Anda di halaman 1dari 46

SHORT COURSE

ANALISIS BANGUNAN GEDUNG TAHAN


GEMPA SESUAI SNI 1726:2019
CURRICULUM VITAE
Eri Manggala Saputra, S.T.

S1 Teknik Sipil, Universitas Pakuan

Structural Engineer
- PT. Lima Sahabat Multikreasi
- PT. Balqis Mandiri Konsultan
- PT. Duta Cipta Consultindo
- PT. Wisanggeni Jasa Teknik
- CV. Rancang Bangun Cipta
- PT. Lima Sahabat Multikreasi

Gedung Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bogor,


Pasar Tanah Baru dan Pamoyanan Kota Bogor, Gedung Kantor KUA
Cinere Kota Depok, Jembatan Gantung Rawayan Kota Bogor,
Jembatan Tipe Komposit Bentang 18 Meter Kabupaten Bogor.
OUTLINE MATERI
• Pengantar Rekayasa Gempa
• Structural Engineering Software
• Komparasi Analisis Struktur Manual dan Software
• Metode Analisis Beban Gempa
• Prosedur Analisis Beban Gempa Statik
• Prosedur Analisis Beban Gempa Dinamik
• Pemodelan Struktur dan Analisa Beban Gempa
pada ETABS
• Kontrol Model Struktur Sesuai SNI 1726:2019
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
Wilayah Indonesia dipetakan
berdasarkan tingkat resiko
gempanya, yang ditentukan atas
dasar besarnya percepatan puncak
batuan dasar (Peak Ground
Acceleration, PGA)

Peta gempa Indonesia terbaru


dirilis pada tahun 2017
Peta Percepatan Puncak Batuan Dasar (PGA) 2%
menggantikan peta gempa dalam 50 tahun (Sumber : SNI 1726:2019)
Indonesia tahun 2010
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
NEHRP 2003 – FEMA 273
TINGKATAN RESIKO GEMPA
Periode
Probabilitas Frekuensi
Ulang
50% dalam kurun waktu 50 tahun 75 Tahun Sering (frequent)
20% dalam kurun waktu 50 tahun 225 Tahun Kadang-kadang (occasional)
10% dalam kurun waktu 50 tahun 500 Tahun Jarang (rare)
2% dalam kurun waktu 50 tahun 2500 Tahun Sangat jarang (very rare)
𝑁
1
𝑅𝑁 = 1 − 1 − x 100%
𝑇𝑅
Contoh :
RN = Probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana (%) TR = 75 Tahun
TR = Periode ulang gempa (tahun) N = 50 Tahun
N = Umur rencana dari bangunan Maka, RN = 50%
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
Sebagai gempa rencana dalam SNI
1726:2019 adalah gempa dengan periode
ulang 2500 tahunan atau gempa dengan
kemungkinan terlampaui selama umur
struktur bangunan 50 tahun adalah
sebesar 2%.

Istilah gempa “2500 tahunan” bukan


diartikan sebagai kejadian gempa yang
terjadi 1 kali setiap 2500 tahun, namun
lebih sebagai gambaran tentang
probabilitas suatu percepatan yang
memiliki kemungkinan 1 banding 2500
untuk terjadi setiap tahunnya.
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
PERENCANAAN KONSTRUKSI TAHAN GEMPA
Kaidah untuk konstruksi tahan gempa umumnya didasarkan pada
ketentuan berikut :
▪ Akibat Gempa Ringan : Elemen struktural maupun non
struktural tidak boleh mengalami kerusakan
▪ Akibat Gempa Sedang : Elemen struktural tidak boleh
mengalami kerusakan, elemen non struktur boleh mengalami
kerusakan namun masih bisa diperbaiki
▪ Akibat Gempa Berat : Elemen struktural dan non struktural
mengalami kerusakan, namun struktur tidak roboh
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
BAGAIMANA STRUKTUR MENAHAN GEMPA KUAT ?
▪ Beban gempa sebenarnya yang bekerja pada struktur
bangunan dapat melampaui beban gempa rencana yang
tercantum di dalam peraturan.
▪ Di dalam peraturan, besarnya beban gempa rencana yang
diperhitungkan bekerja pada struktur bangunan adalah Gempa
Sedang.
▪ Dengan demikian, pada saat Gempa Kuat terjadi gaya-gaya
dalam yang terjadi pada elemen struktur (balok, kolom dsb)
bisa saja melampaui gaya dalam yang sudah diperhitungkan.
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
BAGAIMANA STRUKTUR MENAHAN GEMPA KUAT ?
▪ Agar struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan tidak terjadi
keruntuhan saat terjadi Gempa Kuat, maka dapa dilakukan dua cara sebagai
berikut :
1. Membuat struktur bangunan berperilaku elastis
2. Membuat struktur yang daktail
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
▪ Untuk mendapatkan sistem struktur yang daktail, disarankan
untuk merencakan struktur bangunan dengan menggunakan
cara PERENCANAAN KAPASITAS (Capacity Design).
▪ Perencanaan Kapasitas dilakukan dengan memilih
lokasi/tempat yang direncanakan untuk mengalami deformasi
plastis → sendi plastis.
▪ Jenis mekanisme leleh atau terbentuknya sendi plastis pada
struktur gedung ada dua macam, yaitu :
1. STRONG COLUMN – WEAK BEAM
2. STRONG BEAM – WEAK COLUMN
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
PENGANTAR REKAYASA GEMPA
Pada Perencanaan Kapasitas mekanismen kelelehan yang dipilih
adalah Strong Column – Weak Beam, karena alasan sebagai
berikut :
1. Pada struktur dengan mekanisme SBWC, kegagalan dari kolom
pada suatu tingkat akan mengakibatkan keruntuhan dari
struktur bangunan dari secara keseluruhan
2. Pada struktur dengan mekanisme SBWC, deformasi akan
terpusat pada tingkat-tingkat tertentu, sehingga daktilitas yang
diperlukan oleh kolom agar dapat mencapai daktilitas dari
struktur yang persyaratkan Sulit Dipenuhi
STRUCTURAL ENGINEERING SOFTWARE
STRUCTURAL ENGINEERING SOFTWARE BY CSI
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 1 : BALOK STATIS TERTENTU
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 1 : BALOK STATIS TERTENTU
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 2 : BALOK STATIS TAK TENTU
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 2 : BALOK STATIS TAK TENTU
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 2 : BALOK STATIS TAK TENTU
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 3 : PORTAL TAK BERGOYANG
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 3 : PORTAL TAK BERGOYANG
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 3 : PORTAL TAK BERGOYANG
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 3 : PORTAL TAK BERGOYANG
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 3 : PORTAL TAK BERGOYANG
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
KOMPARASI ANALISIS STRUKTUR MANUAL DAN
SOFTWARE
CASE 4 : STATIK EKIVALEN VS ETABS
METODE ANALISIS BEBAN GEMPA
➢ LINEAR STATIC PROCEDURES
• Equivalent Static Analysis
➢ LINEAR DYNAMIC PROCEDURES
• Modal Analysis
• Direct Time History Analysis
➢ NON-LINIER STATIC ANALYSIS
• Non-linier Static Procedures (NSPs)
▪ Capacity Spectrum Analysis (ATC-40, FEMA-440)
▪ Displacement Coefficients Method (FEMA-273, 356, 440
• Improved NSPs
▪ Modal Pushover Analysis (MPA) (Chopra & Goel, 2002)
▪ Adaptive Modal Combination (AMC) (Kalkan & Kunnath, 2006
➢ NON-LINIER DYNAMIC ANALYSIS
METODE ANALISIS BEBAN GEMPA
SNI 1726:2019 Tabel 16 ASCE/SEI-7/16 Table 12.6.1

(48,8 m) (48,8 m)
PROSEDUR ANALISIS BEBAN GEMPA STATIK
Analisis beban gempa secara statik, pada
prinsipnya adalah menggantikan gaya-gaya
horizontal yang bekerja pada struktur akibat
pergerakan tanah dengan gaya-gaya statis
yang ekivalen, dengan tujuan
penyederhanaan dan kemudahan di dalam
perhitungan.
Pada metode ini diasumsikan bahwa gaya
horizontal akibat gempa yang bekerja pada
suatu elemen struktur, besarnya ditentukan
berdasarkan hasil perkalian antara suatu
konstanta berat atau massa dari elemen
struktur tersebut.
PROSEDUR ANALISIS BEBAN GEMPA STATIK
Perhitungan Statik

Kelas Situs
(SA, SB, SC, SD, SE dan SF)

Parameter Spektral
(Ss/1, Fa/V, SMS/1, SDS/1, T)

Koefisien Respon Seismik


(Cs)

Berat Bangunan
(W)

Geser Dasar Seismik


(V)

Analisis Statik
PROSEDUR ANALISIS BEBAN GEMPA DINAMIK
Analisis beban gempa secara dinamik untuk
perancangan struktur tahan gempa dilakukan
jika diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari
gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur,
serta untuk mengetahui perilaku dari struktur
akibat pengaruh gempa.
Pada analisis ini dibagi menjadi dua yaitu
Analisis Ragam Riwayat Waktu dimana pada
cara ini diperlukan rekaman percepatan
gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respons
dimana pada cara ini respons maksimum dari
tiap ragam getar yang terjadi didapat dari
Spektrum Respons Rencana
PROSEDUR ANALISIS BEBAN GEMPA DINAMIK

Parameter Respon Analisis Dinamik vs


Kelas Situs
Perhitungan Spektral Spektrum Modal Statik
Dinamik Time
Periode
History
PEMODELAN STRUKTUR DAN ANALISIS
BEBAN GEMPA PADA ETABS
STUDI KASUS
▪ Lokasi bangunan : Bogor
▪ Jumlah lantai : 6 dengan tinggi tiap lantai 3 m, total tinggi 18 m
▪ Peruntukan bangunan : Gedung kantor
▪ Klasifikasi situs tanah : Tanah Sedang
▪ Sistem struktur : Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus
▪ Luas bangunan : 500 m2
▪ Elemen struktur : - Balok Arah X (400x600)
- Balok Arah Y (300x500)
- Kolom (500x500)
- Pelat Lantai (120), Pelat Atap (100)
▪ Pembebanan : Beban Mati Tambahan (1 kN/m2 ~ 101.97 kg/m2)
STUDI KASUS
STUDI KASUS
STUDI KASUS

ANALISIS STATIK
VS
ANALISIS DINAMIK
KONTROL MODEL STRUKTUR

PERIODE STRUKTUR
BENTUK DAN JUMLAH RAGAM
GAYA GESER DASAR SEISMIK
SIMPANGAN ANTAR TINGKAT
PENGARUH P-DELTA
TERIMA KASIH
LATIHAN
▪ Lokasi bangunan : Sesuai Kota/Kabupaten Tempat Tinggal Peserta
▪ Jumlah lantai : 15 dengan tinggi tiap lantai 3 m, total tinggi 45 m
▪ Peruntukan bangunan : Rumah Sakit
▪ Klasifikasi situs tanah : Tanah Sedang
▪ Sistem struktur : Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus
▪ Luas bangunan : 320 m2
▪ Elemen struktur : - Balok (350x600)
- Kolom (800x800)
- Pelat Lantai (120), Pelat Atap (100)
▪ Pembebanan : Beban Mati Tambahan Lantai (1.5 kN/m2 ~ 152.95 kg/m2)
Beban Mati Tambahan Atap (1 kN/m2 ~ 101.97 kg/m2)
LATIHAN

Anda mungkin juga menyukai