidak ditempati oleh bangunan atau
perkerasan harus mempunyai kemiringan lereng yang kontinu
untuk mengalirkan air ke perairan, cekungan drainase, jalan da
inlet minimum yang diperlukan untuk drainase air hujan.
Cekungan drainase dan saluran harus memungkinkan untuk
menampung kemiringan limpasan yang dirancang. Limpasan
ini hendaknya dialirkan dibawah trotoar dalam pipa
berdiameter tidak kurang dari 20 cm atau lebih besar dengan
pertimbangan apabila terjadi penyumbatan oleh rumput atau
kotoran. Untuk memberikan drainase postitf maka kemiringan
lereng yang tidak kurang dari 2% untuk daerah berumput
sudah memadai, tetapi untuk tanah yang lebih permeable
dapat memiliki drainase yang memadai dengan kemiringan
lereng lebih kecil.
Daerah yang tidak diperkeras disekitar bangunan hendaknya diberi
kemiringan untuk mengalirkan air permukaan. Kemiringan ini
menjauhi bangunan dengan kelandaian lereng 1 : 20 pertama pada
jarak horizontal dan tidak melalui trotoar.

Daerah tapak dilandai secara kasar untuk memenuhi kriteria


rancangan pelandaian halus. Lapisan dasar harus ditetapkan sejajar
dengan pelandaian akhir yang direncanakan dan pada ketinggian
yang memungkinkan bagi ketebalan tanah permukaan atau
permukaan lainnya.

E - 11
Usulan Teknis

3) Kupasan dan Urugan (Cut and Fill)

Kupasan dan urugan ditujukan untuk menciptakan permukaan


tanah yang diinginkan. Kupasan-urugan ini dapat ditentukan
dengan metode penyesuaian penampang atau metode bidang.

Metode Penyesuaian Penampang

Prosedur ini lebih mudah diikuti dibandingkan dengan metode


bidang. Walaupun ketelitiannya tidak setinggi metode bidang,
namun metode ini cukup memadai untuk drainase permukaan.

Lapangan harus disurvey dengan metode kisi. Ukuran kisi-kisi


tidak mengikat, tetapi 30 m sudah memadai. Perhitungan akan
lebih mudah dan sederhana apabila garis pertama titik-titik kisi
pada setiap arah dimulai dari setengah ukuran kisi dari garis batas
kisi. Maka kini setiap titik kisi merupakan pusat sebuah
bujursangkar dan lapangan terdiri atas petak-petak bujursangkar
tersebut.

Ketinggian setiap titik kisi-kisi harus ditetapkan sepanjang setiap


garis kisi pada arah kemiringan lereng memanjang yang
diinginkan. Sebuah penampang harus digambar untuk permukaan
tanah sepanjang garis kisi. Batasan sejauhmana perbedaan
kemiringan lereng diperbolehkan harus ditetapkan. Dengan
menggunnakan batasan ini maka dapatlah digambar penampang
baru untuk setiap garis kisi yang mempunyai lebih banyak daerah
kupasan dibandingkan dengan urugan, sehingga memberikan rasio
kupasan dan urugan tersebut. Topografi yang ada harus diikiuti
sedapat mungkin agar memungkinkan untuk menjaga gerak tanah
secara minim.

Apabila hal ini telah dilakukan untuk setiap garis kisi, maka
kupasan-urugan harus ditambahkan untuk setiap garis kisi.
Sehingga kupasan dan urugan total dapat dihitung. Rasio
[(kupasan total : urugan total) x 100], dapat ditentukan . Apabila
rasio ini lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan untuk
tanah tersebut maka kupasan dan urugan dapat disesuaikan
dengan cara menaikkan atau menurunkan penampang permukaan
yang baru sejumlah yang akan memberikan rasio kupasan dan
urugan yang diinginkan.

E - 12
Usulan Teknis

Sebuah survei kisi mungkin akan dilakukan dengan ketelitian 1,5


cm terdekat. Hal ini berarti bahwa perhitungan yang melebihi
ketelitian 1,5 cm akan hanya mebuang waktu. Titik-titik kisi harus
dinaikkan atau diturunkan sebesar 1,5 cm sampai rasio kupasan-
urugan yang paling mendekati rasio yang dinginkan tercapai.
Apabila diperlukan maka satu garis kisi dapat disesuaikan satu
persatu sampai rasio kupasan-urugan menyeluruh yang diinginkan
dapat tercapai.

Selanjutnya potongan-potongan sejajar sepanjang lapangan, yang


tegak lurus dengan petak yang telah dibuat sebelumnya, juga harus
digambar. Ini merupakan upaya untuk memeriksa apakah lereng
yang tegaklurus tersebut melampaui batasan yang telah ditentukan
sebelumnya. Batasan ini harus sama dengan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan pelandaian petak; seringkali perbedaan yang
besar diperbolehkan untuk kemiringan potongan dibandingkan
dengan pelandaian petak memanjang. Apabila kemiringan
potongan melampaui perbedaan yang diperbolehkan, maka
pelandaian tapak memanjang harus disesuaikan lebih lanjut
sehingga kemiringan potongan dapat diterima.

Gambar B.1 Metode


Penyesuaian Penampang

E - 13
Usulan Teknis

4) Pengendalian Erosi Tanah

Upaya pengendalian erosi dan sedimentasi ada dua jenis, yaitu :

 Upaya mekanis

 Upaya vegetatif

Upaya Mekanis

Upaya bersifat mekanis digunakan untuk mengubah kembali


bentuk tanah, menerima, membagi, mengirim, memperlambat atau
mengendalikan limpasan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian


erosi secara mekanis, yaitu :

 Pelandaian lahan

Pelandaian disini dilakukan hanya pada daerah yang akan


dibangun, bukan pada seluruh tapak, hal ini sangat membantu
dalam pengendalian erosi. Pada lahan yang luas, bagian-bagian
seukuran yang dapat dikerjakan dapat dilandai satu persatu
untuk menghindari lahan luas yang tak terlindungi. Setelah
penyelesaian konstruksi di suatu tempat, maka pelandaian
dilanjutkan ke tempat berikutnya.

Pada beberapa tapak, hanya badan jalan yang dilandai hingga


saluran air hujan. Hal ini menyebabkan hanya sebagian kecil
tanah rentan terhadap erosi. Biasanya daerah sekitar yang tidak
terganggu dapat digunakan sebagai outlet saluran sementara
atu pembagi untuk berm, untuk melindungi badan jalan yang
telah dilandai tersebut. Setelah pemasangan saluran air hujan
ini selesai, maka daerah lainnya dapat dilandaikan dan
limpasan dapat diarahkan ke jalan dan saluran air hujan.

Sebagai pedoman umum, pelandaian hendaknya


dipertahankan seminimum mungkin, sehingga menjadikan
tapak sesuai dengan tujuan yang diinginkan tanpa
meningkatkan limpasan dalam jumlah besar. Apabila
memungkinkan, penebangan hendaknya dilakukan terhadap
pohon-pohon yang benar-benar tidak diperlukan.

Rencana pelandaian harus memperhatikan lokasi, kemiringan


lereng, serta ketinggian daerah yang akan dilandaikan,
demikian pula upaya-upaya yang akan ditempuh untuk
pembuangan limpasan dan pengendalian erosi. Lereng yang
dibangun harus dibatasi kemiringannya agar memberikan

E - 14
Usulan Teknis

stabilitas dan memudahkan pemeliharaan. Pemakaian dinding


penahan mungkin diperlukan.

 Saluran bawah permukaan

Saluran bawah permukaan biasanya dibuat di dasar


kemiringan lereng urugan untuk mengalirkan sisa air tanah.
Ketika dilakukan pelandaian berat, ada kemungkinan harus
mengurangi saluran drainase alamiah ; maka saluran bawah
permukaan harus dibangun dibawah urugan baru untuk
mencegah akumulasi air tanah.

Saluran bawah permukaan diperlukan pada saluran yang


bervegetasi untuk menurunkan muka air tanah yang tinggi
yang menghambat pemantapan penutup tanaman yang efektif.

 Saluran air hujan

Saluran air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari


jalan dan area sekitarnya. Pembagi sementara mungkin
diperlukan untuk mengendalikan limpasan pada persil-persil
dan mengirimkannya ke jalan dan saluran pembuangan air
hujan dengan aman.

Penggunaan saluran air hujan ini untuk mengalirkan limpasan


tetapi tidak dapat mencegah timbunan sedimen pada bagian
hilir saluran. Untuk mengurangi beban sedimen yang
ditimbulkan, maka pada saat konstruksi biasanya dibuatkan
cekungan sedimen yang berdekatan dengan saluran masuk.
Endapan yang ditampung pada cekungan ini dibersihkan
setiap kali turun hujan yang menghasilkan limpasan.

Upaya Vegetatif

Upaya vegetatif disini bertujuan memberikan penutup sementara


untuk membantu mengendalikan erosi selama konstruksi dan
memberikan penutup permanen untuk menstabilkan tapak setelah
konstruksi selesai.

Erosi dapat dikendalikan dengan sedikit kesulitan pada beberapa


tapak dibandingkan dengan tapak lainnya selama konstruksi.
Demikian pula pada beberapa tempat penutup permanen akan
lebih mudah ditempat yang subur dan lereng yang landai. Biasanya
daerah ini dapat distabilkan dengan menggunakan tanaman dan
metode budidaya yang biasanya terdapat di daerah tersebut.

 Penutup sementara

E - 15
Usulan Teknis

Tanaman penutup sementara dapat digunakan apabila


penutup diperlukan selama hanya jangka pendek. Apabila
pada suatu daerah pelaksanaan konstruksinya tertunda
padahal tapak sudah dilandai dan dimatangkan, maka
tanaman penutup sementara dapat digunakan untuk
melindungi tapak dari erosi.

 Penutup permanen

Perhatian khusus diberikan untuk memilih tanaman yang akan


dijadikan penutup permanen. Banyak diantara jenis
rerumputan, pohon, tanaman perdu dan tanaman penutup lain
yang dapat dipilih di daerah lembab. Sedangkan daerah kering
pilihan akan lebih sedikit. Keputusan akhir harus didasarkan
pada kemampuan adaptasi tanaman terhadap tanah, iklim,
kemudahan budidaya tanaman, kemampuan untuk
berkembang biak, kebutuhan pemeliharaan, nilai-nilai estetika
dan kualitas khusu lainnya.

Tanaman yang terbaik adalah tanaman yang dapat


menyesuaikan diri dengan tapak dan tujuan pengguanaannya.
Misalnya rerumputan yang digunakan untuk stabilisasi
perairan harus mampu menahan genangan dan memberikan
penutup yang padat untuk mencegah mampatnya saluran air.
Untuk tempat bermain anak-anak maka rumput yang dipilih
harus tahan injakan.

Pemeliharaan tampaknya merupakan faktor terpenting dalam


memilih tanaman untuk stabilisasi permanen.

5) Pertimbangan Lingkungan Pada Tapak

Pertimbangan lingkungan selalu menjadi aspek yang penting


dalam proses perancangan sebuah tapak. Pertimbangan ini
mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai ekosistem dan
keterkaitannya, hidrolgi permukaan dan bawah permukaan,
vegetasi serta kondisi tanah bawah permukaan. Semua
pertimbangan ini menuntut penelitian yang ekstensif dan
mendetail untuk menghasilkan kesimpulan yang berarti. Untuk
tapak yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, maka
penelaahan di atas menjadi sangat penting. Faktor-faktor yang
turut mempengaruhi pertimbangan lingkungan adalah : kondisi
iklim, daerah genangan banjir dan pengendaliannya, sistem
drainase dan persediaan air. Materi yang menjadi pokok bahasan
berikut ini adalah mengenai persediaan air. Sedangkan faktor-
faktor yang lain sudah dibahas pada bahasan sebelumnya.

E - 16
Usulan Teknis

Persediaan Air
Langkah pertama dalam memilih sumber persediaan air yang
memadai adalah menentukan perkiraan kebutuhan terhadap
sumber air tersebut. Unsur-unsur penting untuk menentukan
kebutuhan air adalah pemakaian air rata-rata perhari dan tingkat
puncak kebutuhan. Pemakaian air rata-rata perhari harus
diperkirakan untuk :

 Menentukan kemampuan sumber air untuk memenuhi


kebutuhan terus-menerus sepanjang massa kritis seperti ketika
aliran permukaan rendah sedangkan ketinggian muka air tanah
minim.

 Memastikan berapa jumlah air tertampung yang mendukung


kebutuhan pada massa kritis tersebut.

Tingkat puncak kebutuhan harus diperkirakan untuk menentukan


ukuran pipa dan plumbing, kehilangan tekanan dan fasilitas
penyimpanan air yang diperlukan untuk menyediakan air secara
memadai pada saat puncak kebutuhan.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemakaian air. Misalnya


tersedianya air dengan kapasitas yang besar dan tekanan yang
mencukupi akan merangsang pemakaian air tersebut untuk
berbagai keperluan ; menyiram rumput dan tanaman, pencucian
kendaraan, dan untuk melakukan berbagai kegiatan lainnya.
Berikut ini adalah tabel “Pedoman Perencanaan untuk Pemakaian
Air” yang memperlihatkan pemakaian air rata-rata.

Tingkat pemakaian air untuk sistem pengadaan air swakelola


berbeda menurut kegiatan pemakaian di rumah atau lahan
pertanian. Tingkat pemakaian air pada umumnya paling tinggi di
rumah pada saat pagi hari, karena penggunaan air banyak
dilakukan pada saat ini seperti : memasak, mandi, buang air besar,
mencuci piring, mencuci pakaian dll. Dan saat sebelum tidur.
Sedangkan ketika malam hari, pemakaian air hampir tidak ada.

Pemakaian beberapa perangkat tetap (fixture) plambing pada saat


bersamaan akan menentukan tingkat puncak pemakaian
maksimum pengadaan air untuk sistem air rumah tangga.
Misalnya pemakian air untuk mandi, kegiatan mencuci pakaian,
mencuci piring dll pada saat bersamaan maka akan selalu ada
kemungkinan terjadi kombinasi yang kritis. Dan untuk kegiatan
perancangan metode ini cukup aman.

Jumlah air yang digunakan untuk menyiram halaman berumput


tergantung pada luas lahannya, jenis alat penyiram, iklim, tanah,

E - 17
Usulan Teknis

dan pengendalian air. Di daerah kering dan gersang jumlah air


yang dibutuhkan menyamai atau bahkan melebihi kebutuhan air
untuk rumah tangga. Untuk penaksiran keperluan, maka tingkat
pemakaian kurang lebih ½ inci per jam luas permukaan sudah
wajar.

Pembuangan Air Kotor

Berdasarkan pengalaman masa lalu, kenyataan di lapangan dan


penelitian bakteriologi membuktikan bahwa cubluk lama
berbahaya bagi kesehatan. Para ahli sanitasi sepakat bahwa semua
sistem pembuangan air kotor harus dilengkapi tangki septik. Pada
tangki tesebut limbah ini diolah menjadi gas dan cairan melalui
aksi bakteri anaerobik, yang kemudian menjadi tidak berbahaya
oleh peluluhan, dimana bakteri mengoksidasi semua komponen
menjijikan.

Sistem pembuangan air kotor yang lengkap, berikut unsur-unsur


penting dan pelengkap dapat dilihat pada gbr. B.2 Denah dan
Potongan Tangki Septik dan Sifon, Rancangan suatu instalasi
khusus dipengaruhi oleh : jumlah limbah air kotor diolah berdasarkan
jumlah pemakaian ekivalen dan sifat khas tanah yang dinyatakan oleh
penyerapan relatif.

Pemakaian Ekivalen, merupakan jumlah limbah yang akan diolah


berkaitan dengan jenis bangunan dan jumlah pemakaian. Dasarnya
adalah jumlah normal dari limbah yang dihasilkan menurut
kondisi rumah hunian perorang per 24 jam (lihat tabel B.2
“Pemakaian Ekivalen”). Hal ini berarti bahwa untuk perumahan,
185 liter limbah air kotor perorang harus diolah selama 24 jam.
Sedangkan jenis bangunan lainnya dikaitkan pada dasra
perhtiungan ini menggunakan faktor konversi. Pemakaian ekivalen
menentukan ukuran tangki septik dan juga mempengaruhi
kapasitas yang diperlukan untuk sistem pembuangan ini.

Unsur-unsur Pembuangan Air Limbah

 Saluran air kotor, Saluran ini berada diantara bangunan


dengan tangki septik. Pipa utama merupakan perpanjangan
pipa pembuangan kakus sampai sedikitnya 1,5 m diluar
pondasi. Pada pipa ini tidak dibutuhkan perangkap atau pipa
masuk udara.

 Tangki Septik, merupakan unsur terpenting dalam suatu


sistem pembuangan saniter. Fungsi tangki ini adalah untuk
menahan kontak antara kotoran dan udara sampai bakteri
anaerobik memecah dan mengubah bahan padat menjadi gas

E - 18
Usulan Teknis

yang kemudian keluar melalui lubang ventilasi, dari aliran


selokan yang secara bertahap dijernihkan oleh proses oksidasi.
Sebagian zat padat mengendap sebagai lumpur.

 Tangki Sifon, diperlukan pada instalasi besar. Fungsinya


adalah untuk mengumpulkan aliran selokan dari tangki septik
dan secara berkala mengeluarkannya ke sistem pembuangan
selokan.

Air kotor yang belum diolah akan masuk ke tangki septik dan
pipa masuk bawah tanah akan sampai ke cairan tangki septik di
bawah permukaan luap. Dengan demikian cairan pada tangki
septik akan segera membentuk 3 lapisan yaitu : zat padat atau
lumpur mengendap di bagian bawah, air selokan membentuk
cairan utama di bagian tengah dan di lapisan atas akan
membentuk buih yang berfungsi utnuk mencegah udara
mengadakan kontak dengan air selokan dan memungkinkan
berlangsungnya aksi bakteri anaerobik atau septikisasi.

Sebagaian besar larutan bahan padat diubah melalui aksi ini


menjadi : (1) gas yang keluar melalui pipa vent dan (2) air selokan
yang meluap langsung atau melalui tangki sifon ke dalam pipa
selokan dan kemudian ke sistem pembuangan limbah cair.

Lumpur yang terbentuk di dasar tangki septik harus dikeluarkan


secara berkala untuk menghindari pengisian tangki dengan bahan
padat yang terus menumpuk. Pada instalasi yang besar, apabila
tidak diinginkan adanya gangguan terhadap kelangsungan kerja
tangki septik akibat diadakannya pembersihan, maka dapat
dilengkapi dengan daerah kurasan lumpur dan lubang lumpur
untuk memungkinkan pengeluaran lumpur selama tangki masih
digunakan.

Ukuran tangki septik maupun tangki sifon ditentukan seluruhnya


oleh sejumlah air kotor yang akan diolah selama 24 jam. Aturan-
aturan yang perlu dipenuhi dalam merancang tangki septik
maupun tangki sifon yaitu:

 Untuk mendapatkan pemakaian ekivalen pada suatu


rancangan, jumlah pemakai yang menempati suatu bangunan
dikalikan dengan faktor konversi yang diberikan pada tabel
“Pemakaian Ekivalen”.

 Untuk mendapatkan ukuran dan detail konstruksi tangki


septik dan tangki sifon beton bertulang seperti terlihat pada

E - 19
Usulan Teknis

Gambar D.2 dan Tabel D.3 ”Pemilihan serta Rancangan


Tangki Septik dan Tangki Sifon” dapat dijadikan acuan. Lalu
carilah pemakaian ekivalen pada kolom pertama yang
mendekati kebutuhan yang telah dihitung untuk
perancangan.

 Untuk memastikan kapasitas tangki septik komersial


manapun, lanjutkanlah seperti pada aturan 2, tetapi cari pada
tabel kapasitas yang sesuai dengan pemakaian ekivalen

6) Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi dan Tata Letak Bangunan

Penempatan bangunan pada tapaknya atau kaitannya terhadap


bangunan lain sangat penting. Apabila diletakkan dengan baik,
maka bangunan akan mencapai keserasian dengan topografinya,
kehidupan akan diperkaya, masalah drainase dapat diperkecil, dan
efisiensi bangunan dapat ditingkatkan. Sebaliknya apabila tidak
diletakkan dengan baik, banyak masalah akan terjadi dan tidak
dapat diperbaiki dengan mudah.

Orientasi suatu bangunan terhadap matahari, angin dan


pemandangan merupakan pertimbangan yang mendasar. Dalam
banyak keadaan, kita ingin berlindung dari sinar matahari.

Penataan bangunan yang sesuai dengan topografinya akan


mengurangi pekerjaan pelandaian, memperkecil biaya konstruksi
awal dan meniadakn masalah drainase yang menerus.

Bahan-bahan tanaman baik pepohonan maupun perdu adalah


bagian yang terpadu dari suatu rancangan tapak. Keguanaannya
adalah tidak hanya sekedar elemen fungsional tetapi juga sebagai
penyangga, penyekat dan pemisah.

 Orientasi terhadap Matahari

Dalam perancangan bangunan, orientasi bangunan terhadap


sinar matahari sangat penting untuk dipertimbangkan.
Dengan pertimbangan keamanan dan kenyaman bagi
pengguna yang menempati.

 Struktur Keruangan

Struktur keruangan (spasial) dinyatakan sebagai susunan


ruang terbuka fisik dari suatu tapak. Struktur keruangan pada
umumnya merupakan hasil sifat khas topografi, pemasaan
vegetasi, gabungan sifat khas topografi dan pemasaan
vegetasi. Karena ketiga unsur ini menentukan ukuran

E - 20
Usulan Teknis

terutama kualitas ruang, maka biasanya unsur-unsur tersebut


dianggap sebagai penentu keruangan.

Dengan adanya rancangan susunan keruangan dari lansekap,


maka keterangan yang diperoleh dapat dipindahkan ke dalam
sebuah tapak.

Setelah menentukan struktur keruangan sebuah lansekap tertentu


maka kita dapat menetapkan sifat khas kualitatif ruang tersebut.
Pemahaman terhadap seluruh struktur keruangan lansekap,
demikian pula dengan adanya pemahaman terhadap sifat khas
kualitatif dari ruang individual, sangat penting terutama untuk
menetapkan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
visual seperti jalan.

Sifat khas keruangan lansekap pada umumnya tergantung pada


tiga hal yaitu : besaran ruang, tingkat ketertutupan visual dan
visual.

Besaran ruang penting untuk menentukan dampak visual secara


menyeluruh, demikian pula potensinya untuk emnyerap fungsi
tertentu. Besaran dapat dievaluasi menurut luas dan hubungan
antara luas tersebut dengan ruang lainnya pada tapak tersebut.

Tingkat ketertutupan visual ruang merupakan faktor spasial


penting, terutama untuk menempatkan fungsi yang sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan hubungan sirkulasi, pemandangan
yang baik.

7) Standar Perencanaan Konstruksi Perkerasan Jalan

Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat


dibedakan atas :

 Konstruksi perkeransan lentur (flexible pavement), yaitu


perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,
Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

 Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan


yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan
pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di
atas tanah dasar dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah.
Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

 Konstruksi perkerasan kompiosit (composite pavement), yaitu


perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan

E - 21
Usulan Teknis

lentur dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku,


atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang


diletakkan di atas permukaan tanah dasar yang telah dipadatkan.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Beban lalu
lintas yang bekerja di atas lapisan perkerasan yaitu :

 Muatan kendaraan berupa gaya vertikal

 Gaya rem kendaraan yang berupa gaya horizontal

 Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran

Pada Gambar terlihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan


keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban
terbagi rata p0. Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan
disebarkan ke tanah dasar menjadi p1 yang lebih kecil dari daya
dukung tanah dasar

Konstruksi perkerasan terdiri dari :

 Lapisan permukaan (surface course)

 Lapisan pondasi atas (base course)

 Lapisan pondai bawah (subbase course)

 Lapisan tanah dasar (subgrade)

Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan yang terletak paling atas disebut lapisan permukaan,


berfungsi sebagai :

a) Lapis permukaan penahan beban roda, lapisan mempunyai


stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.

b) Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap kelapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan-
lapisan tersebut.

c) Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita


gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.

E - 22
Usulan Teknis

d) Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya,


sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya
dukung yang lebih jelek.

Guna memenuhi fungsi tersebut di atas, pada umumnya lapisan


permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal
sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas
yang tinggi dan daya tahan lama.

Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan


lapis permukaan dnamakan lapis pondasi atas (base course),
berfungsi sebagai :

a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda


dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

b) Lapisan peresapan untuk lapisan pondai bawah.

c) Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Material yang digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material


yang cukup kuat. Untuk lapis pondai atas tanpa bahan pengikat
umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan
Palstisitas Indeks (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah,
kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat
digunakan sebagai lapis pondasi atas

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan


tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah (subbase course),
berfungsi sebagai :

a) Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban


roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai
CBR 20% dan Plastisitas Indeks (PI) ≤ 10%.

b) Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif


murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.

c) Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.

d) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondai.

e) Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini


sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus

E - 23
Usulan Teknis

segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau


lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda alat besar.

f) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah


dasar naik ke lapisa pondasi atas.

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah setebal 50 – 100 cm diatas mana akan diletakkan


lapisan pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar.

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika
tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan
dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan
lainnya. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar
air optimum dan diusahan kadar air tersebut konstan selama umur
rencana. Hal ini dapat dicapai dengan pelengkapan drainase yang
memenuhi syarat.

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan
atas :

a) Lapisan tanah dasar, tanah galian

b) Lapisan tanah dasar, tanah timbunan

c) Lapisan tanah dasar, tanah asli.

E - 24

Anda mungkin juga menyukai