Anda di halaman 1dari 26

1.

PENDAHULUAN

1.1. Ruang Lingkup


Pedoman ini mengatur tata cara penempatan utilitas pada daerah milik jalan (DAMIJA)
dan jembatan untuk utilitas yang sejajar dan melintang jalan. Pedoman ini meliputi
kaidah-kaidah penggalian, penempatan, dan penimbunan kembali utilitas pada ruas jalan
baik di atas maupun di bawah tanah. Selain itu, pedoman ini juga memberikan ketentuan
mengenai penempatan utilitas pada jembatan baik dengan cara menggantung dan
menempel sehingga ketahanan jembatan tidak terganggu.

1.2. Acuan Normatif


Pedoman galian penempatan utilitas di jalan perkotaan ini merujuk pada buku sebagai
berikut :
 Undang-Undang No. 28/2009 tentang jalan
 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009, tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
 Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006, tentang prasarana dan lalu lintas
jalan
 SNI 03-2850-1992, Tata cara penempatan utilitas di jalan
 Pd. T-12-2003, Pedoman perambuan sementara untuk pekerjaan jalan
 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No:20/PRT/M/2010 Tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan

1.3. Istilah Dan Definisi

A. Utilitas
Fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang mempunyai sifat
pelayanan lokal maupun wilayah di luar bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.
Yang termasuk dalam fasilitas umum ini, antara lain jaringan listrik, jaringan telkom,
jaringan air bersih, jaringan distribusi gas dan bahan bakar lainnya, jaringan sanitasi, dan
sejenisnya.

1
B. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang
bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan (lihat gambar A.1, A.2 Lampiran A)

C. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)


Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi tertentu yang dikuasai
oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (lihat gambar A.3 Lampiran A)

D. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)


Merupakan ruang sepanjang jalan di luar daerah milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan
tinggi tertentu, yang ditetapkan oleh pembina jalan, dan diperuntukkan bagi pandangan
bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan.

E. Pembinaan Jalan
Kegiatan penanganan jaringan jalan yang meliputi penentuan sasaran dan perwujudan
sasaran.

F. Pembina Jalan
Instansi atau pejabat atau badan hukum atau perorangan yang ditunjuk untuk
melaksanakan sebagian atau seluruh wewenang pembinaan jalan.

G. Bangunan Pelengkap Jalan


Bangunan pelengkap antara lain jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat
parkir, gorong-gorong, tembok penahan dan saluran tepi yang dibangun sesuai dengan
persyaratan teknik.

H. Perlengkapan Jalan
Sarana untuk mengatur kelancaran, keamanan dan ketertiban lalu-lintas seperti
ramburambu lalu-lintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman
pemakai jalan, marka jalan sesuai yang dimaksud PP No.43 tahun 1993, pasal 17 s/d 38
atau sarana untuk keperluan pendukung kelancaran, keamanan dan ketertiban lalu-lintas
seperti: fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempt istirahat, dan
penerangan jalan sesuai yang dimaksud PP No.43 tahun 1993, pasal 39.

I. Perambuan Sementara
Penempatan rambu-rambu yang sifatnya sementara, bisa dipindah-pindah sesuai dengan

kebutuhan.

2
J. Pengalihan Arus Lalu Lintas
Pengalihan arus lalu lintas ke jalan alternatif yang sekurang-kurangnya sama dengan
kelas jalan yang sedang ditutup sementara, sesuai yang dimaksud dalam pasal 88 sampai
dengan 90 PP No.43 tahun 1993.

3
2. KETENTUAN

2.1 Ketentuan Umum

2.1.1 Lingkungan
1). Pekerjaan penempatan utilitas harus memperhatikan dan mengindahkan
kemungkinan terjadinya masalah lingkungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2). Penggalian, penimbunan, pembongkaran bangunan dan penempatan bangunan
utilitas serta peralatan yang digunakan harus memperhatikan kepentingan lalu
lintas termasuk pejalan kaki dan penghuni rumah/bangunan disekitarnya, dan
juga perlu adanya rambu atau papan peringatan pengguna jalan agar tidak
mencelakakan pengguna jalan.
3). Perbaikan kembali bangunan, halaman, atau pagar menjadi tanggung jawab
pemilik utilitas.
4). Penempatan utilitas tidak boleh mengganggu bangunan utilitas lain.
5). Kerusakan yang timbul akibat butir 2), 3) dan 4) menjadi tanggung jawab pemilik
utilitas.

2.1.2 Perencanaan
1). Rencana penempatan utilitas yang dapat disetujui atau diberi izin oleh pembina
jalan adalah rencana yang telah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
pedoman ini.

2). Rencana penempatan utilitas (yang dimaksud dalam butir 1 di atas) terdiri dari :
a. jenis
b. dimensi
c. bahan
d. posisi (letak dalam Damija/Damaja)
e. kedalaman
f. hal-hal lain yang perlu diinformasikan sesuai kepentingan utilitas tersebut.

3). Rencana pelaksanaan pekerjaan penempatan utilitas terdiri dari :

4
a. rencana galian
b. rencana penyimpanan bahan & galian
c. rencana penempatan utilitas
d. rencana penimbunan/penutupan
e. rencana finishing
f. jadwal kerja
g. rencana pengaturan lalu lintas

4). Rencana ini harus dikoordinasikan oleh pemilik utilitas kepada pembina jalan dan
instansi terkait lainnya seperti perhubungan dan Polri. Desain rencana
pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan standar, pedoman yang berlaku, dan
harus dikoordinasikan dengan Pembina Jalan.

5). Bangunan utilitas dapat dipasang menggantung, menempel sebagian atau


seluruhnya pada bangunan jembatan dengan tidak mengganggu keamanan
konstruksi jembatan serta kelancaran arus lalu-lintas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

6). Untuk keselamatan pengguna jalan, tidak diperbolehkan memasang kabel-kabel


listrik tegangan tinggi.

7). Bangunan utilitas yang dipasang pada jembatan yang dibuat dari bahan baja atau
besi, harus dilindungi terhadap pengaruh karat, getaran akibat jembatan itu
sendiri, arus lalulintas, kebocoran, serta kerusakan-kerusakan utilitas akibat gaya
sentakan atau gaya lain yang di luar perhitungan.

8). Untuk utilitas yang akan dipasang pada jembatan yang akan dibangun (baru),
penempatannya harus sesuai dengan saran perencana jembatan dan pembina
jalan.

9). Pembina jalan diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemilik utilitas
tentang :

a. jenis, letak atau elevasi dari utilitas yang ada disuatu ruas jalan. Hal ini
penting terutama untuk perencanaan dan menghindarkan terjadinya
kerusakan utilitas lain pada saat dilakukan penggalian/penimbunan;

b. struktur DAMAJA: badan jalan, bahu jalan, median, trotoar, saluran tepi,
saluran melintang (gorong-gorong). Hal ini untuk mendapatkan kualitas
timbunan atau penutupan galian yang minimal sama dengan kondisi semula.

5
2.1.3 Pelaksanaan

1). Pemilik utilitas bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan penempatan


utilitas pada Damija/Damaja dengan berkoordinasi kepada pembina jalan.

2). Pelaksanaan pekerjaan penempatan utilitas tidak diperbolehkan mengganggu lalu


lintas dan kelancaran drainase serta tidak mengotori permukaan jalan.
Pelaksanaan kegiatan penggalian, penempatan bahan galian, dan bahan material,
dan penimbunan kembali harus memenuhi ketentuan umum dan ketentuan teknis
pedoman ini, maupun standar dan pedoman lainnya yang terkait.

3). Setiap kerusakan pada bangunan lain yang diakibatkan oleh pelaksanaan
pekerjaan penempatan utilitas, menjadi tanggung jawab pemilik utilitas.

2.2 Ketentuan Teknis

2.2.1 Penempatan Utilitas Di Luar Kawasan Perkotaan

1). Penempatan arah memanjang;

(a). bangunan utilitas yang mempunyai sifat Pelayanan wilayah pada sistem
jaringan primer jalan di luar kota, harus ditempatkan di Iuar DAMIJA.

(b). bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan lokal pada sistem
jaringan jalan primer di luar kota dapat ditempatkan di luar DAMAJA sejauh
mungkin, mendekati ke batas luar DAMIJA (lihat gambar 1.).

2). Penempatan arah melintang;


Penempatan arah melintang utilitas harus memenuhi syarat ruang bebas DAMAJA,
yaitu paling rendah 5,00 (lima) meter di atas permukaan perkerasan jalan atau
dikedalaman minimal 1,5 meter dari permukaan perkerasan jalan. Untuk fasilitas
utilitas yang melintang di bawah jalan, seperti gorong-gorong ataupun pipa,
penempatannya dapat pada kedalaman kurang dari 1,5 meter, tetapi fasilitas
utilitas tersebut harus mampu memikul beban struktur perkerasan dan lalu lintas
di atasnya.

2.2.2 Penempatan Utilitas Di Kawasan Perkotaan

Bangunan Utilitas di daerah perkotaan pada sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder ditempatkan dengan ketentuan sebagai berikut :

6
1). Penempatan bangunan utilitas di atas tanah

Penempatan memanjang maupun melintang harus ditempatkan minimal 5,00


meter di atas permukaan perkerasan jalan dan > 0,5 m dari tepi perkerasan (lihat
gambar A.3 dan A.4 ).

2). Penempatan utilitas di bawah tanah :

(a). bila utilitas ditempatkan memanjang jalan, penempatannya adalah di luar


badan jalan. Bila lahan tak tersedia maka utilitas ditempatkan di bawah
perkerasan jalan dengan kedalaman minimal 1,50 meter.

(b). bila utilitas ditempatkan melintang jalan, utilitas harus ditempatkan dengan
kedalaman minimal 1,50 meter dari permukaan perkerasan jalan, terutama
bila utilitas tersebut tidak menggunakan perlindungan terhadap beban lalu-
lintas.

(c). bila utilitas ditempatkan pada kedalaman kurang dari yang disyaratkan
pada item (a) dan (b) di atas, maka konstruksinya harus mampu memikul
beban struktur jalan dan lalu lintas di atasnya (lihat gambar A.3 dan A.4
Lampiran A).

(d). penempatan beberapa macam utilitas tidak boleh pada satu bidang vertikal.

(e). jarak horisontal-vertikal antara utilitas satu dengan utilitas lainnya harus
memperhatikan dampak negatif dari utilitas satu terhadap utilitas lainnya.

7
Daerah Daerah Di atas
Daerah Daerah 3 Daerah 4
1 2 perkerasan
Min 5 m dari
Jalan Primer Jalan Primer
Pelayana permukaan
Dilaran Dilaran dengan syarat dengan syarat
n perkerasan
Daerah g g / dan
Lokal pada
Damaja izin (ps. 21.2.) izin (ps. 21. 2)
Damaja
non
Min 5 m dari
perkotaa Jalan Primer
Pelayana permukaan
n Dilaran Dilaran Jalan Primer dengan syarat
n perkerasan
g g dilarang dan
Wilayah pada
izin (ps. 21. 2)
Damaja
Kecuali
Diperbolehka Diperbolehka Min 5 m dari
dengan
n n dan permukaan
Dilaran izin
Daerah Perkotaan dengan izin diijinkan perkerasan
g pembin
dan dengan pada
a
syarat Syarat Damaja
jalan

Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar 1 Penempatan bangunan utilitas di sepanjang jalan.

2.2.3 Utilitas Pada Jembatan

1). Utilitas atau struktur pendukungnya yang diletakkan pada jembatan baja tidak
boleh dilakukan dengan mengelas pada struktur jembatan; penempatan klem-
klem pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan melubangi hanya pada
bagian sekunder; membuat lubang hanya dibolehkan dengan alat bor;

2). Utilitas pada jembatan beton hanya penempatan klem-klem pengikat atau
penggantung dapat dilakukan dengan melubangi (bor); bila lubang-lubang bor
pada beton jambatan dibuat, maka lubang-lubang tersebut harus ditutup kembali
dengan bahan sekurang-kurangnya sesuai dengan kualitas bahan semula.
Pembobokan terhadap jembatan baik pada gelagar maupun bangunan bawah,
harus dihindarkan.
8
3). Penempatan utilitas pada jembatan kayu harus menggunakan klem-klem penjepit,
tidak dibolehkan melakukan pekerjaan las atau melubangi bagian jembatan.

− Butir 1), 2), & 3) point 4.2. D lihat gambar A.6 sampai dengan A.11 Lampiran A.

4). Agar tidak terjadi pembebanan secara berlebihan terhadap jembatan, pembina
jalan dapat mengijinkan penempatan pipa dengan diameter maksimal 150 mm
untuk pipa air bersih ataupun gas dengan menggantung atau menggandeng pada
struktur jembatan. Jembatan khusus harus dipasang untuk menopang utilitas
apabila dimater pipa melebihi 150 mm atau beban yang ditimbulkan oleh utilitas
terhadap jembatan dianggap memberikan beban lebih sehingga struktur jembatan
tidak mampu untuk menopang utilitas tersebut (lihat gambar A.5 Lampiran A).

2.2.4 Di Daerah Persimpangan Jalan


Penempatan utilitas di daerah persimpangan jalan harus memanfaatkan fasilitas utilitas
yang telah disediakan. Penempatan utilitas di persimpangan jalan juga mengacu dan
memperhatikan sub-bab 4.2. A & B dan berkonsultasi dengan Pembina Jalan.

2.2.5 Material galian


Material galian tidak dibenarkan ditumpuk di pinggir jalan, di atas perkerasan, atau di
daerah manfaat jalan (Damaja). Bekas timbunan material galian yang telah diangkut ke
tempat penimbunan sementara harus bersih kembali dan tidak mengganggu keamanan
dan lingkungan setempat.

2.2.6 Bahan Timbunan

A. Bahan timbunan tanah


Bahan timbunan tanah harus menggunakan bahan dengan jenis dan mutu yang setelah
dipadatkan sekurang-kurangnya mempunyai daya dukung sama dengan daya dukung
tanah disekitarnya.

B. Bahan timbunan lapis perkerasan

Bahan timbunan lapis perkerasan harus menggunakan bahan baru untuk pondasi atas
(base), pondasi bawah (sub-base) dan lapis permukaan (surface) yang mutunya serta
daya dukung setelah dipadatkan minimal sama dengan lapis perkerasan sekitarnya.

9
2.2.7 Bahan prasarana utilitas

A. Penyimpanan bahan

1). Penyimpanan atau penimbunan bahan utilitas seperti pipa baja, pipa beton,
gulungan kabel, bahan bangunan (pasir, bata, batu, paving block) dan lain-lain
tidak dibenarkan diletakkan di daerah Manfaat Jalan (Damaja), di atas perkerasan
jalan, di atas trotoir atau di bahu jalan untuk pejalan kaki.

2). Penyimpanan bahan-bahan atau penimbunan bahan utilitas harus memperhatikan


persyaratan seperti diuraikan pada sub-bab 4.1.

B. Bahan beton
Bila digunakan beton bertulang, mutu beton minimal harus seuai dengan SNI 03-2914-
1992 (Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air).

C. Bahan baja
Bila digunakan baja/besi, harus mutu baja minimal sesuai dengan SNI 07-3014-1992.

D. Bahan pelapisan cat


Guna melindungai pengaruh cuaca, udara lembab, air hujan, maka digunakan pengecatan
anti karat pada komponen-komponen banguan utilitas; sebelum dicat perlu dilakukan
pengecatan dasar (cat meni).

E. Peralatan yang digunakan


Peralatan ditentukan sebagai berikut :

1). untuk penggalian permukaan jalan (Perkerasan Jalan) digunakan alat


penggali/pemotong sedemikian rupa sehingga kerusakan permukaan dibatasi
seminimal mungkin; alat tersebut dapat berupa linggis getar, belincong, sekop,
dan peralatan bantu lainnya (kereta dorong).

2). untuk menggali tanah dasar dapat digunakan cangkul, linggis, belincong dan
peralatan bantu lainnya (keranjang angkut).

3). untuk memadatkan kembali dapat digunakan alat pemadat yang disesuaikan
dengan lubang, antara lain dapat berupa timbris, alat pemadat getar, dan jenis
pemadat lainnya.

10
3. PERSYARATAN-PERSYARATAN

3.1 Persyaratan Perijinan

1) Pemanfaatan penempatan utilitas wajib memperoleh ijin dari penyelenggara


jalan;

2) Selama jangka waktu ijin diatas instansi pemilik utilitas berkewajiban membayar
retribusi daerah setiap tahun yang nilainya berdasarkan pada aturan yang
berlaku;

3) Persyaratan perijinan adalah sebagai berikut :

Mengajukan permohonan ijin secara tertulis yang ditanda tangani oleh Pimpinan
instansi pemilik utilitas kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dengan
melampirkan :

1. Fotocopy KTP

2. Gambar rencana penempatan pemanfaatan utilitas,


gambar konstruksi dan gambar situasi.

3. Surat pernyataan kesanggupan tentang persyaratan


pemasangan Utilitas.

4. Menyertakan UKL/UPL bila diperlukan.

3.2 Unsur Perencanaan


1) Perencanaan pekerjaan rekondisi jalan berupa gambar kerja, rencana anggaran
biaya, rencana kerja dan syarat-syarat diajukan oleh instansi pemilik utilitas dan
atau Konsultan, selanjutnya disahkan oleh penyelenggara jalan.

2) Rencana Anggaran biaya pekerjaan rekondisi terdiri dari biaya konstruksi fisik
dan biaya pengelolaan yang nilainya berdasarkan pada aturan yang berlaku.

3.3 Unsur Pelaksanaan

11
1) Pelaksanaan penempatan bangunan utilitas dan rekondisinya harus berpedoman
pada gambar kerja, anggaran biaya, rencana kerja dan syarat-syarat yang
merupakan satu kesatuan yang mengikat ;

2) Selama pelaksanaan harus menyediakan rambu-rambu lalu lintas standart yang


jelas dan mudah dibaca oleh pemakai jalan ;

3) Segala resiko yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan rekondisi jalan menjadi
tanggung jawab Instansi Pemilik Utilitas.

4) Bila ada pembongkaran jalan/jembatan, maka pekerjaan pengamanan,


pembongkaran dan pemindahan utilitas menjadi tanggung jawab instansi pemilik
utilitas di bawah pengawasan penyelenggara jalan;

5) Pekerjaan penggalian, pemasangan utilitas dan penimbunan kembali dilaksanakan


oleh instansi pemilik utilitas dibawah pengawasan penyelenggara jalan.

3.4 Unsur Pengawasan


1) Pelaksanaan pekerjaan rekondisi jalan diawasi oleh Penyelenggara jalan dan atau
Konsultan.

2) Dalam hal ada ketidaksesuaian dengan ketentuan berdasar pada gambar kerja,
anggaran biaya, rencana kerja dan syarat-syarat harus mendapatkan persetujuan
dari penyelenggara jalan.

12
4. PROSEDUR TETAP TATA CARA PENGERJAAN

4.1 Perencanaan
1). Pemilik utilitas harus mengkoordinasikan sejak awal rencana pekerjaan
galianpenempatan utilitas dengan Pembina Jalan;

2). Sebaliknya, pembina jalan juga harus mengkoordinasikan sejak awal rencana
pekerjaan jalan yang ditanganinya dengan pemilik utilitas, apabila pekerjaan jalan
tersebut berdampak pada utilitas yang ada;

Gambar 2 berikut menjelaskan tahapan perencanaan dan pelaksanaan penempatan


utilitas di Damija.

Desain & Rencana


Pekerjaan Utilitas

Pembina jalan

Sesuai
Standard/ Lingkup tugas
Pedoman pembina jalan
Tidak

Ya
Rencana Jadwal & Pelaksanaan
Pekerjaan Utilitas

Dishub & Polri


Tidak 13
Ya
Pelaksanaan Pekerjaan Utilitas
Gambar 2 Prosedur perencanaan pekerjaan utilitas.

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan


Tahapan pengerjaan galian penempatan utilitas adalah sebagai berikut :

A. Pengaturan lalu-lintas

1). Sediakan rambu-rambu pengarah lalu lintas, papan-papan peringatan, pagar


pengaman dan barikade sesuai ketentuan pedoman perambuan sementara pada
pekerjaan jalan, Pd-T-12- 2003.

2). Siapkan petugas pengatur lalu lintas.

3). Atur kelancaran lalu-lintas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4). Jaga keselamatan pekerja selama pelaksanaan pekerjaan.

B. Penempatan utilitas pada jalan


1). Untuk galian memanjang jalan, lakukanlah urutan pekerjaan, sebagai berikut :

(1). gali dan bentuklah penampang galian berupa segi empat, dengan lebar
minimum masih memenuhi kebutuhan penempatan utilitas dan atau
memenuhi kebutuhan pemadatan timbunan;

(2). pasang turap sementara untuk menghindari tanah galian dari bahaya
longsor;

(3). usahakan penggalian tetap kering, bila tidak mungkin lakukanlah usaha
penurunan muka air genangan pada lubang galian minimum 60 cm di
bawah permukaan tanah dasar (subgrade);

(4). letakkan dan tumpuklah hasil galian bahan utilitas di luar Daerah Manfaat
Jalan, atau menurut Petunjuk Pembina Jalan;

(5). siapkan alat pengangkut bahan galian untuk memindahkan bahan galian ke
tempat yang tidak mengganggu lalu-lintas kendaraan pejalan kaki, atau
penghuni daerah setempat.

2). Urutan galian melintang jalan, lakukanlah urutan pekerjaan sebagai berikut :

14
(1). gali dan bentuklah penampang galian berupa segi empat, dengan lebar
minimum masih memenuhi kebutuhan penempatan utilitas dan atau
memenuhi kebutuhan pemadatan timbunan;

(2). lakukan penggalian secara bergantian untuk setiap jalur, sehingga lalu lintas
tetap lancar selama pekerjaan berlangsung;

(3). sediakan bahan penutup sementara lubang galian seperti plat baja;

(4). jangan potong bagian slab utama pada perkerasan kaku (rigid
pavement);gunakan cara penggalian dengan alat pengeboran atau mesin
pemotong dari samping pada lokasi utilitas;

(5). siapkan alat pengangkut bahan galian untuk memindahkan bahan galian ke
tempat yang tidak mengganggu lalu lintas kendaraan pejalan kaki, atau
penghuni daerah setempat.

3). Penimbunan kembali :

(1). penimbunan tidak dilakukan dengan material bekas galian lama;

(2). usahakan dasar galian tetap dalam keadaan kering;

(3). padatkan dasar galian dengan alat pemadat mekanis sehingga diperoleh
kepadatan yang disyaratkan;

(4). hamparkan pasir dan padatkan sehingga diperoleh pasir 10 cm padat;

(5). letakanlah kedudukan utilitas di atas pasir tersebut; kemudian timbunlah


dengan pasir kembali setebal minimum 10 cm di atas bangunan utilitas;

(6). lakukan penimbunan kembali antara lapisan sesuai butir (3) dan (4) pada
lapisan perkerasan jalan dengan ketentuan sebagai berikut :

a). gunakan material timbunan dari pasir yang mudah dipadatkan


untuk tipe perkerasan sederhana, seperti Lapen, Buras, Burtu, Burda
dan Lasbutag.

b). gunakan adukan beton semen, beton aspal untuk perkerasan dengan
beban lalu lintas berat dan tinggi.

4). lakukanlah pengujian kepadatan lapangan dengan alat Konus Pasir sesuai dengan
ketentuan SNI M-13-1991-03 sehingga kepadatan mencapai tidak kurang 95%
kepadatan maksimum.

15
5). pasanglah lapis perkerasan sehingga kualitas pondasi bawah (sub-base), podasi
atas (base) dan lapis permukaan, minimal sama dengan jenis, mutu perkerasan
lama.

C. Penempatan utilitas pada bangunan jembatan

Langkah-langkah penempatan, sebagai berikut :

1). Pasanglah kabel telepon maupun listrik di bagian samping sepanjang jembatan
seperti diilustrasikan pada gambar A.6 Lampiran A.

2). Jangan meletakkan bangunan utilitas di bagian bawah lantai jembatan agar
tidakmengurangi ruang bebas bawah jembatan terhadap muka air sungai.

3). Penempatan klem-klem pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan


melubangi hanya pada bagian sekunder; membuat lubang hanya dibolehkan
dengan alat bor.

D. Penempatan jembatan khusus utilitas pada jalan umum

Langkah-langkah penempatan, sebagai berikut :

1). letakkan pilar-pilar penyangga jembatan utilitas di luar Daerah Pengawasan Jalan.

2). hindari terjadinya arus turbulensi akibat pilar-pilar penyangga jembatan utilitas
yang dapat mengakibatkan terjadinya penggerusan vertikal terhadap pondasi
ataupun pilar jambatan.

3). ikuti ketentuan yang berlaku jika penempatan jembatan khusus utilitas di dalam
Daerah Pengawasan Jalan.

16
17
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.1 Profil daerah manfaat jalan pada jalan arteri dan kolektor.

Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.2 Profil daerah manfaat jalan pada daerah superelevasi.

18
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.3 Penempatan utilitas di daerah perkotaan pada jalan 2 jalur 2 arah.

Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.4 Penempatan utilitas di daerah perkotaan pada jalan 2 jalur 4 lajur atau 4 lajur 2
arah

Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.5 Penempatan kabel telkom / listrik pada jembatan plat beton / batu kali

19
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.6 Penempatan kabel telkom / listrik pada semua tipe jembatan gelagar

20
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.7 Penempatan pipa air / gas pada jembatan gelagar beton

21
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.8 Pemasangan pipa air / gas pada jembatan gelagar beton.

22
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.9 Penempatan pipa air / gas pada gelagar jembatan komposit.

23
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.10 Penempatan pipa air / gas pada semua tipe jembatan gelagar.

24
Sumber : SNI 03-2850-1992,

Gambar A.11 Penempatan tiang listrik / penerangan pada jembatan.

25
5. SANKSI

5.1 Sanksi

Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan dikenakan sanksi administrasi berupa


pencabutan atau pembatalan izin, rekomendasi, dan dispensasi dan/atau pencairan
jaminan–jaminan sesuai dengan peruntukannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

26

Anda mungkin juga menyukai